Sunday, March 8, 2020

Thought for the Day - 5th March 2020 (Thursday)

Rice in its natural state, and boiled rice — can these two be the same? The hardness of natural rice is absent in the boiled one. The boiled grain is soft, harmless, and sweet. The unboiled grain is hard, conceited, and full of delusion. Similarly both the types of human beings are souls (jivis), but those immersed in external illusions (avidya-maya) are ‘people’, while those immersed in internal illusions (vidya-maya) are ‘spiritual aspirants’. God is immersed in neither external nor internal illusions. He is devoid of both. He who has no external illusions becomes a spiritual aspirant, and when he is devoid of even internal illusions, he can be termed a God. Such a person’s heart becomes the seat of God. Though the Lord is situated in every heart, spiritual practice is necessary so that they may discover it for themselves, right? It isn’t possible for us to see our own face! We need a mirror to show us its image. So too, a basic path (marga), a spiritual practice, is necessary to become devoid of qualities (gunas). 


Beras dalam keadaan biasa dengan beras yang sudah direbus – dapatkah dua beras ini sama? Sifat keras dari beras biasa sudah tidak ada lagi pada beras yang sudah direbus. Beras yang sudah direbus adalah lembut, tidak berbahaya dan manis. Beras yang belum direbus adalah keras, congkak, dan penuh dengan khayalan. Sama halnya dua jenis manusia (duniawi dan spiritual) adalah jiwa, namun mereka yang terbenam dalam khayalan eksternal (avidya-maya) adalah ‘manusia’, sedangkan mereka yang tenggelam dalam khayalan batin (vidya-maya) adalah ‘peminat spiritual’. Tuhan tidak terbenam dalam khayalan luar dan juga khayalan batin. Tuhan sama sekali tanpa keduanya. Dia yang tidak memiliki khayalan luar menjadi seorang peminat spiritual, dan ketika bahkan dia  sama sekali tidak memiliki khayalan batin, dia dapat dimasukkan seperti kualitas Tuhan. Hati orang yang seperti itu menjadi tempat duduknya Tuhan. Walaupun Tuhan bersemayam di dalam setiap hati, latihan spiritual adalah dibutuhkan sehingga mereka dapat mengungkapkannya di dalam diri mereka, bukan? Tidak mungkin bagi kita untuk melihat wajah kita sendiri! Kita memerlukan sebuah cermin untuk memperlihatkan gambaran wajah kita. Begitu juga, jalan yang mendasar (marga), sebuah latihan spiritual, adalah dibutuhkan untuk menjadi tanpa adanya sifat-sifat itu (guna). (Prema Vahini, Ch 59)

-BABA

No comments: