Tuesday, December 31, 2013

Thought for the Day - 31st December 2013 (Tuesday)



Human life is highly sacred, most precious and Divine. Do not fritter it away by indulging in unsacred activities. All that you find outside is nothing but the reflection, reaction, and resound of your inner feelings. Life must be lived in the proper way by exercising control over the ten senses. Speak sweetly and softly. You cannot always oblige, but you can always speak obligingly. Pray for the well-being of all. Sanctify your senses by serving all. By exercising control over your senses, you can achieve anything in life. You may think that you have given away ten bags of rice in charity and distributed clothes to 500 people. Such accounts are to be submitted to the income tax department and not to God. God is not interested in quantity; He sees the feeling behind your acts. So, whatever acts of charity you undertake, do it with the spirit of love and sacrifice.

Hidup manusia sangat sakral, paling berharga dan Divine. Jangan menyia-nyiakan hidup dengan melibatkan diri dalam kegiatan yang tidak suci. Semua yang engkau temui di luar dirimu tidak lain merupakan refleksi, reaksi, dan gema perasaan batinmu. Hidup harus dijalani dengan cara yang tepat dengan melakukan kontrol pada sepuluh indera. Berbicaralah dengan manis dan lembut. Engkau tidak bisa selamanya patuh, namun engkau bisa senantiasa berbicara dengan patuh. Berdoalah untuk kesejahteraan bagi semuanya. Sucikanlah indera dengan melayani semuanya. Dengan melatih mengendalikan inderamu, engkau dapat mencapai apapun dalam hidup. Engkau mungkin berpikir bahwa engkau telah memberikan sepuluh karung beras dalam amal dan mendistribusikan pakaian untuk 500 orang. Catatan tersebut hendaknya disampaikan kepada departemen pajak penghasilan dan tidak kepada Tuhan. Tuhan tidak tertarik pada kuantitas; Ia melihat perasaan di balik tindakanmu. Jadi, apapun tindakan amal yang engkau lakukan, lakukanlah dengan semangat cinta-kasih dan pengorbanan. (Divine Discourse, Aug 22, 2000)
-BABA

Thought for the Day - 30th December 2013 (Monday)

Silence is the only language of the realized. Practice moderation in speech. That will help you in many ways. It will develop love, for most misunderstandings and factions arise out of carelessly spoken words. When the foot slips, the wound can be healed; but when the tongue slips, the wound it causes in the heart of another will fester for life. The tongue is liable for four big errors: uttering falsehood, scandalizing, finding fault with others, and excessive articulation. These have to be avoided if there is to be peace for the individual as well as for society. The bond between one another will be strengthened if people speak less and sweetly. That is why silence was prescribed as a vow for spiritual aspirants by the scriptures. You are all spiritual aspirants at various stages of the road, and so this discipline is valuable for you.

Diam/hening adalah satu-satunya bahasa yang hendaknya direalisasikan. Praktikkanlah berbicara seperlunya yang akan membantumu dalam banyak cara. Hal ini akan mengembangkan kasih, bagi kebanyakan kesalahpahaman dan faksi muncul dari kata-kata yang diucapkan sembarangan. Ketika kaki mengalami slip, luka dapat disembuhkan; tetapi ketika lidah mengalami slip, luka itu menyebabkan infeksi pada hati seumur hidup. Lidah bertanggung jawab atas empat kesalahan besar: berdusta, scandal, mencari kesalahan orang lain, dan artikulasi yang berlebihan. Ini harus dihindari jika ingin ada kedamaian bagi individu maupun bagi masyarakat. Ikatan antara satu dengan yang lainnya akan diperkuat jika orang sedikit berbicara dan berbicara manis (sopan). Itulah sebabnya diam/hening diresepkan dalam kitab suci bagi para peminat spiritual. Kalian semua para peminat spiritual pada berbagai tahapan, disiplin ini sangat berharga untukmu. (Divine Discourse, July 22, 1958)
-BABA

Sunday, December 29, 2013

Thought for the Day - 29th December 2013 (Sunday)

People worship God with devotion and sincerity, but God is not satisfied with external worship. You should serve society. Only service can confer bliss on you. By rendering service to society, you can alleviate the sufferings of the people, and also bring about transformation in their lives. Yad Bhavam Tad Bhavathi (as is the feeling, so is the result). When you serve with sacred feelings, it is bound to yield sacred results. Serve society to your utmost capacity. The satisfaction that you get by participating in bhajans is temporary, whereas service confers permanent satisfaction. Time is the most precious gift of God, but you are wasting it in vain pursuits and unsacred feelings. Sanctify the time given to you by serving society. Through service alone you can get rid of worries, ego, pomp and show, and other evil qualities.

Orang-orang menyembah Tuhan dengan pengabdian dan ketulusan, tetapi Tuhan tidak puas hanya  dengan ibadah eksternal. Engkau harus melayani masyarakat. Hanya pelayanan yang dapat memberi kebahagiaan kepadamu. Dengan memberikan pelayanan kepada masyarakat, engkau dapat meringankan penderitaan mereka, dan juga membawa transformasi dalam kehidupan mereka. Yad Bhavam Tad Bhavathi (sebagaimana perasaanmu, demikianlah hasilnya). Ketika engkau melayani dengan perasaan suci, itu pasti akan menghasilkan hasil yang suci. Engkau hendaknya melayani masyarakat dengan kemampuan maksimalmu. Kepuasan yang engkau dapatkan dengan berpartisipasi dalam bhajan adalah sementara, sedangkan pelayanan akan menganugerahkan kepuasan permanen. Waktu adalah hadiah yang paling berharga dari Tuhan, tetapi engkau menyia-nyiakannya dalam pengejaran sia-sia dan perasaan yang tidak suci. Sucikanlah waktu yang diberikan kepadamu dengan melayani masyarakat. Hanya dengan melakukan pelayanan engkau dapat menyingkirkan kekhawatiran, ego, menunjukkan kemegahan, dan sifat-sifat buruk lainnya. (Divine Discourse, Aug 22, 2000)

-BABA

Saturday, December 28, 2013

Thought for the Day - 28th December 2013 (Saturday)

In the Prahaladha story, consider the emergence of the Lord from a pillar. The significance of the destruction of the pillar is a prelude to the manifestation of the Lord. The illusion relating to the body must be destroyed for the Divine to manifest Himself. The body is no doubt essential up to a point; it is for the performance of right actions and to discover the secret underlying all action. Do not give room for the waywardness of the mind. Purify your mind and direct it towards the righteous path. In the spiritual field there is no royal highway or shortcuts. The path is narrow and straight, and the goal is infinitely precious. Crowds swarm a fish market but only a few go to a diamonds shop. The road to God is for the genuine spiritual aspirants.

Dalam kisah Prahaladha, Tuhan muncul dari pilar. Arti dari hancurnya pilar tersebut merupakan awal manifestasi Tuhan. Ilusi yang berkaitan dengan badan harus dihancurkan karena Divine bermanifestasi dalam diri-Nya. Badan jasmani ini tidak diragukan lagi penting sampai titik tertentu; untuk melakukan tindakan yang baik dan untuk menemukan rahasia yang mendasari semua tindakan. Jangan memberikan ruang bagi ketidakpatuhan pikiran. Engkau hendaknya memurnikan pikiranmu dan mengarahkan ke arah jalan yang benar. Di bidang spiritual tidak ada jalan raya besar atau cara pintas. Jalan sempit dan lurus, dan tujuannya adalah jauh berharga. Massa berkerumun di pasar ikan tetapi hanya beberapa orang yang pergi ke toko berlian. Jalan menuju Tuhan diperuntukkan bagi peminat spiritual yang sejati. (Divine Discourse, Dec 25, 1994)

-BABA

Friday, December 27, 2013

Thought for the Day - 27th December 2013 (Friday)


The most important requisite for people in the world is truth based on noble thoughts. True thoughts constitute the real, proper wealth. The absence of good thoughts weakens the will power. With a weak will, one can not accomplish even simple things. To achieve anything worthwhile in life you must strengthen your willpower. Your bad or good fortune is related directly to your thoughts. Sowing the seed of thoughts you reap the fruit known as Karma (deeds). Sowing the seed of Karma, you then reap the fruit called practice (Abhyaasa). From Abhyaasa, you reap the fruit of character (Sheela). From Sheela you reap the fruit of good fortune (Adrushtam). Thus fortune is based on character, which is based on good practices arising out of good deeds based on good thoughts. Thus with the development of good thoughts, one's good fortune will also grow.

Syarat yang paling penting bagi orang-orang di dunia adalah kebenaran berdasarkan pemikiran mulia. Pikiran yang benar merupakan suatu kekayaan. Tidak adanya pikiran yang baik dapat melemahkan tekad/kemauan. Dengan kemauan yang lemah, orang tidak dapat mencapai apapun bahkan hal-hal yang sederhana. Untuk mencapai sesuatu yang berharga dalam hidup, engkau harus memperkuat tekadmu. Nasib buruk atau baik-mu berhubungan langsung dengan pikiranmu. Taburlah benih pikiran-mu sehingga nantinya engkau menuai buah yang dikenal sebagai Karma (perbuatan). Dengan menabur benih Karma, engkau akan memetik buah yang disebut praktik (Abhyaasa). Dari Abhyaasa, engkau menuai buah karakter (Sheela). Dari Sheela engkau menuai buah yaitu nasib baik (Adrushtam). Jadi nasib itu didasarkan pada karakter, yang didasarkan pada praktik-praktik yang baik yang timbul dari perbuatan baik berdasarkan pikiran yang baik. Jadi dengan perkembangan pemikiran yang baik, nasib baik seseorang juga akan tumbuh. (Divine Discourse, Dec 25, 1994)

-BABA

Thursday, December 26, 2013

Thought for the Day - 26th December 2013 (Thursday)



The human body, made up of the five basic elements and endowed with the five sense organs, is not different from the mind. The mind wears the body as a vesture. The mind, for its enjoyment, uses the body as an instrument. It is the cause of all experiences. A body without a mind is as illusory as a crop on a barren field. In ordinary life people regard the body as permanent and for the sake of its pleasures undertake all kinds of efforts. This is a sign of ignorance. A body without the mind is as useless as a school without a teacher and a temple without a deity. The body should be regarded as an instrument for right living. Today, people are developing their intellectual abilities but are using their intelligence for wrong purposes. Knowledge without right action is useless. Mere action without knowledge is foolishness. Hence it is necessary to combine knowledge with cultivation of character.

Badan manusia, terdiri dari lima elemen dasar dan diberkati dengan lima indera, tidak berbeda dari pikiran. Pikiran mengenakan badan sebagai sebuah jubah. Pikiran, untuk kesenangannya, menggunakan badan sebagai instrumen. Inilah penyebab dari semua peristiwa yang engkau alami. Badan tanpa pikiran dapat diibaratkan seperti tanaman di tanah/ladang yang tandus. Dalam kehidupan sehari-hari orang-orang menganggap badan jasmani sebagai sesuatu yang bersifat permanen dan demi kesenangannya melakukan segala macam upaya. Ini adalah suatu tanda kebodohan. Badan tanpa pikiran, tidak ada gunanya, diibaratkan seperti sekolah tanpa guru dan sebuah kuil tanpa dewa. Badan harus dianggap sebagai instrumen untuk menjalani kehidupan dengan benar. Saat ini, orang-orang mengembangkan kemampuan intelektual mereka tetapi menggunakan kecerdasan mereka untuk tujuan yang salah. Pengetahuan tanpa tindakan yang benar tidaklah berguna. Hanya melakukan tindakan saja tanpa memiliki pengetahuan adalah kebodohan. Oleh karena itu perlu untuk menggabungkan pengetahuan dengan mengembangkan karakter. (Divine Discourse, Dec 25, 1994)

-BABA

Wednesday, December 25, 2013

Thought for the Day - 25th December 2013 (Wednesday)

Today we celebrate the birthday of Jesus Christ. Jesus taught that you should seek the Kingdom of Heaven and to enter that Kingdom, you must cultivate loving hearts. Then your hearts would become the Kingdom of Heaven. When Jesus was born in the manger, three kings were led by a star to His place of birth. One of them, seeing the infant Jesus observed: "This Child will be a lover of God." The second said: "No, God will love Him." The third one said: "Verily He is God Himself." The significance of these three statements is - "To love God is to be His Messenger." To be loved by God is to be a son of God and finally, as Jesus Himself said: "I and My Father are one." Be aware that all of you are messengers of God. All of you are Children of God. So be free from selfishness and manifest the qualities of the Divine Father from today.

Hari ini kita merayakan hari kelahiran Yesus Kristus. Yesus mengajarkan bahwa engkau harus mencari Kerajaan Surga dan untuk masuk Kerajaan itu, engkau harus mengembangkan hati yang penuh kasih. Maka hatimu akan menjadi Kerajaan Surga. Ketika Yesus lahir di kandang kuda, tiga raja yang dipimpin oleh bintang ke tempat-Nya lahir. Salah satunya, melihat bayi Yesus mengamati: "Anak ini akan menjadi kekasih Tuhan." Yang kedua berkata: "Tidak, Tuhan akan mencintai-Nya." Yang ketiga berkata: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan itu sendiri." Pentingnya tiga pernyataan tersebut adalah - "Untuk mencintai Tuhan menjadi Utusan-Nya." Untuk dicintai oleh Tuhan menjadi anak Tuhan dan akhirnya, seperti yang Yesus sendiri berkata: ". Aku dan Bapa adalah satu" Sadarilah bahwa engkau semua adalah utusan Tuhan. Kalian semua adalah anak-anak Tuhan. Jadi bebas dari egoisme dan memanifestasikan kualitas Bapa Ilahi dari hari ini.  (Divine Discourse, Dec 25, 1994)
-BABA

Tuesday, December 24, 2013

Thought for the Day - 24th December 2013 (Tuesday)


You should broaden your heart that it may be filled with all-embracing love. Only then can the sense of spiritual oneness of all mankind be experienced. Out of that sense of unity will be born the love of God. This love will generate in the heart pure bliss that is boundless, indescribable and everlasting. For all forms of bliss, love is the source. A heart without love is like a barren land. Foster love in your hearts and redeem your lives. Whatever your scholarship or wealth, they are valueless without love. Sow the seed of love in your hearts and it will grow in due course into a big tree. God is one. Do not entertain any differences of religion, creed or caste. Carry the message of unity to every home. Embodiments of love! Regard Love as your life-breath and as the sole purpose of your existence.

Engkau hendaknya memperluas hatimu sehingga hatimu dipenuhi dengan cinta-kasih. Baru setelah itu rasa kesatuan spiritual  seluruh umat manusia dapat dialami. Jika dari dalam hatimu muncul rasa kesatuan maka akan menghasilkan kasih Tuhan. Cinta-kasih ini akan menghasilkan  kebahagiaan yang tak terbatas, tak terlukiskan dan abadi dalam hati yang murni. Untuk semua bentuk kebahagiaan, sumbernya adalah cinta-kasih. Hati yang tanpa cinta-kasih dapat diibaratkan seperti tanah tandus. Kembangkanlah cinta-kasih dalam hati maka engkau akan mendapatkan kembali hidupmu. Apapun pendidikan atau berapapun kekayaan-mu, semuanya tak akan ada nilainya jika tanpa cinta-kasih. Taburlah benih cinta kasih dalam hatimu sehingga pada waktunya akan tumbuh  menjadi pohon besar. Tuhan itu satu. Janganlah memiliki perbedaan agama, kepercayaan atau kasta. Bawalah pesan kesatuan bagi setiap rumah. Perwujudan kasih! Anggaplah cinta-kasih sebagai nafas kehidupanmu dan sebagai satu-satunya tujuan keberadaanmu. (Divine Discourse, Dec 25, 1994)

-BABA

Monday, December 23, 2013

Thought for the Day - 23rd December 2013 (Monday)

Life must be associated with love, not hatred. Some people do not know how to talk courteously. Whatever they say is discourteous and harsh. This is not correct. Every human being should talk sweetly and softly. Your words must be suffused with love. Only then will you experience peace. When your behavior and speech is unpleasant, how can you expect peace to reign in your heart? Peace is not in the outside world; it is very much in your own heart. There are only pieces outside, not peace. You say “I want peace.” Let your behavior be good and courteous. Then, peace will flow from you. Lead a life of mutual love. ‘Love all! Serve all!’ This is My exhortation to you. If only there is love, you can achieve anything. Love is everything. Love is life; life is love.

Hidup harus dihubungkan dengan cinta-kasih, bukan dengan kebencian. Beberapa orang tidak mengetahui bagaimana berbicara dengan sopan. Apapun yang mereka katakan tidak sopan dan kasar. Ini tidak benar. Setiap manusia harus berbicara manis dan lemah-lembut. Kata-katamu harus dipenuhi dengan cinta-kasih. Hanya setelah itu, engkau akan  mengalami kedamaian. Ketika perilaku dan cara berbicara-mu tidak menyenangkan, bagaimana engkau bisa mengharapkan kedamaian menguasai hatimu? Kedamaian tidak berada di dunia luar; ia ada dalam hatimu sendiri. Hanya kegelisahan yang ada di luar dirimu, bukan kedamaian. Engkau mengatakan "Saya menginginkan kedamaian." Biarkan perilaku-mu menjadi baik dan sopan. Maka, kedamaian akan mengalir dari dirimu. Jalanilah hidup saling mengasihi. 'Kasihi semua! Layani semua! "Inilah nasihat-Ku kepadamu. Jika engkau memiliki cinta-kasih, maka engkau dapat mencapai apapun. Cinta-kasih adalah segalanya. Cinta-kasih adalah hidup, hidup adalah cinta-kasih. (Divine Discourse, Dec 25, 2006)

-BABA

Sunday, December 22, 2013

Thought for the Day - 22nd December 2013 (Sunday)

Teachers should never curse their pupils, whatever the provocation. They must always bless them. The teacher who swears like a boor, reduces oneself to the level of a boor. They should watch their own behavior rigorously and find out whether there is some habit or trait, which if imitated by the student, will be harmful. They should themselves follow the advice they give. Otherwise, they will be teaching hypocrisy to the little children and encourage them to acquire the cunningness of not being caught when doing wrong. It is sheer mental weakness and cowardice that allows hypocrisy to develop. If you have the courage to face the consequences you will never utter falsehood. The teacher should not try to rule through the easier means of fear, for that is full of dangerous consequences for the pupils. They should try rather the path of Love.

Para guru hendaknya tidak pernah memaki murid-murid mereka, apapun penyebabnya-nya. Mereka harus selalu memberkati mereka. Guru yang memaki dengan kata-kata yang tidak sopan, menurunkan diri mereka sendiri ke tingkat yang kurang sopan. Mereka harus memperhatikan perilaku mereka sendiri dengan teliti dan mencari tahu apakah ada beberapa kebiasaan atau sifat, yang jika ditiru oleh siswa, akan membahayakan siswa. Mereka sendiri harus mengikuti saran yang mereka berikan. Jika tidak, mereka akan mengajar kemunafikan kepada anak-anak kecil dan mendorong mereka untuk belajar berbohong dan tidak disalahkan ketika melakukan kesalahan. Hal ini akan menyebabkan kelemahan mental dan sifat pengecut pada anak-anak karena mengembangkan kemunafikan. Jika engkau memiliki keberanian untuk menghadapi konsekuensi-nya, engkau tidak akan pernah mengucapkan kebohongan. Para guru hendaknya tidak mengajarkan pada siswa untuk menghindari konsekuensi karena apapun yang dilakukan penuh dengan konsekuensi. Mereka hendaknya memilih jalur yang lebih tepat yaitu jalur cinta-kasih. (Divine Discourse, Nov 25, 1959)

-BABA

Saturday, December 21, 2013

Thought for the Day - 21st December 2013 (Saturday)

People suffer from two types of agony - the first one can be allayed through others’ intercession and the second can be allayed only by your own effort. For instance, hunger and thirst can be overcome only when you eat or drink. However much others may eat, will it abate even an iota of your hunger? So too, if your wife, mother or son offers to take an injection on your behalf, can your illness be cured? The hunger and illness of your soul is also the same. You must help yourself. The illness you face today is due to some infection. Your illness is caused by the viruses of desire, anger, greed, delusion, pride, jealousy (Kama, Krodha, Lobha, Moha, Madha and Mathsarya). These viruses prevent your Divinity from shining forth; they cause discontent, worry, grief and pain. You can overcome them by manifesting your inner strength. Do not yield, fight them with the faith that you are eternal and unconquerable.

Orang-orang menderita dua jenis penderitaan - yang pertama dapat disembuhkan melalui perantaraan orang lain dan yang kedua bisa disembuhkan hanya dengan usahamu sendiri. Misalnya, lapar dan haus hanya bisa diatasi bila engkau makan atau minum.Walaupun orang lain dapat makan sebanyak mungkin, apakah itu dapat meredakan/menghilangkan rasa laparmu? Demikian juga, jika istrimu, ibu atau anakmu menawarkan untuk mengambil suntikan atas namamu, apakah sakit yang engkau derita dapat disembuhkan? Sama halnya dengan kelaparan dan sakit yang engkau derita. Engkau harus membantu dirimu sendiri. Penyakit yang engkau hadapi saat ini adalah karena beberapa infeksi. Penyakit itu disebabkan oleh virus keinginan, kemarahan, keserakahan, kebodohan, kesombongan, kecemburuan (Kama, Krodha, Lobha, Moha, Madha dan Mathsarya). Virus ini mencegahmu dari Divinity yang bersinar dalam dirimu, mereka menyebabkan ketidakpuasan, khawatir, kesedihan dan penderitaan. Engkau dapat mengatasinya dengan mewujudkan kekuatan batin yang ada dalam dirimu. Jangan menyerah, lawanlah mereka dengan keyakinan bahwa engkau adalah kekal dan tak terkalahkan. (Divine Discourse, Nov 26, 1964)

-BABA

Friday, December 20, 2013

Thought for the Day - 20th December 2013 (Friday)

You must develop a sense of spiritual oneness. Out of that sense of oneness, love will grow. Love alone can bind the whole of humanity into one unit. What do you see in the precincts of Prashanthi Nilayam? People gather from Japan, Indonesia, Malaysia and all parts of the world. What has brought them together in this small village? It is only love and the sense of oneness shared with others. The bliss of life is embedded in love, and it gives you pure bliss. When your life dances on the waves of this love, it attains fulfillment. Love and Sacrifice (Prema and Thyaga) are the two most important ideals in life. Love all, even those who hate you. That is the index of your devotion. Peace, truth and love are inherent in every being. Why do you search for them outside? Manifest these qualities which are within you. Cultivate forbearance and compassion. This is the way to foster the love principle.

Engkau harus mengembangkan rasa kesatuan spiritual. Dari rasa kesatuan ini, maka cinta-kasih akan berkembang. Hanya dengan cinta-kasih dapat mengikat seluruh umat manusia ke dalam satu unit. Apa yang engkau lihat di lingkungan Prashanthi Nilayam? Orang-orang yang berasal dari Jepang, Indonesia, Malaysia dan dari seluruh bagian dunia berkumpul bersama-sama. Apa yang telah membawa mereka bersama-sama ke desa kecil ini? Hanya cinta-kasih dan rasa kesatuan untuk berbagi dengan orang lain. Kebahagiaan hidup tertanam dalam cinta-kasih, dan memberikan kepadamu kebahagiaan murni. Ketika hidupmu menari di atas ombak cinta-kasih ini, maka engkau akan mencapai kepuasan. Cinta-kasih dan pengorbanan (Prema dan Thyaga) adalah dua ideal yang paling penting dalam hidup. Cintailah semuanya, bahkan mereka yang membencimu. Itulah indeks pengabdianmu. Kedamaian, kebenaran dan cinta-kasih melekat dalam setiap makhluk. Mengapa engkau mencarinya di luar dirimu? Sadarilah bahwa kualitas-kualitas ini ada dalam dirimu. Pupuklah kesabaran dan kasih sayang. Inilah cara untuk mengembangkan prinsip cinta-kasih. (Divine Discourse, Feb 13, 1997)

-BABA

Thursday, December 19, 2013

Thought for the Day - 19th December 2013 (Thursday)


Man can learn any number of good qualities from animals, birds, insects and worms. The animal, donkey is viewed with contempt. But the quality of patience to be found in a donkey is not found even in man. Whatever burdens may be heaped on its back, it bears them all with forbearance. Even when it is starved of food and water, it presents a calm face. Man has thus to learn the quality of forbearance from the donkey. The ant is one of the tiniest among insects. But the ant has a capacity for foresight; with foreknowledge of the rainy season ahead, it starts storing food from three months in advance. Then, there is the spider - Determination is one of its traits. How many times its web may be destroyed or broken, the spider will go on remaking it with relentless determination.

Manusia dapat belajar sejumlah hal-hal yang baik dari hewan, burung, serangga, dan cacing. Binatang, seperti keledai dipandang sebagai binatang yang hina. Tetapi sifat kesabaran yang ditemukan pada keledai bahkan tidak ditemukan pada manusia. Beban apapun dapat ditumpuk di punggungnya, keledai memikul semua beban tersebut dengan kesabaran. Bahkan ketika keledai tersebut kekurangan makanan dan air, ia tetap menampakkan wajah yang tenang. Manusia hendaknya mempelajari sifat kesabaran dari keledai. Semut adalah salah satu serangga yang terkecil di antara serangga. Tetapi semut memiliki kemampuan untuk pandangan ke masa depan; dengan ramalan musim hujan ke depan, semut mulai menyimpan makanan untuk tiga bulan selanjutnya. Lalu, ada laba-laba - Determinasi/kebulatan tekad adalah salah satu ciri-ciri dari laba-laba. Berapa kali jaring-nya hancur atau rusak, laba-laba akan terus memperbaharui dengan tekad tanpa henti. (Divine Discourse, Feb 13, 1997)

-BABA

Wednesday, December 18, 2013

Thought for the Day - 18th December 2013 (Wednesday)

True education means trying to manifest the inner divinity in man. How is this manifestation to be brought about? Students must receive education that illumines every aspect of life - the economic, the political, the moral, the spiritual and the physical, the mental and the social environment of man. It should not be confined to one specific sphere. Many students consider book knowledge as education. This gives them only superficial knowledge. They need practical knowledge which will enable them to lead righteous lives. Education should also result in the purification of the heart. Men and women must be taught to be sincere in thought, word and deed, as a mark of humanness. Students must also revere their parents at all times and promote the cause of social improvement. They must co-operate with all fellow-beings. These are the things all students should learn.

Pendidikan sejati berarti berusaha untuk mewujudkan keilahian yang ada di dalam diri manusia. Bagaima mewujudkan hal ini? Para siswa harus menerima pendidikan yang menerangi setiap aspek kehidupan - ekonomi, politik, moral, spiritual dan fisik, serta mental dan lingkungan sosial, tidak terbatas pada satu bidang tertentu. Banyak siswa beranggapan bahwa pengetahuan yang berasal dari buku, itu yang disebut sebagai pendidikan. Pendidikan seperti ini hanya akan memberikan kepada mereka pengetahuan yang dangkal. Mereka membutuhkan pengetahuan praktis yang akan memungkinkan mereka untuk menjalani kehidupan yang benar. Pendidikan juga harus menghasilkan pemurnian hati. Pria dan wanita harus diajarkan untuk menjadi tulus dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan, sebagai tanda kemanusiaan. Siswa juga harus menghormati orang tua mereka setiap saat dan meningkatkan kemajuan sosial. Mereka harus bekerja sama dengan semua makhluk. Inilah hal-hal yang seharusnya dipelajari oleh semua siswa. (Divine Discourse, Nov 22, 1997)

-BABA

Tuesday, December 17, 2013

Thought for the Day - 17th December 2013 (Tuesday)

Just as a child is entitled to enjoy the milk from its mother, there can be no objection to man enjoying the resources of nature. But as a result of uncontrolled desires and reckless exploitation of natural resources, Nature is exhibiting frightening disorders. Natural calamities like earthquakes, volcanic eruptions, droughts and floods are the result of disturbances in the balance of Nature caused by this reckless exploitation. Mankind today appears like a foolish man who is wielding the axe at the branch of a tree on which he is sitting. You have to develop a sense of spiritual oneness. Out of that sense of oneness, love will grow. Man today does not recognise this sense of oneness. ‘Man’ is not the body alone. One has the mind, intellect and the Spirit (Atma) too. When the balance among these constituents is upset, people are plunged into troubles. On the other hand, when there is a balance, true humanness blossoms.

Sama seperti seorang anak berhak untuk menikmati susu dari ibunya, tidak ada yang keberatan jika manusia menikmati sumber daya alam. Tetapi sebagai hasil dari keinginan yang tidak terkontrol dan eksploitasi yang tidak semestinya pada sumber daya alam, Alam menunjukkan kekacauan yang menakutkan. Bencana alam seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, kekeringan, dan banjir merupakan hasil dari gangguan dalam keseimbangan Alam yang disebabkan oleh eksploitasi yang tidak semestinya ini. Saat ini manusia tampil seperti orang bodoh yang memegang kapak pada cabang pohon di mana ia sedang duduk. Engkau harus mengembangkan rasa kesatuan spiritual. Dari rasa kesatuan, maka cinta-kasih akan tumbuh. Saat ini manusia tidak menyadari kesatuan ini. 'Manusia' bukan hanya sekedar badan jasmani saja. Manusia juga memiliki pikiran, akal budi dan Spirit (Atma). Ketika keseimbangan antara unsur-unsur ini mengalami kerusakan/gangguan, maka orang-orang akan jatuh dalam kesulitan. Di sisi lain, ketika ada keseimbangan, maka kemanusiaan sejati akan berkembang. (Divine Discourse, Feb 13, 1997)

-BABA

Monday, December 16, 2013

Thought for the Day - 15th & 16th December 2013

Date: Sunday, December 15, 2013

Men and women must be governed by morality. In all countries morality and integrity should be like the life breath. It is only when people adhere to morality that human ideals like fraternity, equality and liberty can become meaningful in daily life. It is because of moral values having been given the go-by, that you find today’s society filled with disorder and unrest. The world will have respite from violence only when progress in science and technology is accompanied alongside by development of ethical and spiritual values. In the economic sphere, when one’s desires are governed by righteousness, a divine impulse will arise in that person. When the quest for wealth and the concern for worldly desires are based on righteousness (Dharma), the mind will spontaneously turn towards God.

Pria dan wanita harus diatur oleh moralitas. Di semua negara moralitas dan integritas harus seperti nafas kehidupan. Hanya ketika orang-orang mematuhi moralitas maka manusia ideal seperti persaudaraan, kesetaraan dan kebebasan dapat berarti dalam kehidupan sehari-hari. Karena nilai-nilai moral telah ditinggalkan, maka yang engkau temukan pada masyarakat saat ini penuh dengan kekacauan dan kerusuhan. Dunia akan berhenti dari kekerasan hanya ketika kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi disertai dengan pengembangan nilai-nilai etika dan spiritual. Di bidang ekonomi, ketika keinginan seseorang diatur oleh kebajikan, maka suatu dorongan ilahi akan muncul pada orang tersebut. Ketika pencarian kekayaan dan pemenuhan keinginan duniawi didasarkan pada kebajikan (Dharma), pikiran secara spontan akan menuju pada Tuhan. (Divine Discourse, Feb 13, 1997)

-BABA



Date: Monday, December 16, 2013

True education will make you divine. Education is not mere knowledge of words; it should broaden the mind. The mere acquisition of degrees is valueless. Character is more important and it can be developed only by taking to the spiritual path. Of what use is an education that does not promote good qualities? Together with academic education you have to acquire wisdom and a sense of right and wrong. Knowledge without wisdom, scholarship without determination, music without melody, learning without humility, a society without discipline, friendship without gratitude, and speech without truth - all these are utterly useless. Hence everyone should seek to follow the correct path. It is not greatness that matters but goodness. Make proper use of your education for the good of society.

Pendidikan sejati akan membuatmu menjadi divine. Pendidikan bukan hanya sekedar pengetahuan kata-kata; melainkan harus memperluas pikiran. Hanya dengan meraih gelar, merupakan sesuatu yang tidak berharga. Yang lebih penting adalah karakter dan ini dapat dikembangkan hanya dengan mengambil jalan spiritual. Apa gunanya pendidikan yang tidak meningkatkan sifat-sifat yang baik? Bersama-sama dengan pendidikan akademis, engkau harus memperoleh kebijaksanaan dan bisa membedakan yang benar dan salah. Pengetahuan tanpa kebijaksanaan, ilmu pengetahuan tanpa determinasi, musik tanpa melodi, belajar tanpa kerendahan hati, masyarakat tanpa disiplin, persahabatan tanpa rasa syukur, dan berbicara tanpa kebenaran - semua ini sama sekali tidak berguna. Oleh karena itu setiap orang harus berusaha untuk mengikuti jalan yang benar. Bukan kebesaran yang terpenting tetapi kebaikan. Engkau hendaknya menggunakan pendidikan-mu dengan tepat untuk kebaikan masyarakat. (Divine Discourse, Nov 22, 1997)

-BABA

Saturday, December 14, 2013

Thought for the Day - 14th December 2013 (Saturday)

A country does not mean a piece of earth. People make a country. And transformation should not be one dimensional. It is the entire process of refinement by which people get rid of their bad thoughts and actions, and cultivate good thoughts and do good acts in daily life. The value of a person is not derived from his or her educational qualifications alone. The cultural refinement of one’s lifestyle is also essential. A life without culture is like a house without light. A person without culture is like a stringless kite, which is tossed hither and thither. An education bereft of culture is worthless like a counterfeit coin. What is meant by culture? It is the realisation of the inherent Divinity in man and making it manifest in one's way of life.

Sebuah negara bukan saja merupakan bagian dari dunia. Orang-orang membuat suatu negara. Dan transformasi tidak harus menjadi salah satu dimensi. Ini adalah seluruh proses pemurnian dimana orang-orang menyingkirkan pikiran  dan tindakan mereka yang buruk, dan menumbuhkan pikiran yang baik dan melakukan perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari. Nilai seseorang bukan berasal dari kualifikasi pendidikannya. Pemurnian budaya dari gaya hidup seseorang juga penting. Hidup tanpa budaya dapat diibaratkan seperti rumah tanpa cahaya. Seseorang tanpa budaya dapat diibaratkan seperti layang-layang tanpa tali, yang terombang-ambing kesana kemari. Suatu pendidikan yang kehilangan budaya akan menjadi tidak berharga seperti uang logam palsu. Apa yang dimaksud dengan budaya? Budaya adalah realisasi Divinity yang melekat dalam diri manusia dan membuatnya terwujud dalam cara hidup seseorang. (Divine Discourse, Nov 22, 1997)

-BABA

Friday, December 13, 2013

Thought for the Day - 13th December 2013 (Friday)

Every individual, every family, every society and every nation seeks peace in all possible ways. People are perpetually in quest of happiness. But what is the happiness they seek? Is it worldly happiness and transient pleasures? These cannot confer true happiness. Only spiritual happiness can give true happiness. Why have people lost happiness? It is because they are afflicted with insatiable desires. These desires are the cause of various maladies. It is only by limiting desires and thereby eliminating the diseases arising from them that one can secure peace. Every person should strive in every way to achieve peace as the most desirable objective. Embodiments of Love! There is no greater happiness than contentment (Santhosham). There is no penance superior to peace of mind.

Setiap individu, setiap keluarga, setiap masyarakat dan setiap bangsa berusaha mencari kedamaian dalam berbagai cara yang mungkin. Orang-orang secara terus-menerus mencari kebahagiaan. Tetapi kebahagiaan apa yang mereka cari? Apakah kebahagiaan duniawi dan kesenangan sementara? Hal ini tidak bisa memberi kebahagiaan sejati. Hanya kebahagiaan spiritual yang dapat memberikan kebahagiaan sejati. Mengapa orang-orang kehilangan kebahagiaan? Ini disebabkan oleh keinginan yang tak terpuaskan. Keinginan ini adalah penyebab berbagai penyakit. Hanya dengan membatasi keinginan, maka dapat menyingkirkan penyakit yang ditimbulkan olehnya sehingga seseorang dapat mencapai kedamaian. Setiap orang harus berusaha dengan segala cara untuk mencapai kedamaian sebagai tujuan yang paling diinginkan. Perwujudan kasih! Tidak ada kebahagiaan yang lebih besar daripada kepuasan (Santhosham). Tidak ada penebusan dosa yang lebih tinggi selain ketenangan pikiran. (Divine Discourse, Feb 13, 1997)

-BABA

Thursday, December 12, 2013

Thought for the Day - 12th December 2013 (Thursday)

You are under the mistaken notion that you are rendering service to others. You should give up such a feeling. Only then does the service you perform become real service in the strict sense of the term. Service does not merely mean helping others. The best way to love God is to love all and serve all. Your acts of service should be suffused with the spirit of love. Without the positive aspect of love, all service you render becomes negative in nature. All bodies are like bulbs and love is the main switch. Only when the main switch is pressed, will the bodies radiate light and happiness to one and all. You are switching off the main switch and trying to enjoy happiness. It is impossible! Hrid + Daya (compassion) = Hridaya (heart). Your heart should be filled with compassion. All your activities should be suffused with love. There is no strength superior to love.

Engkau berada di bawah gagasan keliru bahwa engkau memberikan pelayanan kepada orang lain. Engkau hendaknya meninggalkan perasaan seperti itu. Hanya setelah itu, pelayanan yang engkau lakukan menjadi pelayanan yang sesungguhnya. Pelayanan bukan hanya berarti membantu orang lain. Cara terbaik untuk mengasihi Tuhan adalah mengasihi semua dan melayani semua. Tindakan pelayanan yang engkau lakukan hendaknya diliputi dengan semangat cinta-kasih. Tanpa aspek positif dari cinta-kasih, semua pelayanan yang engkau lakukan akan menjadi negatif di alam. Badan jasmani dapat diibaratkan seperti bola lampu dan cinta-kasih adalah saklar utama-nya. Hanya ketika saklar utama ditekan, maka badan jasmani dapat memancarkan cahaya dan menimbulkan kebahagiaan bagi semuanya. Engkau mematikan saklar utama dan mencoba untuk menikmati kebahagiaan. Tidak mungkin! Hrid + Daya (kasih sayang) = Hridaya (hati). Hatimu hendaknya dipenuhi dengan kasih sayang. Semua aktivitasmu hendaknya diliputi dengan cinta-kasih. Tidak ada kekuatan yang lebih tinggi selain cinta-kasih. (Divine Discourse, Jan 1, 2003)

-BABA

Wednesday, December 11, 2013

Thought for the Day - 11th December 2013 (Wednesday)


Today there are many who are highly educated. But what help are they rendering to society? Practically nothing! They are acquiring degrees for the sake of earning money. Modern students are taking to the wrong path in the name of love. They do not understand what true love is. People often use the word saying, “I love you, I love you.” You should be prepared to sacrifice for others all that is dear to you. That is true love. Love is God, live in love. Only then will you be able to understand the true nature of love. Do not misinterpret love in a worldly sense. Love is the gift of God to every individual. It should be utilized for the service of society. You must share your love with others through constructive service. Only then you will have the right to be a part of society.

Saat ini ada banyak orang berpendidikan tinggi. Tetapi apa bantuan yang mereka berikan pada masyarakat? Praktis tidak ada! Mereka memperoleh gelar demi mendapatkan uang. Siswa modern mengambil jalan yang salah atas nama cinta-kasih. Mereka tidak mengerti apa itu cinta-kasih sejati. Orang-orang sering mengatakan, "Aku mencintaimu, aku mencintaimu." Engkau harus siap berkorban bagi semua orang yang sayang kepadamu. Itulah cinta sejati. Cinta-kasih adalah Tuhan, hiduplah dalam cinta-kasih. Hanya setelah itu engkau akan dapat memahami hakikat cinta-kasih. Janganlah salah menafsirkan cinta-kasih dalam arti duniawi. Cinta-kasih adalah karunia Tuhan kepada setiap individu. Ini harus dimanfaatkan untuk melakukan pelayanan pada masyarakat. Engkau harus berbagi kasih dengan orang lain melalui pelayanan yang berguna. Hanya  setelah itu engkau akan memiliki hak untuk menjadi bagian dari masyarakat. (Divine Discourse, Nov 22, 2003)

-BABA

Tuesday, December 10, 2013

Thought for the Day - 10th December 2013 (Tuesday)


What is true humanness? You should treat your fellowmen as your own brothers and sisters. You deserve to be called a human being only when you cultivate the spirit of unity. Where there is no unity, there you find enmity and hatred. Consequently, the principle of love is lost altogether. Your foremost duty is to share your love with others. Only then can you realise the dictum: ‘Brotherhood of man and fatherhood of God’. You may or may not believe in the fatherhood of God, but you must have faith in the brotherhood of man; practise it and experience bliss therefrom. It is only when we share our love with our fellowmen, can we experience Divinity.

Apa yang dimaksud dengan kemanusiaan sejati? Engkau harus memperlakukan sesamamu sebagai saudara dan saudarimu sendiri. Engkau layak disebut seorang manusia hanya bila engkau menumbuhkan semangat kesatuan. Di mana tidak ada kesatuan, di sana engkau akan menemukan permusuhan dan kebencian. Akibatnya, prinsip cinta-kasih hilang sama sekali. Tugas utamamu adalah untuk berbagi cinta-kasih dengan yang lainnya. Hanya setelah itu engkau dapat menyadari diktum: 'Persaudaraan manusia dan kebapaan Tuhan'. Engkau mungkin tidak percaya pada kebapaan Tuhan, tetapi engkau harus memiliki keyakinan dalam persaudaraan manusia; praktikkanlah itu dan alami-lah kebahagiaan darinya. Hanya ketika kita berbagi kasih dengan sesama,  kita dapat mengalami Divinity. (Divine Discourse, Oct 17, 2003)
-BABA

Monday, December 9, 2013

Thought for the Day 7th - 9th December 2013

Date: Saturday, December 07, 2013


Love is the eternal principle that is present in all. But people are expressing their love for selfish purposes. You should eschew selfishness and self-interest, and develop the spirit of sacrifice with courage and conviction. How can you become courageous? It is possible only when you practice righteousness (Dharma). Many noble persons have sacrificed their lives for the cause of Dharma and never craved for name and fame. Sacrifice (Thyaga) is true Yoga. You too should practice this Yoga and become deserving of Divine Grace. Any activity done with a business-mind will not make you happy. Enquire within yourself and develop the spirit of sacrifice. Only then there will be a transformation of heart. So long as you do not give up selfishness, you cannot achieve anything worthwhile in life. You should cast aside selfishness and cultivate selflessness.

Cinta-kasih adalah prinsip kekal yang ada dalam semuanya. Tetapi orang-orang mengekspresikan cinta-kasih mereka untuk tujuan egois. Engkau harus menjauhkan diri dari keegoisan dan kepentingan pribadi, dan mengembangkan semangat pengorbanan dengan keberanian dan keyakinan. Bagaimana engkau bisa menjadi berani? Hal ini dimungkinkan hanya jika engkau mempraktikkan kebenaran (Dharma). Banyak orang-orang mulia telah mengorbankan hidup mereka untuk Dharma dan tidak pernah mendambakan untuk nama dan ketenaran. Pengorbanan (Thyaga) adalah Yoga sejati. Engkau juga harus mempraktikkan Yoga ini sehingga layak mendapatkan Berkat Tuhan. Setiap kegiatan yang dilakukan dengan pikiran-bisnis tidak akan membuatmu bahagia. Engkau hendaknya melakukan penyelidikan pada dirimu sendiri dan mengembangkan semangat pengorbanan. Hanya setelah itu, transformasi hati bisa terjadi. Selama engkau tidak meninggalkan keegoisan, engkau tidak akan dapat mencapai sesuatu yang berharga dalam hidup. Engkau hendaknya menyingkirkan keegoisan dan mengembangkan sikap tanpa mementingkan diri sendiri. (Divine Discourse, Nov 22, 2003)
-BABA  


Date: Sunday, December 08, 2013


The Atmic consciousness that permeates every living being is referred to as Brahman. When it is individualised, it is called conscience. It is also referred to as Jiva. When the Atmic consciousness is encased in a body, it becomes an individual. The individual, the Atma and consciousness - all the three are one and the same. People think they are different because they are given different names. Remove the names, there is only one Consciousness in every individual. Supposing you name this object (showing a handkerchief) as Atma. It is a handkerchief in common parlance. I can call it threads or cotton. But essentially it is an object. Whatever name I may give, it refers to the same one object. There is only one Atmic consciousness in every individual. It has no form; it only assumes different forms.

Kesadaran atma yang menembus setiap makhluk hidup disebut sebagai Brahman. Ketika ia merupakan individual, ia disebut dengan hati nurani, juga disebut sebagai Jiva. Ketika kesadaran atma terbungkus dalam badan jasmani, ia menjadi seorang individu. Individu, Atma dan kesadaran - ketiganya adalah satu dan sama. Orang-orang menganggap mereka berbeda karena mereka diberi nama yang berbeda. Lepaskanlah nama, hanya ada satu Kesadaran dalam setiap individu. Misalkan nama objek ini (menunjukkan saputangan) sebagai Atma. Saputangan merupakan bahasa umum. Aku bisa menyebutnya sebagai benang atau kapas. Tetapi pada dasarnya itu adalah sebuah benda. Apapun nama yang Aku berikan, mengacu pada satu objek yang sama. Hanya ada satu kesadaran atma dalam setiap individu. Ia tidak memiliki bentuk, hanya mengambil bentuk-bentuk yang berbeda. (Divine Discourse, Oct 21, 2003)
-BABA


Date: Monday, December 09, 2013

Consider love as your life and truth as your breath. There is an intimate and inseparable relationship between love and truth. Today people use the word love without actually knowing its meaning. As they do not know the value and meaning of love, it is trivialized. People are under the mistaken notion that worldly and physical attachment is love and consider such love as large as life. True love will reign supreme only when you get rid of selfishness and develop the spirit of sacrifice. Love is God, God is love. But you are craving for worldly love which is bereft of life. You should aspire for Divine Love which is truly your very life. True spiritual discipline lies in connecting your love with Divine Love. Your life will be sanctified when you have such steady and selfless Divine Love.

Engkau hendaknya menganggap cinta-kasih sebagai hidupmu dan kebenaran sebagai napasmu. Ada hubungan yang intim dan tak terpisahkan antara cinta-kasih dan kebenaran. Saat ini orang-orang menggunakan kata cinta-kasih tanpa benar-benar mengetahui maknanya. Karena mereka tidak mengetahui nilai dan arti dari cinta-kasih, maka cinta-kasih diremehkan. Orang-orang berada di bawah pendapat yang keliru bahwa keterikatan duniawi dan fisik merupakan cinta-kasih dan menganggap cinta-kasih seperti itu merupakan cinta-kasih yang sesungguhnya. Engkau akan mendapatkan cinta-kasih sejati hanya bila engkau mampu menyingkirkan keegoisan dan mengembangkan semangat pengorbanan. Cinta-kasih adalah Tuhan, Tuhan adalah cinta-kasih. Tetapi engkau mendambakan cinta-kasih duniawi. Engkau hendaknya menginginkan hanya Cinta-kasih Tuhan. Disiplin spiritual sejati terletak pada hubunganmu dengan cinta-kasih Tuhan. Hidupmu akan disucikan ketika engkau memiliki Cinta-kasih Tuhan yang  kuat dan tanpa pamrih. (Divine Discourse, Nov 22, 2003)
-BABA

Friday, December 6, 2013

Thought for the Day - 6th December 2013 (Friday)

The same, nameless, formless and attributeless Divinity is referred to as Atma, Brahman or Vishnu by different people. The underlying principle (Atma Tattwa) is one and the same. Take the example of a house. In the front portion of the house, you will find a verandah, then a living room and also a kitchen. Thereafter, you will find a bathroom and a toilet too. Thus, there are different names for different utilities. How did they acquire these names? It is only because they are so divided by walls, for different purposes. But the truth is they are all parts of the same house. Similarly, different people have different names and they establish different relationships with many people like mother, father, brother, etc. From where did these relationships come? Everything is your own making. Remove these barriers. What then remains is a vast expanse of Oneness.

Divinity yang sama, tanpa nama, tanpa wujud dan tanpa atribut disebut sebagai Atma, Brahman atau Vishnu oleh orang yang berbeda. Prinsip yang mendasari (Atma Tattwa) adalah satu dan sama. Ambil contoh sebuah rumah. Di bagian depan rumah engkau akan menemukan beranda, kemudian ruang tamu dan juga dapur. Setelah itu, engkau akan menemukan kamar mandi dan juga toilet. Dengan demikian, ada nama yang berbeda untuk kegunaan yang berbeda. Bagaimana mendapatkan nama-nama ini? Hal ini karena dipisahkan oleh dinding, untuk tujuan yang berbeda. Tetapi sebenarnya semuanya merupakan bagian dari rumah yang sama. Demikian pula, orang yang berbeda memiliki nama yang berbeda dan mereka menjalin hubungan yang berbeda dengan banyak orang seperti ibu, ayah, kakak/adik, dll. Dari mana datangnya hubungan ini? Semuanya karena engkau sendiri yang membuatnya. Singkirkanlah hambatan tersebut, maka yang tersisa adalah hamparan luas Keesaan. (Divine Discourse, Oct 21, 2003)

-BABA

Thursday, December 5, 2013

Thought for the Day - 4th & 5th December 2013

Date: Wednesday, December 04, 2013


In every one of you, God is the moving spirit, the very Soul; how then can you be evil, when you are here fulfilling God’s purpose, according to His will, His plan and His law? God has endowed you with many faculties so that you may seek Him and reach Him. You are not therefore, a helpless and neglected individual undergoing a sentence of death. You are an embodiment of bliss, born to a rich heritage, which is all yours! Only you fail to ask. Have faith in your destiny and work steadily to attain it! Devotion is attachment to God - you need not leave hearth and home for it. If the seed is planted away from the parent tree, will it grow any different? No! Boil the seed and then it will not grow again. Similarly, boil your instincts and impulses, and scorch the sensory cravings that enslave you. Then you will get nearer to God, wherever you may be.

Dalam diri setiap orang, Tuhan adalah roh/spirit yang bergerak, Jiwa; bagaimana kemudian engkau bisa menjadi jahat, ketika engkau di sini memenuhi tujuan-Nya, sesuai dengan kehendak-Nya, rencana-Nya dan hukum-Nya? Tuhan telah menganugerahi engkau dengan banyak kemampuan sehingga engkau dapat mencari Beliau dan mencapai-Nya. Engkau bukanlah individu yang tak berdaya dan dibiarkan menjalani hukuman mati. Engkau adalah perwujudan kebahagiaan, lahir dari warisan yang berharga, yangmana semuanya adalah milikmu! Engkau hendaknya memiliki keyakinan pada takdirmu dan terus berusaha untuk mencapai itu! Pengabdian adalah keterikatan pada Tuhan - engkau tidak perlu meninggalkan keluarga dan rumah  untuk itu. Jika bibit ditanam jauh dari pohon induk-nya, apakah ia akan tumbuh berbeda? Tidak! Jika engkau merebus benih, maka benih itu tidak akan tumbuh lagi. Demikian pula, rebuslah naluri dan impuls/dorongan, dan hanguskanlah keinginan sensorik yang memperbudak engkau. Maka engkau akan lebih dekat pada Tuhan, dimanapun engkau berada. (Divine Discourse, Jun 25, 1960)
-BABA


Date: Thursday, December 05, 2013


Always remember that your education is not merely to amass wealth or to eke out a livelihood. Money cannot confer true happiness. Do not deviate from Right Conduct (Dharma) for the sake of wealth (Dhana). Dharma is our life; Truth is our breath; and Good Reputation is our wealth. You should not crave for worldly name and fame. Once you practise Dharma, you will naturally attain good reputation. Dharma is related to the heart. Practise of Dharma is termed as Ritam which will make you immortal. We have today forgotten the great scholars and those who demonstrated great ideals. We should remember people who have sacrificed their life for a noble cause and try to emulate them. It is the spirit of sacrifice that has protected and sustained this country and this Universe for many generations. Offer your lives for the protection of Dharma and not for amassing wealth.

Ingatlah selalu  bahwa pendidikan bukan hanya untuk mengumpulkan kekayaan atau untuk mata pencaharian. Uang tidak bisa memberi kebahagiaan sejati. Janganlah menyimpang dari Kebajikan (Dharma) demi kekayaan (Dhana). Dharma adalah kehidupan kita, kebenaran adalah nafas kita, dan reputasi yang baik adalah kekayaan kita. Engkau hendaknya tidak mendambakan nama dan ketenaran duniawi. Setelah engkau mempraktikkan Dharma, secara alami engkau akan mendapatkan reputasi yang baik. Dharma berhubungan dengan hati. Mempraktikkan Dharma disebut sebagai Ritam yang akan membuatmu abadi. Saat ini kita telah melupakan orang-orang yang berpendidikan dan yang menunjukkan ideal yang mulia. Kita hendaknya mengingat orang-orang yang telah mengorbankan hidup mereka untuk tujuan mulia dan mencoba untuk meniru mereka. Inilah semangat pengorbanan yang telah dipelihara dan ditopang negara ini dan alam semesta ini selama beberapa generasi. Persembahkanlah hidupmu untuk melindungi Dharma dan bukannya untuk menimbun kekayaan. (Divine Discourse, Nov 22, 2003)
-BABA

Tuesday, December 3, 2013

Thought for the Day - 3rd December 2013 (Tuesday)

Do not consider prayer and meditation (japam and dhyanam) as the pastime of ‘freaks, geeks and cracks’. Hold fast to them, for they alone can save you from ruin. Offer to the Lord, not flowers got in exchange for a few coins or rupees from the shop, but the fragrant flowers of your own virtues. Let tears of joy be the holy water with which you seek to wash the feet of the Lord. Consider the Lord you adore, be it Hanuman or Krishna or Jesus, as comprising of all forms of Divinity. Do not argue that other forms are less and your form is greater. Be aware that every form of Divine is equally sweet.

Janganlah menganggap doa dan meditasi (japam dan dhyanam) sebagai suatu hobi yang aneh. Berpegang teguhlah pada doa dan meditasi, karena hal tersebut dapat menyelamatkanmu dari kehancuran. Persembahkan kepada Tuhan, bukan bunga seharga beberapa koin atau beberapa rupee (mata uang India) dari toko, tetapi keharuman bunga kebajikanmu sendiri. Air mata kebahagiaan menjadi air suci yang engkau gunakan untuk membasuh kaki Tuhan. Pilihlah Nama dan Wujud Tuhan yang engkau suka, baik itu Hanuman atau Krishna atau Yesus. Jangan berpendapat bahwa wujud Tuhan yang engkau pilih lebih mulia daripada wujud Tuhan yang dipilih orang lain. Engkau hendaknya menyadari bahwa setiap Nama Tuhan sama baiknya. (Divine Discourse, Nov 25, 1964)

-BABA

Monday, December 2, 2013

Thought for the Day - 2nd December 2013 (Monday)


Mud existed before plates and pots were made out of it; pots and plates are mud, and mud will remain when plates and pots are no more. The plate and the pot must be aware of their being always mud; that in other words, is Self-Realisation. When that is achieved, wherever your eyes are cast, you will find yourself; and wherever your attention is directed, you will see your reflection. Begin to feel it now, from this very moment! Seek to identify yourself as part of the grand and glorious Entity, for all Grandeur and all Glory is His, ultimately!

Lumpur ada di piring dan belanga yang terbuat dari itu; belanga dan piring adalah lumpur, dan lumpur akan tetap ada ketika piring dan belanga tidak ada lagi. Piring dan belanga harus menyadari bahwa mereka tetap sebagai lumpur, dengan kata lain, Self-Realisasi. Ketika hal itu tercapai, dimanapun engkau mendapatkan peran, engkau akan menemukan dirimu, dan kemanapun perhatianmu diarahkan, engkau akan melihat refleksi-mu. Mulailah merasakannya sekarang, dari saat ini! Berusahalah untuk mengidentifikasi diri sebagai bagian dari entitas besar dan mulia, karena pada akhirnya semua Keagungan dan Kemuliaan adalah milik-Nya! (Divine Discourse, Nov 25, 1964)
-BABA

Sunday, December 1, 2013

Thought for the Day - 1st December 2013 (Sunday)

The body is said to be the tabernacle of God. In fact the world itself is the body of God. A pinprick on the toe is immediately recognised as an injury to the self, because the toe is part of the self-same body. So too, suffering in one corner of the world is as much the concern of the Lord, as suffering in any other. The whole world is a mansion of the Lord. All countries and states are mere rooms in His mansion. Never forget that the whole world is a temple of the Lord; it is His body and He resides in it!

Badan jasmani ini dikatakan sebagai kuil Tuhan. Bahkan dunia itu sendiri adalah badan Tuhan. Sebuah tusukan peniti pada jari kaki langsung dikenali sebagai cedera pada diri kita, karena kaki adalah bagian tubuh dari badan yang sama. Demikian juga, penderitaan di salah satu sudut dunia yang mendapatkan perhatian dari Tuhan, merupakan penderitaan bagi yang lainnya. Seluruh dunia adalah rumah Tuhan. Semua negara-negara dan negara bagian hanya kamar di rumah-Nya. Jangan pernah lupa bahwa seluruh dunia adalah kuil Tuhan, itu adalah badan-Nya dan Beliau berada di dalamnya! (Divine Discourse, June 25, 1960)

-BABA