Saturday, December 19, 2015

Thought for the Day - 19th December 2015 (Saturday)

The attitude of the worshiper and the worshiped is the seed of devotion (bhakthi). First, the worshiper’s mind is attracted by the special qualities of the object of worship. The worshiper tries to acquire these special qualities. This is spiritual discipline (sadhana). In the early stages of spiritual discipline, the distinction between worshiper and worshiped is full, but as the spiritual discipline progresses, this feeling diminishes and, when attainment is reached, there is no distinction whatsoever. Irrespective of the object of worship one has grasped, loved and sought by spiritual discipline, one should have firm faith that the individual self (jivatma) is the supreme Lord (Paramatma). There is only one wish fit to be entertained by the aspirant: the realisation of the Lord (Iswara Sakshatkara). There is no room in the mind for any other wish.
Sikap dari pemuja dan yang dipuja adalah benih dari pengabdian (bhakthi). Pertama, pikiran pemuja ditarik dengan kualitas yang istimewa dari objek yang dipujanya. Pemuja mencoba untuk memperoleh sifat-sifat istimewa ini. Inilah disiplin spiritual (sadhana). Pada tahap awal dari disiplin spiritual, perbedaan antara pemuja dan yang dipuja adalah penuh, namun pada saat disiplin spiritual maju terus, perasaan ini akan berkurang, dan ketika tujuannya tercapai maka disana tidak ada lagi perbedaan apapun juga. Tidak tergantung dengan objek pemujaan yang seseorang telah pilih, cintai, dan cari dengan disiplin spiritual, maka seseorang harus yakin bahwa diri yang sejati (jivatma) adalah Tuhan yang tertinggi (Paramatma). Hanya ada satu keinginan yang diinginkan oleh pencari spiritual; mencapai kesadaran Tuhan (Iswara Sakshatkara). Tidak ada lagi ruang di dalam pikiran untuk keinginan yang lainnya lagi. (Prema Vahini, Ch 39)

-BABA

No comments: