The Vedanta declares that he who knows himself, knows all. You should make the right endeavour to know yourself. You can know yourself by developing inner vision rather than outward vision. All sensory activities like sound, smell, touch and taste are only external activities. We delude ourselves into thinking that these activities are real and ruin ourselves ultimately. It is by harnessing the mind that we will be able to realise the Divinity within. Mind is the cause for man’s life, sorrow, joy and liberation as well. It is the mind that makes us oblivious to Divinity and lures us to the enchantments of ‘Jagat’ (world). The very meaning of the word ‘Jagat’ signifies the transient nature of the world, for ‘Ja’ means going, and ‘Gat’ means coming. While the world changes, man remains changeless. The very word ‘Nara’ (man) means the ‘one who is imperishable’ for, ‘Na’ means ‘not’ and ‘Ra’ means perishable. It is the self in man which is imperishable, for man is the Self.
- Divine Discourse, May 20, 1993
The man who does not realise his true nature is ensnared by the senses, though in reality he is the master of senses.
Vedanta menyatakan bahwa dia yang mengetahui dirinya sejati maka dia mengetahui semuanya. Engkau harus membuat upaya yang benar untuk mengetahui dirimu sejati. Engkau dapat mengetahui dirimu sejati dengan mengembangkan pandangan batin daripada pandangan keluar diri. Semua aktifitas indria seperti suara, bau, sentuhan dan rasa hanyalah aktifitas di luar diri. Kita menipu diri sendiri dengan berpikir bahwa aktifitas-aktifitas ini adalah sejati dan pada akhirnya merusak diri sendiri. Adalah dengan mengendalikan pikiran maka kita akan mampu untuk menyadari keilahian di dalam diri. Pikiran adalah penyebab dari hidup, penderitaan, suka cita dan pembebasan manusia. Adalah pikiran yang membuat kita lupa pada keilahian dan menggoda kita pada pesona dari dunia (Jagat). Makna dari kata ‘Jagat’ itu sendiri menandakan sifat dunia yang sementara, karena ‘Ja’ berarti pergi, dan ‘Gat’ berarti datang. Sementara dunia berubah, manusia tetap tidak berubah. Kata ‘Nara’ (manusia) berarti ‘seseorang yang tidak dapat hancur’ karena, ‘Na’ berarti ‘tidak’ dan ‘Ra’ berarti hancur. Adalah Atma atau diri sejati dalam diri manusia yang bersifat tidak hancur, karena manusia adalah Atma.
- Divine Discourse, 20 Mei 1993
Manusia yang tidak menyadari sifat dirinya yang sejati akan dijerat oleh indria, walaupun dalam kenyataan dia adalah penguasa indria.

No comments:
Post a Comment