Monday, November 11, 2019

Thought for the Day - 11th November 2019 (Monday)

I would like to tell you, it is not what you hear that is beneficial, but what you put into daily practice. Develop renunciation towards your own needs and wishes. Examine each on the touchstone of essentiality. When you pile up things in your apartments, you only promote darkness and dust; so also, do not collect and store too many materials in your mind. Travel light. Have just enough to sustain life and maintain health. The pappu (dish made of lentils) must have only enough uppu (salt) to make it relishing; that is to say, do not spoil the dish by adding too much salt. Life becomes too difficult to bear if you put too much desire into it. Limit your desires to your capacity and even among them, have only those that will grant lasting joy. Do not run after fashion and public approval and strain your resources beyond repair. Also, stick to your own dharma and the code of rules that regulate life or the stage you have reached. 


Aku ingin mengatakan kepadamu, bukan apa yang engkau dengar yang bermanfaat, namun apa yang engkau jalankan dalam kehidupan sehari-hari. Kembangkan penyangkalan terhadap kebutuhan dan harapanmu sendiri. Periksa masing-masing bagian itu di atas batu uji esensialitas (mendasar). Ketika engkau menumpuk barang-barang di dalam apartemenmu, engkau hanya memperbanyak kegelapan dan debu; begitu juga, jangan mengumpulkan dan menyimpan begitu banyak material di dalam pikiranmu. Lakukan perjalanan dengan ringan. Miliki secukupnya untuk menopang kehidupan dan menjaga kesehatan. Pappu (makanan terbuat dari kacang-kacangan) harus diisi dengan cukup uppu (garam) untuk membuatnya enak; artinya, jangan menyia-nyiakan makanan dengan menambahkan terlalu banyak garam. Hidup menjadi terlalu sulit untuk dihadapi jika engkau menaruh terlalu banyak keinginan di dalamnya. Batasi keinginanmu pada kapasitasmu dan bahkan diantara keinginan itu, miliki hanya keinginan yang memberikan suka cita yang abadi. Jangan mengejar mode dan persetujuan publik dan menyiksa sumber dayamu melampaui perbaikan. Selain itu, berpegang pada dharmamu sendiri dan pedoman aturan yang mengatur hidup atau tahapan yang telah engkau capai. (Divine Discourse, Aug 19, 1964)

-BABA

Thought for the Day - 10th November 2019 (Sunday)

Embodiments of Divine Love! When you chant the divine name with love at least once, you will experience inexplicable and overwhelming bliss in your heart. The divine name melts even a stone-hearted person. Even ice takes time to melt, but God's heart melts instantaneously when you chant His name with love. So chant the Lord’s name. Even while you are traveling, you must chant His name silently without attracting others' attention. Everywhere, at all times and under all circumstances, you must contemplate on the divine name of God (Sarvada sarva kaleshu sarvatra Rama chintanam). There is no greater spiritual exercise than this. The essence of all spiritual practices is contained in chanting Lord’s name incessantly. In Kali yuga, chanting God's Divine name is the only royal path to attain liberation. Develop noble feelings; contemplate on God with full faith that He will grant you everything you need. I bless you to lead your life with love, peace and happiness! 


Perwujudan dari kasih Tuhan! Ketika engkau melantunkan nama dengan kasih setidaknya sekali, engkau akan mengalami kebahagiaan yang tidak dapat dijelaskan dan berlimpahan di dalam hatimu. Nama suci Tuhan bahkan dapat melelehkan seseorang yang berhati keras. Bahkan es perlu waktu untuk mencair, namun hati Tuhan dengan segera meleleh ketika engkau melantunkan nama-Nya dengan kasih. Jadi lantunkan nama Tuhan. Bahkan saat engkau sedang melakukan perjalanan, engkau harus melantunkan nama Tuhan dengan hening tanpa menarik perhatian orang lain. Dimana saja, sepanjang waktu dan dalam keadaan apapun juga, engkau harus merenungkan nama suci Tuhan (Sarvada sarva kaleshu sarvatra Rama chintanam). Tidak ada latihan spiritual yang lebih hebat daripada ini. Intisari dari latihan spiritual terdapat dalam melantunkan nama Tuhan secara berkelanjutan. Dalam zaman Kali yuga, melantunkan nama suci Tuhan adalah satu-satunya jalan besar untuk mencapai kebebasan. Kembangkan perasaan yang mulia; pusatkan perhatian pada Tuhan dengan penuh keyakinan bahwa Tuhan akan memberikan apapun yang engkau butuhkan. Aku memberkatimu untuk menjalani hidupmu dengan kasih, kedamaian, dan kebahagiaan! (Divine Discourse, Apr 14, 2003)

-BABA

Thought for the Day - 9th November 2019 (Saturday)

The power of divine name is unparalleled. People often take it lightly. They mistake a shining glass piece to be a diamond. The real diamond is very different! What is that ‘real diamond’? ‘Die mind’ - God’s name is the real diamond! So, keep it safe and secure and seek refuge at the Lotus Feet of the Lord! You are most fortunate to participate in Akhanda Bhajan. It is a great opportunity. Never miss the opportunity of participating in Bhajans. If only you make good use of it, your life will be sanctified. Once you seek refuge in Him, never give it up. Wherever you go, the divine feet will protect you! Install the divine name firmly in your heart, your life will become sanctified. That is devotion (Bhakti). That is your power (Shakti). That is liberation (Mukti). The Global Akhanda Bhajan is held every year to remind you and rekindle this spirit! 


Kekuatan dari nama Tuhan adalah tidak ada bandingannya. Orang-orang sering memandang remeh hal ini. Mereka salah mengira sebuah gelas kaca yang bening sebagai sebuah permata. Permata sejati adalah sangat berbeda! Apa itu permata yang sejati (‘diamond’)? ‘Die mind – matikan pikiran’ – Nama Tuhan adalah permata yang sejati! Jadi, tetap jaga agar ini tetap aman dan carilah perlindungan di kaki padma Tuhan! Engkau adalah yang paling beruntung karena dapat berpartisipasi dalam Akhanda Bhajan. Ini merupakan kesempatan yang sungguh luar biasa sekali. Jangan pernah terlewatkan kesempatan ikut berpartisipasi dalam Bhajan. Jika engkau memanfaatkan dengan baik kesempatan ini, hidupmu akan disucikan. Sekali engkau mencari perlindungan pada Tuhan, jangan pernah melepaskannya. Kemanapun engkau pergi, kaki Tuhan akan melindungimu! Tempatkan nama Tuhan dengan kuat di dalam hatimu, hidupmu akan menjadi disucikan. Itu adalah bhakti. Itu adalah kekuatanmu (Shakti). Itu adalah kebebasan (Mukti). Global Akhanda Bhajan dilaksanakan setiap tahun untuk mengingatkanmu dan menyalakan kembali semangat ini! (Divine Discourse, Nov 13, 2007)

-BABA

Friday, November 8, 2019

Thought for the Day - 8th November 2019 (Friday)

Consider the food you eat - it is Shivam (auspicious), when you consume it intelligently and in moderate quantities. It becomes Rudram (fierce), devastating in its effects, if consumed with greed and in inappropriate proportions. In fact, every thing or thought that obstructs the surge of divine bliss (Ananda) in any such situation, experience, or idea is Rudra; every step towards limitation, regulation, control, progress and sublimation is Shivam (auspicious, fruitful, beneficial). It is desire which haunts an individual that makes one’s food a boon or a bane. It is the mind that decides the desire and directs it. A sharp knife can be used for slicing a fruit or for stabbing. In the hands of a surgeon, it can save a life, rather than destroy one. Never forget that your own mind can liberate you from bondage or bind you more tightly with the objective world. Listen to the Omnipresent God present as the Inner Motivator within you and allow Him to guide you! 


Pertimbangkan makanan yang engkau makan – makanan itu adalah Shivam (suci), ketika engkau mengonsumsi makanan dengan cerdas dan dalam jumlah yang secukupnya. Makanan menjadi Rudram (dashyat), menghancurkan pengaruh makanan jika makanan dikonsumsi dengan tamak dan jumlah yang tidak proporsional. Sejatinya, segala sesuatu atau pikiran yang menghalangi gelombang dari kebahagiaan Tuhan (Ananda) dalam pengalaman atau gagasan situasi seperti itu adalah Rudra; setiap langkah menuju pada pembatasan, peraturan, pengendalian, kemajuan, dan sublimasi adalah Shivam (suci, bermanfaat, berguna). Adalah keinginan yang menghantui seseorang yang membuat makanan seseorang menjadi sebuah anugerah atau sebuah kutukan. Adalah pikiran yang memutuskan dan mengarahkannya. Sebuah pisau yang tajam dapat digunakan untuk memotong buah atau untuk menikam. Di tangan seorang dokter bedah, pisau dapat digunakan untuk menyelamatkan nyawa, daripada menghancurkannya. Jangan pernah melupakan bahwa pikiranmu sendiri dapat membebaskanmu dari perbudakan atau mengikatmu lebih kuat dengan dunia objektif. Dengarkan kehadiran Tuhan dimana-mana sebagai motivasi di dalam dirimu dan mengizinkan Tuhan menuntunmu! (Divine Discourse, May 30, 1974)

-BABA

Thought for the Day - 7th November 2019 (Thursday)

The effulgent Sun can be seen only with his own light. Similarly, only through the grace of God can you obtain a vision of the Divine. No skill, intellectual effort or scholarship is required to experience God. Just as clouds may obscure the Sun, the clouds of egoism, attachment and hatred prevent one from seeing the Divine. Prayer and sadhana are the means by which these clouds are dispersed. Sadhana is the royal road to reach the Divine. The human make-up is a mixture of good and bad traits. One in whom the good traits predominate, tends to see only the good in others. Those who have equal-mindedness see the good and bad qualities impartially. It is necessary therefore to cultivate good qualities. The world must be viewed as the reflected image of the Divine. All acts must be done as an offering to the Divine. 


Cahaya matahari dapat dilihat hanya dengan menggunakan cahaya matahari itu sendiri. Sama halnya, hanya melalui rahmat Tuhan engkau dapat mendapatkan pandangan Tuhan. Tidak ada keahlian, usaha intelektual atau kesarjanaan yang dibutuhkan untuk mengalami Tuhan. Seperti halnya awan mungkin menyembunyikan matahari, awan-awan ego, keterikatan, dan kebencian menghalangi seseorang untuk melihat Tuhan. Doa dan sadhana adalah sarana untuk menghilangkan awan-awan ini. Sadhana adalah jalan megah untuk mencapai Tuhan. Komposisi manusia adalah sebuah campuran dari sifat baik dan buruk. Seseorang yang dominan dengan sifat baik akan cenderung hanya melihat kebaikan dalam diri yang lain. Mereka yang memiliki pikiran yang sama melihat sifat baik dan buruk dengan seimbang. Maka dari itu adalah perlu untuk meningkatkan sifat-sifat yang baik. Dunia harus dilihat sebagai pantulan dari gambar Tuhan. Semua perbuatan harus dilakukan sebagai sebuah persembahan kepada Tuhan. -Divine Discourse, Feb 11, 1983

-BABA

Thought for the Day - 6th November 2019 (Wednesday)

If you keep awake throughout twelve hours on Shivaratri (festival of Lord Shiva) due to illness, the vigil will not win His favour. If you quarrel with your spouse and desist from food for one full day, it will not be recorded in the book of God as a fast. Remember, no bhokta (enjoyer) can be a bhaktha (devotee); anyone with an eye on profit they derive from service to God, can never be a true devotee. People praise Rama to the skies one day and decry Him the next, when their fortune is dry. Similarly, those who declare ‘My God is great and others are small’, do not know the elements of spiritual discipline and are unfit for entering the field of spiritual service. Dhana (money) is the currency of the world; Sadhana is the currency of the spirit. The Lord looks for purity, sincerity, simplicity and steady joy in Sadhana, in the contemplation of His name and form. 


Jika engkau tetap terjaga selama 12 jam saat Shivaratri (perayaan untuk Dewa Shiva) karena sakit, maka keadaan tetap terjaga itu tidak akan menyenangkan hati Tuhan. Jika engkau bertengkar dengan pasanganmu dan menolak untuk makan selama satu hari, hal ini tidak akan dilihat oleh Tuhan sebagai puasa. Ingatlah, tidak ada bhokta (penikmat) yang dapat menjadi seorang bhaktha; siapapun yang memperhatikan keuntungan yang mereka peroleh dari pelayanan yang mereka lakukan pada Tuhan, tidak akan pernah bisa menjadi seorang bhakta sejati. Orang-orang memuliakan Rama sampai ke atas langit pada satu hari dan mencela-Nya pada keesokan harinya saat kekayaan mereka habis. Sama halnya, mereka yang menyatakan ‘Tuhanku adalah hebat dan Tuhan yang lain adalah kecil’, tidak mengetahui unsur-unsur disiplin spiritual dan tidak cocok untuk memasuki bidang pelayanan spiritual. Dhana (uang) adalah mata uang di dunia; Sadhana adalah mata uang dalam spirit. Tuhan melihat pada kesucian, ketulusan, kesederhanaan, dan suka cita yang mantap dalam Sadhana, dalam perenungan akan nama dan wujud Tuhan. -Divine Discourse, Aug 19, 1964

-BABA

Thursday, November 7, 2019

Thought for the Day - 5th November 2019 (Tuesday)

Material wealth brings along with it, not only joy but grief as well. Accumulation of riches and multiplication of wants only lead to alternation between joy and grief. Attachment is the root-cause for both joy and grief; detachment is the saviour. Attachment (Ashakti) is death (maraka); non-attachment (anashakti) is the saviour (tharaka). A millionaire pays income-tax with tears in his eyes; a headmaster joyfully gives up the furniture and laboratory appliances of his school when he is transferred to some other place. Why? Because the headmaster knows that he is only the caretaker, not the owner. He is not attached to these articles; he knows that they belong to the government. So too feel that your family, your house, your fields, your car, and so on are all the Lord's property and that you are only the trustee; be ready to give them up without a murmur at a moment's notice. 


Kekayaan material tidak hanya membawakan suka cita namun juga duka cita. Pengumpulan kekayaan dan meningkatnya keinginan hanya akan menuntun pada bergonta ganti diantara suka dan duka cita. Keterikatan adalah akar penyebab dari keduanya yaitu suka dan duka cita; tanpa keterikatan adalah penyelamat. Keterikatan (Asakti) adalah kematian (maraka); tanpa keterikatan (anasakti) adalah penyelamat (tharaka). Seorang milioner membayar pajak pendapatan dengan tetesan air mata; sedangkan seorang kepala sekolah dengan suka cita melepaskan segala bentuk perabotan serta perlengkapan laboratorium sekolahnya ketika dia dipindahkan ke tempat yang lain. Mengapa? Karena kepala sekolah mengetahui bahwa dia hanya seorang penjaga saja, dan bukan pemilik. Kepala sekolah itu tidak terikat pada benda-benda itu; dia mengetahui bahwa semuanya itu adalah milik pemerintah. Begitu juga, rasakan bahwa keluarga, rumah, tanah, mobilmu, dan yang lainnya adalah milik dari Tuhan dan engkau hanya yang dipercayakan saja; bersiaplah untuk melepaskan semuanya itu tanpa mengeluh pada saat pemberitahuan. -Divine Discourse, Aug 19, 1964

-BABA

Thought for the Day - 4th November 2019 (Monday)

Tests are evidences of grace rather than of anger. The terrible aspect of God is not terrible in essence. God is described as Raso vai sah - He is sweetness Itself. How can sweetness ever become bitter? Godhead is a spotlessly clean mirror; you see in it your own reflection. When you have terror-striking propensities, the reflection you see strikes terror into you. When you have soft harmless propensities, the reflection will be tender and soft. Do not cast blame on Godhead, as most people do. When everything goes right, you say God is very close to you; when something goes wrong, you say God has deserted you and gone afar! He never moves far or near. The distance from Him to you is the exact same distance from you to Him. He is everywhere. He is always in your heart. Recognise Him there; realise Him as closest and nearest to you. He is your own Self, neither terrible nor tender, but simply ‘is’. 


Ujian adalah bukti rahmat dan bukan amarah. Aspek yang dashyat dari Tuhan pada dasarnya adalah tidak mengerikan. Tuhan dijelaskan sebagai Raso vai sah – Tuhan adalah rasa manis itu sendiri. Bagaimana bisa rasa manis menjadi pahit? ketuhanan adalah sebuah cermin bersih yang tidak ternoda; engkau melihat bayanganmu sendiri di cermin. Ketika engkau memiliki kecenderungan yang bengis, maka pantulannya juga mengerikan bagimu. Ketika engkau memiliki kecenderungan yang lembut dan tidak membahayakan, maka pantulannya juga akan lembut. Jangan melemparkan kesalahan pada Tuhan seperti kebanyakan orang lakukan. Ketika segala sesuatunya berjalan dengan baik, engkau berkata bahwa Tuhan terasa dekat denganmu; ketika sesuatu berjalan tidak baik, engkau berkata bahwa Tuhan telah meninggalkanmu dan pergi menjauh! Tuhan tidak pernah bergerak menjauh atau mendekat. Jarak Tuhan denganmu adalah sama dengan jarak dirimu pada Tuhan. Tuhan ada dimana-mana. Tuhan selalu ada di dalam hatimu. Sadari kehadiran Tuhan di dalam hatimu; sadari Tuhan sebagai yang paling dekat denganmu. Tuhan adalah Jati Dirimu, tidak mengerikan dan juga tidak lembut. - Divine Discourse, May 30, 1974

-BABA

Thought for the Day - 3rd November 2019 (Sunday)

A person weeping because he has been bitten by a cobra in the dream can be cured by just being woken up! No doctor is needed. So too, when Arjuna, who was suffering from ignorance (ajnana), was given spiritual knowledge (jnana), he recovered and did his duty. The pain and the snake both disappear when the dreamer ‘wakes up’. To open a door, you must turn the key to the right! Similarly you must turn inward to God and righteousness, then the lock of your heart will open and the chain of bondage will fall away. Turn the key to the left, and you will become bound as the door will get locked! For this spiritual awakening, the prime need is faith in God and faith in oneself! You can move mountains if only you conquer your mind! Curb your senses and use your instruments in useful channels; that will result in joy for you and others. 


Seseorang yang menangis sedih karena dia telah digigit oleh ular kobra dalam mimpi dapat disembuhkan hanya dengan bangun dari mimpi! Tidak ada dokter yang diperlukan. Begitu juga, ketika Arjuna yang sedang menderita dari kedunguan (ajnana), diberikan pengetahuan spiritual (jnana), maka Arjuna dapat pulih dan menjalankan kewajibannya. Rasa sakit dan ular tersebut akan lenyap ketika dia yang bermimpi ‘bangun’. Untuk membuka pintu, engkau harus memutar kunci ke arah kanan! Sama halnya engkau harus mengalihkan perhatian ke dalam diri yaitu Tuhan dan kebajikan, kemudian kunci dari hatimu akan terbuka dan rantai dari perbudakan akan lepas. Jika engkau memutar kuncinya ke kiri maka engkau akan menjadi terikat seperti halnya pintu yang terkunci! Untuk kebangkitan spiritual ini, hal yang paling dibutuhkan adalah keyakinan pada Tuhan dan keyakinan pada diri sendiri! Engkau dapat memindahkan gunung jika saja engkau menaklukkan pikiranmu! Kendalikan inderamu dan gunakan saranamu untuk hal yang berguna; itu akan menghasilkan suka cita bagimu dan bagi yang lain.  -Divine Discourse, Aug 12, 1963

-BABA

Monday, November 4, 2019

Thought for the Day - 2nd November 2019 (Saturday)

As long as life persists, you will be caught up in heights and depths, good and bad, rights and wrongs. Duality is inevitable. It is even necessary. However, to enjoy the sweet fruit of love, you must peel the rind of anger, malice, envy and greed. Use the bitterness in you to preserve and develop the sweetness within yourself. From the experience of saints and sages, you can realise that the joy got from the external world is infinitesimal when compared with the bliss won through spiritual discipline. To win that bliss, spiritual effort with detachment is essential. To draw water from the earth through a bore, the bore-pipe must be free from air so that the water rises up. If air enters, the water will not rise. So too, be sure that attachment to worldly things does not mar your spiritual efforts. Love will not well up if sensual pleasures and personal pride invade the mind! 


Selama masih ada hidup, engkau terperangkap dalam ketinggian dan kedalaman, kebaikan dan keburukan, benar dan salah. Dualitas adalah tidak dapat dihindarkan. Ini bahkan perlu. Bagaimanapun juga, untuk menikmati buah manis dari cinta kasih, engkau harus mengupas kulit kemarahan, kedengkian, iri hati, dan ketamakan. Gunakan kepahitan di dalam dirimu untuk memelihara dan mengembangkan rasa manis di dalam dirimu sendiri. Dari pengalaman para guru suci dan orang suci, engkau dapat menyadari bahwa suka cita yang di dapat dari dunia luar adalah sangat kecil ketika dibandingkan dengan kebahagiaan yang diperoleh melalui disiplin spiritual. Untuk mendapatkan kebahagiaan, usaha spiritual dengan tanpa keterikatan adalah mendasar. Untuk dapat menarik air dari bumi melalui sebuah bor, pipa bor harus bebas dari udara sehingga air dapat naik ke atas. Jika udara masuk maka air tidak akan naik. Begitu juga, yakinlah bahwa keterikatan pada benda-benda duniawi tidak mengotori usaha spiritualmu. Cinta kasih tidak akan berkembang jika kesenangan sensual dan kesombongan pribadi menyerbu pikiran! -Divine Discourse, Aug 12, 1963

-BABA

Friday, November 1, 2019

Thought for the Day - 1st November 2019 (Friday)

People are becoming greedier to know about the lives of others. They want to escape from themselves by getting interested in others. They do not want to worry about the details of their own life or the problems of their own or reflect to reform and rehabilitate themselves! Of what benefit is all the burden of information that you seek to carry in your head, the knowledge of the various regions of the world, when you do not have knowledge of the region of your own self, which is truly the center of all the interest that you evince? It is no good wandering all over the world, contacting people of various races and getting engrossed with earning and spending without being able to know your own identity! Internalise and realise the fact that the tree of the human body finds fruition only when it yields love (prema). That sweet gift is the reason why it grows and why it has to be fostered always! 


Orang-orang menjadi lebih rakus dan tamak dalam mengetahui tentang hidup orang lain. Mereka ingin melarikan diri dari diri mereka sendiri dengan mulai tertarik mengurusi orang lain. Mereka tidak ingin mencemaskan tentang detail pada hidup mereka sendiri atau masalah diri mereka atau memikirkan untuk merubah dan merehabilitasi diri mereka sendiri! Apa keuntungan yang didapat dari semua beban informasi yang engkau bawa di dalam kepalamu, pengetahuan dari berbagai wilayah di dunia, ketika engkau tidak memiliki pengetahuan tentang wilayah dirimu sendiri, yang merupakan benar-benar menjadi pusat dari semua ketertarikan yang engkau tunjukkan dengan jelas? Bukanlah hal yang baik mengembara ke seluruh dunia, berhubungan dengan orang-orang dari berbagai jenis suku dan asyik dengan pendapatan dan pengeluaran tanpa mampu mengetahui identitas dirimu sendiri! Internalisasikan dan sadari kenyataan bahwa pohon dari tubuh manusia hanya membuahkan hasil ketika menghasilkan cinta kasih (prema). Karunia manis itu adalah alasan mengapa ia tumbuh dan mengapa itu harus selalu dipupuk! - Divine Discourse, Aug 12, 1963.

-BABA

Thought for the Day - 31st October 2019 (Thursday)

Just as you prescribe minimum qualifications for every profession, the minimum qualification for Grace is surrender of egoism, control over senses and regulated food and recreation (Aahara and vihara). An individual is made or marred by the company one keeps. A bad natured individual who falls into good company is able to shed their evil quickly and shine forth in virtue. However, a good individual falling into evil company is overcome by the subtle influence and slides down into evil. The lesser is overpowered by the greater. A drop of sour curd transforms milk by curdling it, separating the butter and turning it into whey. Sacred books are equally valuable for this transmuting process, but it is not enough if you merely read, memorise or recite them. They must be understood, reflected upon, and the lessons learnt or inferred must be applied into daily practice. 


Sama halnya ketika engkau merumuskan kualifikasi minimum untuk setiap pekerjaan, kualifikasi minimum untuk rahmat Tuhan adalah menyerahkan ego, pengendalian indera, dan mengatur makanan dan rekreasi (Aahara dan vihara). Seorang individu dibuat atau dirusak oleh pergaulan yang diikutinya. Seseorang yang tidak baik yang bergabung dalam pergaulan yang baik akan mampu untuk melepaskan sifat buruknya dengan cepat dan bersinar seterusnya dalam kemuliaan. Bagaimanapun juga, seseorang yang baik yang bergabung dalam pergaulan yang tidak baik akan dipengaruhi oleh pengaruh halus dan jatuh dalam kejahatan. Yang lebih rendah dikuasai oleh yang lebih besar. Satu tetes dadih asam merubah susu dengan mengentalkannya, memisahkan mentega dan merubahnya menjadi air dadih. Buku-buku suci adalah sama nilainya untuk proses perubahan ini, namun ini tidaklah cukup jika engkau hanya membaca, menghafal atau mengulang-ulangnya saja. Buku-buku suci itu harus dimengerti, direfleksikan, dan hikmah yang diambil atau disimpulkan harus diterapkan dalam praktik setiap harinya. -Divine Discourse, Sep 27, 1965

-BABA

Thought for the Day - 30th October 2019 (Wednesday)

Diamond cuts diamond. Thorn can be used to remove thorn. Karma cures Karma. Karma, derided as causing the dualities of grief-joy, pain-pleasure, birth-death, also brings about liberation from the chain of duality. Karma causes both bondage and liberation. The sun rises; that act unfolds the petals of the lotus flower, but folds the petals of the kumuda flower (water lily)! The sun sets; that act makes the good men hurry home to the company of their family, but it makes bad men hurry out of their dens to the places where they revel. When the palm falls on the mrdanga, the sound created is pleasant to the ear. But when it falls on an empty tin, the sound grates the ear. Know that Karma ruins or saves based on what you choose to do. What is the nature of the Karma that saves? Holding fast to Sivam (God), as the boy Maarkandeya did. By this, you can foil death and earn eternal joy. 


Permata memotong permata. Duri dapat digunakan untuk mengeluarkan duri. Karma menyembuhkan Karma. Karma, disebutkan sebagai penyebab dualitas dari duka-suka cita, penderitaan-kesenangan, kelahiran-kematian, juga membawakan kebebasan dari rantai dualitas. Karma menyebabkan keduanya yaitu keterikatan dan kebebasan. Matahari terbit; terbitnya matahari membukakan kelopak dari bunga teratai, namun menutup kelopak bunga kumuda (bunga bakung air)! Matahari terbenam; terbenamnya matahari membuat mereka yang baik bergegas pulang untuk menemani keluarganya, namun terbenamnya matahari membuat mereka yang tidak baik bergegas keluar dari sarangnya ke tempat dimana mereka bersuka ria. Ketika telapak tangan memukul alat musik mrdanga, maka suara yang ditimbulkan merdu di telinga. Namun ketika telapak tangan memukul kaleng kosong, maka suaranya menyakitkan telinga. Ketahuilah bahwa Karma merusak atau menyelamatkan tergantung dari apa yang engkau pilih untuk dilakukan. Apa kualitas alami dari karma yang menyelamatkan? Berpegang teguh pada Sivam (Tuhan), seperti halnya seorang anak yang bernama Maarkandeya lakukan. Dengan cara ini, engkau dapat menggagalkan kematian dan mendapatkan suka cita yang kekal. - Divine Discourse, Nov 26, 1967

-BABA

Thought for the Day - 29th October 2019 (Tuesday)

Without surrender, there can be no liberation. As long as you cling to the narrow 'I', the four prison walls will close in on you. Cross out the 'I' and you are free. How to kill the 'I'? Place it at the feet of the Lord and say, “You, not I,” and you will be free from the burden that is crushing you. Associate always with the Niranjana — the vast, unlimited, the Divine. Dream, plan and work to merge with the Absolute! Transcend all the hurdles, by fixing your mind on your own infinity. Do not condemn your mind as a monkey; it is a fine instrument; it can help you win liberation or remain bonded - depends on how you manipulate it. It will carry out your orders to the minutest detail and can lead you along the royal road to the door of realization! Or it will take you about in the blind alleys! Use it wisely! 


Tanpa berserah diri, tidak akan ada kebebasan. Selama engkau berpegang teguh pada ‘aku’ yang sempit maka keempat dinding penjara akan mengepungmu. Coret ‘aku’ dan engkau akan bebas. Bagaimana menghilangkan ‘aku’? letakkan ‘aku’ itu di kaki Tuhan dan berkata, “Engkau, dan bukan aku,” dan dirimu akan bebas dari beban yang menghancurkanmu. Selalulah terhubung dengan — yang luas, tidak terbatas, Tuhan. Mimpi, rencanakan, dan bekerja untuk menyatu dengan yang bersifat Mutlak! Melampaui semua rintangan, dengan memusatkan pikiranmu pada ketidakterbatasanmu. Jangan menyalahkan pikiranmu sebagai monyet; ini adalah sarana yang tepat; pikiran dapat membantumu untuk bisa mencapai kebebasan atau tetap terikat – tergantung bagaimana engkau menggunakannya. Pikiran akan menjalankan perintahmu sampai pada detail yang paling kecil dan dapat menuntunmu sepanjang jalan besar untuk menuju pintu pencerahan! Atau pikiran dapat membawamu pada jalan buntu! Gunakan pikiran dengan bijak! - Divine Discourse, May 24, 1962

-BABA

Thought for the Day - 28th October 2019 (Monday)

There is no truth (Satyam) without goodness (Sivam); there is no goodness without beauty (Sundaram). Truth alone can confer auspiciousness, and auspiciousness alone is the real beauty. Truth is beauty; joy is beauty. Falsehood and grief are ugly because they are unnatural. The effulgence of Truth will reveal goodness; do karma that is approved by the higher wisdom, not karma that is born of ignorance. Then, all karma will be auspicious, beneficial, and blessed. A dog caught in a room whose walls are mirrors sees in the myriad reflections not itself but rivals and competitors, other dogs that must be barked at. So, it tires itself out by jumping on this reflection, and when images also jump, it becomes mad with fury! The wise individual, however, sees one’s own reflections and is at peace: the person is happy that there are so many reflections of oneself all around. That is the attitude you must learn to possess, this will save you from needless bother. 


Tidak ada kebenaran (Satyam) tanpa kebaikan (Sivam); tidak ada kebaikan tanpa keindahan (Sundaram). Hanya kebenaran yang dapat memberikan kesucian, dan hanya kesucian adalah keindahan yang sejati. Kebenaran adalah indah; suka cita adalah indah. Ketidakbenaran adalah jelek karena bersifat tidak wajar. Cahaya kebenaran akan mengungkapkan kebaikan; jalankan karma yang disetujui oleh kebijaksanaan yang lebih tinggi, bukan karma yang lahir dari kebodohan. Kemudian, semua karma akan menjadi suci, bermanfaat, dan terberkati. Ketika seekor anjing terjebak di dalam kamar dimana dinding kamarnya adalah cermin, anjing itu dapat melihat banyak sekali pantulan yang bukan dirinya namun saingan serta lawan, maka anjing itu menggonggong pada bayangan anjing itu. Jadi, anjing itu meletihkan dirinya sendiri dengan melompat pada pantulan di cermin itu, dan ketika pantulan itu juga melompat maka anjing ini menjadi marah! Individu yang bijaksana, bagaimanapun juga melihat pantulan dirinya sendiri dan merasa damai: orang yang berbahagia adalah ketika ada banyak pantulan dari dirinya di sekitarnya. Itu adalah sikap yang harus engkau belajar untuk dimiliki, hal ini akan menyelamatkanmu dari kesusahan yang tidak ada gunanya. -Divine Discourse, Jul 07, 1963

-BABA