Saturday, January 30, 2010

Thought for the Day - 29th January 2010 (Friday)



One can claim to be a devotee of the Lord only if the passions and emotions are pure and the character virtuous. The tongue may utter the Name of the Lord, the ear may hear the glory of the Lord, the hand may scatter flowers on the image of God; but the tongue may not know or relish the taste, the ear may not yearn, the hand may not hanker for God. These can happen only when the heart is aware of the Supreme, when the mind is thrilled recollecting the glory of God. Otherwise one is like the spoon which dips into sour and sweet with equal alacrity and insensitivity. It does not refuse or relish any of the tastes.


Seseorang dapat menyatakan dirinya sebagai bhakta Tuhan hanya jika memiliki keinginan dan perasaan yang murni serta berbudi luhur. Lidah mungkin saja mengucapkan Nama Tuhan, telinga bisa saja mendengar kemuliaan Tuhan, tangan bisa saja menaburkan bunga pada gambar Tuhan; tetapi lidah tersebut mungkin tidak mengetahui atau menikmati rasanya, telinga mungkin tidak merindukan Tuhan, tangan mungkin tidak berkeinginan untuk mengabdi pada Tuhan. Ini dapat terjadi hanya ketika hati telah menyadari keberadaan Sang Kuasa, saat pikiran mengingat kembali kemuliaan Tuhan. Kalau tidak, maka orang tersebut dapat diibaratkan sendok yang mengaduk air asam atau manis dengan kecepatan dan ketidakpekaan yang sama. Ia tidak menolak ataupun menikmati rasa apapun.

-BABA

Thursday, January 28, 2010

Thought for the Day - 28th January 2010 (Thursday)


The Grace of the Lord is not easily attainable when the feeling of "I" or Ahamkara resides within. Every one, learned or illiterate, should feel an overwhelming urge to know God. God has equal affection towards all his children, for to illumine is the nature of the light. Using light, one can read good books or commit wicked deeds. You must not use the Light (Grace of the Lord) for wrong ends. You must chant God's Name to progress on the Godward path.

Rahmat Tuhan tidak akan mudah dicapai ketika perasaan “Aku” atau Ahamkara berada dalam dirimu. Setiap orang, baik yang berpendidikan atau tidak, seharusnya merasakan keinginan yang mendalam untuk mengetahui Tuhan. Tuhan memberi perhatian yang sama pada semua anak-anaknya, karena menerangi adalah sifat alami dari cahaya. Dengan cahaya ini, seseorang dapat membaca buku-buku yang baik atau melakukan perbuatan yang buruk. Engkau tidak boleh menggunakan Cahaya ini (Rahmat Tuhan) untuk tujuan yang salah. Engkau harus menchantingkan Nama Tuhan untuk kemajuan spiritualmu di jalan Tuhan.

-BABA

Wednesday, January 27, 2010

Thought for the Day - 27th January 2010 (Wednesday)


Until devotion is fully developed, you must practice listening to scriptures and singing God’s glory, without any interruption. Sometimes, devotees deal with God in a bargaining spirit or in the spirit of a businessman. This attitude should be given up. Whoever you may be, you should not ask from your beloved Lord anything other than devotion or love for Him. Uninterrupted flow of love towards the feet of the Lord is real surrender. Such surrender guarantees genuine and everlasting peace.


Sampai pengabdian berkembang sepenuhnya, engkau harus berlatih mendengarkan kitab suci dan menyanyikan kemuliaan Tuhan tanpa ada halangan apapun. Kadangkala, para bhakta berhubungan dengan Tuhan dengan semangat tawar-menawar atau dengan semangat seorang pedagang. Sikap ini seharusnya dihentikan. Siapapun engkau, engkau seharusnya tidak meminta apapun dari Tuhanmu yang terkasih, selain pengabdian atau kasih untuk-Nya. Kasih yang mengalir tanpa halangan apapun di kaki padma Tuhan adalah kepasrahan yang sesungguhnya. Kepasrahan seperti itu akan menjamin kedamaian yang sejati dan kekal abadi.

-BABA

Tuesday, January 26, 2010

Thought for the Day - 26th January 2010 (Tuesday)


The worldly-minded individual’s love is tainted since it is directed towards material objects. Whereas, the same love, when it is directed towards the Lord, leads him to God Himself. Truly, devotion to God is the real technique for attaining liberation and it is a Sadhana (spiritual exercise) par excellence. Devotion will contribute to the growth of wisdom. Devotion and hatred cannot co-exist. When a person is filled with devotion, ignorance will vanish, step-by-step. Love directed towards God is most beneficial and will produce the highest good for all. Cultivate devotion.

Kecintaan pribadi terhadap pikiran duniawi tercemar karena hal itu mengarah langsung pada objek-objek material. Padahal, dengan cinta-kasih yang sama, ketika ditujukan pada Tuhan, mengarahkannya pada Tuhan itu sendiri. Sesungguhnya, bhakti kepada Tuhan merupakan cara yang nyata untuk mencapai pembebasan dan itu adalah Sadhana (latihan spiritual) yang tertinggi. Bhakti pada Tuhan dapat menumbuhkan kebijaksanaan. Bhakti dan kebencian tidak akan dapat hidup berdampingan. Ketika seseorang dipenuhi dengan rasa bhakti, maka sedikit demi sedikit kegelapan akan lenyap. Cinta-kasih yang diarahkan menuju Tuhan adalah yang paling bermanfaat dan akan menghasilkan kebaikan tertinggi untuk semuanya. Tumbuhkanlah bhakti pada Tuhan ini.

-BABA

Monday, January 25, 2010

Thought for the Day - 25th January 2010 (Monday)


Worship the Lord who lives in your heart, nearer to you than your thickest friend, your father, mother or preceptor. He is all of these and more to you. The physical body and the pleasures and comforts you crave for are all subject to damage and decay. One day or the other, it becomes food for dogs and jackals. The Lord, on the other hand, grants you bliss and joy forever. He cannot be won by scholarship, pompous vows or colorful rituals. Surrender your heart to Him. He desires nothing else from you.


Pujalah Tuhan yang bersemayam dalam hatimu, lebih dekat padamu dibandingkan dengan sahabat, ayah, ibu atau guru pembimbing. Beliau adalah segalanya dan bahkan lebih bagimu. Badan fisik serta kesenangan dan kenyamanan yang sangat engkau dambakan, semuanya akan hancur dan membusuk. Suatu hari nanti, itu akan menjadi makanan anjing atau serigala. Tuhan, di sisi lain, akan menganugerahkanmu suka cita dan kebahagiaan selamanya. Tuhan tidak dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, wacana-wacana yang berlebihan ataupun ritual yang beranekaragam. Pasrahkan dirimu kepada Tuhan. Beliau tidak akan mengharapkan apa-apa darimu, selain kemurnian hati.

-BABA

Sunday, January 24, 2010

Thought for the Day - 24th January 2010 (Sunday)


If there is anything sweeter than all things, more auspicious than all auspicious things, holier than the holiest, truly, it is the Name of the Lord, or the Lord Himself. Give up the company of the worldly-minded and seek always the company of the wise and the good. Take refuge in the Lord, He is the embodiment of Peace. He will reside constantly in the place where devotees honor His Name sincerely, with devotion and dedication. Practice intense devotion to the Lord for that is the key to attaining real and permanent happiness.


Jika ada sesuatu yang lebih manis daripada segala sesuatu, lebih menguntungkan dari semua hal yang menguntungkan, lebih suci dari yang paling suci, sesungguhnya, itu adalah Nama Tuhan, atau Tuhan itu sendiri. Jauhkan hubungan dengan pikiran-duniawi dan selalulah mencari pergaulan dengan orang-orang baik dan bijaksana. Berlindunglah pada Tuhan, Beliau adalah perwujudan Kedamaian. Beliau akan terus-menerus berada di tempat dimana bhakta-Nya memuliakan Nama-Nya sepenuh hati, dengan penuh bhakti dan pengabdian. Terapkanlah bhakti pada Tuhan ini, karena ini adalah kunci untuk mencapai kebahagiaan sejati dan kekal.


-BABA

Saturday, January 23, 2010

Thought for the Day - 23rd January 2010 (Saturday)


You must live in the world with "Udaseenabhava", the stage of disinterestedness, which describes the condition of one who has grasped the Truth. In this stage, you will taste the sweetness of the Divine and will never entertain distractions or doubts, and live without any afflictions. The great sages - Shuka, Sanaka and Sananda lived in this bliss and conviction of Oneness with the Divine. They used their intellect as the prime instrument, which shined in its pristine effulgence, cleansed from the rust of the sensory attractions. You can attain this through your own disciplined life and ceaseless effort.

Engkau harus hidup di dunia ini dengan “Udaseenabhava”, yaitu tidak tertarik dengan objek-objek duniawi, yang menggambarkan suatu kondisi seseorang yang telah memahami Kebenaran. Pada tahap ini, engkau akan merasakan manisnya Tuhan dan tidak akan pernah memiliki keraguan pada Tuhan dan tidak terpikat dengan kesenangan duniawi, serta hidup tanpa penderitaan. Orang-orang bijaksana – Shuka, Sanaka dan Sananda hidup dalam suka cita dan keyakinan akan keesaan Tuhan. Mereka menggunakan akal budi mereka sebagai instrument yang utama, yang dipancarkan dalam sinar yang murni, disucikan dari karat dan daya tarik sensorik. Engkau dapat mencapai ini melalui kehidupan yang penuh disiplin dan upaya yang tiada henti.

-BABA

Friday, January 22, 2010

Thought for the Day - 22nd January 2010 (Friday)


The Vedas and Puranas (scriptures) deserve to be read and heard earnestly. God's Name should be recited and listened to devoutly. For some ailments, medicines are prescribed either for external application or consumption. However, for this universal ailment of Bhavaroga (the cycle of birth and death), Shravanam (listening to the Glory of God) and Keertanam (reciting or singing the glory of God) are the medicines prescribed for internal and external use. Every aspirant must chant as well as listen to God's Name to receive His Grace.

Weda dan Purana (kitab suci) sudah sepatutnya untuk dibaca dan didengar dengan sungguh-sungguh. Nama Tuhan seharusnya diulang-ulang dan didengarkan dengan sungguh-sungguh. Untuk beberapa penyakit, obat-obatan diresepkan baik untuk di konsumsi ataupun untuk penggunaan luar. Namun, untuk penyakit Bhavaroga (lingkaran kelahiran dan kematian), Shravanam (mendengarkan Kemuliaan Tuhan) dan Keertanam (mengulang-ulang nama Tuhan atau menyanyikan lagu kemuliaan Tuhan) adalah obat yang diresepkan baik untuk penggunaan internal maupun eksternal. Setiap pencari spiritual harus menchantingkan serta mendengarkan Nama Tuhan dengan baik untuk mendapatkan rahmat-Nya.

-BABA

Thursday, January 21, 2010

Thought for the Day - 21st January 2010 (Thursday)


Kinship with the Lord can be realized by every single person, who acquires these three chief instruments: (1) A mind unsullied by attachment and hatred (2) Speech unsullied by falsehood and (3) a body unsullied by violence. Discriminate at every stage, keep your instruments pure. Accept what is true and discard the rest. You cannot escape sorrow if you have worldly desires. Joy and peace do not reside in external objects. They are within you. Endeavour to experience the Love that is Divinity itself.


Kedekatan dengan Tuhan dapat diwujudkan oleh setiap orang, yang dicapai melalui tiga instrument utama berikut ini: (1) Pikiran yang tidak dinodai oleh keterikatan dan kebencian (2) Pembicaraan yang tidak dinodai oleh kebohongan dan (3) badan yang tidak dinodai oleh kekerasan. Tentukanlah ini pada setiap tahapan, awasilah instrumentmu tetap murni. Terimalah mana yang benar dan singkirkanlah yang lainnya. Engkau tidak dapat melepaskan diri dari penderitaan jika engkau mempunyai keinginan-keinginan duniawi. Suka cita dan kedamaian tidak terletak pada objek-objek luar. Mereka ada dalam dirimu. Berusahalah untuk mengalami Cinta-kasih Tuhan dalam dirimu.

-BABA

Wednesday, January 20, 2010

Thought for the Day - 20th January 2010 (Wednesday)


Do not barter away the means of achieving permanent and complete happiness, deluded by attachment and attractions of temporal joy. You must carry on your spiritual duties with full devotion. The Divine cannot be known without faith and steadfastness (Sraddha). Only through Love (Prema) comes faith and dedication. Through faith and dedication comes wisdom (Jnana). Through wisdom, you get transcendental devotion to God. Only through such loving devotion, you will achieve union with God.

Janganlah meremehkan arti mendapatkan kebahagiaan yang lengkap dan abadi, sembari tertipu oleh keterikatan dan ketertarikan akan kesenangan yang fana. Engkau harus menunaikan tugas spiritualmu dengan penuh pengabdian. Keillahian tidak bisa dikenali tanpa melalui keyakinan dan keteguhan (Sraddha). Hanya melalui Kasihlah (Prema) maka keyakinan dan bakti akan muncul. Melalui keyakinan dan baktilah maka akan muncul kebijaksanaan (Jnana). Melalui kebijaksanaan, engkau akan mendapatkan jalan pengabdian transendental (diluar pemahaman sebagai manusia) kepada Tuhan. Hanya dengan melalui pengabdian yang penuh kasihlah, maka engkau akan mencapai persatuan dengan Tuhan.

- BABA

Tuesday, January 19, 2010

Thought for the Day - 19th January 2010 (Tuesday)


Every aspirant must strive to keep theirself away from the turmoil, falsehood and cruelties of the world, and practice truth, righteousness, love and peace at all times. This is truly the path of devotion. Those who seek union with God must discard as worthless both praise and blame, appreciation and derision, prosperity and adversity. No great soul or even Avatar (Divine Incarnation) can ever escape criticism and blame. In such instances, they do not bend but hold on to the truth. With this realization, immerse yourself in holy books and in the company of the devotees of the Lord. Desist from discussing your belief or conviction with the ignorant. When you are rich with the experience of realization and devotion, then you can mix freely and even endeavour to direct others to the truth you have seen and experienced.

Setiap pencari spiritual harus tetap berusaha untuk menjauhkan diri dari keributan, kebohongan dan kekejaman dunia, dan menegakkan kebenaran, kebajikan, kasih dan kedamaian sepanjang waktu. Ini adalah jalan pengabdian yang sebenarnya. Bagi mereka yang mencari persatuan dengan Tuhan harus membuang segala pujian dan celaan, penghargaan dan ejekan, kemakmuran dan kemalangan sebagai sesuatu yang tiada artinya. Tiada seorang pun meski ia berjiwa mulia atau bahkan Avatar (Penjelmaan Tuhan) yang tidak kena kritik atau celaan. Dalam situasi tersebut, mereka tidak tergoyahkan namun tetap berpegang teguh pada kebenaran. Setelah memahami hal ini, sibukkanlah dirimu dengan membaca buku-buku suci dan terjunlah dalam lingkungan pemuja Tuhan. Berhentilah mendiskusikan kepercayaan atau keyakinanmu dengan orang-orang yang abai. Kalau engkau sudah kaya akan pengalaman mengenai kesadaran diri dan penuh pengabdian, maka engkau sudah boleh berbaur dengan bebas dan bahkan mengembara untuk menuntun orang lain menuju pada kebenaran yang telah engkau saksikan dan alami.

-BABA

Monday, January 18, 2010

Thought for the Day - 18th January 2010 (Monday)


Some people are constantly immersed in worldly thoughts. Some people consider themselves very intelligent and accumulate bookish knowledge. In fact this type of scholarship is like an allergy. Once the allergy starts spreading, their energy is sapped. Unfortunately, today, we are developing allergy, not energy. Do not keep deliberating whether something is good for you or not. Everything is good. Whatever happens, consider it to be good for you. When you develop such an attitude, everything will turn out to be good for you. Be loving and cheerful always. It is only love that protects and sustains you!


Banyak orang dengan terus-menerus tenggelam dalam pikiran duniawi. Mereka menganggap diri mereka sangat cerdas dan gemar mengumpulkan buku-buku pengetahuan. Sesungguhnya ilmu pengetahuan semacam ini seperti suatu alergi. Saat alergi ini mulai menyebar, energi mereka akan dilemahkan. Sayangnya, saat ini, kita sedang mengembangkan alergi, bukan energi. Janganlah berpikir apakah sesuatu itu baik untukmu atau tidak. Semuanya baik. Apapun yang terjadi, anggaplah hal tersebut baik untukmu. Ketika engkau mengembangkan sikap seperti ini, semuanya akan berubah menjadi baik untukmu. Selalulah penuh kegembiraan dan penuh cinta-kasih. Hanya cinta-kasihlah yang dapat melindungi dan mendukungmu.

-BABA

Sunday, January 17, 2010

Thought for the Day - 17th January 2010 (Sunday)


God is present everywhere; there is no place where He is not present. There is no form that does not belong to Him. However, you search for God, thinking that He is at some distant place. But God is in front of you, behind you, beside you. Every single person around you is an embodiment of God. However, you do not consider the people around you as embodiments of Divinity. You look at their form and consider them as mere human beings. Forget the form. Be firmly established in the feeling that wherever you see it is God only. It is only He who provides everything for our sustenance. You see duality in the world since you go by names and forms. If you see beyond names and forms, you will find unity everywhere.


Tuhan berada di setiap tempat, tidak ada suatu tempat tanpa kehadiran Beliau. Tidak ada bentuk yang bukan milik-Nya. Namun, engkau mencari Tuhan, berpikir bahwa Beliau berada pada suatu tempat di kejauhan. Tetapi Tuhan berada di depanmu, di belakangmu, juga di sampingmu. Setiap orang di sekitarmu adalah perwujudan Tuhan. Tetapi, engkau tidak menganggap orang-orang di sekitarmu sebagai perwujudan Tuhan. Engkau melihat dan menganggap mereka semata-mata sebagai manusia. Lupakanlah wujud ini. Tanamkan dalam perasaanmu bahwa kemanapun engkau melangkah, engkau hanya melihat Tuhan. Hanya Beliau lah yang menyediakan segala sesuatu yang kita perlukan. Engkau melihat dualitas di dunia ini semenjak engkau berangkat dengan nama dan bentuk fisik. Jika engkau melewati nama dan bentuk fisik ini, dimana-mana engkau akan menemukan kesatuan.

-BABA

Saturday, January 16, 2010

Thought for the Day - 16th January 2010 (Saturday)


There is love in one and all. There is none bereft of love in this world. Sometimes, people may speak words with wrong intentions against you. You should not be perturbed by such criticism. If some one criticizes you loudly, it will vanish in to thin air. If they criticize you inwardly, then they will suffer. Either way, you will not be affected by it. In this manner, you should practice developing equanimity. Then, you will neither be elated by praise nor be depressed by criticism. If you want to attain God, you must have harmony in your thoughts, words and deeds. Harmony in thoughts, words and deeds is the sign of a noble person; those who lack this harmony are wicked.


Cinta-kasih terdapat dalam setiap orang. Tidak ada seorangpun yang tidak memiliki kasih di dunia ini. Kadang-kadang, engkau mungkin menerima kata-kata yang tidak baik yang ditujukan kepadamu. Engkau seharusnya tidak terganggu oleh kritik seperti itu. Jika seseorang mengkritikmu, itu akan lenyap dalam kehampaan. Jika mereka mengkritikmu dalam hati mereka, maka mereka akan menderita. Oleh karenanya, engkau tidak boleh terpengaruh oleh hal tersebut. Dengan cara seperti ini, engkau seharusnya berlatih mengembangkan ketenangan hati. Maka, engkau tidak akan terpengaruh oleh hal tersebut, yaitu tidak akan gembira oleh pujian maupun merasa sedih oleh kritikan. Jika engkau ingin mencapai Tuhan, engkau harus mempunyai keselarasan dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Keselarasan dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan adalah tanda orang yang mulia, dan sebaliknya orang disebut berkelakuan yang kurang baik, jika mereka tidak memiliki keselarasan dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.

Friday, January 15, 2010

Thought for the Day - 15th January 2010 (Friday)


First of all, you have to realize that Divinity is present everywhere. Let all your actions be pleasing to God. You have come from God and are living in God. All your actions should therefore be dedicated to God. When you follow such a sacred path, you will ultimately merge in God. God is Bhaavapriya (lover of inner feelings), not Baahyapriya (lover of external appearances). He sees the feeling behind your actions. The world is interested in Baahyam (outward show) but God is interested in your Bhaavam (feeling). Hence, purify your feelings in the first instance.

Pertama-tama, engkau harus menyadari bahwa Tuhan hadir disetiap tempat. Jadikanlah segala tindakanmu menyenangkan bagi Tuhan. Engkau berasal dari Tuhan dan hidup dalam Tuhan. Dengan demikian semua tindakanmu seharusnya dipersembahkan kepada Tuhan. Kalau engkau mengikuti jalan suci ini, engkau pada akhirnya akan menyatu dengan Tuhan. Tuhan adalah Bhavapriya (menyukai kerohanian), bukannya Bahyapriya (menyukai jasmaniah). Tuhan mengetahui rasa yang melatarbelakangi tindakanmu. Dunia tertarik pada Bahyam (kenampakan jasmaniah) namun Tuhan tertarik pada Bhavam (perasaan rohani) dari dirimu. Maka dari itu, pertama-tama sucikanlah perasaanmu.

-BABA

Thursday, January 14, 2010

Thought for the Day - 14th January 2010 (Thursday)


Every human being should essentially have three qualities - Nischalathwa, Nirmalathwa and Nirmohathwa (steadiness, purity and detachment). One who has these three qualities is verily God Himself. You need not enquire from others, whether you are good or otherwise. Your conscience is your own judge. You should always think of God. People worship God and sing His glory, thinking that He is present in some distant place. There have been many Divine Incarnations in the past, but the inherent Divine Principle in all of them is one and the same. Your heart is the real temple of God. Hence, fill your heart with Love.

Setiap manusia seharusnya mempunyai 3 kualitas dasar - Nischalathwa, Nirmalathwa dan Nirmohathwa (kemantapan, kemurnian, dan tanpa keterikatan). Orang yang memiliki ketiga kualitas ini sesungguhnya Tuhan itu sendiri. Engkau tidak perlu bertanya pada orang lain, apakah engkau baik atau sebaliknya. Hati nuranimu dapat menjadi hakim untuk dirimu sendiri. Engkau seharusnya selalu memikirkan Tuhan. Orang-orang memuja Tuhan dan menyanyikan kemuliaan-Nya, berpikir bahwa Beliau hadir di beberapa tempat yang terpencil. Ada banyak inkarnasi Tuhan di masa lalu, tetapi prinsip Tuhan yang melekat dalam semua itu adalah satu dan sama. Oleh karena itu, isilah hatimu dengan Cinta-Kasih.

-BABA

Wednesday, January 13, 2010

Thought for the Day - 13th January 2010 (Wednesday)


Divinity is One. The names and forms may vary, but the inherent Divine Principle is One and the Same. For example, a hall may be decorated with a number of bulbs. But the electric current that flows through them is the same. Similarly, sweets may be many, but the essential ingredient in them, which is sugar, which imparts the sweetness is the same. Often times, we merely go by the names and forms, forgetting the reality.

Tuhan hanya Satu. Nama dan wujud mungkin berbeda, tetapi prinsip Tuhan yang melekat di dalamnya adalah satu dan sama. Sebagai contoh, sebuah ruangan mungkin dihiasi dengan sejumlah lampu, tetapi arus listrik yang mengalir melalui lampu itu adalah sama. Demikian pula, ada berbagai jenis manisan, tetapi unsur penting yang ada di dalamnya yaitu gula yang memberikan rasa manis adalah sama. Seringkali kita melupakan realitas, kita berjalan semata-mata dengan nama dan bentuk fisik.

-BABA

Tuesday, January 12, 2010

Thought for the Day - 12th January 2010 (Tuesday)


You must understand the distinction between Education and Educare. Education is information-oriented. Educare is transformation-oriented. Education is limited to physical and mental levels. Education has its roots in Educare. Educare is related to our inner feelings and purity of heart. Our speech, song and way of life (Maata, Paata and Baata) should originate from the heart. That is the essence of Educare. Only those endowed with the practical knowledge and wisdom will be able to understand and appreciate the concept of Educare. Even after acquiring a number of degrees, if you lack purity in your heart, you cannot be called truly educated.

Engkau harus memahami perbedaan antara “Education” dan “Educare”. Education berorientasi pada informasi. Educare berorientasi pada transformasi. Education terbatas pada tingkat fisik dan mental. Education berakar pada Educare. Educare berhubungan dengan perasaan batin dan kemurnian hati kita. Cara bicara, lagu, dan cara hidup (Maata, Paata and Baata) seharusnya berasal dari hati. Ini adalah inti dari Educare. Hanya mereka yang diberkati dengan pengetahuan dan kebijaksanaan akan dapat memahami dan menghargai konsep dari Educare. Walaupun setelah memperoleh pendidikan yang tinggi, jika engkau tidak memiliki kemurnian hati, engkau belum layak disebut terdidik.

-BABA

Thursday, January 7, 2010

Thought for the Day - 11th January 2010 (Monday)


It is often said "Daivam Manusha Rupena". It means that God incarnates in the form of human beings. Divinity is not a separate entity. It is immanent in humanity. God incarnates as a human to remind this and redeem mankind. That is why human birth is considered to be highly sacred. The human form is a conglomeration of five elements, namely earth, water, fire, air and ether. The Divine Power which makes the five elements function is called Atma, the Supreme Self. Atma does not have any form. It transcends all names and forms. Hence, do not be under the mistaken notion that God is confined to a specific form. Always remember, God is Love and Love is God!

Ada pepatah yang menyatakan “Daivam Manusha Rupena”. Ini berarti bahwa Tuhan menjelma ke dunia dengan wujud manusia biasa. Ketuhanan bukanlah kesatuan yang terpisah. Ia tetap ada di dalam setiap manusia. Tuhan menjelma ke dunia dengan wujud manusia untuk mengingatkan ini semua dan menyelamatkan umat manusia. Inilah alasan mengapa kelahiran sebagai manusia adalah suci. Tubuh manusia terdiri dari lima unsur, yaitu tanah, air, api, udara dan eter. Kekuatan suci yang menyebabkan kelima unsur ini berfungsi adalah Atma. Atma tidak memiliki bentuk. Ia melebihi semua nama dan bentuk. Oleh karenanya janganlah menganggap bahwa Tuhan dapat memiliki bentuk tertentu. Ingatlah selalu bahwa Tuhan adalah cinta kasih dan cinta kasih sendiri adalah Tuhan.

-BABA

Thought for the Day - 10th January 2010 (Sunday)


Always enjoy the peace that is the result of the cessation of all mental agitations. Do not allow the mind to run after this and that. Train it to keep quiet. Keep away and afar, the mental reactions caused by the contact with the external world. Then you can become mere Existence, Sath. That is the state beyond the realm of senses. This is the real Sakshaathkaara, the Goal of Life.

Selalulah menikmati kedamaian yang merupakan hasil dari penghentian semua gejolak mental. Jangan biarkan pikiran kacau balau dan memikirkan yang tidak seharusnya dipikirkan. Latihlah pikiran untuk menjadi tenang. Selalulah menjaga diri dari akibat buruk duniawi. Maka engkau akan mencapai kesadaran tertinggi, Sath. Keadaan di atas kenikmatan indria-indria. Inilah yang disebut dengan Sakshaathkaara, tujuan hidup yang sebenarnya.

-BABA

Thought for the Day - 9th January 2010 (Saturday)


By mere force of intention, one can imagine in an instant, a scene in America. However, can it also be experienced in actual, at that very instant? No, one cannot! There is no use imagining and framing in the fancy. It must be experienced in mind, word and body. Similarly genuine peace cannot be obtained by merely knowing and learning about Divine Self. You may even firmly believe that joy is present in these, but that is of no avail. You must dedicate your life to win that joy and experience it and enter upon the discipline needed to acquire it. Only then do you deserve the Grace of the Lord and from that, you receive eternal love and peace.

Dengan hanya memusatkan pikiran, dalam sekejap kita dapat membayangkan suatu tempat di Amerika. Namun apakah pengalaman tersebut dapat membuat kita merasa benar-benar ada di sana? Tidak bisa. Hanya dengan menghayal saja tidaklah ada gunanya. Semua harus dialami oleh pikiran, perkataan dan pengalaman fisik. Sama halnya dengan kedamaian abadi tidaklah dapat dicapai hanya dengan tahu dan belajar mengenai Pengetahuan diri sejati. Jika hanya percaya bahwa kebahagiaan sejati itu ada, itu tidaklah berguna. Engkau seharusnya mencurahkan seluruh hidupmu untuk melaksanakan disiplin sehingga mendapatkan kebahagiaan sejati tersebut dan dapat merasakannya. Hanya dengan itu engkau pantas mendapatkan berkat Tuhan dan oleh karenanya cinta-kasih dan kedamaian abadi akan mengalir kepadamu.

-BABA

Thought for the Day - 8th January 2010 (Friday)


The Divine Self can be realized, only when one possesses the discrimination to free oneself from bondage. You must transform your intellect to become pure and sharp. Ignorant people, to whom the understanding of the Divine Self is beyond reach, delude themselves by the belief that they can derive joy from the objective world which their senses can experience. If only they reflect even a little while, it will become crystal clear that even that joy they experienced is a gift of God. The Divine Nectar is present in all places at all times. As a mature aspirant, skill yourself to give up the glittering falsehood of the objective world and relish the joy of Divine and attain peace. Will a honey bee ever drink the bitter juice?

Penyucian diri dapat dicapai jika kita dapat menghindari dan membebaskan diri dari segala ikatan duniawi. Engkau harus mengubah intelekmu menjadi suci dan tajam. Orang-orang yang tidak peduli akan spiritual, akan tertipu oleh kesenangan duniawi yang dirasakan oleh indera-inderanya. Saat mereka menyadari kekeliruannya itu, barulah mereka sadar bahwa semua kebahagiaan tersebut adalah pemberian dari Tuhan. Nectar Illahi selalu ada di setiap waktu di segala tempat. Sebagai bhakta yang sejati, seharusnya engkau menghindari kesenangan duniawi dan mulai mencari kebahagiaan yang abadi dan mencapai kedamaian. Pernahkah lebah memakan madu yang pahit?

-BABA

Thought for the Day - 7th January 2010 (Thursday)


He who sees a pot can know clearly that it is a pot all by himself, is it not? Such being the case, how is it that one identifies oneself with the body, just because attachment makes one feel that it is one's own? This attachment is called the Ajnana, or the “My-ness”. The Atman is formless and free from all mutations. It has no desires, impulses or intentions. It is free from the attachment. Hence, the afflictions of the world (Thaapathraya) do not affect it. It always realizes that it is not the doer, and remains as a witness, just as the lotus thrives on the water, unaffected and unattached.

Ia yang melihat sebuah belanga mengetahui dengan jelas belanga tersebut seluruhnya dengan sendirinya, bukan? Demikian juga halnya bagaimana seseorang menyamakan dirinya dengan badan, karena keterikatanlah yang membuatnya merasa bahwa itu miliknya. Keterikatan ini disebut dengan Ajnana, atau “My-ness”. Atma itu tidak berwujud dan bebas dari semua perubahan. Ia tidak memiliki keinginan-keinginan, dorongan-dorongan atau maksud-maksud tertentu. Ia bebas dari keterikatan. Oleh karena itu, penderitaan-penderitaan di dunia (Thaapathraya) tidak akan mempengaruhinya. Ia selalu menyadari bahwa ia bukanlah pelaku, sama seperti bunga teratai yang tumbuh di dalam air, tidak terikat dan tidak terpengaruhi.

