Friday, October 29, 2010

Thought for the Day - 30th October 2010 (Saturday)

It is not possible to limit the freedom of God in assuming Forms. He adopts endless Forms to manifest Himself in the world, and saves it. His incarnation is in conformity with the need of the crisis at that time. When the Earth moaned under the injustice of the demon Hiranyaksha, He had to appear as a boar, taking Form and equipped with Attributes, though in essence, He is without Form and Attribute. The will of God cannot be explained by categories or as consequences. It is according to the needs of the situation, in the Forms best suited for the destruction of the wicked and for the protection of the good and godly.

Adalah tidak mungkin untuk membatasi kebebasan Tuhan dalam mengambil Wujud. Beliau mengambil Wujud yang tiada henti untuk memanifestasikan diri-Nya di dunia ini, dan melindungi dunia ini. Inkarnasi-Nya sesuai dengan kebutuhan dunia pada waktu itu. Ketika bumi merintih di bawah ketidakadilan iblis Hiranyaksha, Beliau harus muncul sebagai babi hutan, mengambil Wujud lengkap dengan Atribut-Nya, meskipun pada dasarnya, Beliau tanpa Wujud dan tanpa Atribut. Kehendak Tuhan tidak dapat dijelaskan oleh kategori atau konsekuensi. Hal ini sesuai dengan kebutuhan situasi, dalam Wujud yang paling sesuai untuk menghancurkan yang jahat dan untuk melindungi yang baik dan yang saleh.

-BABA

Thought for the Day - 29th October 2010 (Friday)


Ordinary humans struggle to win material happiness and external pleasures. They do not seek the spiritual bliss (Ananda) that the Atma, their inner reality, can grant. They lose the great opportunity of experiencing it, and they don’t take any steps appropriate for the purpose. All the time, their attention is directed only to the external world. It does not turn inward. Looking outward is the characteristic of animals, not of humans. The important organs of sense perception in the human body - the eye, the nose, the tongue, etc. - all open outward in order to contact external objects. The Sovereign Lord is the embodiment of indivisible sweetness (Rasa), the treasure house of bliss, can be realized only when you look inward. A wise person would gradually and steadily endeavour to look inward and acquire that victory of Bliss.

Kebanyakan manusia berjuang untuk memenangkan kebahagiaan material dan kesenangan duniawi. Mereka tidak mencari kebahagiaan rohani (Ananda) yaitu Atma, yang merupakan realitas batin mereka. Mereka kehilangan kesempatan besar mengalami hal itu, dan mereka tidak mengambil langkah-langkah yang tepat untuk tujuan tersebut. Sepanjang waktu, perhatian mereka diarahkan hanya tertuju pada objek-objek duniawi. Hal ini tidak membawa kita ke dalam diri. Melihat keluar adalah karakteristik hewan, bukan karakteristik manusia. Organ-organ penting dalam tubuh manusia - mata, hidung, lidah, dll - semua terbuka berhubungan dengan objek-objek eksternal. Tuhan Yang Maha Kuasa merupakan perwujudan dari manisnya kebahagiaan (Rasa), rumah harta karun kebahagiaan, yang dapat direalisasikan hanya bila engkau melihat ke dalam diri. Orang bijaksana secara bertahap dan terus-menerus akan berusaha untuk mencari ke dalam diri dan mendapatkan kemenangannya yaitu Kebahagiaan Sejati.


-BABA

Thursday, October 28, 2010

Thought for the Day - 28th October 2010 (Thursday)


The mind is engaged in two activities: Alochana or planning and Sambhashana or dialogue. Both these follow different lines. Planning is intent on solving problems that present themselves before the mind. Dialogue multiplies the problems and confounds the solutions causing confusion and adoption of wrong and ruinous means to solve them. The inner conversation and controversial chatter continues from morning till night, until sleep overtakes the mind. It causes ill-health and the early setting in of old age. The topics on which the chatter is based are mostly the faults and failings of others and their fortunes and misfortunes. This perpetual dialogue is at the bottom of all the miseries of man. It covers the mind with thick darkness. It grows wild very quickly and suppresses one's genuine worth.

Pikiran digunakan dalam dua aktivitas: Alochana atau perencanaan dan Sambhashana atau dialog (percakapan). Kedua hal ini mengikuti jalur yang berbeda. Perencanaan bermaksud untuk memecahkan masalah yang timbul sebelum dipikirkan. Dialog justru akan melipat-gandakan permasalahan yang ada dan menimbulkan kerancuan dalam upaya untuk mencari solusi yang semestinya digunakan untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Percakapan batin dan obrolan kontroversial yang berkepanjangan dari pagi sampai malam, terbawa pikiran sebelum tidur. Hal ini menyebabkan gangguan kesehatan dan menyebabkan cepat tua. Topik-topik yang dibicarakan sebagian besar didasarkan pada kesalahan dan kegagalan orang lain serta peruntungan nasib dan kemalangan mereka. Percakapan yang tak henti-hentinya inilah yang menyebabkan semua penderitaan manusia. Ia menyelubungi pikiran dengan kegelapan yang tebal dan dapat tumbuh dengan sangat cepat serta membenamkan sifat-sifat sejati seseorang.

-BABA

Wednesday, October 27, 2010

Thought for the Day - 27th October 2010 (Wednesday)


The Supreme Sovereign Lord manifesting Himself as Brahma, Vishnu and Maheshwara, through the prompting of Primal Desire (Moha) is engaged in creating, fostering and destroying the worlds. In what is thus created, there is always the principle of Dualism. There is difference and disparity between one and another. If these differences and disparities are harmonised wisely, the world will have happiness and peace. If, on the other hand, living beings behave wrongly, the world will be sunk in anxiety, misery and confusion. When these arise, the Lord assumes appropriate Forms and affords necessary protection and correction. He sets right the damaged world, removes the evil forces that caused the damage, and instructs mankind in the science of fostering the right and the good.

Tuhan Yang Maha Kuasa memanifestasikan diri-Nya sebagai Brahma, Wisnu dan Maheshwara, melalui Primal Desire (Moha) dalam menciptakan, memelihara dan menghancurkan dunia. Dalam penciptaan, selalu ada prinsip Dualisme. Ada pertentangan dan perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Jika perbedaan-perbedaan tersebut diselaraskan dengan bijaksana, dunia akan mengalami kebahagiaan dan kedamaian. Jika di sisi lain makhluk hidup berperilaku salah, dunia akan tenggelam dalam kecemasan, kesengsaraan, dan kekacauan. Ketika hal ini muncul, Tuhan mengambil Wujud yang sesuai dan memberikan perlindungan dan perbaikan yang diperlukan. Beliau memperbaiki dunia yang rusak, menghilangkan kekuatan jahat yang menyebabkan kerusakan, dan mengajari manusia ilmu pengetahuan yang tepat dan baik.

-BABA

Tuesday, October 26, 2010

Thought for the Day - 26th October 2010 (Tuesday)


Teachers who teach with the salary paid to them in their minds, and students who learn with the jobs they may procure in their minds are both pursuing wrong paths. In fact, the task of the teacher is to discharge his duty of instructing and inspiring the students so that they develop their latent talents and advance in the perfection of their skills. The task of the student is to unfold the Divine in him and equip himself for serving society with his skill and knowledge.

Guru yang mengajar dengan pikiran mereka hanya memikirkan gaji yang akan dibayarkan kepadanya, dan siswa yang belajar hanya karena tugas, kedua-duanya mengejar jalan yang salah. Sesungguhnya tugas guru adalah untuk melaksanakan kewajibannya mengajar dan memberi inspirasi kepada para siswa sehingga para siswa dapat mengembangkan bakat terpendam yang ada dalam diri mereka dan maju dalam kesempurnaan keterampilan mereka. Kewajiban seorang siswa adalah untuk mengembangkan Ketuhanan di dalam dirinya dan melengkapi dirinya untuk melayani masyarakat dengan keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya.

-BABA

Monday, October 25, 2010

Thought for the Day - 25th October 2010 (Monday)


When the person who is bound relies on the one who is not bound, he can get rid of his bonds and move about freely. The person who is deep in grief must seek refuge in the one who is floating on spiritual bliss (Ananda), filled with joy. Bondage plunges one into sorrow; the Lord is total Bliss personified. Therefore, one can be completely cured of grief only by resorting to the inexhaustible spring of delight, the Lord. And what exactly is liberation (Moksha)? It is release from grief, the absence of grief, and attainment of spiritual bliss (Ananda-Praapti). The supreme Self, the sovereign Lord, is the embodiment of indivisible sweetness (Rasa), the treasure house of bliss (Ananda Nilaya). Hence, those who seek and secure His grace gain eternity itself.

Ketika orang yang terikat bergantung pada orang yang tidak terikat, ia dapat melepaskan ikatannya dan dapat bergerak bebas. Orang yang mengalami kesedihan yang mendalam harus mencari perlindungan pada orang yang telah mendapatkan kebahagiaan rohani (Ananda), yaitu orang yang dipenuhi dengan sukacita. Keterikatan menjerumuskan seseorang ke dalam kesedihan. Tuhan adalah perwujudan Kebahagiaan sejati. Oleh karena itu, seseorang benar-benar dapat disembuhkan dari kesedihan hanya dengan beralih pada kebahagiaan sejati yaitu Tuhan. Dan apa yang dimaksud dengan kebebasan (Moksha)? Kebebasan adalah lepas dari kesedihan, ketiadaan kesedihan, dan pencapaian kebahagiaan rohani (Ananda-Praapti). Tuhan merupakan perwujudan dari manisnya kebahagiaan (Rasa) serta rumah harta karun kebahagiaan (Ananda Nilaya). Oleh karena itu, mereka yang mencari dan mendapatkan rahmat-Nya akan memperoleh keabadian itu sendiri.

-BABA

Thought for the Day - 25th October 2010 (Monday)

When the person who is bound relies on the one who is not bound, he can get rid of his bonds and move about freely. The person who is deep in grief must seek refuge in the one who is floating on spiritual bliss (Ananda), filled with joy. Bondage plunges one into sorrow; the Lord is total Bliss personified. Therefore, one can be completely cured of grief only by resorting to the inexhaustible spring of delight, the Lord. And what exactly is liberation (Moksha)? It is release from grief, the absence of grief, and attainment of spiritual bliss (Ananda-Praapti). The supreme Self, the sovereign Lord, is the embodiment of indivisible sweetness (Rasa), the treasure house of bliss (Ananda Nilaya). Hence, those who seek and secure His grace gain eternity itself.

Ketika orang yang terikat bergantung pada orang yang tidak terikat, ia dapat melepaskan ikatannya dan dapat bergerak bebas. Orang yang mengalami kesedihan yang mendalam harus mencari perlindungan pada orang yang telah mendapatkan kebahagiaan rohani (Ananda), yaitu orang yang dipenuhi dengan sukacita. Keterikatan menjerumuskan seseorang ke dalam kesedihan. Tuhan adalah perwujudan Kebahagiaan sejati. Oleh karena itu, seseorang benar-benar dapat disembuhkan dari kesedihan hanya dengan beralih pada kebahagiaan sejati yaitu Tuhan. Dan apa yang dimaksud dengan kebebasan (Moksha)? Kebebasan adalah lepas dari kesedihan, ketiadaan kesedihan, dan pencapaian kebahagiaan rohani (Ananda-Praapti). Tuhan merupakan perwujudan dari manisnya kebahagiaan (Rasa) serta rumah harta karun kebahagiaan (Ananda Nilaya). Oleh karena itu, mereka yang mencari dan mendapatkan rahmat-Nya akan memperoleh keabadian itu sendiri.

-BABA