Tuesday, September 30, 2008

Thoughts for the Day - 1st October 2008 (Wednesday)


All are children of God. He is the sole Lord of mankind. People may seem to differ in their names and forms and in their beliefs and practices. But the source is the One alone. Recognition of this basic truth of oneness is Brahmajnana (Knowledge of the Absolute). This knowledge cannot be gained by merely studying the scriptures and holding metaphysical discussions. What has to be recognised is the truth that every being in the universe is an embodiment of the Supreme. Awareness of the unity that subsumes the diversity is the highest knowledge.


Semuanya adalah anak-anak Tuhan. Beliau adalah Tuhan yang maha Esa. Walaupun orang-orang saling berbeda dalam hal nama, wujud, kepercayaan maupun tradisinya; namun sumber asalnya yang utama hanya satu adanya. Pengetahuan atas kebenaran hakiki ini disebut sebagai Brahmajnana (pengetahuan tentang Sang Absolut). Jenis pengetahuan seperti ini tidak bisa diperoleh semata-mata hanya melalui proses pembelajaran atas kitab-kitab suci maupun melalui diskusi-diskusi tentang aspek metafisikal. Yang perlu disadari dan diketahui adalah bahwa seluruh alam semesta ini adalah merupakan perwujudan Sang Khalik yang maha agung. Kesadaran atas aspek unity in diversity ini merupakan pengetahuan yang tertinggi.


BABA

Monday, September 29, 2008

Thoughts for the Day - 30th September 2008 (Tuesday)


Date: Tuesday, September 30, 2008

THOUGHT FOR THE DAY

Faith is essential for human progress in every field. Knowledge, and hence, wisdom can be earned only by means of faith and effort. Equipped with these, man can scale great heights and emerge victorious. However, one has to be warned against cultivating too much faith in things that are merely material. One has to root it deep in the eternal Truth, God. Faith is power. Without faith, living is impossible. We have faith in tomorrow following today. That is what makes us take up activities that extend beyond this day. People with no faith cannot plan; they court misery by their want of faith.


Keyakinan adalah faktor yang sangat penting bagi kemajuan manusia di segala bidang. Pengetahuan dan kebijaksanaan hanya bisa diperoleh melalui keyakinan dan usaha. Dengan berbekal pengetahuan dan kebijaksanaan, manusia akan mampu untuk mencapai kemajuan yang pesat dan berhasil! Akan tetapi, engkau harus berhati-hati agar jangan terlalu yakin dan menaruh kepercayaan terhadap hal-hal yang bersifat material/duniawi. Engkau harus menanamkan keyakinan terhadap kebenaran abadi, yaitu Tuhan! Keyakinan adalah sumber kekuatan. Tanpa adanya keyakinan, maka kehidupan ini mustahil bisa berjalan. Kita yakin akan adanya hari esok. Itulah sebabnya mengapa kita berani untuk melakukan tindakan yang menjangkau hingga melampaui hari esok. Orang-orang yang tak berkeyakinan tidak mungkin membuat perencanaan; mereka hanya akan menghadapi kegagalan sebagai akibat tidak adanya keyakinannya.

-BABA


Sunday, September 28, 2008

Thoughts for the Day - 29th September 2008 (Monday)


Date: Monday, September 29, 2008

THOUGHT FOR THE DAY

You do not see the foundations of a skyscraper. Can you, therefore, argue that it simply sits on the ground? The foundations of this life are laid deep in the past, in lives already lived by you. This structure has been shaped by the ground plan of those lives. It is the unseen foundation that decides the structure and design of the entire edifice.


Engkau tidak melihat fondasi dari sebuah gedung pencakar langit. Bila demikian halnya, lalu apakah engkau masih berargumentasi bahwa gedang itu duduk begitu saja di atas tanah? Fondasi/landasan dari kehidupanmu ini sudah tertanam sejak berbagai kehidupan lampau yang telah engkau jalani. Struktur (kehidupan) telah terbentuk melalui serangkaian tahapan kehidupan tersebut. Fondasi-fondasi yang tak terlihat itulah yang menentukan kerangka dan desain dari keseluruhan bangunan (kehidupan) ini.

-BABA


Saturday, September 27, 2008

Thoughts for the Day - 28th September 2008 (Sunday)



Date: Sunday, September 28, 2008

THOUGHT FOR THE DAY

The ego brings wave after wave of wants and wishes before your attention, and tempts you to attempt to satisfy them. This is a never-ending circle. So try to reduce your wants and expand the range of your love in order to be free from the coils of your ego. Living involves many confrontations, companionships, separations, conflicts and neglects. We have to give up both the types of contacts - the repugnant and the pleasant. Attach yourself to God and the delusion of the world will automatically fall off.


Sang ego menghasilkan gelombang keinginan dan harapan serta mendorongmu untuk melakukan upaya-upaya guna memuaskan keinginan tersebut. Siklus ini seolah-olah tiada berakhir. Oleh sebab itu, cobalah untuk mengurangi keinginanmu serta sebarkanlah cinta-kasihmu agar terbebas dari jeratan & perangkap ego. Kehidupan ini sarat dengan konfrontasi, persekutuan, perpisahan, konflik dan pengingkaran lainnya. Kita hendaknya berupaya untuk melepaskan kedua bentuk relasi/kontak, baik yang menyenangkan maupun yang tidak. Dekatkanlah dirimu kepada Tuhan, maka delusi duniawi ini secara otomatis tidak akan menghantuimu lagi.

-BABA

Friday, September 26, 2008

Thoughts for the Day - 27th September 2008 (Saturday)


There is no need to go in quest of God. In fact, it is God who is in search of a genuine and steadfast devotee. Today's Sadhaka (spiritual aspirant) is approaching God for the fulfilment of his petty desires. He does not seek to understand the nature of true love or the Divinity that underlies everything. Just as the sun can be seen only by its own light, the love of the Divine can be acquired only by Divine Grace and not by pursuing some trivial practices. The Sadhanas (spiritual practices) that the Sadhaka undertakes are invariably motivated by selfish objectives. Only when the Sadhaka's heart is filled with the Divine, will he be able to entertain pure and sacred love.

Engkau tidak perlu mencari-cari keberadaan Tuhan. Sebenarnya, justru Tuhan yang sedang mencari bhakta yang murni hatinya dan yang pendiriannya mantap. Dewasa ini, para sadhaka (aspiran spiritual) umumnya mencari/mendekati Tuhan demi untuk terpenuhinya keinginan duniawinya. Ia tidak mencoba untuk memahami arti sebenarnya dari cinta-kasih sejati maupun aspek Divinity yang melandasi segala sesuatu (yang ada di dunia ini). Sebagaimana matahari hanya dapat terlihat berkat bantuan cahayanya, maka demikian pula, cinta-kasih Ilahiah hanya bisa diperoleh melalui Rahmat Ilahi dan bukan dengan cara maupun praktek-praktek yang tak berguna lainnya. Praktek spiritual (sadhana) yang dilaksanakan oleh para sadhaka umumnya dimotivasi oleh tujuan-tujuan yang hanya untuk mementingkan dirinya sendiri. Cinta-kasih yang suci dan murni hanya bisa diperoleh apabila para sadhaka mengisi hatinya dengan Divine.
-BABA

Thursday, September 25, 2008

Thoughts for the Day - 26th September 2008 (Friday)


What is realization? The moment you see your inner beauty and are so filled with it that you forget all else, you are free from all bonds; you know that you are all Beauty, all Glory, all Power; the reflection of Shivam (God) in the mirror of Prakruthi (nature) is Jiva (the individual).

Apakah yang dimaksud dengan realisasi (pencerahan diri)? Di kala engkau melihat inner beauty (keindahan internal) dirimu serta ketika engkau begitu terlarut di dalamnya sehingga melupakan hal-hal lainnya; maka itulah pencapaian realisasi diri. Di samping itu, dalam kondisi tercerahkan, engkau terbebaskan dari segala bentuk kemelekatan dan telah menjadi satu dengan-Nya. Refleksi/cerminan dari Shivam (Tuhan) di dalam Prakruthi (alam) adalah Jiva (individu).
-BABA

Wednesday, September 24, 2008

Thoughts for the Day - 25th September 2008 (Thursday)


You have to busy yourselves with activity in order to use time and skill to the best advantage. That is your duty, and duty is God. The dull and the inert (Tamasic) will hesitate to be active for fear of exhaustion or failure. The emotional and passionate individuals (Rajasic) will plunge headlong, craving for quick results and be disappointed when results do not come in as expected. The persons with balance of mind (Sathwic) will be active, considering it their duty; success or failure will not disturb their equanimity. The godly will take up activity as a means of worshipping God. They leave the fruits of their efforts to God, as they know they are but instruments in His hands.

Engkau harus mengisi waktumu dengan aktivitas/kegiatan agar waktu dan tenagamu dapat diberdaya-gunakan dengan sebaik mungkin. Inilah tugas/kewajibanmu dan ingatlah bahwa duty/tugas adalah Tuhan! Mereka yang lembam/malas (sifat Tamasic) cenderung akan bersikap ragu-ragu untuk beraktivitas oleh karena rasa takut gagal. Sementara itu, mereka yang bersifat Rajasic (tipe emosional dan bergairah) akan langsung terjun dalam kegiatannya, namun ia condong ingin mendapatkan hasil yang cepat dan akan merasa kecewa bila hasil yang diperolehnya tidak sesuai dengan harapannya. Sedangkan orang yang memiliki keseimbangan batin (Sathwic) akan selalu beraktivitas, namun ia beranggapan bahwa aktivitasnya itu adalah bagian dari tugas/kewajibannya; dan mereka tidak akan terganggu ketenangannya baik di kala sukses maupun gagal. Mereka akan melakukan setiap bentuk aktivitas sebagai bagian dari ibadah. Hasil-hasil dari jerih payahnya dipasrahkan kepada Tuhan, sebab mereka meyakini bahwa dirinya tiada lain adalah instrumen di tangan-Nya.
-BABA

Tuesday, September 23, 2008

Thoughts for the Day - 24th September 2008 (Wednesday)


During our lives we accept the help rendered to us by many thousands. We have to pay back this debt by helping as many people as we can. With genuine keenness or readiness to serve others, you can be happy in any group or community. Derive bliss through Seva (service) that is done without any desire to get something in return. When you get a chance to help someone, rejoice at your good fortune. The very eagerness to serve others will endow you with the power and skill necessary for the required service.

Sepanjang kehidupan ini, kita menerima begitu banyak bantuan yang diberikan kepada kita oleh banyak pihak. Untuk itu, kita juga harus membayar hutang budi ini dengan membantu orang lain sebanyak mungkin sesuai dengan kemampuan kita. Dengan keinginan yang tulus serta kesiapan untuk melayani, engkau akan merasa senang berada dalam kelompok ataupun komunitas masyarakat yang manapun juga. Carilah bliss (kebahagiaan) melalui praktek Seva (pelayanan) yang diberikan tanpa adanya keinginan untuk mencari imbalan. Ketika engkau mendapatkan kesempatan untuk menolong seseorang, maka bersyukurlah atas kesempatan yang diberikan kepadamu itu. Apabila engkau memiliki semangat melayani yang tinggi, maka dengan sendirinya semangat itu akan membekalimu kekuatan serta ketrampilan yang diperlukan dalam praktek pelayanan tersebut.
-BABA

Monday, September 22, 2008

Thoughts for the Day - 23rd September 2008 (Tuesday)

THOUGHT FOR THE DAY

People complain of grief, sorrow and distress. These are but reactions to the loss of something that one already possesses, or the failure to gain something that is desired. Therefore, the only way to escape sorrow is to conquer the desire for the illusory. See the world as God. That vision will scotch desire. When one's desire is focused on God, success is assured and every step contributes to the achievement of Divine Bliss.


Orang-orang mengeluhkan tentang penderitaan, kesedihan dan stress. Semuanya itu adalah reaksi atas kejadian dimana mereka kehilangan sesuatu yang telah mereka miliki sebelumnya ataupun kegagalan unuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Oleh sebab itu, satu-satunya cara untuk dapat melepaskan diri dari kesedihan seperti itu adalah dengan cara menaklukkan keinginan atas hal-hal yang bersifat semu/maya (illusory). Lihatlah seisi dunia ini sebagai Tuhan. Pandangan seperti itu akan dapat menangkal keinginan-keinginan (yang bersifat materialistik). Ketika keinginanmu sudah terpusatkan kepada Tuhan, maka kesuksesan sudah berada di ambang pintu dan setiap langkahmu akan berkontribusi terhadap pencapaian Divine Bliss.

-BABA

Sunday, September 21, 2008

Thoughts for the Day - 22nd September 2008 (Monday)


Without self-knowledge, man is led into the belief that the objective world is true and everlasting, and into the neglect of the true and the eternal. He ignores the Atma, the Divine Principle that he is. Denying the Atma, disregarding its mandate, ignoring its existence - these are the roots of grief. Through Karma (activity) one becomes a moral individual and one starts seeking the basis of morality (Brahman). One discovers that virtue and morality add to one's Ananda (Bliss) and that all Ananda everywhere flows from Brahman Itself. One realises that activity devoid of this awareness is barren and binding.


Tanpa adanya pengetahuan tentang self (Atma), maka manusia akan tersesat dalam pemahaman bahwa seolah-olah dunia obyektif ini adalah sesuatu yang benar dan abadi. Sebagai akibatnya, ia mengabaikan Atma, prinsip Ilahiah yang adalah bagian dari dirinya sendiri. Ketahuilah bahwa akar-akar penyebab timbulnya penderitaan adalah disebabkan oleh karena manusia telah melakukan penyangkalan terhadap Atma, tidak menghormati mandat serta mengabaikan ekistensinya. Melalui karma (aktivitas/tindakan), seseorang berpotensi untuk menjadikan dirinya menjadi manusia bermoral serta berpijak di atas landasan kemoralan/moralitas (Brahman). Selanjutnya ia akan sampai kepada kesadaran bahwa Brahman adalah sumber dari segala bentuk Ananda (bliss/kebahagiaan). Pada akhirnya, engkau akan menyadari bahwa setiap bentuk aktivitas/tindakan yang tanpa dilandasi oleh kesadaran seperti ini pada hakekatnya bersifat mengikat dan tak ada faedahnya.

-BABA

Saturday, September 20, 2008

Thoughts for the Day - 21st September 2008 (Sunday)

In all the efforts that you make, if you place your trust in a Higher Power, the work becomes easy. This reliance on the Lord, the source of all power, results out of one's intense devotion. When you travel by train, you only have to purchase the ticket, enter the right train and take a seat, leaving the rest to the engine. So too, put your trust in the Lord and carry on to the best of your ability. Have faith in the Lord and His Grace. Try to earn it using the intelligence and the discrimination He has endowed you with.


Dalam setiap usaha yang engkau lakukan, percayalah terhadap kekuatan Adi-daya (Tuhan); sehingga dengan demikian, pekerjaanmu akan menjadi lebih mudah & gampang. Kebergantungan terhadap Tuhan yang maha kuasa adalah merupakan buah hasil dari devotion (bhakti) yang intensif. Ketika engkau hendak menempuh perjalanan dengan kereta (api), maka yang perlu engkau lakukan hanyalah membeli tiket, masuk ke kereta/gerbong yang benar dan duduk, selebihnya engkau menyerahkan/mempercayakan perjalananmu terhadap kereta itu. Demikian pula, percayakanlah segalanya kepada Tuhan dan lakukanlah tugas/kewajibanmu dengan sebaik mungkin. Milikilah keyakinan terhadap Tuhan dan rahmat anugerah-Nya. Berupayalah untuk mendapatkan karunia-Nya dengan memanfaatkan kecerdasan dan kebijaksanaan yang telah dibekali oleh-Nya.

-BABA

Friday, September 19, 2008

Thoughts for the Day - 20th September 2008 (Saturday)


The world is one vast community. Every individual in it is a part of this community, bound to it by the bonds of love. This love is there, deep in the heart of every man. It is the Vishwa-Prema (all encompassing love) that flows from one spark of the Divine to all other sparks. When the eyes shine illumined by the highest wisdom of Jnana, they see all as the One. Man realises that Sarvam Brahmamayam Jagath (the entire universe is pervaded by Brahman). To have this One revealed as in All, one has to develop faith and discipline the mind. The mind has to shed its fancies and foibles; the Truth has to be known and experienced.

Dunia ini adalah suatu komunitas yang besar. Setiap orang/individu adalah bagian dari komunitas ini yang terikat melalui jalinan cinta-kasih. Cinta-kasih ini sudah ada di dalam hati masing-masing. Ia adalah Vishwa-Prema (cinta-kasih yang mencakupi semuanya) dan mengalir dari satu percikan Ilahi (individu) ke percikan lainnya. Ketika engkau berada di bawah pancaran sinar kebijaksanaan tertinggi (Jnana), maka engkau akan melihat (menyadari) aspek persatuan dari segala-galanya. Manusia menyadari bahwa Sarvam Brahmamayam Jagath (keseluruhan alam semesta ini diliputi oleh Brahman). Untuk menyadari unsur kesatuan ini, maka engkau perlu mengembangkan keyakinan serta melatih mind (batin). Engkau perlu berupaya agar mind meninggalkan kesenangan serta kelemahan (duniawinya); sehingga pada akhirnya, kebenaran akan engkau kenali dan alami sendiri.

-BABA

Thursday, September 18, 2008

Thoughts for the Day - 19th September 2008 (Friday)


One need not search for spiritual power, going around the world and spending a lot of money. You can stay in your own house and develop it within yourself. You do not have to run for it hither and thither. You are not a mere man, but God Himself. Do not be under the delusion that God is residing somewhere and that you have to search for Him; God is within you.

Sebenarnya engkau tidaklah perlu mencari-cari kekuatan spiritual dengan jalan berkelana ke segenap penjuru dunia serta menghabiskan uang yang sebegitu banyaknya. Engkau bisa mencobanya di rumah dan mengembangkannya sendiri. Engkau juga tak perlu mengejarnya ke sana dan kemari. Ketahuilah bahwa engkau bukanlah manusia belaka, melainkan adalah Tuhan sendiri! Janganlah terkecoh dengan pendapat yang mengatakan bahwa Tuhan bermukim di suatu tempat tertentu dan bahwa engkau harus pergi mencari-Nya. Ingatlah bahwa Tuhan berada di dalam dirimu sendiri!

-BABA

Wednesday, September 17, 2008

Thoughts for the Day - 18th September 2008 (Thursday)


When an individual seeks fulfilment outside himself, he fails; if he seeks it within himself, he is successful in obtaining it. The divine principle within us is always accessible and always responsive. Pain is felt only as long as attachment or aversion to outer forms remains. Ultimate relief from pain can come only by the effacement of the ego, by the elimination of that which reacts to one thing as pain and to another as pleasure, and whose memory and conditioning sustains the recognition of the dualities of joy and grief.

Ketika seseorang mencoba untuk mencari kepuasan (batin) di luar dari dirinya, maka ia akan gagal; namun seandainya saja ia mencoba untuk mencarinya di dalam dirinya sendiri, maka ia akan memperoleh kesuksesan. Divine Principle selalu ada di dalam diri kita, terjangkau dan senantiasa responsif. Rasa sakit hanya terasa selama kita masih memiliki kemelekatan terhadap hal-hal duniawi. Pembebasan total terhadap rasa sakit hanya bisa tercapai melalui pengikisan terhadap sang ego dan paham dualisme (yang membeda-bedakan antara perasaan senang dan tidak senang).

-BABA

Tuesday, September 16, 2008

Thoughts for the Day - 17th September 2008 (Wednesday)


No object in the world can be without a creator. Everything we use in our daily life has been made by someone. But, there are also objects which are beyond the capacity of humans to create. The stars which twinkle in the sky, the sun and moon that illumine the whole world, all these demonstrate the existence of a superior power. These are not human creations. Have they come into existence by themselves or have they been created by some invisible force? The supreme power which has the capacity to create such marvels has been described by the Vedas as Aprameya, one who is beyond all proofs and all limitations. He cannot be described in words. The primary object of man must be to seek to understand this Infinite Power.

Tak ada obyek di dunia ini yang eksis begitu saja tanpa adanya sang penciptanya. Segala sesuatu yang kita pergunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah hasil kreasi dari seseorang. Namun disamping itu, terdapat pula obyek-obyek lain yang berada di luar kapasitas manusia untuk membuatnya. Bintang-bintang yang gemerlapan di langit, matahari dan bulan yang menyinari seisi dunia, semuanya ini memperlihatkan eksistensi kekuatan yang maha superior dan mereka bukanlah hasil kreasi manusia. Lalu pertanyaannya, apakah benda-benda angkasa itu datang/eksis dengan sendirinya ataukah mereka diciptakan oleh kekuatan tertentu? Kekuatan maha kuasa yang demikian telah dijelaskan dalam kitab Veda sebagai Aprameya, yakni Ia yang tak terbatas dan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Obyektif utama manusia adalah berupaya untuk memahami kekuatan yang Maha Kuasa ini.
-BABA

Thoughts for the Day - 16th September 2008 (Tuesday)


The joy you seek and the Self-realization you aim at are both within you. They cannot be found in the external world. This condition is similar to that of a person who begs for food on the street even though there are sweets and delicacies in his own home. You imagine that the world and its objects confer happiness on you. This is an illusion created by your mind. It is only when you follow the discriminating intellect that you will be able to enjoy true peace and joy.

Kebahagiaan serta pencerahan diri yang engkau cari dan dambakan itu sebenarnya ada di dalam dirimu. Mereka tidak akan bisa engkau peroleh dari dunia eksternal. Kondisi seperti ini mirip dengan seseorang yang mengemis makanan di jalanan walaupun sebenarnya di dalam rumahnya terdapat manisan dan makanan enak lainnya. Engkau mengira bahwa dunia dan obyek-obyek duniawinya akan bisa memberimu kebahagiaan? Semuanya itu adalah ilusi yang diciptakan oleh batinmu sendiri. Ketahuilah bahwa kedamaian dan kebahagiaan sejati hanya bisa engkau nikmati apabila engkau mengikuti arahan dari budhi (intellect)mu.
-BABA

Sunday, September 14, 2008

Thoughts for the Day - 15th September 2008 (Monday)


Those who wish to establish themselves in Divinity must seek solitude, practise Dhyana (meditation) and Japa (repetition of God's name) at specified times, acquire one-pointedness through these practices, and be always engaged in deeds for the welfare of all beings. They should always be engaged in performing work without any concern for the fruits thereof.


Bagi mereka yang ingin mencapai Divinity, ia harus mencari waktu bagi dirinya sendiri, mempraktekkan Dhyana (meditasi) dan Japa (pengulangan nama-nama Tuhan) pada rentang waktu yang tertentu, sehingga ia dapat memperoleh konsentrasi yang utuh melalui praktek-praktek tersebut serta senantiasa terlibat dalam tindakan-tindakan yang memberikan manfaat & kesejahteraan bagi semua mahluk. Libatkanlah dirimu dalam perbuatan/seva tanpa pamrih.

-BABA

Saturday, September 13, 2008

Thoughts for the Day - 14th September 2008 (Sunday)


When boring is done to draw water from the bowels of the earth, the pipe has to be kept free of air so that the water will rise up. If the air enters, the water cannot rise up in the pipe. So too, be sure that attachment to worldly things does not mar your spiritual effort. Love will not rise up if sensual pleasure or personal pride invade the mind.

Ketika engkau melakukan pengeboran untuk tujuan mencari air tanah, maka engkau perlu memastikan bahwa tidak ada udara yang terperangkap di dalam pipa agar supaya air bisa terhisap ke atas. Demikian pula, engkau perlu memastikan bahwa kemelekatan terhadap hal-hal duniawi tidak menjadi penghalang bagi upaya spiritualmu. Cinta-kasih tidak akan termanifestasikan jikalau kenikmatan sensual maupun kesombongan pribadi masih merajalela di dalam mind (batin)mu.


-BABA

Friday, September 12, 2008

Thoughts for the Day - 13th September 2008 (Saturday)


Life is a long garland of blossoms, fair and faded, fragrant and futile. They are, so to say, the good and bad of life. Man recognizes only the blossoms, happy over some, unhappy over most; he does not see the string on which they are bound together, the Brahmasutra, the everlasting and ever-fresh principle of divinity that holds all the short-lived flowers together. Just as sparrows during a storm fly towards a warm shelter, man too, must take shelter in the Divine principle to escape from the storms of life.

Kehidupan ini bagaikan suatu rangkaian bunga yang panjang terdiri atas kumpulan bunga-bunga baik yang masih segar maupun yang sudah layu, yang masih wangi semerbak maupun yang sudah membusuk. Dengan perkataan lain, kehidupan terdiri atas pasang surut antara senang dan susah. Manusia cenderung hanya mau bagian yang indahnya saja, senang atas beberapa hal dan kebanyakan waktu justru merasa tidak senang; (hal ini karena) ia tidak menyadarai benang yang menjadi pengikat kalungan bunga itu, yaitu Brahmasutra yang tiada lain adalah prinsip keilahian yang menjadi penopang dari semua jalinan bunga-bunga yang berumur pendek itu. Sebagaimana halnya kawanan burung yang akan terbang mencari tempat teduh yang hangat ketika cuaca sedang tidak bagus, maka demikian pula halnya dengan manusia, seyogyanyalah ia mencari perlindungan kepada Divine Principle guna menyelamatkan dirinya dari terjangan topan kehidupan ini.

-BABA

Thursday, September 11, 2008

Thoughts for the Day - 12th September 2008 (Friday)


This day is the sacred day when the Lord as Vamana Avatar conferred liberation on Emperor Bali. Bali was a great emperor. He loved his subjects and looked after their welfare. Poverty was unknown in his realm. He felt proud about his kingdom and his people, and thus suffered from a slight sense of ego. Lord Vamana incarnated to eradicate the undesirable quality of ego in Emperor Bali by effacing even this pride and thereby redeem him. Before leaving for the nether world, Bali gave a promise to his people, whom he loved dearly. He said that he would visit them every year on the day of Onam and bless them.

Hari ini adalah hari suci saat ketika Avatara Vamana memberkahi pembebasan (moksha) terhadap Raja Bali. Beliau (Bali) adalah seorang raja yang terkenal sangat mencintai rakyatnya dan selalu memperhatikan kesejahteraan mereka. Di dalam pemerintahannya, tidak dikenal istilah kemiskinan. Untuk itu, ia selalu merasa bangga atas kerajaanya dan rakyatnya, dan oleh sebab itu, di dalam dirinya terkandung sedikit perasaan ego. Avatara Vamana berinkarnasi dengan tujuan untuk menghapus kualitas ego dari dalam diri Raja Bali, agar dengan demikian kesombongannya dapat terhapus dan sekaligus 'membebas'kannya. Sebelum meninggalkan dunia ini, Raja Bali berjanji kepada rakyat yang sangat dicintainya, yaitu bahwa Ia akan berkunjung setahun sekali pada hari raya Onam dan memberkahi semuanya.
-BABA

Wednesday, September 10, 2008

Thoughts for the Day - 11th September 2008 (Thursday)


Love God with steadfast devotion and faith, have fear of sin and practise morality in society. If you want morality in society, you should develop love for God. If you love God, you will have fear of sin. Today people without fear of sin commit heinous acts. This contradicts the very nature of humans. The body is a house given to you on rent. The owner is God. Live there as long as He wills, thanking Him and paying Him the rent of faith and devotion.

Cintailah Tuhan dengan penuh bhakti dan keyakinan, milikilah rasa takut untuk berbuat dosa (salah) dan praktekkanlah kemoralan dalam kehidupanmu sehari-hari. Jikalau engkau menghendaki dijunjung tingginya nilai-nilai moral di tengah-tengah masyarakat, maka engkau perlu mengembangkan cinta-kasih terhadap-Nya. Apabila engkau mencintai Tuhan, maka engkau akan takut untuk berbuat dosa (salah). Dewasa ini, sebagai akibat manusia tidak takut lagi berbuat demikian, maka sebagai akibatnya kita melihat begitu banyaknya perbuatan keji yang terjadi akhir-akhir ini. Hal ini sungguh sangat bertolak-belakang dengan sifat alami manusia. Badan fisik ini adalah bagaikan rumah yang dikontrakkan kepadamu. Pemiliknya adalah Tuhan. Hiduplah di sana selama dikehendaki oleh-Nya, sembari berterima-kasih kepada Tuhan dengan cara membayar kontrakan itu dalam bentuk keyakinan dan bhakti (devotion).

-BABA

Tuesday, September 9, 2008

Thoughts for the Day - 10th September 2008 (Wednesday)


Tat Twam Asi: Thou are that. This is the highest and holiest teaching. You are the indestructible Atma. It is for the sake of the Atma that you have the physical body and so in the attempt to realise God here and now, you must be prepared to sacrifice the body at any moment. The body is only an instrument, an implement given by God. Let it serve its rightful purpose.

Tat Twam Asi: Thou are that (Engkau adalah Tuhan). Ungkapan ini merupakan ajaran yang tertinggi dan suci. Engkau pada hakekatnya adalah Atma yang tak mengalami kelapukan oleh ruang dan waktu. Badan jasmani ini diberikan kepadamu dengan maksud/tujuan agar engkau menyadari bahwa dirimu sebenarnya adalah Atma (Tuhan), oleh sebab itu engkau seharusnya bersiap diri bilamana suatu hari harus mengorbankan badan jasmanimu sekalipun. Badan fisik ini hanyalah sebuah instrumen atau sarana yang diberikan oleh Tuhan. Oleh sebab itu, pergunakanlah sebagaimana mestinya.
-BABA

Monday, September 8, 2008

Thoughts for the Day - 9th September 2008 (Tuesday)


Man must always proceed towards 'Balam' (strength); he should not take to untruth, wickedness and crookedness, all of which denote the fundamental trait of cowardice. This cowardice is born out of accepting an inferior and false image of oneself. You believe that you are the husk, the outer covering. But, truly you are the kernel, the core. This false identification is the fundamental mistake. All Sadhana (spiritual effort) must be directed towards the removal of the husk and the revelation of the kernel. So long as you say "I am so and so", there is bound to be fear, but once you say and feel "I am God", you get unconquerable strength.

Manusia harus senantiasa berusaha untuk mencapai 'Balam' (kekuatan); janganlah engkau tersesat ke jalan yang penuh dengan ketidak-benaran, kejahatan serta kelicikan; yang mana semuanya itu merupakan tanda-tanda para pengecut. Sikap pengecut seperti itu timbul sebagai akibat kita memiliki pengertian yang salah dan inferior terhadap diri kita yang sebenarnya. Engkau secara salah menganggap bahwa dirimu hanyalah sekedar kulit (buah); padahal sebenarnya engkau adalah core (inti)nya. Identifikasi yang salah seperti ini merupakan kesalahan yang fatal. Segala bentuk sadhana hendaknya diarahkan untuk menyingkirkan kulit ini serta untuk menguak inti sejatinya. Selama engkau masih berkata bahwa dirimu adalah "si anu", maka di sana masih akan terdapat ketakutan; tetapi lain halnya bila engkau sudah sadar dan merasa serta berkata bahwa "I am God", maka di kala itu engkau sudah memiliki kekuatan yang tak terkalahkan.

-BABA

Sunday, September 7, 2008

Thoughts for the Day - 8th September 2008 (Monday)


For establishing oneself in the contemplation of the omnipresent Lord, there are no limitations of time and place. There is nothing like a holy place or auspicious time for this. Wherever the mind revels in the contemplation of the Divine, that is the holy place. Whenever it does so, that is the auspicious moment.


Untuk melakukan kontemplasi terhadap Tuhan yang omnipresent, engkau tidak perlu terlalu dibatasi oleh ruang dan waktu. Tidak perlu harus ada tempat suci yang khusus maupun waktu tertentu yang bagus untuk melakukan hal itu. Setiap saat ketika mind melakukan perenungan maupun kontemplasi terhadap Divine, maka di sanalah tempat sucinya. Kapanpun juga hal itu dilakukan, maka itulah momen yang bagus.

-BABA

Saturday, September 6, 2008

Thoughts for the Day - 7th September 2008 (Sunday)


People say that the service to man is the service to God, that Manava Seva is Madhava Seva. This is true. However, even though the service of humanity is holy, unless it is merged in the higher ideal, men will not benefit, however much the service undertaken. Whatever is done with the Lord in mind, along the path of truth and righteousness, alone can be considered to be service of the Lord. Whatever service is done for gaining name and fame, and for enjoying the fruits thereof, cannot be referred to as service of God.


Banyak orang mengatakan bahwa pelayanan terhadap sesama manusia adalah pelayanan terhadap Tuhan, atau yang lebih dikenal dengan sebutan "Manava Seva is Madhava Seva." Memang ungkapan itu benar adanya. Akan tetapi, walaupun pelayanan terhadap sesama manusia adalah perbuatan suci nan luhur, namun apabila tidak disertai dengan pengertian/idealisme yang murni, maka engkau tidak akan memetik manfaatnya secara optimal. Segala sesuatu yang dilakukan dengan senantiasa mengingat Tuhan dan di atas jalan yang benar dan bajik, maka perbuatan itu benar-benar merupakan pelayanan bagi-Nya. Sebaliknya, apabila pelayanan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh nama dan ketenaran serta agar dapat menikmati buah/hasilnya, maka pelayanan seperti itu tidak bisa dianggap sebagai pelayanan kepada Tuhan.

-BABA

Friday, September 5, 2008

Thoughts for the Day - 6th September 2008 (Saturday)


Each one should ask himself the question: spiritually realized persons were also persons like me; they were also embodied beings. When they could attain perfection, can I also not succeed if I follow their method? What profits me if I spend time in discovering the faults and weakness of others? Therefore the first Sadhana (spiritual endeavour) is to search for the faults and weaknesses within yourself and strive to correct them and become perfect.

Hendaknya setiap orang bertanya kepada dirinya pertanyaan berikut ini: mereka yang telah mencapai realisasi spiritual sebenarnya juga adalah manusia sebagaimana halnya diriku ini. Apabila mereka sanggup untuk mencapai kesempurnaan, maka mungkinkah aku juga mencapai keberhasilan seandainya aku mengikuti metode-metode mereka? Apalah keuntungannya bagiku jikalau aku hanya menghabiskan waktu untuk mencari-cari kesalahan dan kelemahan orang lain? Oleh sebab itu, langkah awal dalam latihan spiritual (Sadhana) adalah mencari-tahu kesalahan dan kelemahan diri kita masing-masing dan berupaya untuk mengoreksinya agar dapat menjadi sempurna.
-BABA

Thursday, September 4, 2008

Thoughts for the Day - 5th September 2008 (Friday)

Like the wind that covers everything with dust, desires and attachments cloud the mind. They have to be kept away so that the splendour of the self might merge in the splendour of the Higher self, the Paramatman (God). The process of purifying the consciousness of man in the crucible of single-pointed thought, speech, feeling and activity directed towards God, will rid him of all blemishes and defects. When the inner consciousness has been rendered pure and unsullied, God will reside therein. Then man will experience the vision of God within him.

Seperti halnya angin yang akan menutupi segala permukaan dengan debu, maka demikianlah, keinginan dan kemelekatan akan menutupi mind. Oleh sebab itu, mereka (keinginan & kemelekatan) haruslah dijauhi agar kecemerlangan self (Atma) dapat menyatu dengan kecemerlangan Sang Ilahi, the Paramatman. Proses purifikasi kesadaran manusia melalui tindakan-tindakan yang difokuskan kepada Tuhan akan sanggup untuk membersihkan noda dan cacad yang ada. Ketika inner consciousness telah dimurnikan dan disucikan, maka Tuhan akan bersemayam di dalam dirimu. Kelak engkau akan memperoleh vision of God.

-BABA

Wednesday, September 3, 2008

Thoughts for the Day - 4th September 2008 (Thursday)


All are God. You too are God, above and beyond the past, present and future. You are not the body which is tied up with time and which is caught in the coils of was, is and will be. Be ever fixed in the attitude that you are of the nature of Parabrahman (God); dwell constantly in this thought. Thus you can become a Jnani (person of wisdom).

Segalanya adalah Tuhan. Dirimu juga adalah bagian dari-Nya dan hal ini mutlak berlaku baik di masa lampau, sekarang maupun di masa yang akan datang. Engkau bukanlah badan fisik ini yang notabene terikat oleh ruang dan waktu. Milikilah sikap yang benar bahwa dirimu yang sejati pada hakekatnya adalah Parabrahman (God); senantiasa renungkanlah kebenaran ini. Dengan demikian, engkau akan menjadi Jnani (manusia bijak).
-BABA

Tuesday, September 2, 2008

Thoughts for the Day - 3rd September 2008 (Vinayaka Chaturthi)


The mouse is the vehicle of Lord Vinayaka. What is the inner significance of the mouse? The mouse is attracted by smell and is considered as the embodiment of the sense of smell. The mouse is a symbol of attachment to 'Vasana', which means both smell and worldly tendencies. It is well known that if you want to catch a mouse, you place a strong-smelling bait inside the mouse-trap. The mouse also symbolises the darkness of night. The mouse can see well in the dark and moves about freely in the night. As Vinayaka's vehicle, the mouse signifies an object that leads man from darkness to light. Thus, the Vinayaka-principle signifies that which removes bad thoughts, bad habits and inculcates good thoughts and good conduct in people.

Tikus adalah wahana yang dimiliki oleh Lord Vinayaka. Apa arti dari simbolisasi dalam bentuk seekor tikus? Hewan mamalia ini (tikus) memiliki karakteristik yaitu mudah terpancing oleh bau-bauan dan dianggap sebagai perwujudan dari sense of smell (indera penciuman). Tikus adalah simbolisasi dari kemelekatan terhadap 'Vasana', yang diartikan sebagai smell (penciuman) dan kecenderungan duniawi lainnya. Apabila engkau hendak menangkap tikus, maka biasanya engkau meletakkan umpan yang berbau-tajam di dalam perangkapnya bukan? Di samping itu, tikus juga merupakan simbolisasi dari kegelapan malam, sebab hewan ini memiliki kemampuan melihat dan berjalan di tengah kegelapan. Sebagai kendaraan atau wahana bagi Lord Vinayaka, tikus diartikan sebagai obyek yang akan menuntun manusia dari kegelapan menuju terang. Oleh sebab itu, prinsip Vinayaka mengandung pengertian yaitu sebagai prinsip yang akan menghilangkan pemikiran yang negatif, kebiasaan jelek serta menananmkan pemikiran positif dan perilaku yang bajik bagi semuanya.
-BABA

Monday, September 1, 2008

Thoughts for the Day - 2nd September 2008 (Tuesday)


The person who is free from all desires, who has not even the slightest inclination to possess or enjoy the sensory world, who has no trace of egoism and who is ever immersed in the bliss of God consciousness, is always untouched by any tinge of sorrow. He is firmly established in supreme joy and peace.

Mereka yang terbebaskan dari segala bentuk keinginan, yang tidak memiliki ketertarikan untuk memiliki maupun menikmati hal-hal duniawi, yang tak lagi memiliki jejak egoisme di dalam dirinya dan yang senantiasa berada dalam kebahagiaan God consciousness; maka diri orang-orang seperti ini sudah tak tersentuh lagi oleh kesedihan. Ia telah berdiri dengan mantap dalam kebahagiaan tertinggi dan kedamaian.
-BABA