Tuesday, December 31, 2024

Thought for the Day - 31st December 2024 (Tuesday)

Embodiments of love! Many pray to God all over the world. They pray for the realisation of worldly desires of one kind or another. This is not the right kind of prayer. You should pray to God for the grace of His love. That love is everlasting. It is infinite. God has another attribute. He is the embodiment of bliss. He is Sat-Chit-Ananda (Being-Awareness-Bliss). Pray to God to confer that bliss on you. God's bliss is boundless and everlasting. All mundane pleasures are transient and ephemeral. Only he is a true devotee who prays to God for His love and bliss. One who prays for other trivial things is no devotee at all. Worldly benefits come and go. They are not the things for which you should pray. Seek what is eternal. Pray for God's love and bliss. Seek to realise your Divinity. Then you will experience the Divine in the entire cosmos. You will experience the bliss that fills the universe. 


- Divine Discourse, Apr 07, 1997.

If you secure the love of God, you can secure anything.



Perwujudan kasih! Banyak orang berdoa kepada Tuhan di seluruh dunia. Mereka berdoa untuk pemenuhan keinginan duniawi dalam berbagai bentuk. Ini bukanlah jenis doa yang benar. Engkau seharusnya berdoa pada Tuhan untuk karunia berupa kasih-Nya. Kasih Tuhan adalah bersifat abadi dan tidak terbatas. Tuhan memiliki sifat yang lain dimana Tuhan adalah perwujudan dari kebahagiaan. Tuhan adalah Sat-Chit-Ananda (Kebenaran-Kesadaran-Kebahagiaan). Berdoalah kepada Tuhan agar menganugerahkanmu dengan kebahagian itu. Kebahagiaan Tuhan adalah tidak terbatas dan kekal. Semua bentuk kesenangan duniawi adalah bersifat sementara dan fana. Hanya dia yang merupakan bhakta sejati yang berdoa kepada Tuhan untuk kasih dan kebagaiaan-Nya. Seseorang yang berdoa untuk hal-hal yang bersifat sepele sama sekali bukanlah bhakta. Keuntungan duniawi bersifat datang dan pergi. Semuanya itu bukanlah hal-hal yang engkau harus doakan. Carilah apa yang bersifat kekal. Berdoalah untuk kasih dan kebahagiaan Tuhan. Berusahalah untuk menyadari kualitas keilahianmu. Kemudian engkau akan mengalami keilahian dalam seluruh kosmos. Engkau akan mengalami kebahagiaan yang meliputi semesta. 


- Divine Discourse, 7 April 1997.

Jika engkau mendapatkan kasih Tuhan, maka engkau mendapatkan segalanya. 

Monday, December 30, 2024

Thought for the Day - 30th December 2024 (Monday)

There are five fingers in every hand. If each finger points towards its own peculiar direction, how can the hand hold or manipulate any article? If they come together and stay together, the hands can accomplish whatever they plan. Similarly, when one of you turns your head away at the sight of another, and ten people insist on ten diverse directions, how can any deed be done? You must all be equally alert, active and cooperative. Why must you compete and quarrel? Nothing in this world can last as such for long. Buddha diagnosed this correctly. He declared, "All is sorrow; all is transient; all are but temporary contraptions of ephemeral characteristics." Why should you be as fatally fascinated by these finite things? Strive to gain the eternal, the infinite, the universal. One day, you must give up the body you feed and foster. How long can you keep all that you have earned and possessed with pride? Trivial thoughts and desires award only sorrow; holy thoughts and desires award divine peace! 


- Divine Discourse, May 1981.

Unity confers peace and bliss. Disunity leads to discontent and restlessness and makes one forget Divinity.



Ada lima jari dalam setiap tangan. Jika setiap jari menunjukkan arah yang berbeda-beda, lantas bagaimana tangan dapat memegang atau menggerakkan benda apapun? Jika jari-jari tersebut bersatu dan tetap bersama-sama, maka tangan dapat menyelesaikan apapun yang mereka rencanakan untuk dilakukan. Sama halnya, ketika seseorang darimu memalingkan wajahnya dari pandangan orang lain, dan sepuluh orang bersikeras memilih pada sepuluh arah yang berbeda, bagaimana sebuah tindakan bisa dilakukan? Engkau semua harus waspada, aktif dan bekerjasama. Mengapa engkau harus bersaing dan bertengkar? Tidak ada apapun di dunia ini yang dapat bertahan begitu lama. Sang Buddha mengetahui hal ini dengan benar. Beliau menyatakan, "Semua adalah penderitaan; semuanya adalah sementara; semuanya hanyalah perangkat sementara dari sifat yang fana." Mengapa engkau menjadi benar-benar tertarik dengan hal-hal yang terbatas ini? Berusalah untuk mendapatkan keabadian, yang tidak terbatas, bersifat universal. Suatu hari nanti, engkau harus melepaskan tubuh yang engkau berikan makan dan rawat. Berapa lama engkau dapat menjaga semua yang engkau hasilkan dan miliki dengan kebanggan? Pikiran dan keinginan yang remeh hanya memberikan penderitaan; pikiran dan keinginan yang suci memberikan kedalamian ilahi! 


- Divine Discourse, Mei 1981.

Persatuan menghadirkan kedamaian dan kebahagiaan. Perpecahan mengarah pada ketidakpuasan dan kegelisahan serta membuat seseorang lupa pada keilahian. 

Sunday, December 29, 2024

Thought for the Day - 29th December 2024 (Sunday)

Whoever subdues egotism, conquers selfish desires, destroys bestial feelings and impulses, and gives up the natural tendency to regard the body as the self, that person is surely on the path of dharma; that person knows that the goal of dharma is the merging of the wave in the sea, the merging of Self in the Over-self. In all worldly activities, be careful not to offend propriety or the canons of good nature; do not play false to the promptings of the inner voice; be prepared, at all times, to respect appropriate dictates of conscience; watch your steps to see whether you are in someone else’s way; be ever vigilant to discover the truth behind all this scintillating variety! This is your entire duty, your dharma. The blazing fire of wisdom (jnana), which convinces you that all this is Divinity (sarvam khalvidam Brahmam), will consume into ashes all traces of your egotism and worldly attachment. You must become intoxicated with the nectar of union with Brahman; that is the ultimate goal of dharma and of action (karma) inspired by dharma! 


- Dharma Vahini, Ch 1.

Have faith in God, and in the correctness of moral living. Then, you can have peace and joy, whatever may be the fare that fortune offers you.



Siapapun yang dapat menundukkan egoisme, menaklukkan keinginan yang mementingkan diri sendiri, menghancurkan perasaan dan dorongan yang bersifat kebinatangan, serta melepaskan kecendrungan yang lumrah dimana menganggap tubuh jasmani sebagai diri sejati, maka orang tersebut pastinya ada di jalan dharma; orang itu mengetahui bahwa tujuan dari dharma adalah menyatunya gelombang dalam lautan, menyatunya diri sejati dalam Diri yang Agung. Dalam semua kegiatan duniawi, berhati-hatilah untuk tidak melanggar nilai kesopanan atau norma-norma kebaikan; jangan mengingkari bisikan dari suara hati; selalulah siap sepanjang waktu untuk menghormati panggilan hati Nurani; perhatikan pada langkah-langkahmu untuk melihat apakah engkau menghalangi jalan orang lain; tetaplah waspada untuk menemukan kebenaran di balik semua keragaman yang memukau ini! Ini adalah seluruh dari kewajibanmu dan sebagai dharmamu. Berkobarnya api kebijaksanaan (jnana), yang menyadarkanmu bahwa semuanya ini adalah keilahian (sarvam khalvidam Brahmam) akan membakar habis menjadi abu semua jejak egoisme dan keterikatan duniawimu. Engkau harus menjadi mabuk dengan nektar dari penyatuan dengan Brahman; itu adalah tujuan tertinggi dari dharma dan tindakan (karma) yang terinspirasi oleh dharma! 


- Dharma Vahini, Ch 1.

Miliki keyakinan pada Tuhan, dan pada kebenaran hidup yang bermoral. Kemudian, engkau bisa memiliki kedamaian dan suka cita, apapun yang ditawarkan oleh takdir kepadamu.

Thursday, December 26, 2024

Thought for the Day - 26th December 2024 (Thursday)

A person who is steeped in ignorance is considered to be no better than an animal. Such a person's life is centred only on sense-gratification. His thoughts never go beyond the senses because of his ignorance of the Divinity within him. He deems the transient earthly pleasures as heavenly bliss and lives in delusion devoid of discrimination. Every man must make an effort to rise to humanness, shedding his animal and demonic qualities, and then strive to realise his divine nature. When Jesus was born, three kings came to his birthplace. They gave expression to three different views about the newborn baby. One, looking at the infant, said: "This child looks like one who will be a lover of God." Second king said: "God will love this child." The third king declared: "Verily, this child is God Himself." The first one viewed the child from the physical point of view. The second saw the child from the mental viewpoint. The third saw from the spiritual point of view. These three declarations indicate how one can progress from the human to the divine level. What is needed is the destruction of animal and demonic qualities in man. 


- Divine Discourse, Dec 25, 1992.

It is not all that important how much you love God; what is more important is how much God loves you.



Seseorang yang tenggelam dalam kebodohan dianggap tidak lebih baik daripada binatang. Hidup orang seperti itu hanya terpusat pada kepuasan Indera. Pikirannya tidak pernah melampaui Indera karena ketidaktahuannya pada keilahian di dalam dirinya. Dia menganggap kesenangan duniawi yang bersifat sementara sebagai kebahagiaan surgawi dan hidup dalam khayalan tanpa adanya kemampuan membedakan antara yang benar dan salah. Setiap manusia harus melakukan usaha untuk bangkit naik menuju kemanusiaan, menanggalkan sifat binatangnya dan sifat jahatnya, kemudian berusaha untuk menyadari sifat ilahinya yang sejati. Ketika Jesus lahir, ada tiga raja yang mengunjungi tempat lahirnya. Mereka memberikan tiga pandangan berbeda terkait bayi yang baru lahir. Satu raja memandang pada bayi itu dan berkata: "Anak ini kelihatan seseorang yang akan menjadi penyayang Tuhan." Raja kedua berkata: "Tuhan akan menyayangi anak ini." Raja ketiga menyatakan: "Sejatinya, anak ini adalah Tuhan itu sendiri." Raja pertama melihat anak ini dari sudut pandang fisik. Raja kedua memandang anak ini dari sudut pandang batin. Raja ketiga memandang anak ini dari sudut pandang spiritual. Ketiga pernyataan ini menandakan bagaimana seseorang dapat maju dari manusia menuju tingkat Tuhan. Apa yang dibutuhkan adalah menghancurkan sifat binatang dan sifat jahat di dalam diri manusia. 


- Divine Discourse, 25 Desember 1992.

Yang terpenting bukanlah berapa besar engkau menyayangi Tuhan; yang lebih penting adalah berapa besar Tuhan menyayangimu.

Wednesday, December 25, 2024

Thought for the Day - 25th December 2024 (Wednesday)

God is the Eternal Power, Omnipotent, Omniscient. He is the cause and consequence - the potter, clay and the pot. Without God, there can be no Universe. He willed and the Universe happened. It is His play, the manifestation of His power. Man embodies His will, His power, His wisdom. But, he is unaware of this glory. A cloud of ignorance veils the truth. God sends sages, saints and prophets to unveil the Truth and Himself appears as an Avatar (divine incarnation) to awaken and liberate him. Two thousand years ago, when narrow pride and thick ignorance defiled mankind, Jesus came as the embodiment of love and compassion and lived among men, holding forth the highest ideals of life. You must pay attention to the lessons he elaborated on in various stages of his life. 'I am the Messenger of God,' he declared, first. Yes. Each individual must accept that role and live as examples of divine love and charity. This day, as we celebrate Christmas, bring to mind the words he uttered, the advice he offered, the warning he gave, and decide to direct your daily lives along the path he laid down. His words must be imprinted on your hearts and you must resolve to practise all that he taught. 


- Divine Discourse, Dec 24, 1980.

Christ taught people to love all beings and serve all with compassion. Only by practising these ideals, one can truly celebrate His birthday.



Tuhan adalah kekuatan yang abadi, Maha Kuasa dan Maha Mengetahui. Tuhan adalah sebagai sebab dan juga akibat – Tuhan adalah sang pembuat tembikar, Tuhan adalah tanah liatnya dan Tuhan adalah kendi itu juga. Tanpa adanya Tuhan, tidak akan ada alam semesta. Tuhan berkehendak dan alam semesta tercipta. Alam semesta ini adalah kemukjizatan-Nya dan manifestasi dari kekuatan-Nya. Manusia adalah perwujudan dari kehendak Tuhan, kekuatan Tuhan dan kebijaksanaan Tuhan. Namun, manusia tidak menyadari kemuliaan ini. Awan dari kebodohan menutupi kebenaran. Tuhan mengirimkan para guru suci, orang suci dan Nabi untuk mengungkapkan kebenaran dan Tuhan sendiri hadir sebagai _Avatar_ (inkarnasi Tuhan) untuk membangkitkan dan membebaskan manusia. Dua ribu tahun yang lalu, ketika kesombongan yang picik dan kebodohan yang tebal mencemari umat manusia, Yesus datang sebagai perwujudan kasih dan welas asih serta hidup bersama diantara manusia, mengajarkan nilai-nilai tertinggi dari hidup. Engkau harus memberikan perhatian pada pelajaran yang Yesus ajarkan dalam berbagai tahapan hidup-Nya. 'Aku adalah utusan Tuhan,' kata-kata Yesus pertama kali. Iya, setiap individu harus menerima peran itu dan hidup sebagai teladan dari kasih Tuhan dan kedermawanan. Hari ini, ketika kita merayakan Natal, ingatlah kembali kata-kata yang Yesus katakan, nasihat yang Yesus berikan, peringatan yang Yesus sampaikan, dan ambilah Keputusan untuk mengarahkan hidupmu sehari-hari sesuai dengan jalan yang Yesus telah tunjukkan. Perkataan-Nya harus terpatri di dalam hatimu dan engkau harus bertekad untuk mempraktekkan semua yang Yesus ajarkan. 


- Divine Discourse, 24 Desember 1980.

Kristus mengajarkan manusia untuk mengasihi semua makhluk dan melayani semuanya dengan welas asih. Hanya dengan mempraktikkan nilai-nilai ini, kita dapat benar-benar merayakan hari kelahiran-Nya.




Monday, December 23, 2024

Thought for the Day - 23rd December 2024 (Monday)

Meditation, these days, is often confined to the puja room. As soon as one emerges from the shrine, one is filled with all sorts of mental agitations. Hence, it has been declared: Satatam yoginah (Be established in yoga all the time). This does not mean giving up all worldly affairs. Pursue your studies. Fulfill your duties. But in all these activities, use your Dharana power (the power of concentration). In the process, you develop your powers of Dhyana (meditation). Dhyana means single-pointed contemplation. Even in daily life, when one is in a reflective mood, he is asked: “What is the Dhyana you are doing?" Dhyana means absorption in thought. It should be centred on only one specific subject. This is described in Vedantic parlance as Salokyam. "Sa" comprehends every aspect of Divinity. Salokya means absorption in the thoughts of Divinity. Through Dhyana you have to achieve the sense of oneness with the Divine.


- Divine Discourse, Jun 29, 1989.

Living in the world, do your duty, discharge your responsibility, but keep the focus on the goal; never forget it.



Meditasi pada saat sekarang sering dibatasi hanya pada ruang doa. Begitu seseorang bangkit dan keluar dari ruang doa, dia diliputi dengan berbagai bentuk kegelisahan batin. Oleh karena itu, telah dinyatakan dalam naskah suci: Satatam yoginah (tetaplah dalam keadaan yoga sepanjang waktu). Hal ini tidak berarti melepaskan semua urusan duniawi. Tempuhlan pendidikanmu. Jalankan kewajibanmu. Namun dalam semua aktifitas, gunakan kekuatan konsentrasimu (Dharana). Melalui proses ini, engkau mengembangkan kekuatan dari meditasimu (Dhyana). Dhyana berarti perenungan yang terpusat pada satu titik. Bahkan dalam hidup sehari-hari, ketika seseorang dalam perenungan, dia ditanyakan: “Apa yang sedang engkau renungkan?" Dhyana berarti keterpusatan dalam pikiran. Pikiran itu harus tertuju hanya pada satu subjek tertentu. Hal ini dijabarkan dalam istilah Wedanta sebagai Salokyam. "Sa" mencakup setiap aspek keilahian. Salokya berarti keterpusatan pikiran-pikiran pada keilahian. Melalui Dhyana engkau harus mencapai rasa kesatuan dengan Tuhan. 


- Divine Discourse, 29 Juni 1989.

Hidup di dunia, lakukan kewajibanmu, jalankan tanggung jawabmu, namun tetap fokus pada tujuan; jangan pernah melupakannya.




Sunday, December 22, 2024

Thought for the Day - 22nd December 2024 (Sunday)

Let the petty wishes for which you now approach God be realised or not; let the plans for promotion and progress which you place before God, be fulfilled or not; they are not so important after all. The primary aim should be to become masters of yourselves, to hold intimate and constant communion with the Divine that is in you as well as in the Universe of which you are a part. Welcome disappointments, for they toughen you and test your fortitude. The gold that was melting in the fire, before the goldsmith with his blowpipe, told him: “Do not exult when you drop me into the fire and I am molten and the alloy is taken out of me. Remember I am rendered purer and more valuable every moment, whereas all that you get for your pains is smoke in the face and soot in the hand!" Never give up God, holding Him responsible for your ills; believe rather that the ills draw you nearer God, making you call on Him always when you are in difficulty.


- Divine Discourse, May 12, 1970.

The love coming from the devotee’s heart must flow unimpeded to God. It must be totally impervious to the vicissitudes of life.



Biarkan keinginan-keinginan remeh yang sekarang engkau sampaikan pada Tuhan bisa terkabulkan atau tidak; biarkan rencana-rencana untuk promosi dan kemajuan yang engkau ajukan pada Tuhan bisa terwujud atau tidak; semuanya ini sejatinya tidaklah begitu penting. Tujuan utama seharusnya adalah menjadi penguasa pada dirimu sendiri, menjalin hubungan yang dekat dan tanpa putus dengan Tuhan yang bersemayam dalam dirimu maupun yang ada dalam alam semesta yang mana engkau menjadi bagiannya. Sambutlah kekecewaan, karena itu bersifat menguatkanmu dan menguji ketabahanmu. Emas yang meleleh di dalam kobaran api, dihadapan tukang emas dengan pipa tiupnya, berkata kepadanya: “Janganlah bergembira ketika engkau menaruhku ke dalam api dan aku meleleh, sementara logam campuran dipisahkan dari diriku. Ingatlah bahwa aku menjadi semakin murni dan semakin bernilai setiap saat, sementara semua yang engkau dapatkan dari usahamu adalah asap dan jelaga di tanganmu!" Jangan pernah tinggalkan Tuhan, serta menyalahkan Tuhan atas segala penderitaanmu; percayalah bahwa penderitaan itu menarikmu semakin dekat dengan Tuhan, membuatmu terus memanggil-Nya ketika engkau dalam kesulitan.


- Divine Discourse, 12 Mei 1970.

Kasih yang berasal dari hati bhakta harus mengalir tanpa rintangan menuju Tuhan. Kasih ini harus sepenuhnya tidak terpengaruh oleh pasang surut kehidupan.



Saturday, December 21, 2024

Thought for the Day - 21st December 2024 (Saturday)

Do not do unto another what you do not like to be done to yourself. For the other is really you. Even if another uses foul language against you, be calm and sweet; say, "Oh, I am so surprised that my behaviour has given you that impression!" Smile in return, do not take it to heart; remind yourself that even Swami is not free from these peculiar beings who revel in falsehoods. Smile when you hear these revilings and be calm. That is a sign of your meditation progressing fast! Preserve your mental health by this supreme unconcern. Preserve your physical health also, for ill health can be a great nuisance to the spiritual aspirant, a great handicap. The body will refuse to be ignored; it will thrust itself upon your attention if it is beset with disease. The body is the car, the senses are mechanical parts and through the petrol of Sadhana you must keep it going!


- Divine Discourse, Jan 22, 1967.

Our love should transcend narrow limits, embrace the whole world and extend to every living being.



Jangan lakukan pada orang lain apa yang engkau tidak suka orang lain lakukan kepada dirimu. Karena orang lain sejatinya adalah dirimu sendiri. Bahkan jika orang lain menggunakan kata-kata kasar kepadamu, tetaplah tenang dan lembut; katakan, "Oh, saya terkejut bahwa tingkah laku saya telah memberikan kesan seperti itu kepadamu!" Berikan senyuman sebagai balasannya dan jangan membawanya ke dalam hati; ingatkan dirimu kembali bahwa bahkan Swami sendiri tidak terbebas atau luput dari manusia aneh yang sangat suka dalam ketidakbenaran. Tersenyumlah ketika engkau mendengar semua celaan ini dan tetaplah tenang. Itu adalah tanda dari kemajuan pesat meditasimu! Jaga Kesehatan batinmu dengan ketidakpedulian yang luhur ini. Jagalah juga Kesehatan fisikmu, karena kesehatan yang buruk dapat menjadi sebuah hambatan besar bagi peminat spiritual. Tubuh yang sakit sangat membutuhkan perhatianmu dan hal itu sulit untuk diabaikan. Tubuh adalah mobil, indria adalah bagian mekanisnya dan melalui bahan bakar Sadhana maka engkau harus tetap bergerak!


- Divine Discourse, 22 Januari 1967.

Kasih kita seharusnya melampaui batas-batas sempit, merangkul seluruh dunia dan mencakup semua makhluk hidup.



Friday, December 20, 2024

Thought for the Day - 20th December 2024 (Friday)

People have specialised in various methods of worshipping God; there are a host of rites, ceremonies, hymns, festivals, fasts, vows, and pilgrimages; but, the best form of worship, the one that will bring the grace of God in ample measure is to obey the commands of God. Adulation is poor adoration! Placing God at a great distance from you and praising Him as Omniscient, Omnipotent and Omnipresent will not please Him. Develop nearness, proximity, and kinship with God. Win Him by obedience, loyalty, humility, and purity. Make your lives simple; fill the daily tasks with love and mutual co-operation; be tolerant towards the errors and failings of others; look upon them with empathy and understanding; be calm and without agitation, under all conditions. Then, you can be happy and the country will be happy. Your sentiments will be unselfish and your emotions, tender. Envy, hatred and vindictiveness can gain no entrance into the stronghold of your mind, where mercy, benevolence and gratitude stand guard!


- Divine Discourse, May 12, 1970.

No worship or penance, no oath can equal the efficacy of obedience, obedience to the command given for your liberation.



Manusia telah mengembangkan berbagai jenis metode dalam pemujaan kepada Tuhan; ada begitu banyak ritual, upacara suci, lagu pujian, puasa, sumpah dan mengunjungi tempat suci; namun, bentuk pemujaan yang terbaik yang akan membawakan karunia Tuhan yang berlimpah adalah dengan mematuhi perintah-perintah Tuhan. Pujian semata bukanlah ibadah yang baik! Menempatkan Tuhan di tempat yang begitu jauh dari jangkauanmu dan memuji-Nya sebagai Yang Maha Tahu, Maha Kuasa dan Hadir dimana-mana tidak akan menyenangkan-Nya. Kembangkan kedekatan dan jalin hubungan dengan Tuhan. Raihlah Tuhan dengan ketaatan, kesetiaan, kerendahan hati dan kesucian. Buatlah hidupmu sederhana; jalankan kewajibanmu sehari-hari dengan kasih dan saling bekerjasama; miliki sikap toleransi kepada kesalahan dan kegagalan orang lain; pandanglah mereka dengan empati dan pengertian; tetaplah tenang dan jangan terguncang dalam segala keadaan. Dengan begitu, engkau bisa menjadi bahagia dan negaramu juga bisa menjadi bahagia. Perasaanmu akan menjadi tidak egois dan emosimu menjadi lembut. Sifat seperti iri hati, kebencian dan dendam tidak akan bisa masuk ke dalam benteng pikiranmu, dimana kasih sayang, kemurahan hati dan rasa syukur berdiri menjadi penjaganya!


- Divine Discourse, 12 Mei 1970.

Tidak ada ibadah atau tapa, tidak ada sumpah apapun yang menyamai keampuhan dari ketaatan, yaitu taat pada perintah yang diberikan untuk pembebasanmu.

Thursday, December 19, 2024

Thought for the Day - 19th December 2024 (Thursday)

There are two roads to fulfilment, ‘Prartana and Dhyana (Prayer and Meditation)’. Prayer makes you a supplicant at the feet of God; Meditation induces God to come down to you and inspires you to raise yourselves to Him. It tends to make you come together, not place one on a lower level and the other on a higher. Dhyana is the royal road to liberation from bondage, though by prayer too you earn the same fruit. Meditation needs concentration, after controlling the claims of senses. You must picture before your inner eye the Form on which you elect to contemplate. Or, you can elect to meditate on a flame, a steady straight flame of light. Picture it as spreading on all sides, becoming bigger and bigger; enveloping all and growing in you, until there is nothing else except light. In the glory of that all-enveloping Light, all hate and envy, which are the evil progeny of darkness, will vanish. Know that the same light is in all. Even he, whom you were treating as your worst rival, has the selfsame light in his innermost heart!


- Divine Discourse, Jan 22, 1967.

Meditation should be practised as a means of cultivating pure and selfless love, renouncing all attachments to worldly things.



Terdapat dua jalan untuk pemenuhan yaitu ‘Prartana dan Dhyana (berdoa dan meditasi)’. Doa membuat dirimu menjadi pemohon di kaki Tuhan; Meditasi menyebabkan Tuhan datang padamu dan mendorongmu untuk mengangkat dirimu menuju pada-Nya. Meditasi cendrung membuat dirimu menyatu dengan-Nya, bukan menempatkan satu di bagian yang lebih rendah dan yang lain di bagian yang lebih tinggi. Dhyana adalah jalan utama untuk pembebasan dari belenggu, walaupun melalui doa engkau mendapatkan hasil yang sama. Meditasi membutuhkan konsentrasi yang bisa dicapai setelah mengendalikan tuntutan dari indria. Engkau harus membayangkan di depan mata batinmu wujud dari yang engkau pilih untuk direnungkan. Atau, engkau dapat memilih untuk bermeditasi dengan membayangkan cahaya pada nyala api, cahaya api yang lurus dan stabil. Bayangkan cahaya dari nyala api itu menyebar ke segala arah, menjadi semakin bersinar dan bersinar; meliputi segalanya dan berkembang di dalam dirimu, sampai tidak ada yang lain lagi selain cahaya. Dalam kemuliaan cahaya yang meliputi semuanya, maka semua kebencian dan iri hati yang merupakan keturunan jahat dari kegelapan akan lenyap. Ketahuilah bahwa cahaya yang sama ada di dalam semuanya. Bahkan bagi dia yang sebelumnya engkau anggap sebagai musuh terburukmu, juga memiliki cahaya yang sama dalam relung hati yang terdalamnya!


- Divine Discourse, 22 Januari 1967.

Meditasi harus dipraktekkan sebagai sarana memupuk kemurnian dan kasih tanpa mementingkan diri sendiri, dan melepaskan segala keterikatan pada hal-hal duniawi.



Wednesday, December 18, 2024

Thought for the Day - 18th December 2024 (Wednesday)

Today, man is bereft of gratitude, which is one of the most essential qualities. He forgets the help rendered to him by others. As long as man is alive, he should be grateful for the help he received from others. There are two things you have to forget: the help you have rendered to others and the harm others have done to you. If you remember the help you have rendered, you will always expect something in return. Remembrance of the harm done to you by others generates in you a sense of revenge. You should remember only the help you received from others. The one with these sacred qualities is an ideal man. In this ephemeral and transient world, man always aspires for peace and security. But money, education, position of authority and physical comforts cannot confer peace and security. Peace originates from the heart. Man can experience peace and security only when his heart is filled with love. Love is God, love is Nature, love is life and love is the true human value. Bereft of love, man is equivalent to a corpse. You should lead a life filled with love. Love even the worst of your enemies.


- Divine Discourse, Mar 18, 1999.

The Divine incarnates to inculcate love in mankind and teach how love should be promoted and practised. Only when such love is developed will man be free from sorrow and trouble.



Hari ini, manusia kehilangan rasa syukur yang merupakan salah satu kualitas terpenting yang mendasar. Manusia lupa atas bantuan yang diberikan padanya oleh orang lain. Selama manusia masih hidup, dia seharusnya bersyukur atas bantuan yang dia terima dari orang lain. Ada dua hal yang engkau harus lupakan: bantuan yang engkau berikan pada orang lain dan penderitaan yang orang lain lakukan kepadamu. Jika engkau mengingat bantuan yang engkau telah berikan, maka engkau akan selalu mengharapkan sesuatu sebagai balasannya. Mengingat penderitaan yang dilakukan orang lain kepadamu memunculkan perasaan balas dendam. Engkau seharusnya hanya mengingat bantuan yang engkau terima dari orang lain. Seseorang dengan kualitas yang suci seperti ini adalah seorang manusia yang ideal. Dalam dunia yang sementara dan fana ini, manusia selalu mengharapkan kedamaian dan rasa aman. Namun, uang, Pendidikan, jabatan kekuasaan dan kenyamanan fisik tidak bisa memberikan kedamaian dan rasa aman. Kedamaian berasal dari hati. Manusia dapat mengalami kedamaian dan rasa aman hanya ketika hatinya diisi dengan kasih. Kasih adalah Tuhan, kasih adalah alam, kasih adalah hidup dan kasih adalah nilai kemanusiaan yang sejati. Kehilangan kasih, manusia adalah sama dengan mayat. Engkau seharusnya menjalani hidup yang penuh dengan kasih. Kasihi bahkan pada musuhmu yang paling buruk.


- Divine Discourse, 18 Maret 1999.

Tuhan mengambil inkarnasi untuk menanamkan kasih pada manusia dan mengajarkan bagaimana kasih harus dipupuk dan dijalankan. Hanya ketika kasih seperti itu dikembangkan maka manusia akan bebas dari penderitaan dan masalah.



Tuesday, December 17, 2024

Thought for the Day - 17th December 2024 (Tuesday)

The same sky is over everyone's head; the same earth supports everyone's feet; the same air enters everyone's lungs! The same God brought all forth, brings up all and brings about the end of this earthly career. Why then this inhuman role of foe and fanaticism, fight and feud? In the Gita, the Lord has declared, “Beejam mam sarva bhutanam - I am the seed for all beings”. The tree is a broad spread of leaves and flowers, fruits and green. It is a fanned-out system of trunk, branches, and twigs! All have grown out of one single small seed! And, every fruit of that tree has seeds of the same nature inside it! So too, contemplate for a while on the magnificent multitude of life, all its rich variety of strong and weak, prey and hunter, distressed and delighted, creeping, crawling, flying, floating, walking, hanging, burrowing, diving, swimming - all this uncountable variety of created beings come out of the beejam (seed, the Lord) and each of them has in its core, the beejam, again! Visualise this Immanent Divinity; you become humble, wise, and full of love! 


- Divine Discourse, May 12, 1970.

To achieve unity you have to cultivate purity. Where you have purity, you realise Divinity.



Langit yang sama membentang di atas kepala setiap orang; bumi yang sama juga menopang kaki setiap orang; udara yang sama juga mengisi paru-paru setiap orang! Tuhan yang sama menciptakan semuanya, memelihara semuanya dan menentukan akhir dari perjalanan hidup di dunia ini. Lantas mengapa kemudian muncul karakter yang kejam berupa permusuhan dan fanatisme, pertikaian dan perselisihan? Dalam Gita, Tuhan bersabda, “Beejam mam sarva bhutanam" – Aku adalah benih dari semua makhluk”. Pohon adalah tanaman besar yang memiliki daun dan bunga, buah dan kehijauan. Pohon adalah sistem batang, cabang dan ranting yang terbentang luas! Semuanya tumbuh dari satu biji yang kecil! Dan, setiap buah dari pohon itu memiliki benih dengan sifat yang sama di dalamnya! Begitu juga, renungkan sejenak pada keragaman hidup yang luar biasa ini, semua bentuk seperti kuat dan lemah, mangsa dan pemangsa, menderita dan bahagia, yang merayap, merangkak, terbang, mengapung, berjalan, bergelantungan, menggali, menyelam, berenang – semua makhluk ciptaan yang tidak terhitung jumlahnya ini berasal dari beejam (benih, sang Pencipta - Tuhan) dan masing-masing dari mereka memiliki benih (beejam) itu pada inti keberadaannya! Gambarkan keilahian yang bersifat fundamental ini; maka engkau menjadi rendah hati, bijak dan penuh kasih! 


- Divine Discourse, 12 Mei 1970.

Untuk mencapai kesatuan maka engkau harus memupuk kesucian. Dimana engkau memiliki kesucian maka engkau menyadari keilahian. 



Monday, December 16, 2024

Thought for the Day - 16th December 2024 (Monday)

Today, people think that spirituality has no relation to mundane life and vice versa. This is a big mistake. True Divinity is a combination of spirituality and social obligations. National unity and social harmony are founded upon spirituality. It is the Divine that links spirituality and social existence. The Creator and the Prakriti (Creation or nature) are inextricably associated with each other. Hence, God should not be regarded as separate from the creation. See God in the cosmos. For instance, here is a tumbler made of silver. The one who notices the silver in the tumbler thinks only of the material base and not the form of the tumbler. The one who sees it as a tumbler does not note its silver base. Only the person who can recognise both silver and tumbler can recognise that it is a silver tumbler. Likewise, without the Omni-Self there is no creation. Today, most people see only the creation. Very few recognise that the creation is a projection of the Creator. It is essential that every human being should have the realisation that without the Brahmam (Supreme) there can be no cosmos. 


- Divine Discourse, Feb 12, 1991.

To believe in God while rejecting the world is a narrow outlook! We must strengthen faith in the truth that the world is not different from God.



Hari ini, orang-orang berpikir bahwa spiritualitas tidak ada hubungan dengan hidup duniawi dan sebaliknya. Ini adalah sebuah kesalahan besar. Keilahian sejati adalah sebuah gabungan dari spiritualitas dan kewajiban sosial. Persatuan bangsa dan keharmonisan sosial dibangun diatas spiritualitas. Adalah Tuhan yang menghubungkan spiritualitas dan keberadaan sosial. Sang pencipta dan Prakriti (ciptaan atau alam) memiliki hubungan yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, Tuhan seharusnya tidak dilihat sebagai terpisah dari ciptaan. Lihatlah Tuhan di dalam kosmos. Sebagai contoh, ini adalah sebuah gelas yang terbuat dari perak. Seseorang yang melihat perak dalam gelas hanya berpikir berdasarkan pada material penyusunnya dan tidak melihat pada bentuk gelas tersebut. Sedangkan seseorang yang melihat gelas itu sebagai gelas tidak memperhatikan perak sebagai bahan dasar penyusunnya. Hanya orang yang dapat membedakan keduanya yaitu perak dan gelas dapat menyadari bahwa itu adalah gelas perak. Sama halnya, tanpa adanya Tuhan yang Maha Esa maka tidak akan ada ciptaan. Hari ini, kebanyakan orang hanya melihat ciptaan. Sangat sedikit yang menyadari bahwa ciptaan adalah proyeksi dari sang Pencipta. Adalah bersifat mendasar bahwa setiap manusia seharusnya memiliki kesadaran bahwa tanpa adalahnya Brahmam (Tuhan tertinggi) maka tidak akan ada kosmos. 


- Divine Discourse, 12 Februari 1991.

Percaya pada Tuhan namun menolak dunia adalah sebuah pandangan yang sempit! Kita harus menguatkan keyakinan bahwa dunia tidaklah berbeda dari Tuhan. 



Sunday, December 15, 2024

Thought for the Day - 15th December 2024 (Sunday)

Today people seek Ananda (Bliss). But what kind of Ananda do they want? Is it momentary or enduring bliss? Can momentary bliss be equated with Ananda? Ananda is that state of joy which is lasting and unchanging. The joy that is experienced from moment to moment can only be termed Santosham - temporary happiness. It is to be regarded as "some-tosham" (a little joy). To seek it is a dosham (error). Revelling in the transient and the momentary, men lose themselves. Ananda is enduring bliss. Santosham is pleasure. There is a wide gulf between the two. When one is hungry, he takes some chapatis and feels satisfied and happy. But hunger appears again after a few hours. Hence, this happiness comes and goes like birth and death. This is not the kind of happiness man should seek. He must aspire for the bliss that is everlasting.


- Divine Discourse, Nov 05, 1991.

Life is infinitely precious and it should not be wasted in mere eating and sleeping. It should be lived for realising the Supreme.



Hari ini orang-orang mencari kebahagiaan (Ananda). Namun apa jenis Ananda yang mereka inginkan? Apakah kebahagiaan yang bersifat sementara atau bersifat kekal? Dapatkah kebahagiaan sesaat disamakan dengan Ananda? Ananda adalah keadaan suka cita yang bersifat kekal dan tidak berubah. Suka cita yang dialami dari satu waktu ke waktu lainnya hanya bisa disebut sebagai Santosham – kesenangan sementara. Hal itu dianggap sebagai "some-tosham" (suka cita kecil). Mengejar suka cita kecil ini adalah sebuah kesalahan (dosham). Bergembira dalam hal yang bersifat sementara dan sesaat menunjukkan manusia kehilangan jati dirinya. Ananda adalah kebahagiaan yang kekal. Santosham adalah kesenangan. Ada jurang pemisah yang begitu lebar diantara keduanya. Ketika seseorang lapar, maka dia mengambil beberapa makanan seperti chapati dan merasa puas dan senang. Namun rasa lapar itu akan muncul kembali setelah beberapa jam kemudian. Oleh karena itu, kesenangan ini datang dan pergi seperti halnya kelahiran dan kematian. Ini bukanlah jenis kesenangan yang manusia cari. Manusia harus mengharapkan kebahagiaan yang bersifat abadi. 


- Divine Discourse, 5 November 1991.

Hidup adalah sangat berharga dan hidup seharusnya tidak disia-siakan hanya makan dan tidur saja. Hidup harus dijalankan untuk menyadari Tuhan tertinggi. 



Saturday, December 14, 2024

Thought for the Day - 14th December 2024 (Saturday)

Everyone utters the word God, but how many really seek to know God? What efforts do they make to know God? Goodness is another name for God. How much of goodness is there in you? When there is no goodness, how can God be understood? For understanding anything, subjective experience is essential. In the fast-flowing Ganga, a small fish is able to swim freely and joyously, without fear of the depth or swift flow of the river. But in the same river, a big elephant is likely to be swept away by the current. One should know how to keep afloat in the current and protect oneself. A tiny ant, for instance, is able to get at the sugar that is mixed with sand, because it has the ability to distinguish between sand and the sweet sugar in the mixture. But another animal, however big it may be, if it does not possess this ability, cannot separate the sugar from the sand. Likewise, if a man has experienced the bliss of the Divine, will he go after worldly pleasures? Only the person who has not tasted the nectar of Divine love will seek these pleasures. This Divine love is within man. All Divine feelings and thoughts emanate from within him.


- Divine Discourse, Feb 12, 1991.

There is no separate path to knowing God other than knowing one’s own Self.



Setiap orang mengucapkan kata Tuhan, namun pertanyaannya berapa banyak yang benar-benar mencari untuk mengetahui Tuhan? Apa usaha yang mereka lakukan untuk dapat mengetahui Tuhan? Kebaikan adalah nama lain dari Tuhan. Berapa banyak kebaikan yang ada di dalam dirimu? Ketika tidak ada kebaikan, bagaimana Tuhan dapat dipahami? Untuk memahami apapun juga, pengalaman bersifat personal adalah mendasar. Dalam aliran Sungai Gangga yang luas, ada seekor ikan yang mampu berenang dengan bebas dan suka cita, tanpa adanya ketakutan pada kedalaman atau kecepatan arus sungai. Namun pada sungai yang sama, seekor gajah yang besar kemungkinan besar terseret oleh arus sungai. Seseorang harus mengetahui bagaimana caranya agar tetap bertahan di arus dan melindungi dirinya. Ambillah contohnya seekor semut yang kecil, dimana semut ini mampu mendapatkan gula yang tercampur di dalam pasir, itu karena semut memiliki kemampuan untuk membedakan antara pasir dan gula yang manis dalam campuran itu. Namun binatang yang lain, betapapun besarnya, jika binatang itu tidak memiliki kemampuan ini, maka tidak akan bisa memisahkan antara pasir dan gula. Sama halnya, jika manusia telah mengalami kebahagiaan Tuhan, akankah dia mengejar kesenangan duniawi? Hanya seseorang yang belum merasakan nektar kasih Tuhan akan tetap mencari kesenangan-kesenangan ini. Kasih Tuhan ini ada di dalam diri manusia. Semua perasaan dan pikiran Ilahi berasal dari dalam dirinya.


- Divine Discourse, 12 Februari 1991.

Tidak ada jalan terpisah untuk mengetahui Tuhan selain daripada mengetahui diri yang sejati.



Friday, December 13, 2024

Thought for the Day - 13th December 2024 (Friday)

If the darkness of ignorance is to be dispelled, man needs a container, oil, wick and matchbox corresponding to what an external lamp needs. For mankind, your heart is the container. Your mind is the wick. Love is the oil and sacrifice (vairagya) is the matchbox. When you have these four, the Atma-jyoti (Divine flame of the Spirit) shines effulgently. When the light of Spirit is aflame, the light of knowledge appears and dispels the darkness of ignorance. The flame of a lamp has two qualities. One is to banish darkness. The other is a continuous upward movement. Even when a lamp is kept in a pit, the flame moves upwards. Sages have therefore adored the lamp of wisdom as the flame that leads men to higher states. Hence, the effulgence of light should not be treated as a trivial phenomenon. Along with lighting the external lamps, you should strive to light the lamps within yourself.


- Divine Discourse, Nov 05, 1991.

When the lamp of love is shining, God manifests! Keep it burning bright and pure, God persists! Allow all to light their lamps from it, God showers Grace!



Jika kegelapan dari kebodohan dihilangkan maka manusia membutuhkan sebuah wadah, minyak, sumbu dan korek api sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam menyalakan pelita di luar. Bagi umat manusia, hatimu adalah sebagai wadahnya. Pikiranmu adalah sebagai sumbunya. Kasih adalah sebagai minyak dan pengorbanan (vairagya) adalah sebagai korek apinya. Ketika engkau memiliki keempat bagian ini maka Atma-jyoti (cahaya Tuhan dari jiwa) bersinar dengan terangnya. Ketika cahaya jiwa bersinar maka pelita pengetahuan akan muncul dan melenyapkan kegelapan dari kebodohan. Cahaya sebuah pelita memiliki dua kualitas. Kualitas pertama adalah melenyapkan kegelapan. Kualitas kedua adalah selalu bergerak ke atas. Bahkan ketika sebuah pelita ditaruh dalam lubang, cahayanya selalu bergerak ke atas. Oleh karena itu, para guru suci memuliakan pelita kebijaksanaan sebagai pelita yang menuntun manusia pada tahapan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, pancaran cahaya seharusnya tidak diperlakukan sebagai sebuah fenomena yang sepele. Selain menyalakan pelita di luar diri, engkau harus berusaha untuk menyalakan pelita di dalam dirimu.


- Divine Discourse, 5 November 1991.

Ketika pelita kasih bersinar, Tuhan mewujudkan diri-Nya! Menjaga agar pelita kasih tetap menyala terang dan murni, Tuhan terus hadir! Mengijinkan semuanya menyalakan pelitanya dari pelita kasih ini, Tuhan mencurahkan karunia-Nya!

Thursday, December 12, 2024

Thought for the Day - 12th December 2024 (Thursday)

Man today is like a horseman riding two horses at the same time. He aspires for the Divine, but also yearns for worldly pleasures. He forgets that the creator contains the creation. Forgetting this truth, he goes after the phenomenal world, regarding it as different from the Divine. He is foolish like the man who cries for ghee while having milk in his hand, not realising that ghee is latent in the milk. Today's devotees study the Vedas and other scriptures as a ritual but do not put into practice any of the injunctions contained in these. Of what avail is it merely to know how the Vedas or Upanishads have described the Divine? If this book lore is not reflected in one’s life, it is like a blind man who hears about the existence of the world, but cannot see it. There is no difference between this physically blind man and the spiritually blind person who merely studies the scriptures. The scriptures are intended to provide guides for practical living and not merely to be learnt by rote.


- Divine Discourse, Feb 12, 1991.

Man should utilise the pure and sacred thoughts that arise in him to turn away from the transient attractions of the world, and to set himself on the path towards the Divine.


Manusia hari ini adalah seperti seorang penunggang kuda yang sedang menunggang dua kuda sekaligus secara bersamaan. Dia menginginkan Tuhan, namun juga merindukan kesenangan duniawi. Dia lupa bahwa Sang pencipta terdapat di dalam ciptaan. Dengan melupakan kebenaran ini, manusia mengejar dunia fenomenal ini, menganggapnya sebagai sesuatu yang berbeda dengan Tuhan. Dia adalah bodoh seperti seseorang yang menangis meminta ghee padahal dia sendiri sedang memegang susu di tangannya, dia tidak menyadari bahwa ghee ada terpendam di dalam susu. Bhakta pada saat sekarang mempelajari Weda dan naskah suci lainnya sebagai sebuah ritual namun tidak mempraktekkan ajaran yang terkandung di dalamnya. Apa gunanya sekedar mengetahui Weda atau Upanishad yang menggambarkan Tuhan? Jika buku suci ini tidak direfleksikan dalam hidup seseorang, ini seperti orang buta yang mendengar tentang keberadaan dunia, namun dia tidak bisa melihatnya. Tidak ada bedanya diantara orang buta secara fisik dan orang buta secara spiritual yang hanya mempelajari naskah-naskah suci. Naskah-naskah suci ditujukan untuk menyediakan tuntunan bagi hidup yang benar dan tidak hanya dipelajari dengan hafalan.


- Divine Discourse, 12 Februari 1991.

Manusia harus memanfaatkan pikiran suci dan murni yang muncul dalam dirinya untuk menjauhkan diri dari daya tarik dunia yang sementara, dan menempatkan dirinya pada jalan menuju Tuhan.

Monday, December 9, 2024

Thought for the Day - 9th December 2024 (Monday)

The Chataka bird endures many ordeals to secure unsullied raindrops from the clouds. The moment it espies a dark cloud in the sky, it embarks on its adventure. There is water aplenty on the earth in lakes, ponds and rivers. But the Chataka bird has no use for these polluted waters. It waits for the pure raindrops in the month of Karthik and does not seek any other water. It is undaunted by thunder and lightning. It seeks only the pure raindrops falling from the clouds, without fear or concern. It sings in joy as it drinks the raindrops. The Chataka bird is an example of pure love. The true devotee should perform a similar penance (to realise God). He must have the same determination. He must go through similar ordeals to experience the ultimate ecstasy. He must not succumb to the wiles and attractions of the world.


- Divine Discourse, Feb 12, 1991.

You have come into this world (loka) to enter the presence of the Lord of the world (Lokesha), so do not tarry in wayside inns, mistaking them to be the goal!



Burung Chataka menanggung banyak cobaan untuk mengamankan tetesan air hujan murni dari awan. Saat burung Chataka melihat awan gelap di langit maka pertualangannya dimulai. Terdapat banyak sekali air di bumi yang ada di danau, telaga dan sungai. Namun burung Chataka tidak menggunakan air yang tercemar ini. Dia menunggu tetesan air hujan murni yang jatuh di bulan Karthik dan tidak mencari air lainnya. Burung Chataka tidak gentar menghadapi guntur dan kilat. Dia hanya mencari tetesan air hujan murni yang jatuh dari awan, tanpa adanya rasa takut atau cemas. Burung Chataka bernyanyi dalam suka cita saat dia meneguk tetesan air hujan itu. Burung Chataka adalah sebuah contoh dari kasih yang murni. Bhakta yang sejati harus melakukan disiplin yang sama untuk dapat menyadari Tuhan. Bhakta harus memiliki kebulatan tekad yang sama. Dia harus melewati cobaan yang sama untuk mengalami suka cita yang hakiki. Dia tidak boleh menyerah pada tipu daya dan daya Tarik dunia.


- Divine Discourse, 21 Februari 1991.

Engkau telah lahir ke dunia ini (loka) untuk memasuki kehadiran Tuhan di dunia (Lokesha), jadi jangan bermalam di penginapan pinggir jalan, dan mengira penginapan itu adalah tujuan!



Sunday, December 8, 2024

Thought for the Day - 8th December 2024 (Sunday)

The mind is a fertile field for ignorance. Wipe out all traces of the mind (Mano-nasanam) - that is the task of the jnani (wise). How to destroy the mind? It is easy once you know what it is. The mind is stuffed with desire. It is a ball filled with air, like a football. Puncture it and it will not move from place to place. Nirvana means, without air. In a square field, the water filled from an irrigation canal appears to be a square; if the field is circular, rectangular or triangular, the sheet of water that fills it will have the same geometrical shape. The mind takes on the form of the desire that fills it. To take another example, it is like a piece of cloth, the warp and the woof being the yarn of desire. The texture, colour, durability, feel, and shine of the cloth will depend upon the desire that constitutes the warp and the woof. Remove the yarn, the warp and woof, one by one the cloth disappears. That is the technique of mano nasanam (destroying the mind).


- Divine Discourse, Oct 16, 1964.

When hatred, anger and greed are eliminated, the mind obeys our will and can be used for higher purposes.



Pikiran adalah sebuah ladang subur bagi kebodohan. Musnahkan semua jejak dari pikiran (Mano-nasanam) – itu adalah tugas dari para bijaksana (jnani). Bagaimana cara menghancurkan pikiran? Adalah mudah menghancurkannya sekali engkau mengetahui caranya. Pikiran adalah diisi dengan keinginan. Ini seperti sebuah bola yang diisi dengan udara, seperti halnya bola sepak. Tusuk bola itu maka bola itu tidak akan bisa bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Nirvana berarti, tanpa udara. Pada pematang sawah berbentuk persegi, air yang mengisi sawah yang berasal dari saluran irigasi berbentuk persegi; jika ladang berbentuk lingkaran, persegi panjang atau segi tiga, maka lapisan air yang mengisi ladang tersebut akan memiliki bentuk geometris yang sama. Pikiran mengambil bentuk dari keinginan yang mengisinya. Ambillah contoh lain, hal ini seperti sehelai kain, dimana bahan dasar penyusunnya adalah benang (keinginan). Sedangkan tekstur, warna, daya tahan, perasaan dan kilap kain akan tergantung dari keinginan yang menyusun struktur dasarnya. Lepaskan benangnya yang merupakan struktur dasar penyusun kain, maka satu demi satu kain itu akan lenyap. Itu adalah teknik dari menghancurkan pikiran (mano nasanam).


- Divine Discourse, 16 Oktober 1964.

Ketika kebencian, kemarahan dan ketamakan dihancurkan, maka pikiran taat pada kehendak kita dan pikiran dapat digunakan untuk tujuan yang lebih mulia.



Thursday, December 5, 2024

Thought for the Day - 5th December 2024 (Thursday)

Education should be for leading a good life and not for earning a livelihood. To learn from a scientist the chemical composition of water is a kind of knowledge which may help one to get a job. But how to make the right use of water so that all can share its benefits is knowledge of the Spirit. This higher knowledge elevates life and makes it meaningful. When worldly knowledge and spiritual knowledge come together, human life is divinised. There is a Kannada saying: "For water, lotus is the ornament. For a town, the home is the ornament. For the ocean, the waves are the ornament. For the sky, the moon is the ornament. For man's life, virtue is the ornament." Without good qualities, all other ornaments are worthless. The beauty created by the Divine cannot be excelled by any other ornament. It is that beauty which should be esteemed. Beauty is God. Why attempt to enhance it? When you have natural beauty, why go after artificial cosmetics? True beauty consists in good qualities!


- Divine Discourse, Nov 23, 1991.

Whatever be one's wealth, knowledge or position, the most essential quality is character.



Pendidikan harus untuk menjalani hidup yang baik dan bukan untuk mencari nafkah. Untuk belajar pada seorang ilmuwan tentang komposisi kimia dari air adalah sebuah pengetahuan yang mana dapat membantu seseorang mendapatkan pekerjaan. Namun bagaimana cara menggunakan air dengan benar sehingga semua orang bisa mendapatkan manfaat dari air adalah pengetahuan dari jiwa. Pengetahuan yang lebih tinggi mengangkat hidup dan menjadikannya bermakna. Ketika pengetahuan duniawi dan pengetahuan spiritual menjadi satu maka hidup manusia disucikan. Ada sebuah pepatah dalam bahasa Kannadamyang berbunyi: "Bagi air, teratai adalah perhiasan. Bagi sebuah kota, rumah adalah perhiasan. Bagi lautan, gelombang adalah perhiasan. Bagi langit, bulan adalah perhiasan. Bagi hidup manusia, kebajikan adalah perhiasan." Tanpa adanya sifat-sifat baik, semua perhiasan lainnya adalah tidak berguna. Keindahan diciptakan oleh Tuhan yang tidak bisa dikalahkan oleh perhiasan lainnya. Itu adalah keindahan yang harus dihargai. Keindahan adalah Tuhan. Mengapa berusaha untuk mempercantiknya? Ketika engkau memiliki kecantikan alami, mengapa harus mencari kosmetik buatan? Kecantikan sejati terdapat dalam sifat-sifat baik!


- Divine Discourse, 23 November 1991.

Apapun kekayaan, pengetahuan atau jabatan yang dimiliki seseorang, kualitas atau sifat yang paling mendasar adalah karakter. 

Wednesday, December 4, 2024

Thought for the Day - 4th December 2024 (Wednesday)

For a seed to become a plant, earth and water are necessary. Likewise, for the divine seed in man to grow into a tree and blossom into the flower of Sat-Chit-Ananda, it needs bhakti and shraddha (devotion and earnestness). Humanness does not consist merely in turning the mind towards God. The Divine has to be experienced within. The human estate is the manifestation of the infinite potential of the Divine. Man is the individualisation of the infinite rays of the Divine. Not recognising his divine essence, man is wasting his life in the pursuit of transient and trivial pleasures. What is spirituality? It is the resolute pursuit of cosmic consciousness. Spirituality aims at enabling man to manifest in all its fullness the divine chaitanya (cosmic consciousness) that is present within and outside him. It means getting rid of the animal nature in man and developing the divine tendencies in him. It means breaking down the barriers between God and Nature and establishing their essential oneness.


- Divine Discourse Feb 12, 1991.

Born as manava (human being), people should rise to the level of Madhava (God). They should not degenerate to the level of an animal.



Bagi sebuah benih untuk bisa tumbuh menjadi sebuah tanaman maka tanah dan air sangat diperlukan. Sama halnya, bagi benih keilahian dalam diri manusia dapat tumbuh menjadi sebuah pohon dan mekar menghasilkan bunga Sat-Chit-Ananda, maka hal ini membutuhkan bhakti dan _shraddha_ (pengabdian dan kesungguhan). Kemanusiaan tidak hanya terkait pada mengarahkan pikiran kepada Tuhan. Tuhan harus dialami di dalam dirinya. Keberadaan manusia adalah manifestasi dari potensi Tuhan yang tidak terbatas. Manusia adalah individualisasi dari sinar Ilahi yang tidak terbatas. Dengan tidak menyadari intisari keialhiannya, manusia malah sedang menyia-yiakan hidupnya dalam pengejaran kesenangan yang bersifat sementara. Apa makna dari spiritualitas? Ini adalah pencarian dengan penuh determinasi pada kesadaran kosmik. Spiritualitas bertujuan memungkinkan manusia untuk mewujudkan Chaitanya ilahi (kesadaran kosmik) yang ada di dalam diri dan di luar dirinya secara penuh. Hal ini bermakna melenyapkan sifat binatang dalam diri manusia dan mengembangkan kecendrungan keilahian di dalam dirinya. Artinya, meruntuhkan halangan pembatas diantara Tuhan dan Alam serta membangun kesatuan hakiki diantara keduanya.




- Divine Discourse Feb 12, 1991.


Lahir sebagai manusia (manava), manusia harus naik menuju tingkat Madhava (Tuhan). Manusia tidak boleh jatuh ke tingkat binatang. 



Tuesday, December 3, 2024

Thought for the Day - 3rd December 2024 (Tuesday)

The Lord never said that He will look after the welfare of a devotee all the time, in spite of the devotee spending only a little while, now and then, in thought of God and even if he goes on doing all kinds of evil and harmful things in the name of God. There are three things which one should keep in mind, namely, “I will not think of anything else except God; I will not do anything else without the permission of God and I will have my attention completely fixed on God.” It is only when you accept and put into practice these three things, that the Lord will look after your welfare. Today, we do not bother about the injunctions God gave us; instead, we argue with God and ask Him why He is not looking after our welfare and safety. By simply reading and repeating the text of the Bhagavad Gita, by merely thinking about its contents, we are not going to get any benefit out of it! It is only by understanding the meaning of the Gita, by ruminating over its meaning in your mind, digesting it completely and making it part and parcel of your life, can you get the benefit out of it.


- Ch 8, Summer Showers 1972

God's grace will be showered on you only when you put into practice at least a few of the Lord's injunctions.



Tuhan tidak pernah berkata bahwa Tuhan akan menjaga kesejahtraan bhakta sepanjang waktu, meskipun kadang-kadang bhakta meluangkan sedikit waktu dalam memikirkan Tuhan dan bahkan jika bhakta itu terus melakukan semua jenis kejahatan atas nama Tuhan. Ada tiga hal yang seseorang harus tetap ingat di dalam benaknya, yaitu: “aku tidak akan memikirkan hal lainnya selain Tuhan; aku tidak akan melakukan apapun tanpa seijin dari Tuhan dan aku akan memusatkan seluruh perhatian hanya terpusat pada Tuhan.” Hanya ketika engkau menerima dan menjalankan praktek ketiga hal tersebut diatas, maka Tuhan akan menjaga kesejahtraanmu. Hari ini, kita tidak peduli dengan ajaran serta perintah yang diberikan Tuhan kepada kita; malahan, kita berbantahan dengan Tuhan serta menanyakan Tuhan mengapa Tuhan tidak menjaga kesejahtraan dan keselamatan kita. Hanya dengan membaca dan mengulang-ulang teks yang ada dalam Bhagavad Gita, hanya dengan memikirkan tentang isinya maka kita tidak akan mendapatkan manfaat apapun dari hal itu! Adalah hanya dengan memahami makna dari Gita, dengan merenungkan maknanya di dalam pikiran kita, mencerna sepenuhnya dan menjadikannya bagian yang tidak terpisahkan dari hidupmu, barulah engkau mendapatkan manfaat darinya.


- Ch 8, Wacana Musim Panas 1972

Berkah Tuhan hanya akan dicurahkan kepadamu ketika engkau menjalankan setidaknya beberapa perintah dan ajaran Tuhan. 



Monday, December 2, 2024

Thought for the Day - 2nd December 2024 (Monday)

People must be happy that the highest Lord has placed around them newer and newer materials for serving Him and gets the worship of Him done in various forms. People must pray for newer and newer opportunities and exult in the chance that their hands receive. This attitude gives immeasurable joy. To lead a life suffused with this joy is indeed bliss. Whatever is done from sunrise to sunset must be consecrated, as if it is the worship of the Lord. Just as care is taken to pluck only fresh flowers and to keep them clean and unfaded, so too, ceaseless effort should be made to do deeds that are pure and unsullied. If this vision is kept before the mind’s eye every day and life is lived accordingly, then it becomes one long unbroken service of the Lord. The feeling of I and You will soon disappear; all trace of self will be destroyed. Life then transmutes itself into a veritable devotion to the Lord (Hariparayana).


- Ch 8, Prasanthi Vahini.

Offer yourself to God completely. That is the easiest way to attain Him.



Manusia harus berbahagia karena Tuhan tertinggi telah menempatkan di sekitar mereka material-material yang lebih baru dan baru untuk melayani-Nya dan membuat ibadah pada-Nya dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Manusia harus berdoa untuk kesempatan-kesempatan yang lebih baru dan baru serta bersuka cita atas kesempatan yang mereka dapatkan. Sikap ini memberikan suka cita tang tidak terkira. Untuk menjalani hidup yang diliputi dengan suka cita seperti ini adalah kebahagiaan yang sesungguhnya. Apapun yang dikerjakan dari matahari terbit sampai matahari terbenam haruslah suci, seolah-olah hal itu dikerjakan sebagai ibadah pada Tuhan. Seperti halnya kita begitu berhati-hati saat memetik bunga yang segar dan menjaga bunga itu tetap segar dan tidak layu, begitu juga, kita harus berusaha dengan tanpa henti untuk melakukan perbuatan yang murni dan tidak ternoda. Jika visi ini tetap tertanam dalam benak kita setiap harinya dan menjalani hidup sesuai dengan visi tersebut, kemudian hal ini menjadi satu pelayanan yang tidak terputus pada Tuhan. Perasaan dari aku dan kamu segera menjadi lenyap; semua jejak egosime akan dihancurkan. Hidup kemudian berubah menjadi sebuah bhakti yang sejati kepada Tuhan (Hariparayana).


- Ch 8, Prasanthi Vahini.

Persembahkan dirimu sepenuhnya kepada Tuhan. Itu adalah cara termudah untuk mencapai Tuhan.  

Sunday, December 1, 2024

Thought for the Day - 1st December 2024 (Sunday)

Whatever the trouble, however great the travail, persist and win by means of remembering the name (namasmarana). Remember Bhishma! Though prostrate on a bed of arrows, he bore the pain patiently awaiting the dawn of the auspicious moment. He never called out to God in his agony to ask Him to put an end to his suffering. “I shall bear everything, whatever the pain, however long the agony. I shall be silent until the moment comes. Take me when it dawns,” he said. Bhishma was chief among the tranquil devotees. He lay firm and unshakeable. Peace is essential for everyone. Having it is having all, and not having it takes away the joy of everything. Although peace is the very nature of every person, anger and greed succeed in suppressing it. When they are removed, peace shines in its own effulgence.


- Ch 5, Prasanthi Vahini.

If faith is one full continuous stream, Grace too will be showered on you in one full continuous stream.



Apapun masalahnya, betapapun besar cobaannya, tetaplah bertahan dan berhasil dengan mengingat nama suci Tuhan _(namasmarana)_. Ingatlah pada Bhishma! Walaupun harus terbaring diatas tempat tidur dari anak panah, Bhisma harus menahan rasa sakit dengan sabar untuk menunggu datangnya saat-saat yang suci. Bhisma pada saat menderita tidak pernah memohon pada Tuhan agar mengakhiri penderitaannya. “Aku akan menanggung semuanya, apapun rasa sakitnya, berapa lamapun penderitaan itu. Aku akan tetap tenang sampai saat-saat itu hadir. Jemputlah aku ketika fajar menyingsing,” Bhisma berkata. Bhishma adalah seorang pemimpin diantara para bhakta yang tenang. Dia berbaring dengan tenang dan tidak tergoyahkan. Kedamaian adalah mendasar bagi setiap orang. Memiliki kedamaian adalah memiliki segalanya, dan ketika tidak memiliki kedamaian berarti kehilangan suka cita dalam segala sesuatu. Walaupun kedamaian adalah sifat alami dari setiap orang, rasa marah dan ketamakan berhasil menekan kedamaian itu. Ketika rasa marah dan ketamakan dihilangkan, maka kedamaian bersinar dengan kemilauan cahayanya.


- Ch 5, Prasanthi Vahini.

Jika keyakinan adalah aliran yang penuh dan terus mengalir, Karunia juga akan dilimpahkan kepadamu dalam aliran yang penuh dan tidak terputus.