Friday, December 7, 2018

Thought for the Day - 7th December 2018 (Friday)

God is not far from you. He is within you, in your own inner altar. All of you suffer because you are unable to discover Him there and draw peace and joy from that discovery. A washerman, standing knee-deep in a flowing river and washing his clothes therein, died of thirst because he failed to realise that the life-giving water was within his reach. Such is the story of man. He runs in desperate haste, to seek God outside and dies disappointed and distraught, only to be born again. Of course, you must be in the world, but remember, you need not be of it. The attention has to be fixed on the God within. In the Kannada country, there is a festival called Karaga. The central figure of this holy rite keeps many pots on his head, one over the other, and moves in the procession keeping step with the music; he has also to sing in tune with the rest and keep time to the beat of the drum. But, all the while he has his attention fixed on balancing the precarious tower on his head. So too, you must keep the goal of God-realisation before you, while engaged in the noisy and hilarious procession of life.


Tuhan tidaklah jauh dari dirimu. Tuhan ada bersemayam dalam dirimu, di dalam altar dirimu. Semua darimu menderita karena engkau tidak mampu menyadari Tuhan disana dan mengambil kedamaian dan suka cita dari keberadaan-Nya. Seorang tukang cuci pakaian berdiri dalam air yang mengalir untuk mencuci pakaian, namun mati kehausan karena dia tidak mampu menyadari bahwa air yang memberikan kehidupan ada dalam jangkauannya. Itulah kisah dari manusia. Manusia berlarian dalam ketergesa-gesaan untuk mencari Tuhan di luar dan mati dalam kekecewaan serta putus asa, hanya untuk lahir kembali. Tentu saja, engkau harus ada di dunia, namun ingatlah, engkau tidak perlu menjadi dunia ini. Perhatian harus jelas diarahkan pada Tuhan di dalam diri. Di negara Kanada, ada sebuah perayaan yang disebut dengan Karaga. Bagian utama dalam ritual suci ini adalah tetap menjaga banyak tumpukan pot diatas kepalanya dan bergerak dalam prosesi dengan melangkahkan kaki dalam iringan musik; dia juga harus menyanyi dalam melodi bersama dengan yang lainnya serta pertahankan waktu dengan ketukan drum. Namun, selama ini perhatiannya terpusat pada keseimbangan dari tumpukan pot yang tinggi di atas kepalanya. Begitu juga, engkau harus tetap menjaga tujuan yaitu kesadaran Tuhan dihadapanmu, sedangkan terlibat dalam iring-iringan kehidupan yang riuh dan gembira. (Divine Discourse, Jan 1, 1967)

-BABA

No comments: