The greatest obstacle on the path of surrender is ahankara (egoism) and mamakara (mineness or possessiveness). It is something that has been inherent in your personality since ages, sending its tentacles deeper and deeper with the experience of every succeeding life. It can be removed only by the twin detergents of discrimination and renunciation. Bhakti is the water to wash away this dirt of ages and the soap of japam, dhyanam, and yoga (repetition of God’s name, meditation, and communion) will help to remove it quicker and more effectively. The slow and the steady will surely win this race; walking is the safest method of travel, though it may be condemned as slow. Quicker means of travel mean disaster; the quicker the means, greater the risk of disaster. You should eat only as much as you feel hunger, for more will cause disorder. So, proceed step by step in Sadhana (spiritual effort), making sure of one step before you take another. Do not slide back two paces, when you go one pace forward. But, even the first step will be unsteady, if you have no faith. So, cultivate faith.
- Divine Discourse, Aug 01, 1956.
When the Sun is over your head, there will be no shadow; similarly, when faith is steady in your head, it should not cast any shadow of doubt.
Rintangan terbesar dalam jalan berserah diri adalah ahankara (egoisme) dan mamakara (rasa kepemilikan). Keduanya ini telah melekat dalam kepribadianmu sejak dari jaman dahulu, menancapkan tentakelnya lebih dalam dan lebih dalam lagi seiring dengan pengalaman hidup yang bertambah. Kedua rintangan ini hanya dapat dilepaskan dengan sabun cuci ganda yaitu kemampuan memilah dan tanpa keterikatan. Bhakti adalah air yang dipakai dalam membersihkan kotoran yang melekat sejak lama dan sabun berupa japam, dhyanam, dan yoga (pengulangan nama suci Tuhan, meditasi dan pergaulan spiritual) akan membantu untuk melepaskan kotoran ini lebih cepat dan lebih efektif. Mereka yang melangkah pelan namun mantap pastinya akan memenangkan perlombaan ini; berjalan adalah metode yang paling aman dalam menempuh perjalanan, walaupun berjalan dianggap sebagai lambat. Menempuh perjalanan lebih cepat berarti bencana; semakin cepat berarti semakin besar resiko bencana. Engkau hanya bisa makan sebanyak engkau merasa lapar, makan lebih banyak lagi akan menyebabkan gangguan. Jadi, lakukan sadhana (latihan spiritual) secara bertahap langkah demi langkah, pastikan satu langkah sebelum melangkah pada langkah selanjutnya. Jangan mundur dua langkah ketika engkau melangkah satu langkah ke depan. Namun, bahkan satu langkah menjadi tidak mantap jika engkau tidak memiliki keyakinan. Jadi, tingkatkan keyakinan.
- Divine Discourse, 01 Agustus 1956.
Ketika matahari ada tepat di atas kepalamu, maka tidak akan ada bayangan; sama halnya, ketika keyakinan begitu mantap dalam kepalamu maka tidak akan ada bayangan keraguan.
No comments:
Post a Comment