Tuesday, April 19, 2016

Thought for the Day - 18th April 2016 (Monday)

Rama is the Indweller in every body. He is the Atma-Rama - the Rama (Source of Bliss) in every individual. His blessings upsurging from that inner spring will confer peace and bliss. He is the very embodiment of righteousness, of all the codes of morality that hold mankind together in love and unity. The story of Rama, ‘Ramayana’, teaches us two lessons: the value of detachment and the need to become aware of the Divine in every being. Faith in God and detachment from objective pursuits are the keys for human liberation. Give up sense objects, and you gain Rama. Mother Sita (Rama’s consort) gave up the luxuries of Ayodhya so she could be with Rama, in the period of exile. When she cast longing eyes on the golden deer and craved for it, she lost the presence of Rama. Renunciation leads to joy; attachment brings about grief. Be in the world, but not of it. Make your heart pure and strong, contemplating the grandeur of the Ramayana.

Rama adalah yang bersemayam di dalam diri setiap orang. Beliau adalah Atma-Rama - Rama (sumber dari kebahagiaan) dalam diri setiap individu. Rahmat-Nya naik dari sumber yang di dalam dan akan memberikan kedamaian dan kebahagiaan. Beliau sesungguhnya adalah perwujudan dari kebajikan, semua dari kaidah moralitas yang menjaga umat manusia bersama-sama dalam kasih dan kesatuan. Cerita dari Sri Rama, ‘Ramayana’, mengajarkan kepada kita dua pelajaran: nilai dari tanpa keterikatan dan perlunya untuk menjadi sadar akan keillahian dalam diri setiap makhluk. Keyakinan pada Tuhan dan tanpa keterikatan pada pengejaran objek duniawi adalah kunci untuk kebebasan umat manusia. Melepaskan kesadaran pada objek dan engkau akan mendapatkan Rama. Ibu Sita (permaisuri Rama) melepaskan kemewahan dari istana Ayodhya sehingga beliau dapat bersama dengan Rama dalam masa-masa pembuangan. Ketika ibu Sita menaruh perhatiannya pada kijang emas dan sangat menginginkannya maka beliau kehilangan kehadiran Rama. Tanpa keterikatan menuntun pada suka cita; keterikatan membawa pada kesedihan. Tetaplah berada di dunia, namun tidak untuk dunia. Buatlah hatimu menjadi suci dan kuat, renungkanlah kemuliaan dari Ramayana. (Ramakatha Rasavahini, ‘The Inner Meaning’)

-BABA

No comments: