Wednesday, October 31, 2007

Thoughts for the Day - 1st November 2007 (Thursday)

People imagine that spirituality means meditating on God, bathing in sacred waters and visiting holy shrines, but this is not the correct meaning of spirituality. Spirituality means destroying the animal nature in man and awakening him to his divine consciousness. Spirituality implies recognizing that one’s manifold capacities emanate from the Spirit and not from the mind, then utilizing them for achieving spiritual strength. It means acknowledging that all powers come from the Divine.

Orang-orang mengira bahwa yang dimaksud dengan spiritualitas adalah sekedar berupa tindakan bermeditasi kepada Tuhan, mandi di air atau sungai yang dianggap suci dan mengunjungi tempat-tempat yang dikeramatkan. Padahal semua yang disebutkan itu bukanlah pengertian yang sebenarnya dari spiritualitas. Perlu diketahui bahwa yang dimaksud sebagai spiritualitas adalah melakukan upaya-upaya guna menghancurkan kecenderungan negatif (baca: kecenderungan hewaniah) yang ada di dalam diri manusia serta untuk menyadarkannya atas kesadaran divine yang sudah latent ada di dalam diri setiap individu. Spiritualitas juga diartikan sebagai upaya untuk menyadari bahwa kemampuan dan kekuatan yang ada pada diri manusia adalah berasal dari Spirit (Atma) dan bukan berasal dari batin (mind), dan oleh sebab itu segala bentuk kapabilitas yang ada pada diri manusia haruslah dimanfaatkan untuk mencapai kekuatan spiritual. Dengan perkataan lain, kita perlu menyadari bahwa segala bentuk kekuatan bersumber dari Divine.

-BABA

Tuesday, October 30, 2007

Thoughts for the Day - 31st October 2007 (Wednesday)

The greatest sin man commits is to forget his Divinity. Failing to recognise his true nature, he considers himself as a separate individual and fills his mind with desire and hatred. We should not look upon human existence as something pitiful or weak and powerless. Man is the embodiment of the Divine; he is Sath-Chith-Ananda (Being-Awareness-Bliss). The Divine in him is always radiating light and bliss. However, because of the veil of bad thoughts that covers his mind, he is unable to experience this bliss.

Kesalahan terbesar yang dilakukan oleh manusia adalah di kala ia melupakan sifat-sifat Divinity-nya sendiri. Sebagai akibat kelalaiannya dalam mengenali jati dirinya yang sejati, manusia menganggap dirinya sebagai individu yang terpisah (tersendiri) dan mengisi batinnya dengan keinginan-keinginan (rendah) dan kebencian. Janganlah engkau menganggap eksistensi manusia sebagai keadaan yang menyedihkan ataupun lemah dan tak berdaya. Ketahuilah bahwa engkau adalah perwujudan Divine; engkau adalah Sath-Chith-Ananda (kebenaran-kesadaran-kebahagiaan). Divine yang ada di dalam dirimu senantiasa memancarkan cahaya kecemerlangan dan bliss. Namun, oleh sebab batinmu yang masih terselubung oleh pikiran-pikiran yang jelek, maka sebagai akibatnya engkau tidak sanggup mengalami (merasakan) bliss tersebut.

-BABA

Monday, October 29, 2007

Thoughts for the Day - 30th October 2007 (Tuesday)

Surrender the ego, dedicate every moment and every act to Him who has assured mankind that He will ensure liberation from pain and evil. When asked where God is, people point towards the sky or to some far and distant region; no wonder then that He does not manifest Himself! Realize that He is in you, with you, behind you and all around you; and He can be seen and felt everywhere. Realize also that He is all-merciful, eager and anxious to fulfill your prayers, if they arise from a pure heart.

Pasrahkanlah ego-mu, dedikasikanlah setiap saat dan setiap perbuatanmu kepada-Nya; sebab Tuhan telah memberikan jaminan kepada umat manusia bahwa Beliau akan menganugerahi pembebasan dari penderitaan dan kejahatan. Ketika ditanya tentang dimana keberadaan Tuhan, kebanyakan orang menunjuk ke arah langit atau ke suatu tempat yang nun-jauh; akibatnya, tidaklah mengherankan jikalau Tuhan ternyata betul-betul memanifestasikan diri-Nya di situ! Sadarilah bahwa Beliau ada di dalam dirimu, bersamamu, di belakangmu dan di sekelilingmu; dan Ia bisa dilihat dan dirasakan eksistensinya dimanapun juga! Sadarilah bahwa Tuhan Maha pengasih, Beliau senantiasa antusias dan siap untuk mengabulkan doa-doamu yang dipanjatkan dengan hati yang tulus & murni.

-BABA

Saturday, October 27, 2007

Thoughts for the Day - 29th October 2007 (Monday)

One who is engaged in the battle of life needs the armour of spirituality. With this invincible armour he can face any situation. If instead of donning this spiritual armour, he cloaks himself in ignorance, he will be haunted by fear and anxiety. As long as rice is covered by husk it cannot be consumed. Likewise, man cannot experience true bliss until he gets rid of the cloak of ignorance. Man must hence develop the quality of forbearance. Through forbearance and spiritual practices, gradually the shackles of tendencies resulting from past actions can be broken.

Mereka yang terlibat dalam pertarungan hidup sehari-hari membutuhkan perisai spiritualitas. Dengan perisai ini, ia akan sanggup menghadapi berbagai macam situasi. Alih-alih membekali dirinya dengan pelindung spiritual ini, manusia malahan membiarkan dirinya terbelenggu di dalam kebodohan batin, yang mengakibatkan dirinya selalu dibayangi oleh ketakutan dan kegelisahan. Selama beras masih terselubung oleh sekamnya, maka ia belum bisa dimakan. Demikian pula, selama manusia masih berselimutkan kebodohan batin, maka ia tidak akan bisa mengalami bliss yang sejati. Untuk itu, engkau perlu mengembangkan pengendalian diri. Melalui latihan spiritual dan praktek pengendalian diri, maka secara perlahan belenggu-belenggu kebodohan batin yang bersumber dari perbuatan di masa lampau akan bisa disingkirkan.

-BABA

Thoughts for the Day - 28th October 2007 (Sunday)

God's heart is said to be softer than butter. Yet, however soft the butter may be, it needs warmth to melt. Similarly, in order to melt the compassionate heart of the Lord, the devotee should develop the required warmth by his yearning and Sadhana (spiritual discipline). He should have intense longing for His mercy and grace. When the child cries, will the mother tarry, assessing or analyzing the tune of the cry? Similarly, it is enough if you pray to God in all earnestness. That burning desire is the only Sadhana that easily melts and moves the Lord's heart.

Hati Tuhan disebut-sebut mempunyai ciri kelembutan seperti halnya mentega (butter). Walaupun seberapa lembutnya mentega itu, ia tetap memerlukan kehangatan agar dapat dilumerkan. Analogi yang sama dapat diterapkan dalam hal yang berkaitan dengan hati Tuhan yang penuh welas-asih, dimana para bhakta perlu mengembangkan kehangatan melalui sadhana (disiplin spiritual) dan rasa cinta-kasihnya. Ia harus memiliki kerinduan yang amat dalam terhadap belas-kasih dan rahmat-Nya. Ketika seorang anak menangis, apakah ibunya akan menunda-nunda sembari menganalisa terlebih dahulu intonasi ataupun alunan suara nangis sang anak? Demikianlah, cukuplah apabila engkau berdoa kepada Tuhan dengan sepenuh hatimu. Rasa rindumu yang sedemikian mendalam merupakan satu-satunya sadhana yang secara mudah melumerkan dan menjadi daya pengerak bagi diperolehnya hati (rahmat) Tuhan.

-BABA

Friday, October 26, 2007

Thoughts for the Day - 27th October 2007 (Saturday)

There are three things which one should keep in mind, namely, "I will not think of anything except God; I will not do anything without the permission of God and I will have my attention completely fixed on God at all times." It is only when one accepts and puts into practice these three statements that the Lord will look after one's welfare. However, one does not care to follow God's injunctions and instead questions God as to why he does not look after him or her.

Terdapat tiga hal yang harus senantiasa diingat (dan dilakukan), yaitu: “Aku tidak akan memikirkan hal-hal lain selain Tuhan; Aku tidak akan melakukan sesuatu tanpa adanya izin dari Tuhan dan Aku akan senantiasa memusatkan perhatianku kepada Tuhan setiap saat.” Mereka yang menerima pernyataan ini dan mempraktekannya, maka kesejahteraannya akan diurus dan dipenuhi oleh Tuhan. Namun keadaan yang ada sekarang adalah justru sebaliknya, yaitu orang-orang tidak peduli dengan arahan dan nasehat Tuhan; tetapi malahan orang-orang ini justru bertanya mengapa Tuhan tidak memperhatikan mereka.

-BABA

Wednesday, October 24, 2007

26th October (Friday)

All relationships are incidental and temporary. Hence, one must perform one's duties in the world with detachment. Even when involved in worldly life, one has to recognise the relationships between mother and son, husband and wife, brother and sister etc., as being intrinsically impermanent. Separation is inevitable sooner or later. But, between man and God there can never be any separation. Even if you forget God, He will not forget you. Therefore, develop faith in God and yearn for His Love.

Segala bentuk hubungan (di dunia ini) bersifat insidentil dan temporer. Oleh sebab itu, lakukanlah tugas & kewajibanmu di dunia ini dengan semangat ketidak-melekatan. Walaupun terlibat dalam kehidupan duniawi, engkau harus menyadari & mengenali sifat hubungan yang tidak permanen antara ibu dan anak, suami dan isteri, kakak dan adik, dan sebagainya. Perpisahan pasti akan terjadi cepat atau lambat. Akan tetapi, di antara manusia dan Tuhan, tidak akan pernah ada perpisahan. Walaupun engkau melupakan-Nya, Beliau tidak akan melupakanmu. Oleh sebab itu, kembangkanlah keyakinanmu kepada Tuhan dan dambakanlah cinta-kasih-Nya.

-BABA

25th October 2007 (Thursday)

It may be possible to teach a person the posture, the position of feet or hands, neck, head or back, the style of breathing or its speed. But the meditation is a function of the inner self; it motivates deep subjective quiet, the employing of the mind and filling oneself with the light that emerges from the divine spark within. This is a discipline that no text book can teach and no class can communicate.

Mungkin kita bisa mengajari seseorang tentang postur tubuh, posisi kaki atau tangan, leher, kepala atau punggung dan gaya pernafasan serta kecepatannya. Akan tetapi meditasi adalah fungsi dari inner-self (atma); ia merupakan motivator di tengah-tengah keheningan batin, dan ia akan menerangi hati kita dengan berkas cahaya Ilahiah. Disiplin seperti ini tidak akan bisa diperoleh dari buku-buku teks dan juga tidak bisa diajarkan melalui media kelas biasa.

-BABA

Tuesday, October 23, 2007

Thoughts for the Day - 24th October 2007 (Wednesday)

I am the embodiment of Love; Love is my instrument. There is no creature without Love, even the lowliest loves itself and its 'self' is nothing but God. There are no atheists, though they may dislike God or refuse Him. They are like the people affected by malarial fever who dislike sweets or like the diabetic patients who refuse to have anything to do with sweets! Those who preen themselves as atheists now will one day, when their illness is gone, relish God and revere Him.

Aku adalah perwujudan cinta-kasih; cinta-kasih adalah instrumen bagi-Ku. Tidak ada mahluk hidup yang tidak memiliki cinta-kasih, bahkan mahluk level terendah sekalipun mencintai dirinya dan ‘diri’ itu tiada lain adalah Tuhan. Di dunia ini tidak ada yang atheist, walaupun orang yang menamakan dirinya atheist mungkin tidak menyukai Tuhan atau menolak-Nya. Orang-orang ini adalah seperti orang yang sedang terjangkit demam berdarah yang tidak menyukai manisan atau ibarat penderita diabetes yang menolak segala menu makanan yang manis! Orang-orang yang memberi label dirinya sebagai atheist ini suatu hari kelak, ketika ‘penyakitnya’ sudah hilang, maka barulah mereka menghargai Tuhan dan menghormati-Nya.

-BABA

Monday, October 22, 2007

Thoughts for the Day - 23rd October 2007 (Tuesday)

One has to be slow and steady on the spiritual path. Adhere to a regular routine. Just as a doctor prescribes a certain fixed measure or weight of a drug and warns you that anything more is harmful, so too, have some limit for your spiritual exercises. Do not overdo them or perform them casually and without care. Just as the medicines have to be taken at a particular time of the day and a specified number of times a day, so also the Japa (chanting the Lord's name) and Dhyana (meditation) have to be carried out regularly at specified timings every day.

Dalam menempuh jalan spiritual, engkau harus melakukannya secara perlahan-lahan tetapi mantap. Adopsilah rutinitas yang teratur. Seperti halnya seorang dokter yang memberikan resep obat dalam jumlah atau takaran tertentu, dimana ia juga memperingatimu agar tidak mengkonsumsi obat melebihi dosis yang telah ditetapkan; demikian pula, diperlukan batasan tertentu dalam latihan spiritualmu. Janganlah terlalu memaksakan diri dalam disiplin spiritual dan sebaliknya, jangan pula engkau terlalu santai dan semena-mena di dalam melakukannya. Sebagaimana obat-obatan harus dimakan pada jam-jam tertentu dan dengan frekuensi yang telah ditetapkan, engkau juga perlu melakukan Japa (mengulang-ulang nama Tuhan) dan Dhyana (meditasi) secara rutin dan teratur setiap harinya pada jam-jam tertentu.

-BABA

Saturday, October 20, 2007

Thoughts for the Day - 22nd October 2007 (Monday)

When a sculptor transforms a piece of rock into a beautiful idol to be worshipped in a shrine, what was inert and worthless becomes sacred. In the same manner, everything which is petty and worldly should be transformed in course of time into something sacred and divine. That is the real transformation that every man must aspire for.

Ketika seorang pemahat merubah atau mentransformasikan sebongkah batu menjadi rupang yang cantik untuk dipuja di altar, maka itu berarti batu yang tadinya merupakan benda inert (mati) sekarang sudah menjadi benda yang berharga dan suci. Demikian pula, sejalan dengan berlalunya waktu, segala sesuatu yang tadinya merupakan benda-benda duniawi akan bisa dirubah menjadi benda berharga dan divine. Inilah transformasi sejati yang hendaknya menjadi aspirasi setiap orang.

-BABA

Thoughts for the Day - 21st October 2007 (Sunday)

In ancient times, the sages and seers maintained purity in thought, truth in words and righteousness in deeds. But in this Kali Age, people have forgotten human values and exhibit animal qualities such as lust, anger, greed and hatred. Purity of heart and selflessness are the hallmarks of the human life which one gets after passing through several births. Foolishness, pride, covetousness and other such qualities are a hang-over from their previous lives as sheep, buffalo or cat. One who is in the habit of attacking and harming others out of hatred reveals the tendencies of his previous birth as a dog. One who lacks steadiness of mind and constantly jumps from one thing to another, reflects the quality of the monkey from which he has evolved. It is to get rid of such bad qualities that Yajnas (sacrifices) are undertaken.

Di zaman dahulu, para rishi dan sadhu menjaga kemurnian pikiran, kebenaran dalam tutur-kata serta kebajikan dalam tindakannya. Namun sebaliknya, di zaman Kali ini, orang-orang justru melupakan nilai-nilai kemanusiaannya dan malahan mempertontonkan kualitas-kualitas hewaniah seperti halnya nafsu, amarah, serakah dan saling membenci. Hati yang murni dan sikap tidak mementingkan diri sendiri merupakan barometer kehidupan manusiawi, yang secara susah-payah telah dipupuk melalui serangkaian kelahiran & kematian. Kebodohan, kesombongan, keiri-hatian dan kualitas-kualitas sejenis lainnya merupakan sisa-sisa dari kehidupan lampau sebagai kambing, lembu atau kucing. (Sebagai contoh), seseorang yang mempunyai kebiasaan untuk suka menyerang ataupun melukai (perasaan) orang lain sebagai akibat dorongan kebenciannya, maka kecenderungannya tersebut mengindikasikan bahwa kemungkinan di kehidupannya yang lampau ia adalah seekor anjing. Kemudian seseorang yang batinnya tidak mantap dan pikirannya selalu bergejolak dan berpindah-pindah dari satu hal ke hal lainnya, maka itu mencerminkan kualitas seekor kera/monyet. Tujuan dari diadakannya upacara Yajnas (homa) adalah untuk menyingkirkan kecenderungan dan kualitas-kualitas negatif seperti itu.

-BABA

Friday, October 19, 2007

Thoughts for the Day - 20th October 2007 (Saturday)

Unless you brighten your vision with love, you cannot see the Truth. Love helps you to see God in everyone and everyone as Divine. The Jagath (world) is not false, it is not a trap. It is the splendour of God, his reflection. It is His own substance, manifested as multiplicity, as latent or potent energy-matter. When activity is in accordance with awareness that is befogged or deluded, there Dharma (Righteousness) is decadent and the Avatar appears among men to lead them back to the righteous path.

Kebenaran tidak akan terlihat olehmu jikalau pandanganmu belum disinari oleh cahaya cinta-kasih. Cinta-kasih akan membantumu melihat Tuhan di dalam diri setiap orang dan setiap orang adalah Divine. Tidak ada yang salah dengan Jagath (dunia) ini, ia bukanlah semacam perangkap. Dunia adalah bagian dari percikan kemuliaan Tuhan, ia merupakan refleksi-Nya. Bagian dari-Nya termanifestasikan sebagai multiplisitas (kemajemukan), sebagai zat & energi yang latent dan maha dashyat. Ketika tindakan (perbuatan) mahluk-mahluk hidup sudah menyimpang dari Dharma (kebajikan), maka Sang Avatar akan muncul di antara manusia guna menuntun mereka kembali ke jalan yang benar.

-BABA

Thursday, October 18, 2007

Thoughts for the Day - 19th October 2007 (Friday)

Wealth, education, social status, etc. are of no avail without character. Character is like the fragrance of the flower; it gives value and worth. Poets, painters, artists and scientists may each be great in their own field, but without character they can have no true standing. One may wonder whether all those who are now treated with respect by society have a character that entitles them to being considered great, but society is subject to fashions that vary from day to day. The basic nature of a flawless character is eternal, and remains the same whatever the vicissitudes of society. Among the qualities that make up a flawless character are love, patience, forbearance, steadfastness, charity – these are the highest, these have to be revered.

Kekayaan, pendidikan, status sosial dan lain-lain – semuanya ini tidak akan ada nilainya bila tidak disertai dengan karakter (yang bajik). Karakter adalah ibarat harum-semerbak sekuntum bunga, yang membuatnya menjadi bunga yang bernilai dan berharga. Para sastrawan, pelukis, artis dan ilmuwan – mereka mungkin adalah pakar dan ahli di bidangnya masing-masing; namun apabila mereka tidak berkarakter, maka pencapaian atau prestasinya menjadi tak ada nilainya. Engkau mungkin bertanya-tanya apakah setiap orang yang sekarang dihormati oleh masyarakat sudah mempunyai karakter yang sesuai dengan penghormatan yang diterimanya? Namun ketahuilah bahwa masyarakat mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Sedangkan sifat karakter yang tak ternoda adalah eternal (abadi), ia tetap sama di tengah-tengah pasang-surut kehidupan bermasyarakat. Kualitas karakter-karakter yang mulia antara lain terdiri atas: cinta-kasih, kesabaran, tenggang-rasa, ketabahan, sikap dermawan – inilah kearakter-karakter mulia yang patut dihormati.

-BABA

Wednesday, October 17, 2007

Thoughts for the Day - 18th October 2007 (Thursday)

If you win the grace of the Lord, even the decree of destiny can be overcome. When a bottle of medicine is purchased, on the label is a date, printed by the drug manufacturer, that indicates its expiration. The drug loses its efficacy beyond that date. Although the drug remains in the bottle, it will no longer be effective. Similarly, the grace of God can work like an expiration date and make the effects of destiny ineffective.

Jikalau engkau berhasil mendapatkan rahmat Tuhan, maka suratan nasibmu akan bisa dirubah. Ketika kita membeli obat-obatan, maka di depan botol obat tersebut biasanya tercantum tanggal yang dicetak oleh produsen obat, sebagai indikator tanggal kadaluarsa obat tersebut. Apabila obat itu sudah kadaluarsa, maka efektivitasnya juga sudah tidak begitu ampuh lagi. Walaupun obat tersebut masih utuh terdapat di dalam botol, namun ia sudah tak berguna. Nah, demikian pula, cara kerja rahmat Tuhan adalah sama seperti tanggal kadaluarsa itu, Ia sanggup memberikan efek penihilan atas suratan nasib seseorang.

-BABA

Monday, October 15, 2007

Thoughts for the Day - 17th October 2007 (Wednesday)

God's grace cannot be had by one who is wavering from moment to moment and whose heart is not pure. The Lord judges the devotee by the purity of his heart and not by the kind of worship or Japa (repetition of God's name) he performs. Even if you do not practise worship or meditation, it is enough if you have cleansed your heart. The Divine will then enter it.

Rahmat Tuhan tidak bisa dimiliki oleh seseorang yang batinnya tidak mantap dan yang hatinya tidak murni. Tuhan menilai bhakta-Nya dengan berdasarkan murni atau tidaknya hatinya dan bukan dengan jenis ibadah atau Japa (pengulangan nama-nama Tuhan) yang dilakukannya. Walaupun engkau tidak mempraktekkan ibadah ataupun meditasi, namun apabila engkau memiliki hati yang murni dan bersih, maka Divine akan tinggal di sana.

-BABA

Thoughts for the Day - 16th October 2007 (Tuesday)

Service in all its forms is primarily a spiritual discipline. Without the inspiration given by that attitude, the urge to serve is bound to ebb and grow dry, or it may meander into pride and pomp. Just reflect for a moment: Are you serving God? Or, is God serving through you? When you offer milk to a hungry child, or a blanket to a shivering person on the pavement, you are but placing a gift of God in a repository of the Divine Principle. God serves and He allows you to claim that you have served! Without His will, not even a blade of grass can quiver. Fill every moment with gratitude to the Giver and Recipient of all gifts.

Tindakan pelayanan merupakan disiplin spiritual yang utama. Bila semangat pelayanan tidak disertai dengan pemahaman yang sebagaimana mestinya, maka dorongan (untuk melayani) akan menjadi surut dan kering, atau ia mungkin malahan akan menjadi semacam bentuk kesombongan dan show-off. Cobalah untuk melakukan perenungan sejenak. Apakah betul engkau melayani Tuhan? Ataukah justru Tuhan yang melakukan pelayanan melalui dirimu? Apabila engkau memberikan susu kepada anak yang sedang kelaparan, atau selimut kepada tuna-tuna wisma yang sedang kedinginan, engkau sebenarnya sedang memberikan hadiah Tuhan kepada pengejawantahan prinsip-prinsip Divine. Tuhan melayani dan Beliau mengizinkan dirimu untuk mengklaim bahwa seolah-olah engkau-lah yang memberikan pelayanan! Tanpa kehendak-Nya, bahkan tak sehelai rumputpun yang bisa bergoyang. Isilah setiap momen kehidupanmu dengan ungkapan syukur kepada Sang Pemberi dan Penerima segala persembahan ini.

-BABA

Thursday, October 11, 2007

Thoughts for the Day - 15th October 2007 (Monday)



The sound of Mantras (Vedic hymns) has the power of transforming the evil impulses and tendencies. The word 'Mantra' means that which saves when turned over in the mind. Revolve the mantra ever in the mind, that will keep off wild talk, purposeless conversation, gossip and scandal. Talk only when absolutely necessary. Talk as little as possible.

Suara-suara yang dihasilkan melalui pengucapan Mantra memiliki kekuatan untuk mentransformasikan dorongan dan kecenderungan negatif. Istilah ‘mantra’ diartikan sebagai sesuatu yang menyelamatkan apabila ia direnungkan dan diulang-ulang di dalam batin. Oleh sebab itu, isilah selalu mantra di dalam batinmu, sebab hal ini akan menjauhimu dari ucapan-ucapan yang tidak bermanfaaat, tak berguna, gossip ataupun skandal-skandal lainnya. Berbicaralah secukupnya saja dan sesedikit mungkin.

-BABA

Thoughts for the Day - 14th October 2007 (Sunday)



All men are made of the same divine essence. Service to man will help your Divinity to blossom, for it will gladden your heart and make you feel that life has been worthwhile. Service to man is service to God, for He is in everyman, nay, every living being, stone and stump. Dedicate your talents to God; let every act be a flower free from creeping worms of envy and egoism, and full of the fragrance of love and sacrifice.

Setiap orang terlahir dari esensi divine yang sama. Pelayanan kepada sesama manusia akan membantu bermekarnya Divinity-mu, sebab tindakan pelayanan itu akan menggembirakan hatimu dan akan membuatmu merasa bahwa kehidupanmu telah menjadi bermanfaat. Pelayanan kepada sesama manusia adalah merupakan pelayanan kepada Tuhan, sebab Beliau eksis di dalam diri setiap orang dan bahkan di dalam diri setiap mahluk, bebatuan dan pepohonan. Dedikasikanlah keahlianmu kepada-Nya; biarkanlah setiap tindakanmu menjadi sekuntum bunga yang layak untuk dipersembahkan serta terbebas dari hama-hama dalam bentuk keiri-hatian dan egoisme, dan dipenuhi oleh aroma semerbak cinta-kasih dan pengorbanan.

-BABA

Thoughts for the Day - 13th October 2007 (Saturday)




Many spiritual aspirants are under a misconception today. If you ask them why they are doing various forms of Sadhana (spiritual practices), they reply that they are doing them in order to merge with God. Do not think that you are human and that you have to reach the state of the Divine. Know that you have descended from God, as a human being, and that eventually you will go back to your source. Do not regard God as someone separate and distinct from you, God is very much within you.

Banyak aspiran spiritual yang memiliki pengertian yang salah dewasa ini. Jikalau engkau bertanya kepadanya tentang mengapa mereka melakukan berbagai jenis sadhana (praktek spiritual), maka mereka akan menjawab bahwa tindakan yang dilakukannya adalah agar supaya ia dapat bersatu (merge) dengan Tuhan. Janganlah engkau beranggapan bahwa dirimu hanyalah seorang manusia (biasa) dan bahwa engkau harus berupaya keras untuk bisa mencapai status ke-Tuhan-an. Ketahuilah bahwa engkau berasal dari Tuhan dan sekarang menjadi manusia; dimana kelak pada suatu hari, engkau akan kembali bersatu dengan sumber-asalmu. Janganlah menganggap Tuhan sebagai entitas yang terpisah dan jauh darimu, sebab Tuhan sebenarnya ada di dalam dirimu sendiri.

-BABA

Thoughts for the Day - 12th October 2007 (Friday)

Goddesses Durga, Lakshmi, and Saraswathi dwell in the human heart. They represent the three kinds of potencies in man: Ichchaa Shakthi (will power), Kriya Shakthi (power of purposeful action), and Jnana Shakthi (power of discernment). What should one do during these ten days of the sacred Navarathri festival? Convert your Ichchaa Shakthi into a yearning for God. Convert your Kriya Shakthi into a force for performing Divine actions. Convert your Jnana Shakthi into the Divine Itself.

Dewi Durga, Lakshmi dan Saraswathi bersemayam di dalam hati manusia. Mereka merepresentasikan tiga jenis potensi (kekuatan) di dalam diri setiap orang, yaitu: Ichchaa Shakthi (kekuatan kehendak/will power), Kriya Shakthi (kekuatan untuk melakukan tindakan yang berguna), dan Jnana Shakthi (kekuatan untuk membedakan antara yang baik dan salah). Apa yang harus engkau lakukan dalam sepuluh hari perayaan Navarathri? Alihkanlah Ichchaa Shakti-mu ke dalam bentuk kerinduan kepada Tuhan. Kemudian arahkanlah Kriya Shakthi menjadi daya dorong untuk melaksanakan tugas-tugas Divine, dan selanjutnya konversikanlah Jnana Shakti menjadi Divine.

-BABA

Wednesday, October 10, 2007

Thoughts for the Day - 11th October 2007 (Thursday)

Dharma (righteousness) purifies the mind and leads you to God. It creates a taste for the Name and Form of God. When you love the Name and Form of God, you will naturally respect and obey the command of God. Have the Name on the tongue and Form in the eye; and the demon of unending desire will fly away from your mind, leaving joy and contentment within. This kind of constant contemplation on the indwelling God will promote love for all beings. You will then see good in others and you will strive to do good to others.

Dharma (kebajikan/perbuatan bajik) akan memurnikan batinmu serta menuntunmu kepada Tuhan. Ia akan mendorongmu untuk merasakan manisnya nama serta indahnya wujud Tuhan. Apabila engkau mencintai nama dan wujud-Nya, maka secara naluriah engkau akan menghormati dan menuruti perintah Tuhan. Oleh sebab itu, peliharalah selalu nama Tuhan di lidahmu dan rupa-Nya di matamu; maka dengan demikian, keinginan yang tiada berkesudahan akan terbang meninggalkan batinmu, sehingga hanya menyisakan kebahagiaan dan kepuasaan batin. Inilah jenis kontemplasi yang perlu dilakukan secara terus-menerus guna membangkitkan cinta-kasih kepada semua mahluk. Dengan begitu, engkau hanya akan melihat kebaikan di dalam diri orang lain dan akan selalu berupaya untuk berbuat baik kepadanya.

-BABA

Tuesday, October 9, 2007

Thoughts for the Day - 10th October 2007 (Wednesday)

The devotee regards both, persons of high character and persons of low character as actors in the Divine play. When he insults or injures anyone, he is, in fact, inflicting insult and injury on the God he adores. He cannot reap the harvest of grace or the bliss of the Atma if he sows spiritual ardour in a heart full of the weeds of greed and hate. The basic moral prescription for the devotee who aspires to be near and dear to the Avatar (Divine Incarnation) is: Worship God and offer love to Him in every living being.

Para bhakta memperlakukan setiap orang – baik yang memiliki karakter mulia maupun bobrok – sebagai aktor dalam permainan (sandiwara) Divine. Apabila ia menghina atau melukai siapapun, maka itu sama saja dengan penghinaan dan tindakan melukai Tuhan yang dipujanya. Apabila ia menabur benih semangat spiritual di hati yang dipenuhi oleh hama keserakahan dan kebencian, maka mustahil baginya utnuk dapat memanen rahmat atau bliss dari Atma. Persyaratan moral yang utama bagi seorang bhakta yang beraspirasi untuk berdekatan (secara fisik dan hati) dengan seorang Avatar (inkarnasi Ilahi) adalah melalui: Ibadah kepada Tuhan dan mempersembahkan cinta-kasih kepada-Nya melalui setiap mahluk hidup.

-BABA

Monday, October 8, 2007

Thoughts for the Day - 9th October 2007 (Tuesday)


Like a student leaving college once the degree is awarded, human beings attain liberation once the Truth is realised. They can leave behind them their college with all the study that it entails. But the degree must be earned. Why are you averse to making the effort which is involved? Instead, you run after one teacher or another, hoping to avail yourself of his victory. If he has achieved, of what value will that be to you?

Seperti layaknya para mahasiswa yang meninggalkan kampusnya setelah berhasil meraih gelar kesarjanaannya; maka demikian pula, manusia akan mencapai pembebasan setelah ia berhasil merealisasikan kebenaran. Setelah gelar berhasil dicapai, maka para mahasiswa sudah boleh meninggalkan dunia akademik dengan segala persyaratan studinya. Persyaratan utamanya adalah bahwa masing-masing mahasiswa harus lulus ujian kesarjanaan... Mengapa engkau menolak melakukan upaya-upaya yang memang diharuskan (yaitu studi)? Alih-alih belajar dengan sungguh-sungguh, engkau malahan berpindah-pindah dari satu guru ke guru lainnya, berharap untuk memetik manfaat dari kehebatan masing-masing guru tersebut. Jikalau guru-gurumu berhasil meraih kesuksesan dalam studinya masing-masing, lalu apa manfaatnya bagi dirimu?

-BABA

Saturday, October 6, 2007

Thoughts for the Day - 8th October 2007 (Monday)



God's grace is the greatest wealth. To consider the amassing of money, gold or other material objects as the ultimate goal is not right. The goal of life instead, should be the acquisition of the divine wealth of God's grace. Try to win His grace by reforming your habits, reducing your desires and refining your nature. One step makes the next one easier; that is the unique quality of the spiritual path. With each step, your strength and confidence increases and you feel the Lord's grace all the more.

Karunia Tuhan merupakan kekayaan yang paling bernilai. Sungguh salah bila ada yang menganggap bahwa tujuan kehidupan ini hanyalah sekedar untuk mengumpulkan uang, emas ataupun benda-benda materi lainnya. Sebaliknya, maksud & tujuan utama kehidupan ini adalah untuk mendapatkan kekayaan divine dalam bentuk rahmat/karunia Tuhan. Berusahalah untuk mendapatkan rahmat Tuhan dengan cara memperbaiki kebiasaan-kebiasaan (jelek)mu, mengurangi nafsu keinginan serta semakin memantapkan ucapan, perbuatan dan pikiranmu. Satu langkah pemula akan membuat langkah berikutnya menjadi lebih gampang, inilah keunikan kualitas jalan spiritual. Dengan setiap langkah, kekuatan dan keyakinanmu akan semakin bertambah, sehingga engkau akan semakin merasakan karunia-Nya yang semakin bertambah pula.

-BABA

Thoughts for the Day - 7th October 2007 (Sunday)




The One is the basis of the many. To recognize this unity, one needs practice and effort. For weeds to grow, no effort is required on our part. But, if grain is to be harvested, the field must be ploughed, weeded, watered, applied manure and fenced. So also, to get a harvest of virtue, intense Sadhana (spiritual practice) is needed, though no such effort is necessary to contract vices. Man has to struggle hard in order to attain the higher stages of spiritual development. He has to overcome many hurdles and put up with many difficulties and disappointments.

Dasar dari keaneka-ragaman (eksistensi kehidupan) adalah satu adanya. Untuk mengenali unity tersebut, engkau perlu melaksanakan praktek dan berupaya. Rumput liar tumbuh dengan sendirinya (tidak perlu usaha). Tetapi, bila engkau hendak memanen padi, maka ladangmu haruslah terlebih dahulu di-bajak, di-siangi, di-airi, diberi pupuk dan diberi perlindungan (dipagari). Nah, demikian pula, untuk dapat memanen nilai-nilai luhur, maka diperlukan Sadhana (praktek spritual) yang intensif. Sebaliknya kita begitu mudah terjerumus dalam sifat-sifat yang jelek & buruk. Manusia harus berusaha keras agar dapat mencapai perkembangan spiritual tingkat yang lebih tinggi. Ia harus dapat mengatasi banyak rintangan dan berhadapan dengan banyak kesulitan dan kekecewaan.

-BABA

Friday, October 5, 2007

Thoughts for the Day - 6th October 2007 (Saturday)



Everyday when you sleep, where are you? Who are you? Your senses are inoperative; your intelligence is in abeyance; your mind creates a world of its own and, after playing in it for some time, it lapses into inactivity. This state of deep sleep is the nearest you reach in your journey to Samadhi. Live in the 'Atma Tathwam' (spiritual consciousness), that will ensure Shanti (peace). With the poison of Raaga (attachment) and Dwesha (hatred) inside you, how can you be pronounced healthy? If you experience the 'Atma Tathwam', you become one with Bhagawan (God) Himself.

Setiap hari ketika sedang tertidur, dimanakah engkau berada? Siapakah dirimu? Panca inderamu menjadi tidak berfungsi; intelligencemu juga non-aktif; hanya batinmu saja yang sedang bekerja dengan menciptakan dunianya sendiri dimana setelah bermain-main sebentar di dunia khayal tersebut, batinmu juga akan masuk ke dalam keadaan tanpa aktivitas. Inilah yang dinamakan sebagai kondisi deep sleep, yang merupakan kondisi terdekat yang engkau capai dalam perjalananmu menuju Samadhi. Hiduplah di dalam ‘Atma Tathwam’ (kesadaran spiritual), maka hal itu akan memberimu Shanti (kedamaian). Apabila di dalam dirimu masih terdapat racun Raaga (kemelekatan) dan Dwesha (kebencian), bagaimana mungkin engkau bisa dicap sebagai manusia sehat? Jikalau engkau sudah mengalami ‘Atma Tathwam’, maka engkau sudah menjadi satu dengan Bhagawan (Tuhan).

-BABA

Thursday, October 4, 2007

Thoughts for the Day - 5th October 2007 (Friday)




Man today fails to recognise the power of the Divine because of his selfishness and self-centredness. Only when he gets rid of the impurities encrusted in his heart, will he be able to experience Divinity. Man and God are like the iron filing and the magnet. God by His very nature attracts man to Himself, for in man there is the Divine. Often we feel that God has forsaken us and we rush to blame Him, failing to realise our own defects. When the iron filing is too thickly covered by rust and dust, can it get attracted to the magnet?

Kegagalan manusia dalam menyadari kekuatan Divine adalah disebabkan oleh karena sikapnya yang congkak dan mementingkan diri sendiri. Apabila ia sanggup untuk menyingkirkan noda-noda yang terdapat di dalam hatinya, maka ia akan sanggup untuk experience Divinity. Manusia dan Tuhan adalah ibarat batangan besi dan magnet. Salah-satu sifat Tuhan adalah menarik manusia kepada diri-Nya, sebab di dalam diri setiap umat manusia terdapat percikan Ilahi. Namun kadang kala kita merasa seolah-olah Tuhan telah melupakan kita, sehingga kita cenderung suka menyalahkan-Nya tanpa terlebih dahulu merenungkan kekurangan yang ada pada diri kita sendiri. Apabila batangan besi itu sedang tertutup oleh lapisan debu dan karat yang tebal, bagaimanakah mungkin ia bisa ditarik oleh magnet?

-BABA

Wednesday, October 3, 2007

Thoughts for the Day - 4th October 2007 (Thursday)




Whoever comes seeking service from you is the one you must attend to at that time. It is your duty to satisfy the need of that person through your service, and that will be the best work that you can do that moment. The present, when you can do something, that is the most sacred time. You do not see the future, for your eyes cannot perceive it. The past has gone and there is nothing you can do about it. Thus, the present is the best time in which you can discharge your duty and be of service to the person who comes seeking your help.

Siapapun juga yang datang kepadamu untuk meminta pertolongan, maka pastikanlah engkau menanggapinya. Adalah merupakan tugas & kewajibanmu untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan orang-orang tersebut melalui tindakan pelayananmu, dan itulah seva terbaik yang dapat engkau lakukan pada momen tersebut. Apabila engkau sanggup untuk melakukan sesuatu di saat ini, maka itulah waktu yang paling berharga. Masa depan masih tidak pasti dan berada di luar jangkauan pemahaman kita. Sedangkan masa lalu sudah lewat dan kita tidak akan bisa merubahnya. Oleh sebab itu, masa kini merupakan waktu yang terbaik dimana engkau bisa melaksanakan tugas-tugasmu serta memberikan pelayanan kepada setiap orang yang datang untuk meminta bantuanmu.

-BABA

Tuesday, October 2, 2007

Thoughts for the Day - 3rd October 2007 (Wednesday)



The mind is sometimes characterized as a snake. This is because it doesn't move straight. It delights in crooked stratagems and clever contrivances. It avoids the straight path of sincerity and veracity. But, the snake mind can be charmed into innocence. When the snake charmer plays on his instrument, the snake sways its hood entranced; so, too the mind will sway with the music that emanates from the recitation of the Name of God!

Batin (pikiran) kita kadang kala sering dianalogikan sebagai seekor ular, yang tidak suka berjalan lurus. Ia lebih memilih untuk mengadopsi tipu-daya yang berkelok-kelok serta taktik-taktik yang licik. Ia (batin/pikiran) enggan mengikuti jalan yang tulus dan jujur. Namun walaupun begitu, sang ular masih tetap bisa dijinakkan. Ketika seorang pawang ular memainkan serulingnya, maka kepala sang ular akan mengayun-ayun sambil terpesona oleh alunan musik. Demikian pula, batin/pikiran manusia akan terpesona dan dapat dijinakkan oleh alunan musik yang dihasilkan oleh praktek pengulangan nama-nama Tuhan!

-BABA

Monday, October 1, 2007

Thoughts for the Day - 2nd October 2007 (Tuesday)



We speak of the sky and the ocean as being blue in colour, but this is incorrect. Neither the sky nor the ocean are actually blue themselves. It is the vastness of space and the depth of the ocean that produces this illusion of blueness. If you take some seawater in your palm, you will see that it is actually colourless. Likewise, good and evil depend on our own thoughts and feelings.

Kita mengatakan bahwa langit dan samudera berwarna biru, padahal sebenarnya ungkapan ini tidaklah benar. Baik langit maupun lautan tidaklah berwarna biru. Yang menjadi penyebab nuansa biru adalah dikarenakan oleh ruangan maha luas di langit serta kedalaman samudera. Apabila engkau mengambil segenggam air laut di telapak tanganmu, maka engkau tidak akan melihat warna pada air tersebut. Nah, perumpamaan ini mengajarkan kita bahwa kebaikan dan keburukan adalah tergantung pada pikiran dan perasaanmu sendiri.

-BABA

Thoughts for the Day - 1st October 2007



Giving up the little “I” is what renunciation really means. It means sublimating every thought, word and deed into an offering to God, saturating all acts with divine intent. To cultivate love is the best spiritual discipline. Love gives itself forever; it never asks another to give. Shower it on others and you will be showered in return. Stop sharing love and there will be no more to share. Love thrives on renunciation – indeed, they are inseparable.

Pengertian sebenarnya dari renunciation (praktek meninggalkan kehidupan duniawi) adalah praktek-praktek dimana kita bisa semakin memperkecil dominasi ‘sang aku’ (I). Dengan perkataan lain, renunciation adalah praktek sublimasi (penghalusan) setiap bentuk-bentuk pikiran, ucapan dan perbuatan; dan menjadikannya sebagai persembahan kepada Tuhan. Disiplin spiritual yang terbaik adalah mengembangkan cinta-kasih; dimana cinta-kasih senantiasa memberi dan tidak pernah meminta-meminta dari orang lain. Curahkanlah cinta-kasihmu kepada orang lain, maka engkau juga akan menerima curahan cinta-kasih yang setimpal. Sebaliknya, bila engkau berhenti mencintai, maka tiada hal lain yang bisa dicurahkan kepadamu. Cinta-kasih hidup dari renunciation – kedua-duanya sungguh tidak dapat dipisahkan.

-BABA