Friday, November 30, 2012

Thought for the Day - 30th November 2012 (Friday)



When the seven colours of the spectrum come together, the effect is ‘no colour’; when they stand apart, the seven colours can be separately identified. The betel nut is brown, betel leaf is green and the chunnam (slaked lime) is white, but when you chew these three together, your tongue becomes red. When the three blades of a ceiling fan revolve fast enough and no blade is separately noticeable, they give cool comfort. So too only when the different qualities of Sathwa, Rajas and Thamas are unrecognisably integrated, one can be happy. When the three gunas are equated in saadhana (spiritual practice), the result is peace. The lamp is the sathwa guna, the wick is the thamo guna and the oil is the rajo guna. When all the three are integrated, they give the light of wisdom, which illumines.

Ketika tujuh warna spektrum bergabung bersama-sama, maka efeknya 'tidak berwarna', ketika mereka terpisah masing-masing, tujuh warna dapat diidentifikasi secara terpisah. Buah pinang berwarna coklat, daun sirih berwarna hijau, dan Chunnam (kapur) adalah putih, tetapi ketika engkau mengunyah ketiganya bersama-sama, lidahmu menjadi merah. Ketika tiga bilah kipas berputar di langit-langit cukup cepat, tidak ada bilah kipas secara terpisah yang terlihat, maka kipas dapat memberikan kesejukan. Demikian juga hanya ketika kualitas yang berbeda dari Sathwa, Rajas, dan Thamas terintegrasi, maka kita bisa merasakan  kebahagiaan. Ketika ketiga guna disinkronisasikan pada saadhana (praktik spiritual), hasilnya adalah kedamaian. Lampu adalah sathwa guna, sumbu adalah thamo guna, dan minyak adalah rajo guna. Ketika ketiganya terintegrasi, mereka dapat memberikan cahaya kebijaksanaan, yang dapat menerangi.
-BABA

Thursday, November 29, 2012

Thought for the Day - 29th November 2012 (Thursday)



Those who are trying to build the human community on the foundation of wealth (dhana) are like builders using sand as their foundation. Those who seek to build it on the rock of righteousness (Dharma) are the wise ones. Always remember that righteousness is the very root of this world. (Dharma Moolam Idham Jagath). Those who practice evil are cowards, they will constantly be haunted by fear and have no peace within them. Practice righteousness and you will remain happy forever. Respect for the parents who brought you into this world is the first lesson in right conduct. And gratitude is the spring which feeds that respect.

Mereka yang mencoba untuk membangun masyarakat di atas dasar kekayaan (dhana) dapat diibaratkan seperti membangun menggunakan pasir sebagai dasar-nya. Mereka yang berusaha untuk membangun di atas batu karang kebenaran (Dharma) adalah orang-orang yang bijaksana. Selalu ingatlah bahwa kebenaran adalah akar dari dunia ini. (Dharma Moolam Idham Jagath). Mereka yang mempraktikkan keburukan adalah pengecut, mereka terus-menerus akan dihantui oleh rasa takut dan tidak memiliki kedamaian dalam diri mereka. Praktikkanlah kebenaran maka selamanya engkau akan bahagia. Sebagai pelajaran pertama dari kebajikan adalah mengormati orang tuamu dan bersyukur karena merekalah yang membuatmu lahir ke dunia ini.
-BABA

Wednesday, November 28, 2012

Thought for the Day - 28th November 2012 (Wednesday)




Education must train the children to love, to co-operate, to be brave in the cause of truth, to be helpful, to be sympathetic and to be grateful. Dear children! Revere your parents, elders and teachers, be humble before them and respect their experience and deeper love for you. You must follow these virtues consistently and strictly. The educators, elders and parents too, on their part, must cleanse their intelligence and practice the same virtues with humility and detachment. There is no use teaching the children one thing and holding out examples, contrary to the teachings. Thus, true learning occurs when noble truths are taught and supplemented by the conduct of the teachers, parents and the elders.

Pendidikan seharusnya mendidik anak-anak untuk mencintai, untuk bekerja sama, berani dalam kebenaran, untuk membantu, untuk menjadi simpatik, dan bersyukur. Anak-anakku! Hormatilah orang tuamu, para tetua/sesepuh, dan guru, rendah hatilah di hadapan mereka dan hargailah pengalaman mereka serta cinta-kasih yang mendalam yang ditujukan padamu. Engkau harus menjalankan sifat-sifat baik ini secara konsisten dan ketat. Para pendidik, para tetua/sesepuh, dan juga orang tua, harus memurnikan intelejensi mereka dan mempraktikkan sifat-sifat baik yang sama, dengan kerendahan hati dan tanpa kemelekatan. Tidak ada gunanya mengajarkan suatu hal tertentu pada anak dan memberikan contoh yang berbeda, bertentangan dengan ajaran yang diberikan. Jadi, pembelajaran sejati terjadi ketika kebenaran mulia diajarkan dan dilengkapi dengan perilaku para guru, para orang tua, dan para tetua/sesepuh.
-BABA

Tuesday, November 27, 2012

THought for the Day - 27th November 2012 (Tuesday)




“Deho Devalaya ...” – Body is the temple, scriptures teach us. Realize that the human body is not just a mass of flesh and bone. The human body is a sacred instrument equipped with reason and emotion, capable of being used for deliverance from grief and evil; you have earned it after long ages of struggle. Honour it as such, keep it in good condition, so that it might serve that high purpose. Maintain it even more carefully than your brick homes and never let go of the conviction that it is an instrument and nothing more. Use it justly, for the purpose for which it has been designed and given. Install the Lord in the altar of your heart and invite Him into it. God loves to reside in a pure and aspiring heart.

"Deho Devalaya ..." – Badan jasmani ini adalah temple/kuil Tuhan, demikian kitab-kitab suci mengajarkan kepada kita. Sadarilah bahwa badan manusia ini tidak hanya disusun dari daging dan tulang. Badan manusia adalah instrumen suci yang dilengkapi dengan nalar dan emosi, mampu digunakan untuk melepaskan diri dari kesedihan dan keburukan; dan engkau telah mendapatkannya dengan perjuangan selama bertahun-tahun. Rawatlah badan jasmani, jagalah ia tetap dalam kondisi yang baik, sehingga bisa melayani dengan tujuan yang mulia. Jagalah badan jasmani dengan penuh hati-hati dan jangan pernah melepaskan keyakinan bahwa badan jasmani hanyalah sebagai instrumen/alat dan tidak lebih. Gunakanlah dengan tepat, untuk tujuan yang telah dirancang dan diberikan. Instal-lah Tuhan di altar hatimu dan undanglah Beliau ke dalamnya. Tuhan akan tinggal dalam hati yang murni.
-BABA

Monday, November 26, 2012

Thought for the Day - 26th November 2012 (Monday)




Sand that has little grains of mica is valuable. But the sand, which has veins of gold, is much more precious. Thus, sand is valued according to the preciousness of the metal, which it has in its fold. Similarly, human hearts are evaluated by the contents therein. Keep God in your hearts. That is the best way to make your heart the most precious of your possessions. When God is installed in the heart, you will see only God everywhere, even in the objective world. The influence of God is such that even as you contemplate on Him, all traces of envy and greed will disappear from the mind.

Pasir yang memiliki butiran kecil dari mika sangat berharga. Tetapi pasir, yang memiliki lapisan emas, jauh lebih berharga. Dengan demikian, pasir dinilai sesuai dengan berharganya logam, yang melapisinya. Demikian pula, hati manusia dinilai oleh isi didalamnya. Simpanlah Tuhan di dalam hatimu. Itu adalah cara terbaik untuk membuat hatimu lebih berharga dibandingkan dengan harta benda-mu. Ketika Tuhan diinstal di dalam hati, maka engkau hanya akan melihat Tuhan di mana-mana, bahkan di dunia obyektif. Pengaruh Tuhan adalah sedemikian rupa sehingga bahkan saat engkau merenungkan Beliau, semua jejak kecemburuan dan keserakahan akan hilang dari pikiran.
-BABA