The body and the mind are closely inter-related and both derive sustenance from food. Therefore, food has considerable impact on the character and destiny of the individual. As the food, so the mind; as the mind, so the thought; as the thought, so the act. All that is perceived by the senses constitute 'food'. For the Sadhaka (spiritual aspirant), the intake must always be Sathwic, i.e., pure and moderate. The sounds, the sights, the impressions, the ideas, the lessons, the contacts - all must promote reverence, humility, balance, equanimity and simplicity. It is only the Sathwic 'food' that will keep the mind on an even keel, fully concentrated on the Atma on which one must contemplate in order to attain peace.
Tubuh dan pikiranmu berhubungan erat dan dua-duanya mendapatkan energi dari makanan. Itulah sebabnya mengapa makanan memiliki pengaruh yang penting terhadap watak dan nasib seseorang. Apa yang engkau makan, itulah pikiranmu: apa yang engkau pikirkan, demikianlah tingkah lakumu. Semua yang diterima oleh indera merupakan makanan. Sebagai seorang Sadhaka (peminat spiritual), apapun yang masuk lewat inderamu haruslah satwik, murni dan tidak berlebihan. Semua yang didengar, dilihat, dirasakan, ide-ide/ pelajaran yang engkau terima maupun dengan siapa engkau berhubungan, semuanya haruslah menumbuhkembangkan kualitas-kualitas positif, seperti ketenangan hati, keseimbangan, rasa hormat, sifat-sifat kemanusiaan serta kesederhanaan. Hanyalah makanan yang satwik yang membuat pikiranmu tetap seimbang dan terfokus pada atma, yang pada akhirnya akan membawamu pada kedamaian.
-BABA
No comments:
Post a Comment