A seed germinates and grows into a plant and then into a tree with branches, leaves, flowers, etc. The seed of the entire Universe is Chaitanya (Pure Consciousness). It is Sat-chit-ananda. It grows in full bloom in the human being and blossoms into the flower of Awareness. Thus God incarnates in man. To understand this truth is the goal of human life. It is the mind that stands in the way of this realisation. The mind is perverted when it is centred on the ego (body consciousness) of a person but when it is directed towards the Atma, it becomes sublime. One puffed up with ego forgets Divinity. Thinking on the physical plane and looking at the external world, man is not able to understand the Divinity within him. It is wrong to think that spirituality has nothing to do with worldly matters. The physical world also reflects Divinity. Because man forgets his true Divine nature he is wallowing in troubles and tribulations. He is reflecting only animal qualities in his actions. Only when one enquires within, one has the chance of realising Divinity.
- Divine Discourse, Sep 19, 1993.
When man turns his vision inward he can experience eternal bliss. The source of bliss, the Spirit, is within himself.
Sebuah benih berkembang dan tumbuh menjadi sebuah tanaman dan kemudian menjadi sebuah pohon dengan cabang, daun, bunga, dsb. Benih seluruh alam semesta adalah Chaitanya (kesadaran yang murni). Ini adalah Sat-chit-ananda. Benih ini tumbuh mekar berkembang sepenuhnya dalam diri manusia dan mekar menjadi bunga kesadaran. Maka dari itu Tuhan berinkarnasi dalam wujud manusia. Dalam upaya dapat memahami kebenaran ini yang merupakan tujuan dari hidup manusia. Adalah pikiran yang berdiri menghalangi terjadinya kesadaran ini. Pikiran menjadi sesat ketika pikiran terpusat pada ego (kesadaran badan) seseorang, namun ketika pikiran diarahkan pada Atma maka pikiran menjadi luhur. Seseorang yang sombong dengan ego lupa pada keilahian. Memikirkan aspek badan jasmani dan memandang dunia di luar diri, manusia tidak mampu memahami keilahian yang ada di dalam dirinya. Merupakan salah dengan berpikir bahwa spiritual tidak ada hubungannya dengan urusan duniawi. Dunia fisik juga merupakan pantulan dari keilahian. Karena manusia lupa pada sifat keilahiannya yang sejati maka manusia terjerumus dalam masalah dan penderitaan. Manusia hanya memantulkan sifat-sifat binatang di dalam perbuatannya. Hanya ketika seseorang menyelidiki ke dalam dirinya, maka dia memiliki kesempatan untuk menyadari keilahian.
- Divine Discourse, 19 Sep 1993.
Ketika manusia mengarahkan pandangannya ke dalam diri maka manusia dapat mengalami kebahagiaan yang kekal. Sumber dari kebahagiaan adalah Jiwa yang ada di dalam dirinya.
No comments:
Post a Comment