You are all entitled to broader realms of joy, deeper springs of joy, and joy that is eternal. Your real dharma, the purpose for which you have taken human birth, is to earn and enjoy that bliss which no external contact can change or diminish. To earn it is quite easy. It can be done by everyone who sits calmly and examines themselves and their mind, unaffected by likes and dislikes. One then discovers that life is a dream and everyone has a calm refuge of peace inside one’s own heart. One learns to dive into its cool depths, forgetting and ignoring the buffets of luck, both good and ill. The doctor first diagnoses the disease. Then he prescribes the course of treatment. So too, you must submit yourself to the diagnosis of your illness, viz. misery, travail, and pain. Investigate fearlessly and with care, and you will find that while your basic nature is bliss, you have falsely identified yourself with the temporary, frivolous, and paltry and that attachment brings about all the sorrow.
- Divine Discourse, Nov 23, 1961.
Realise that both joy and sorrow are passing phases, like white or dark clouds across the blue sky, and learn to treat both prosperity and adversity with equanimity!
Engkau semua berhak untuk alam suka cita yang lebih besar, sumber suka cita yang lebih dalam, dan suka cita yang bersifat kekal. Dharmamu yang sejati, merupakan tujuan dimana engkau telah mengambil kelahiran sebagai manusia, adalah untuk mendapatkan dan menikmati suka cita yang mana tidak bisa diubah atau dikurangi oleh hubungan eksternal apapun. Untuk mendapatkan hal ini adalah cukup mudah. Hal ini dapat dilakukan oleh siapapun juga yang duduk dengan tenang dan memeriksa diri mereka sendiri dan pikiran mereka, tidak terpengaruh oleh rasa suka dan tidak suka. Seseorang kemudian mengungkapkan bahwa hidup adalah sebuah mimpi dan setiap orang memiliki sebuah tempat berlindung yang damai di dalam hatinya. Seseorang belajar untuk menyelami kedalamannya yang sejuk, melupakan dan mengabaikan sajian keberuntungan, keduanya yaitu kebaikan dan keburukan. Pertama dokter akan melakukan diagnosa pada penyakit. Kemudian menuliskan resep obat. Begitu juga, engkau harus tunduk pada diagnosis penyakitmu, seperti : penderitaan, kesengsaraan dan rasa sakit. Selidiki dengan tanpa rasa takut dan hati-hati, maka engkau akan mendapatkan bahwa walaupun hakikat sifat dasarmu adalah kebahagiaan, engkau telah salah mengidentifikasi dirimu dengan hal yang bersifat sementara, remeh, tidak penting, dan keterikatan itu yang mendatangkan semua bentuk penderitaan.
- Divine Discourse, 23 November 1961.
Sadarilah bahwa keduanya yaitu suka dan duka cita adalah fase yang berlalu, seperti awan putih dan awan hitam yang melintasi langit biru, serta belajarlah untuk memperlakukan keduanya yaitu kesejahtraan dan kesulitan dengan ketenangan hati!
No comments:
Post a Comment