Tuesday, August 28, 2018

Thought for the Day - 26th August 2018 (Sunday)

‘Gita Govindam’, a book of songs on Govinda by the great poet Jayadeva of Odisha, is an immortal portrayal of Radha Bhakti (the love the devotee Radha had for Lord Krishna) in its manifold manifestations. Jayadeva expressed it with such charm and clarity that even the man behind the plough sang those songs and filled his heart with divine delight. King Lakshmana Sena, was stricken with envy at this and prepared a parallel book of songs and ordered that they be sung, instead of Jayadeva's outpourings, in all the temples in Odisha, including the Jagannath Temple at Puri. When his order was receded with universal protest, the king laid both the books at Lord’s Feet, locked the shrine and kept it under strict vigilance. When the doors were opened in the morning, the king saw the Lord having Jayadeva's Gita Govindam in His hand, while his rival book written out of envy and pride was thrown away. The Lord had announced that He showers Grace on inner purity, not outer pomp.


‘Gita Govindam’, sebuah untaian buku lagu tentang Govinda oleh pujangga terkenal yaitu Jayadeva dari Odisha, adalah sebuah penggambaran yang kekal dari Radha Bhakti (kasih dan bhakti yang dimiliki Radha kepada Sri Krishna) dalam wujud-Nya yang berbagai jenis. Jayadeva mengungkapkannya dengan penuh pesona dan kejelasan bahkan seseorang yang membajak sawah melantunkan lagu-lagu ini dan mengisi hati mereka dengan suka cita Tuhan. Raja Lakshmana Sena, merasa sangat iri dan cemburu akan kejadian ini dan mempersiapkan sebuah buku lagu yang sama dan memerintahkan agar lagu-lagu tersebut dinyanyikan di semua tempat suci di Odisha termasuk tempat suci Jagannath di Puri, dan bukan lagi lagu curahan hati dari Jayadeva. Ketika perintahnya ditentang dengan unjuk rasa yang besar, maka sang raja meletakkan kedua buku lagu itu di kaki Tuhan, mengunci tempat suci itu dan menjaganya dengan ketat. Ketika pintu tempat suci itu di buka keesokan paginya, sang raja melihat Tuhan memegang Gita Govindam milik Jayadeva di tangan-Nya, sedangkan buku sang raja yang ditulis karena perasaan iri hati dan kesombongan dibuang jauh. Tuhan telah menyatakan bahwa Beliau mencurahkan karunia pada kesucian batin dan bukan kesombongan di luar. [Divine Discourse, Sep 7, 1985]

-BABA

No comments: