Sunday, June 15, 2025

Thought for the Day - 15th June 2025 (Sunday)



Just as the rays of the sun absorb water vapour from the sea, gather them into clouds, drop them as rain on earth so that they may flow as rivers back into the sea, the senses of man contact the world and collect experiences out of which the sacred and sustaining ones are selected, stored and utilised by the mind, as values, as instruments for individual and social uplift. They are truth, righteousness, peace, nonviolence, and love (prema). For the first four, the last value, prema, is the life-giving spring. They can be achieved most quickly by prema. Prema is the basic principle of human nature. That short two-syllable word has immeasurable potentiality. Too often, it is confused with the affection of the mother for the child, the attachment between husband and wife, the dependence of a friend on a friend or the relationship of teacher and pupil. In every one of these, a trace of egoistic need can be discerned. Love untainted by ego is genuine love. It is all-inclusive, pure, full, and free. It is the love that urged Meera to walk away from the palace, Tukaram to sing, and Chaitanya to dance.


- Divine Discourse, Jun 01, 1985

The Prema, with which you are endowed, must be directed towards God; then only can it expand, grow, deepen, fertilise all your actions, and benefit all those around you. 


Seperti halnya sinar matahari yang menyerap uap air dari laut, mengumpulkannya menjadi awan, menjatuhkannya sebagai hujan ke bumi sehingga dapat mengalir sebagai sungai kembali ke lautan, indra manusia berhubungan dengan dunia dan mengumpulkan pengalaman-pengalaman suci dan menguatkan yang kemudian dipilih, disimpan dan digunakan oleh pikiran sebagai nilai-nilai, sebagai alat untuk mengangkat individu dan sosial. Nilai-nilai tersebut adalah kebenaran, kebajikan, kedamaian, tanpa kekerasan dan kasih (prema). Dari keempat yang pertama, nilai yang terakhir adalah prema merupakan sumber pemberi kehidupan. Keempat nilai tersebut paling cepat dapat dicapai dengan prema. Prema adalah prinsip dasar dari sifat manusia. Kata pendek dengan dua suka kata ini memiliki potensi yang tak terukur. Terlalu sering kata prema disalahartikan dengan kasih ibu kepada anaknya, keterikatan diantara suami dan istri, ketergantungan dalam persahabatan atau hubungan antara guru dan murid. Dalam setiap bentuk kasih tadi, masih ditemukan jejak kebutuhan egoistik. Kasih yang tidak ternoda oleh ego adalah kasih yang sejati. Kasih ini bersifat menyeluruh, murni, utuh dan bebas. Inilah kasih yang mendorong Meera untuk menjauh dari istana, Tukaram untuk melantunkan pujian, dan Chaitanya untuk menari dalam kebahagiaan.


- Divine Discourse, 01 Juni 1985

Prema yang telah dianugerahkan kepadamu, harus diarahkan pada Tuhan; hanya dengan begitu dapat berkembang, bertumbuh, mendalam, menyuburkan semua perbuatanmu, dan memberi manfaat pada semua yang ada di sekitarmu.

No comments: