Thursday, September 23, 2021

Thought for the Day - 18th July 2021 (Sunday)

Many are not even aware of the meaning of the phrase supreme peace (prasanthi). It is the backbone of an individual and, for every spiritual aspirant (sadhaka), their very breath. The word is taken by each to mean something different. Many feel they have peace when some worldly desire that was vexing them is satisfied! But that is not real peace; it is only a temporary short-lived interval between one worry and another. The syllable ‘pra’ in Prasanthi means expanding, enlarging (vikasa), so Prasanthi means that type of peace, that is to say, the absence of desire, anger, greed, and hatred! Supreme peace means peace attained by successful elimination of qualities grouped under desire (kama) and anger (krodha). This process of elimination, called ‘developing equanimity (sama)’, is very essential for all. All spiritual aspirants must be constantly engaged in practicing it. 



Banyak orang yang bahkan tidak menyadari makna dari ungkapan kedamaian tertinggi (prasanthi). Ini merupakan tulang belakang dari seorang individu dan bagi setiap peminat spiritual (sadhaka), merupakan nafas mereka. Kata prasanthi diambil oleh setiap orang untuk mengartikan sesuatu yang berbeda. Banyak yang merasa mereka memiliki kedamaian ketika beberapa keinginan duniawi yang mengganggu terpuaskan! Namun itu bukanlah kedamaian yang sesungguhnya; ini hanyalah selang waktu sementara diantara satu kecemasan dengan kecemasan yang lainnya. Suku kata ‘pra’ dalam kata Prasanthi berarti memperluas, memperbesar (vikasa), jadi Prasanthi berarti jenis kedamaian itu yang tanpa adanya keinginan, kemarahan, ketamakan, dan kebencian! Kedamaian tertinggi berarti kedamaian yang dicapai dengan berhasil menghilangkan kualitas-kualitas yang tergabung dalam keinginan (kama) dan kemarahan (krodha). Proses penghilangan kualitas-kualitas ini disebut dengan ‘mengembangkan keseimbangan batin (sama)’, adalah sangat mendasar bagi semuanya. Semua peminat spiritual harus secara terus menerus terlibat dalam mempraktikkannya! (Prasanthi Vahini, Ch 1)

-BABA

 

No comments: