Bali had understood the glory and majesty of God. He told his Guru, "The Hand that grants boons to countless devotees, that Hand is stretched to receive what I offer in answer to the Lord's desire. That Hand has all the worlds in its grasp. And, what does the Lord wish to get from me? He is asking only for that which He has given me! He has come to me in this Form to ask from me all that I have because the same is what He has given me." Bali had convinced himself that the Lord gives and the Lord takes, that he is but an instrument, and that his destiny is to merge in the Lord. So, on this festival day, when we celebrate his dedication and renunciation, we must strengthen our faith that God's will must prevail and is prevailing over all human effort. And, we must realise that tyaga (sacrifice) is the highest Sadhana. Be like Prahlada and Bali. Do not be Hiranyakashipus, for these are blinded by egoism. Pray to God; let prayer be your breath. Do not conflict with God and be cursed. Take this as the message on this Onam Day.
- Divine Discourse, 1 September 1982.
The ego has to sacrifice itself so that man's divine nature can manifest itself.
Maharaja Bali telah memahami kemuliaan dan keagungan dari Tuhan. Dia berkata pada Gurunya, "Tangan yang menganugerahkan rahmat pada bhakta yang tidak terhitung jumlahnya, Tangan itu terulur untuk menerima apa yang saya persembahkan sebagai jawaban atas kehendak Tuhan. Tangan itu menggenggam seluruh dunia dalam genggamannya. Dan, apa yang Tuhan ingin dapatkan dariku? Tuhan hanya meminta hanya apa yang telah Tuhan berikan kepadaku! Tuhan telah datang kepadaku dalam Wujud ini untuk meminta dariku semua yang aku miliki karena itu adalah apa yang Tuhan berikan kepadaku." Maharaja Bali telah meyakinkan dirinya sendiri bahwa Tuhan memberi dan Tuhan mengambil, bahwa dirinya hanyalah alat, dan bahwa takdirnya adalah untuk menyatu dengan Tuhan. Jadi, dalam hari perayaan ini, ketika kita merayakan dedikasi dan pengorbanannya, kita harus memperkuat keyakinan kita bahwa kehendak Tuhan pasti terjadi dan menguasai semua usaha manusia. Dan, kita harus menyadari bahwa tyaga (pengorbanan) adalah Sadhana yang tertinggi. Jadilah seperti Prahlada dan Maharaja Bali. Jangan menjadi seperti Hiranyakashipu yang dibutakan oleh egoisme. Berdoa kepada Tuhan; jadikan doa sebagai nafasmu. Jangan bertentangan dengan Tuhan dan terkena kutukan. Jadikan ini sebagai pesan dalam perayaan Onam.
- Wejangan Bhagavan, 1 September 1982.
Ego harus mengorbankan dirinya sendiri sehingga sifat keilahian manusia dapat terwujud.
No comments:
Post a Comment