Tuesday, June 14, 2016

Thought for the Day - 14th June 2016 (Tuesday)

When we look at the Avatar of Narasimha, we get a feeling of terror. When Lord Narasimha appeared, it looked as if Prahlada was standing in a corner full of fear. At that time, Lord Narasimha looked at Prahlada and asked him if he was afraid of the fearsome figure which had come to punish his father; but Prahlada explained that he was not afraid of the Lord as it was the sweetest form one can comprehend. He said that he was indeed happy to be able to see the Lord. The Lord then asked why Prahlada was afraid. To this Prahlada replied that he was afraid because the divine vision which he was then having was likely to disappear in a few moments and he would soon be left alone. The fear which was troubling Prahlada was that God will leave him in this world and disappear. Prahlada wanted to ask God not to leave him. God’s divine vision and divine beauty are such that only his devotees can appreciate.


Ketika kita melihat pada Awatara dari Narasimha, maka kita akan memiliki perasaan takut. Ketika Narasimha muncul, kelihatan seolah-olah Prahlada sedang berdiri di sudut dengan penuh ketakutan. Pada saat itu, Narasimha memandang ke arah Prahlada dan menanyakannya jika ia merasa takut dengan wujud yang menakutkan yang Beliau ambil untuk menghukum ayahnya; namun Prahlada menjelaskan bahwa ia tidak merasa takut dengan Narasimha karena wujud dari Narasimha adalah wujud yang paling indah dari yang dapat seseorang pahami. Prahlada berkata bahwa ia benar-benar bahagia karena dapat melihat wujud Narasimha. Narasimha kemudian menanyakan mengapa Prahlada tidak merasa takut? Untuk ini Prahlada menjawab bahwa ia akan merasa takut karena pertemuan dengan Tuhan yang ia dapatkan akan menghilang dalam sekejap dan ia akan ditinggalkan sendirian. Ketakutan yang mengganggu Prahlada adalah Tuhan akan meninggalkannya di dunia ini dan menghilang. Prahlada ingin meminta kepada Tuhan untuk tidak meninggalkannya. Pandangan pada Tuhan dan keindahan Tuhan hanya dapat dihargai oleh bhakta-Nya. (Divine Discourse, Summer Roses On Blue Mountains, 1976, Ch 4)

-BABA

No comments: