Sacrifice is the goal of love. Love does not desire anything. It does not criticise or harm anybody. It is selfless and pure. Unable to understand this principle of love, man craves for love in many ways. You should have faith that selflessness and the spirit of sacrifice are the hallmarks of true love. There is some element of selfishness and self-interest even in the love between a mother and child, a husband and wife, between brothers and friends. Only God's love is without any trace of selfishness and self-interest. True love can bring close to you those who are distant or separated from you. It can transform man with animal tendencies into a divine being. It can gradually change worldly and physical love into divine love. People who wish to understand the principle of love should give up selfishness and self-interest. They should develop purity, steadfastness, and other divine qualities to understand divine love. They should try to lead their life keeping their focus on the love of God without paying heed to their difficulties and sufferings.
- Divine Discourse, Jun 20, 1996.
The fuel of Prema (Love) yields the divine flame of Shanti (Peace).
Pengorbanan adalah tujuan dari kasih. Kasih tidak menginginkan apapun. Kasih tidak mengkritik atau menyakiti siapapun juga. Kasih adalah bersifat tanpa mementingkan diri sendiri dan murni. Karena ketidakmampuan memahami prinsip kasih ini, manusia mendambakan kasih dalam banyak cara. Engkau harus memiliki keyakinan bahwa sifat tidak mementingkan diri sendiri dan pengorbanan adalah tanda dari kasih sejati. Ada beberapa unsur dari sifat mementingkan diri sendiri dan kepentingan diri bahkan dalam ikatan kasih diantara ibu dan anak, suami dan istri, diantara saudara dan sahabat. Hanya kasih Tuhan yang tidak ada jejak mementingkan diri sendiri atau kepentingan diri. Kasih sejati dapat mendekatmu dengan mereka yang jauh atau terpisah darimu. Kasih ini dapat merubah manusia dengan kecendrungan binatang menjadi makhluk ilahi. Kasih sejati juga dapat merubah secara perlahan dan pasti kasih duniawi dan fisik menjadi kasih Tuhan. Manusia yang ingin memahami prinsip kasih harus melepaskan sifat mementingkan diri sendiri dan kepentingan diri. Mereka harus mengembangkan kesucian, keteguhan, dan sifat Ilahi lainnya untuk memahami kasih Tuhan. Mereka harus mencoba untuk menjalani hidup mereka dengan tetap fokus pada kasih Tuhan tanpa menghiraukan pada kesulitan dan penderitaan mereka.
- Divine Discourse, 20 Juni 1996.
Bahan bakar dari kasih (prema) menghasilkan nyala api Ilahi yaitu kedamaian (shanti).

No comments:
Post a Comment