Sunday, December 8, 2019

Thought for the Day - 6th December 2019 (Friday)

Perfect character lasts till the end of one's life, nay end of all ages; it is immortal and is associated with the Atma. Such immortal qualities are - compassion, kindness, love, forbearance, integrity and patience. Habits form only because of the deeds we indulge in. These habits shape the intelligence. All that we weave in our imagination, our aspirations and deeds, leave an indelible imprint on the mind. Due to these, man makes his own perception of the world. Man’s present condition is the result of his past birth. These habits mould man’s character. Whatever be the nature, just by the process of imagination and practice, it can be modified. A bad person will not remain so always. Did not Angulimala, the dacoit, turn into a good person just by the darshan of Buddha? Did not the thief Ratnakara become Valmiki, the sage? Man has within him the capacity to change his evil propensities and habits. Selfless service, renunciation, devotion, prayer, enquiry - these will enable the inculcation of new svabhava - conduct. 


Karakter yang sempurna bertahan sampai akhir hidup seseorang, bahkan akhir dari segala usia; karakter yang sempurna adalah kekal dan dihubungkan dengan Atma. Kualitas yang bersifat kekal seperti itu adalah  - welas asih, kebaikan, kasih sayang, kesabaran, integritas, dan ketabahan. Kebiasaan terbentuk hanya karena perbuatan yang kita lakukan. Kebiasaan-kebiasaan ini membentuk kecerdasan. Semua yang kita benamkan di dalam imajinasi kita, cita-cita dan perbuatan kita, meninggalkan jejak yang tidak terhapuskan di dalam pikiran. Karena hal ini, manusia membuat pandangannya sendiri tentang dunia. Keadaan manusia saat sekarang adalah hasil dari kelahiran yang terdahulu. Kebiasaan-kebiasaan ini membentuk karakter manusia. Apapun yang menjadi sifatnya, hanya dengan proses dari imajinasi dan latihan, hal ini dapat diperbaiki. Seorang yang jahat tidak akan selalu begitu. Bukankah Angulimala, seorang perampok berubah menjadi orang baik hanya karena darshan dari sang Buddha? Bukankah seorang pencuri yang bernama Ratnakara menjadi Resi Valmiki? Manusia memiliki kapasitas di dalam dirinya untuk merubah kecenderungan dan kebiasaan buruknya. Pelayanan yang tanpa mementingkan diri sendiri, tanpa keterikatan, bhakti, doa, penyelidikan - semuanya ini memungkinkan untuk menanamkan svabhava yang baru - tingkah laku. (Prema Vahini, Ch 1)

-BABA

No comments: