The body is the temple of God; He is resident in the heart; buddhi (intelligence) is the lamp lit in that altar; now, every gust of wind that blows through the windows of the senses affects the flame of the lamp and dulls its light, threatening even to put it out. So, close the windows; do not keep them open for dire attraction from objects. Keep buddhi sharp, so that it may cut the mind like a diamond and convert it into a blaze of light, instead of being a dull pebble. Discrimination (nityanitya vastu viveka or distinguishing between the eternal and temporary) is an important instrument of spiritual progress. The reasoning faculty must be employed to distinguish between the limited and the unlimited, the temporary and the Eternal. That is its legitimate use. Shankaracharya names his work on the principles of Advaita as “Viveka Chudamani”, for he wanted to emphasise the value of viveka for the realisation of the evanescence of life and the Oneness of the Universe.
- Divine Discourse, Oct 02, 1965.
By cultivating unwavering discrimination, avidya (ignorance) can be destroyed.
Tubuh jasmani adalah tempat suci dari Tuhan; karena Tuhan bersemayam di dalam hati; buddhi (kecerdasan) adalah lentera yang menyala terang di altar tempat suci itu; sedangkan, setiap hembusan angin yang bertiup melalui jendela indria mempengaruhi nyala lentera itu dan meredupkan cahayanya, dan bahkan bisa memadamkan nyala apinya. Hal yang bisa dilakukan adalah menutup jendela tersebut; jangan biarkan jendela itu terbuka karena binatang yang tidak diinginkan bisa masuk melaluinya. Jaga agar buddhi tetap tajam, sehingga dapat memotong pikiran seperti halnya berlian dan mengubahnya menjadi cahaya yang bersinar terang dan bukannya menjadi kerikil yang tumpul. Kemampuan memilah (nityanitya vastu viveka atau membedakan diantara yang bersifat kekal dan sementara) adalah sebuah sarana yang penting dalam kemajuan spiritual. Kemampuan berpikir harus digunakan untuk membedakan diantara yang terbatas dan tidak terbatas, yang sementara dan kekal. Itu adalah penggunaan yang sah. Shankaracharya memberikan nama pada karyanya pada prinsip Advaita sebagai “Viveka Chudamani”, karena Shankaracharya ingin menekankan pada nilai dari viveka untuk mendapatkan kesadaran dari kefanaan hidup dan Keesaan dari semesta.
- Divine Discourse, 2 Oktober 1965.
Dengan memupuk kemampuan memilah yang tidak tergoyahkan, maka kebodohan (avidya) dapat dihancurkan.
No comments:
Post a Comment