Speech is charged with tremendous power. When, through speech, we communicate to a person something that upsets their balance or shocks them into grief, the words completely drain off their physical strength and mental courage. The person falls on the ground, mentally unable to stand their ground. On the other hand, when, through speech, we communicate something happy or unexpectedly cheering, the person gets the strength of an elephant. Words don’t cost anything but they are priceless. So, they have to be used with care. They must be employed not for gossip, which is barren, but for pure and productive purposes only. The ancients recommended the vow of silence in order to purify speech of its evils. A mind turned inward toward an inner vision of God and speech turned outward toward outer vision of the Lord — both will promote spiritual strength and success.
Kemampuan bicara diberkati dengan kekuatan yang sangat besar. Ketika melalui perkataan kita berkomunikasi dengan seseorang tentang sesuatu yang mengganggu keseimbangan mereka atau mengejutkan mereka ke dalam kesedihan, maka kata-kata itu benar-benar menguras kekuatan fisik dan keberanian mental. Orang tersebut akan jatuh dan secara mental tidak akan mampu berdiri tegak kembali. Sebaliknya, ketika melalui perkataan kita berkomunikasi sesuatu yang menyenangkan atau tanpa disadari bersifat menggembirakan, orang tersebut mendapatkan kekuatan seekor gajah. Kata-kata tidak memerlukan biaya namun kata-kata sangatlah berharga. Jadi, perkataan harus digunakan dengan sangat hati-hati. Kata-kata harus tidak digunakan untuk bergosip yang mana bersifat tandus, namun hanya digunakan untuk hal yang bersifat murni dan produktif. Para leluhur merekomendasikan tapa diam untuk menyucikan perkataan dari kesalahannya. Pikiran yang diarahkan ke dalam menuju pada pandangan Tuhan di dalam diri dan perkataan diarahkan pada penampakan Tuhan di luar – keduanya akan meningkatkan kekuatan dan keberhasilan spiritual. (Ch 18, Vidya Vahini)
-BABA