-BABA

Wednesday, January 6, 2010

Thought for the Day - 6th January 2010 (Wednesday)


Culture must be directed towards reforming one’s character. Along with that reform and to the extent it is gained, outward standard of economic life too can be adjusted. Everyone must be trained in the techniques of enjoying peace and happiness. These do not depend on the outer, the external, the visible objective world. So there is no profit in worrying about or debating about these matters. You must take shelter in the contemplation of the Divine all the time. Remind yourself that the body is subject to change, it is temporary, and liable to decline. It is only when each and every aspirant is aware of this fundamental truth, equanimity, equality and exhilaration can be established on earth.

Gaya hidup yang ada saat ini haruslah diarahkan menuju pada perubahan karakter. Bersamaan dengan perubahan tersebut, standar kehidupan ekonomi duniawi juga bisa disesuaikan. Setiap orang harus berlatih cara-cara untuk menikmati kedamaian dan kebahagiaan. Hal ini sama sekali tidak tergantung pada dunia luar yang terlihat. Jadi tidak ada gunanya mengkhawatirkan atau berdebat tentang hal ini. Engkau harus mengambil tempat dalam perenungan akan Tuhan setiap waktu. Ingatkanlah dirimu sendiri bahwa badan ini akan berubah; ia adalah sementara, dan pasti akan meluruh. Hanya jika para pencari spiritual telah memahami kebenaran yang mendasar ini, maka ketenangan hati, persamaan dan kebahagiaan akan bisa terwujud di muka bumi ini.

-BABA

Tuesday, January 5, 2010

Thought for the Day - 5th January 2010 (Tuesday)


In this creation, wisdom is enveloped in ignorance. So long as the lamp is burning, there will be a shadow beneath it. That is just inevitable. So too, when the flame of illusion is burning, the shadow of ignorance persists, right underneath! However, the Knowledge of Self destroys the ignorance and makes wisdom shine, just as sunrise illumines the whole world and confers peace and wellbeing. To attain this result of peace, effort is super critical. The mind is conditioned to good or bad, by the environment. The reformers of today do not strive to transform the qualities of people. They are trying to bring about equality in economic matters, in outer life. Improving economic status alone will not bring about lasting peace. Lasting peace can only be obtained, when character is moulded and developed. There is an urgent need to reform the character through the Knowledge of the Self. This reform alone will bear fruit, the fruit of peace and eternal bliss.

Di dunia ini, kebijaksanaan terbungkus oleh ketidaktahuan. Selama lampu pelita menyala, akan ada bayangan di bawahnya. Itu adalah hal yang tak terhindarkan. Demikian juga, ketika api khayal menyala, bayang-bayang ketidaktahuan akan muncul, tepat dibawahnya! Namun, Pengetahuan Diri yang Sejati akan melenyapkan ketidaktahuan tersebut, dan kebijaksanaan akan bersinar, sebagaimana Matahari Terbit yang menyinari seluruh dunia dan menebarkan kedamaian. Untuk mendapatkan kedamaian tersebut, usaha keras sangatlah penting. Pikiran dikondisikan pada hal baik atau buruk, oleh lingkungan. Para pendukung perubahan saat ini tidak berusaha mengubah sifat orang-orang. Mereka mengusahakan perbaikan di bidang ekonomi semata, di dunia jasmaniah. Memperbaiki status ekonomi saja tidak akan membawa kedamaian yang abadi. Kedamaian Abadi hanya bisa diraih, kalau karakter itu dibentuk dan dikembangkan. Saat ini sangat perlu untuk mengubah karakter dengan menggunakan Pengetahuan Diri yang Sejati. Hanya perubahan ini sajalah yang akan membuahkan hasil – yaitu kedamaian dan kebahagiaan abadi.

- BABA

Monday, January 4, 2010

Thought for the Day - 4th January 2010 (Monday)


Unknowingly, you may create and develop in yourself an abounding variety of selfish habits and attitudes that cause great discontent for you. The impulse for this comes from the power complex; the greed for power and riches. You may feel elated that you are very wealthy, talented and knowledgeable. From where did you acquire these? You may even claim that you earned all this through your own efforts, but surely, you received it from someone. The source from which all power originates is Sarweshwara (Lord of All). Omnipotence belongs only to the Lord of all beings. Ignoring the Omnipotence and deluding oneself that the little power that one has acquired is one's own is indeed Ahamkara (conceit). Ahamkara causes grief and must be uprooted from within. It will not subsist in an individual filled with genuine devotion, recognized by the characteristics of kindness, love, patience, forbearance and gratefulness. Seek therefore, to develop these virtues in you.

Karena ketidaktahuan, engkau mungkin membuat dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan sifat-sifat yang mementingkan diri sendiri yang menyebabkan ketidakpuasan di dalam dirimu. Semua ini didorong oleh keinginan yang berlipat ganda, keserakahan kekuasaan dan kekayaan. Engkau mungkin merasa sangat bahagia bahwa engkau sangat kaya, berbakat, dan memiliki banyak pengetahuan. Dari manakah engkau mendapatkan hal ini? Engkau bahkan dapat menyatakan bahwa engkau mendapatkan semua ini melalui usahamu sendiri, tetapi sesungguhnya semua kemampuan ini adalah pemberian. Sumber darimana semua kemampuan ini berasal adalah Sarweshwara (Tuhan Yang Maha Kuasa). Semua Kemahakuasaan ini hanyalah milik Beliau (Tuhan). Mengabaikan Kemahakuasaan Tuhan dan menganggap bahwa kemampuan yang dimiliki ini diperoleh dari usahanya sendiri, hal ini menimbulkan Ahamkara (kesombongan) di dalam diri. Ahamkara menyebabkan penderitaan sehingga harus disingkirkan. Kesombongan ini tidak akan dapat berkembang di dalam diri yang dipenuhi dengan bhakti yang tulus, karakter yang baik, cinta-kasih, kesabaran, pengendalian diri, dan selalu bersyukur. Oleh karenanya kembangkanlah sifat-sifat tersebut di dalam diri kalian masing-masing.

-BABA

Sunday, January 3, 2010

Thought for the Day - 3rd January 2010 (Sunday)


For attaining growth in spirituality, an ethical life is the foundation. This ethical life is based upon discrimination between truth and falsehood. Just as the pearl is retained, while the shell is discarded, you must accept the truth and reject the non-essentials. To achieve this, individual exertion and Divine Grace, both should be existent. You must constantly practice the great lesson that the body and the soul are separate. This is a highly beneficial exercise. This will serve you to realize the Truth - the Truth that Divinity resides in all.

Untuk mendapatkan perkembangan dalam bidang spiritual, menjalankan kehidupan yang baik adalah pondasinya. Kehidupan ini didasarkan pada kemampuan membedakan antara kebenaran dan ketidakbenaran. Sama halnya seperti mutiara yang dipertahankan, sedangkan kulitnya dibuang, engkau harus menerima kebenaran dan menolak hal-hal yang tidak penting. Untuk mencapai hal ini, keduanya harus ada yaitu usaha individu dan berkat dari Tuhan. Engkau harus terus-menerus melatih pelajaran agung bahwa tubuh dan jiwa terpisah. Ini adalah latihan yang tinggi manfaatnya. Ini akan membantumu untuk menyadari tentang Kebenaran – Kebenaran bahwa Tuhan berada dalam segalanya.

-BABA

Saturday, January 2, 2010

Thought for the Day - 2nd January 2010 (Saturday)


The blemishes of the heart have to be washed by the moral life and the discharge of one's duty. A time may come when you become tired or weak, then you should pray thus: "Oh Lord, things have gone beyond my capacity. I feel further effort is too great a strain. Please give me strength." At first, God stands at a distance, watching your efforts like the teacher who stands apart when the student writes the answer to his questions. Then, when you shed your attachment to enjoyment and take to good deeds and service, God comes encouragingly near. For, He is like the Sun God, who stands waiting outside a closed door. God does not announce His presence or bang the door; He simply waits! When you open the door just a little, the sunlight rushes in and promptly drives out the darkness from within. So too, when God's help is sought, He is present by your side, with His hands extended to render assistance. All that is needed is the wisdom to remember Him and the discrimination to pray and ask Him.

Hati yang ternoda harus dibersihkan dengan kehidupan yang baik dan menyelesaikan kewajiban dengan baik. Suatu waktu saat engkau lelah atau lemah, maka engkau seharusnya berdoa: “Oh Tuhan, ini telah melewati kapasitas hamba. Hamba merasa beban ini terlalu berat. Berilah hamba kekuatan.” Pada awalnya, Tuhan berdiri di kejauhan, melihat usaha yang engkau lakukan seperti seorang guru yang berdiri terpisah saat siswanya menulis jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya. Kemudian ketika engkau melepaskan keterikatan akan kenikmatan duniawi dan melakukan perbuatan baik serta memberikan pelayanan pada sesama, Tuhan mulai mendekat. Karena Beliau seperti Dewa Matahari, yang bersinar menunggu diluar pintu yang tertutup. Tuhan tidak memberitahukan kehadiran-Nya atau mengetuk pintu; Beliau hanya menunggu! Ketika engkau membuka pintu sedikit saja, sinar matahari bergegas masuk dan segera mengusir kegelapan yang ada di dalam. Demikian pula, ketika engkau memerlukan bantuan-Nya, Beliau hadir disisimu, mengulurkan tangan-Nya untuk memberi bantuan. Semua yang diperlukan itu adalah kebijaksanaan untuk mengingat Beliau dan kemampuan membedakan untuk berdoa dan meminta kepada-Nya.

-BABA

Friday, January 1, 2010

Thought for the Day - 1st January 2010 (Friday)


In everything you do, use all the strength and talent with which you are endowed, speaking and acting truthfully. At first, you might fail in this and you might encounter difficulties and suffering. But ultimately, you are bound to succeed and achieve victory and bliss. Each one of you should pay constant attention to your habits and to the traits of your character. Always remember the maxim, Sathyameva Jayate (Truth alone triumphs). Through your behaviour, through your way of life, you can realize the Truth and Paramatma (Eternal Self).

Dalam segala hal yang engkau lakukan, berbicara dan bertindaklah yang jujur, serta gunakanlah semua kemampuan dan bakat yang diberikan Tuhan. Pada awalnya, engkau mungkin mengalami kegagalan serta menjumpai kesulitan dan penderitaan. Tetapi pada akhirnya, engkau pasti berhasil dan mencapai kemenangan dan kebahagiaan. Masing-masing dari kalian hendaknya selalu memperhatikan kebiasaan-kebiasaanmu dan sifat karaktermu. Ingatlah selalu pada pepatah, Sathyameva Jayate (Kebenaranlah yang menang). Melalui perilakumu, serta cara hidupmu, engkau dapat menyadari Kebenaran dan Paramatma.

-BABA