Tuesday, April 30, 2013

Thought for the Day - 30th April 2013 (Tuesday)

When the tongue craves for some delicacy, assert that you will not cater to its whims. If you persist in eating simple food that is not savoury or hot but amply healthy, the tongue may squirm for a few days, but will soon welcome it. That is the way to subdue it and overcome the evil consequences of it being your master. Since the tongue is equally insistent on scandal and lascivious talk, you have to curb that tendency also. Talk little; talk sweetly; talk only when there is pressing need; talk only to those to whom you must; do not shout or raise the voice, in anger or excitement. Such control will improve health and mental peace, better relationship with people and minimize conflicts with others. You may be initially laughed at, but there are other compensations for you. It will conserve your time and energy; and you can put your inner energy to better use.

Ketika lidah sangat mendambakan kenikmatan/kelezatan, tegaslah bahwa engkau tidak akan memenuhi keinginan tersebut. Jika engkau tetap memakan makanan yang sederhana yang tidak begitu enak tetapi cukup sehat, lidah bisa menggeliat selama beberapa hari, tetapi akan segera menyambutnya. Itulah cara untuk menaklukkan dan mengatasi akibat buruk dari hal itu sehingga engkau bisa menjadi master bagi dirimu sendiri. Disamping itu, lidah juga terlibat dalam gosip dan pembicaraan yang tidak baik, oleh karena itu, engkau juga harus mengekang kecenderungan itu. Sedikit bicara, berbicara yang manis, berbicara hanya ketika diperlukan, hanya berbicara dengan mereka yang seharusnya engkau ajak berbicara, jangan berteriak atau menaikkan suara, dalam kemarahan atau kegembiraan. Pengendalian seperti itu akan meningkatkan kesehatan dan ketenangan mental, hubungan yang lebih baik dengan orang-orang dan meminimalkan konflik dengan orang lain. Engkau mungkin awalnya ditertawakan, tetapi ada kompensasi lain untukmu. Ini akan menghemat waktu dan energi, dan engkau dapat menempatkan energi batinmu untuk penggunaan yang lebih baik.
-BABA

Monday, April 29, 2013

Thought for the Day - 29th April 2013 (Monday)

Just as there is a method to pull down an old building, there is a method to be followed in pulling down the complex structure of your mind. You can definitely achieve success by systematic efforts and become a master of yourself. The ladder must be as tall as the height to which you wish to climb, is it not? So too, your spiritual practice must be carried on till Realization (Sakshathkaram) is gained. The rice in the pot must be well boiled to become soft and tasty. Until that happens, the heat must be on. So too, in the vessel of body, with the water of the senses, boil the rice (mind), until it is cooked soft. The heat is your spiritual practice (Sadhana). Keep your Sadhana on, bright and shining; the jeeva (Individual) will at last become Deva (God).

Seperti halnya ada metode untuk merobohkan sebuah bangunan tua, ada metode yang harus diikuti dalam merobohkan struktur kompleks dari pikiranmu. Engkau pasti dapat mencapai keberhasilan dengan usaha sistematis dan menjadi master bagi dirimu sendiri. Bukankah engkau ingin menaiki tangga setinggi mungkin? Demikian juga, praktik spiritual-mu harus dilakukan sampai Realisasi (Sakshathkaram) diperoleh. Beras dalam panci harus direbus dengan baik untuk menghasilkan nasi yang lembut dan lezat. Sampai itu terjadi, panas harus diaktifkan. Demikian juga, dalam badan jasmani ini, dengan air dari indera, rebuslah beras (pikiran), sampai matang dan lembut. Panas itu adalah praktik spiritualmu (Sadhana). Jagalah Sadhana-mu tetap menyala, cerah dan bersinar; jeeva (individu) pada akhirnya menjadi Deva (Tuhan).
-BABA

Sunday, April 28, 2013

Thought for the Day - 28th April 2013 (Sunday)

Many clamour for the experience of spiritual bliss, but, few earn it, because they find themselves too weak to reject the clamour of the senses! Practice assiduously the larger programme of controlling the senses. A little enquiry will reveal that the senses are bad masters and very inefficient sources of knowledge; the joy they bring is transitory and fraught with grief. So long as one is dominated by sense pleasure, it cannot be said that his spiritual life has begun. For, the senses rush towards the temporary and the tawdry; thus, they foul the heart. God asks from each of you no other gift, no more valuable offering than the heart He has endowed you with. Give God that heart, as pure as when He gave it to you, full of the nectar of love He filled it with. Your devotion to God is best expressed by achieving the control of the senses.

Banyak orang menginginkan mengalami kebahagiaan spiritual, namun, hanya sedikit yang mendapatkannya, karena mereka menemukan pada diri mereka sendiri terlalu lemah untuk menolak keinginan dari indera! Praktikkanlah dengan tekun program yang lebih besar untuk mengendalikan indera. Sebuah penyelidikan kecil akan mengungkapkan bahwa indera adalah tuan yang buruk dan sangat tidak efisien sebagai sumber pengetahuan; kebahagiaan yang dibawanya bersifat sementara dan penuh dengan kesedihan. Selama seseorang didominasi oleh rasa kesenangan duniawi, tidak dapat dikatakan bahwa kehidupan spiritualnya telah dimulai. Karena, indera bergegas menuju hal-hal yang bersifat sementara dan tidak berharga, dengan demikian, mencemari hati. Tuhan telah mengatakan pada kalian semua tidak ada hadiah lainnya, tidak ada pengorbanan yang lebih berharga daripada hati-Nya diberikan padamu. Berikan Tuhan hati itu, semurni ketika Dia memberikannya kepadamu, penuh dengan nektar cinta-kasih yang telah diisi-Nya. Pengabdianmu kepada Tuhan dinyatakan terbaik dengan mencapai pengendalian indera.

-BABA

Saturday, April 27, 2013

Thought for the Day - 27th April 2013 (Saturday)

When the One manifests as Nature composed of the five Elements, do not imagine that its value is affected thereby. When a rupee is changed into ten paise coins, its value is not decreased at all. So too, see the Nature as the Supreme One with many manifestations, not as multiplicity of sense-impressions and attractions. Wherever your eye turns, whatever your ears hear, your fingers touch, your tongue tastes, your nose smells... take all to be God-filled. Do not allow mere sound, taste, etc. to captivate your senses. Practice to see the Divine, welcome and accept only such thoughts and feelings and discard the others. Sage Tukaram was once asked how can people keep this monkey-mind controlled from running after sensuous pleasures, the Sage advised, “Let the monkey mind run, you keep the body with you, do not let it go after the mind”. He encouraged, “Tell the mind, I shall not give you the body as your servant. Then the mind will desist and it can be defeated.”

Ketika Yang Esa bermanifestasi sebagai Alam yang terdiri dari lima elemen, jangan membayangkan bahwa nilainya dipengaruhi demikian. Ketika satu rupee diubah menjadi sepuluh koin paise, nilainya tidak berkurang sama sekali. Demikian juga, lihatlah Alam sebagai Yang Maha Agung dengan banyak manifestasi, bukan sebagai multiplisitas impresi-indera dan atraksi. Dimanapun matamu melihat, apa pun yang engkau dengar melalui telinga, menyentuh melalui jari-jarimu, merasakan melalui lidah, mencium melalui hidung ... anggaplah semuanya itu dipenuhi oleh Tuhan. Janganlah mengijinkan semata-mata suara, rasa, dll untuk memikat indera-mu. Praktikkanlah untuk senantiasa melihat Sang Ilahi, menyambut dan hanya menerima pikiran dan perasaan seperti itu dan membuang yang lainnya. Suatu ketika, Tukaram pernah ditanyakan bagaimana bisa orang menjaga pikirannya yang senantiasa berkeliaran kemana-mana dan bagaimana mengendalikannya dari kejaran kesenangan duniawi? Tukaram menyarankan, "Biarkan pikiran yang bagai pikiran monyet ini lari, sementara engkau tetap menjaga badanmu denganmu, jangan biarkan ia pergi bersama pikiran". Dia menganjurkan, "Katakan pada pikiran, saya tidak akan memberikan badan ini sebagai pelayanmu, maka pikiran akan berhenti dan bisa dikalahkan. "
-BABA


Friday, April 26, 2013

Thought for the Day - 26th April 2013 (Friday)

All the five elements have been created by the Will of the Supreme. They have to be used with reverential care and vigilant discrimination. Reckless use of any of them will only rebound on you with tremendous harm. External nature has to be handled with caution and awe. So too, handle your inner 'nature,' your internal instruments! While the eye, the ear and the nose serve as instruments of knowledge about one particular characteristic (form, sound or smell) of Nature, the tongue makes itself available for two purposes: to judge taste and to communicate. So you must control the tongue with double care, since it can harm you physically and mentally. Without the control of the senses, spiritual practices (sadhana) are ineffective. If the senses are given full sway, it is like storing water in leaky pot. Pathanjali (the celebrated author of the Yogasuuthras) said that if tongue is conquered, victory is yours.

Lima elemen telah diciptakan berdasarkan kehendak Tuhan. Kelimanya harus digunakan dengan penuh hati-hati dan bijaksana. Penggunaan yang gegabah akan dapat menimbulkan kerugian yang besar. Alam eksternal harus ditangani dengan penuh rasa hormat dan hati-hati. Demikian juga, tanganilah batinmu sendiri, instrumen internal-mu! Sementara mata, telinga, dan hidung berfungsi sebagai instrumen pengetahuan dengan karakteristik tertentu (bentuk, suara atau bau), lidah mampu untuk melakukan dua tujuan yaitu untuk menilai rasa dan berkomunikasi. Jadi engkau harus mengontrol lidah dengan perawatan ganda, karena dapat membahayakanmu secara fisik dan mental. Tanpa kontrol indera, praktik-praktik spiritual (sadhana) tidak akan efektif. Jika indera diberikan kekuasaan penuh, dapat diibaratkan seperti menyimpan air dalam panci bocor. Pathanjali (penulis terkenal dari Yogasuuthras) mengatakan bahwa jika lidah dapat ditaklukkan, maka kemenangan akan menjadi milikmu.
-BABA

Thursday, April 25, 2013

Thought for the Day - 25th April 2013 (Thursday)

Offer your heart and your entire life to the Lord. Then your adoration will transform and transmute you so fast and completely, that you and He will be merged into One. You will be transformed, as a rock is transformed by the sculptor into an idol, deserving the worship of generations of sincere people. In the process you will have to bear many a hammer stroke, many a chisel-wound, for He is the sculptor. He is but releasing you from petrification! Do not defile time or waste this life and body seeking paltry ends. This life is part of the long pilgrimage you entered when you were born, which may not end even when you die. Never forget this fact. Be pure, alert and humble as pilgrims are. Treasure the good things and the truths you see and hear. Use them as props and promptings for further stages of your soul’s journey.

Persembahkanlah hati dan seluruh hidupmu kepada Tuhan. Kemudian persembahanmu akan mengubahmu begitu cepat, sehingga engkau dan Beliau akan menyatu menjadi satu. Engkau akan berubah, dapat diibaratkan seperti batu yang diubah oleh pematung menjadi sebuah patung pemujaan (patung dewa), sehingga layak dipuja. Dalam proses ini, engkau harus menerima banyak pukulan palu, banyak pahatan-luka, karena Beliau sendirilah pematungnya. Beliau tidak lain melepaskan engkau dari bentuk batu! Jangan menodai waktu atau menyia-nyiakan hidup dan badan jasmani ini hanya untuk mencari sesuatu yang tidak berharga. Hidup ini adalah bagian dari perjalanan-mu ketika engkau lahir, yang mungkin tidak berakhir bahkan ketika engkau meninggalkan dunia ini. Jangan pernah melupakan fakta ini. Engkau hendaknya murni, waspada dan rendah hati dalam perjalanan ini. Hargailah hal-hal yang baik dan kebenaran yang engkau lihat dan engkau dengar. Gunakanlah mereka sebagai alat peraga dan bisikan untuk tahapan lebih lanjut dari perjalanan jiwamu.
-BABA

Wednesday, April 24, 2013

Thought for the Day - 24th April 2013 (Wednesday)

Unfurl in your heart, the flag of infinite peace (Prashanthi). It should remind you to overcome the urge of low desires, anger and hate when your plans are thwarted; it must exhort you to expand your heart, to embrace all humanity and creation; let it direct you to quieten your impulses and calmly meditate on your own inner reality. Gradually, the lotus of your heart will bloom, from its centre the flame of divine vision of infinite peace will arise. Practise the disciplines of silence, cleanliness and forbearance. In silence, you can hear the voice of God. Through cleanliness you earn purity. By forbearance, you cultivate love. Feel that each moment is a step towards Him. Do everything as dedicated to Him, directed by Him, as work for His adoration, for serving His children.

Bentangkanlah dalam hatimu, bendera kedamaian tak terbatas (Prashanthi). Ini mengingatkan engkau untuk mengatasi dorongan keinginan yang rendah, kemarahan, dan kebencian ketika rencanamu tidak berhasil dilaksanakan; ini harus mendorongmu untuk memperluas hatimu, untuk merangkul seluruh umat manusia dan seluruh ciptaan; mengarahkanmu untuk menenangkan hasratmu/gejolak batin dan dengan tenang merenungkan realitas batinmu sendiri. Secara bertahap, teratai hatimu akan mekar, dari dalamnya akan muncul cahaya visi ilahi kedamaian yang tak terbatas. Praktikkanlah keheningan, kebersihan, dan kesabaran. Dalam keheningan, engkau akan dapat mendengar suara Tuhan. Melalui kebersihan engkau mendapatkan kemurnian. Dengan kesabaran, engkau memupuk cinta-kasih. Rasakanlah bahwa setiap saat adalah langkah menuju Beliau. Lakukanlah segala sesuatu yang didedikasikan hanya kepada Beliau, diarahkan oleh Beliau, sebagai pekerjaan untuk persembahan kepada-Nya, untuk melayani anak-anak-Nya.
-BABA

Tuesday, April 23, 2013

Thought for the Day - 23rd April 2013 (Tuesday)

Brindavan is not a specific place on the map; it’s the Universe! All human beings are cowherds; all animals are cows. Every heart is filled with the longing for the Lord; the flute is the call of the Lord; the sport Raasakreeda (the sportive dance of little Krishna and the Gopees), is the symbol of the yearning and the travail to merge in God. The Lord manifests such Grace that each one of you has the Lord all for yourself; you need not be sad that you won't have Him; nor need you be proud that you have Him and no one else can have Him! The Lord is installed in the altar of each and every one of your hearts. Revere the gift of this body, the senses, the intelligence, the Will and all the instruments of knowledge, action and feeling as essential for His work.

Brindavan bukanlah suatu tempat tertentu di peta, melainkan Alam Semesta! Semua manusia adalah anak penggembala, semua hewan adalah sapi. Setiap hati dipenuhi dengan kerinduan pada Tuhan, suling adalah panggilan dari Tuhan, permainan Raasakreeda (tarian sportif Krishna kecil dan para Gopi), adalah simbol dari kerinduan dan usaha untuk menyatu dengan Tuhan. Tuhan memberkati kalian semua sehingga masing-masing dari kalian memiliki Tuhan dalam dirinya sendiri, engkau tidak perlu sedih karena engkau tidak akan memiliki Beliau, juga engkau tidak perlu bangga karena engkau memiliki Beliau dan tidak ada orang lain yang dapat memiliki Beliau! Tuhan diinstal dihatimu dan di altar kalian masing-masing. Hargailah berkat yang telah engkau terima, badan jasmani ini, indera, kecerdasan, kehendak-Nya dan semua instrumen pengetahuan, tindakan, dan perasaan sebagai hal yang penting untuk melaksanakan pekerjaan-Nya.

-BABA

Monday, April 22, 2013

Thought for the Day 21st - 22nd April 2013

Date: Sunday, April 21, 2013

Ravana sought wealth and gratification of desire by utterly violating the principle of Right Conduct (dharma). He was a scholar par excellence who had mastered the sixty four disciplines of learning; whereas Rama had mastered only thirty two. However Rama put them into practice and thereby digested what he learnt, whereas Ravana failed to digest them. The indigestion arose in the form of desire (kama), which ultimately destroyed him. While Rama was the Embodiment of Dharma, Ravana remained as the embodiment of kama. Thus, there arose a conflict between Righteousness and the unrighteousness. Rama transformed Himself into the embodiment of Sathya, following the principle of dharma. This eternal warfare between righteousness and unrighteousness, truth and untruth, exists in the minds of every person. It is your primary duty to follow and practice the twin principles of truth and righteousness and win the game of life.

Rahwana mencari kekayaan dan memuaskan keinginan dengan benar-benar melanggar prinsip Kebajikan (dharma). Dia adalah seorang cendekiawan yang telah menguasai enam puluh empat disiplin ilmu, sedangkan Rama telah menguasai hanya tiga puluh dua. Namun Rama mempraktikkannya dan dengan demikian telah mencerna apa yang dia pelajari, sedangkan Rahwana tidak dapat mencernanya. Gangguan pencernaan ini muncul dalam bentuk keinginan (kama), yang pada akhirnya menghancurkan dirinya. Sementara Rama adalah perwujudan Dharma, Rahwana tetap sebagai perwujudan kama. Dengan demikian, timbullah konflik antara Kebenaran dan ketidakbenaran tersebut. Rama menjelma menjadi perwujudan Sathya, mengikuti prinsip dharma. Ini perang abadi antara kebenaran dan ketidakbenaran, kebaikan dan keburukan, yang ada dalam pikiran setiap orang. Ini adalah tugas utamamu untuk mengikuti dan mempraktikkan prinsip-prinsip kembar kebenaran dan kebaikan dan memenangkan permainan kehidupan.

-BABA


Date: Monday, April 22, 2013

Today, the typhoon of hatred and falsehood is scattering the clouds of Virtue, Justice and Truth to the far corners of the sky. So long as man is capable of prema (love), dharma (righteousness) will exist, do not doubt it. When you direct that prema to the Lord, your mental make-up will slowly and steadily undergo a revolutionary change. You will share in the sorrows and joys of your fellow-beings and experience bliss that is beyond the temporary gains and losses of this world. Your devotion to the Lord will undergo several changes. An important stage is one where service to the Lord alone matters and service alone is the reward - one does not seek anything more than just the opportunity of doing service Unto Him, to the best of one’s capacity.

Hari ini, topan kebencian dan kepalsuan menghalau awan Kebajikan, Keadilan, dan Kebenaran ke pelosok yang jauh dari langit. Selama ada manusia maka prema (cinta-kasih), dharma (kebajikan) akan tetap ada, janganlah meragukan hal itu. Ketika engkau mengarahkan prema pada Tuhan, mentalmu mulai secara perlahan dan terus-menerus akan mengalami perubahan revolusioner. Engkau akan berbagi kesedihan dan kebahagiaan antar sesama makhluk dan akan mengalami kebahagiaan yang melampaui keuntungan dan kerugian sementara dari dunia ini. Pengabdianmu kepada Tuhan akan mengalami beberapa perubahan. Tahapan penting seseorang adalah melayani hanya Tuhan dan hanya pelayanan sebagai imbalan/pahala-nya - seseorang tidak mencari sesuatu yang lebih dari sekedar kesempatan melakukan pelayanan kepada-Nya, sebagai kemampuan terbaik yang bisa dilakukan.

-BABA

Saturday, April 20, 2013

Thought for the Day - 20th April 2013 (Saturday)

Rama is the embodiment of Dharma (Righteousness), which is the basis for the entire Universe. However deep and great our scholastic eminence or wealth may be, this birth is of no use without the transformation of the mind. Merely repeating Rama’s name is inadequate without realising the Rama Thathwa (Principle). A true human being is one who consistently practices the principle of dharma. Burning is the dharma of fire. Coolness is the dharma of ice. Fire is no fire without burning. Similarly the dharma of man lies in performing actions with the body, following the commands of the heart, deeply rooted in Divine Love. Every act performed with thought, word, and deed in harmony is an act of dharma. From today, emulate Rama in your daily life and transform yourself by following the path of Love.
Rama adalah perwujudan Dharma (Kebenaran), yang merupakan dasar bagi seluruh alam semesta. Bagaimanapun dalam dan besar-nya keunggulan skolastik atau kekayaan kita, kelahiran ini tidak ada gunanya tanpa adanya transformasi pada mind (batin). Hanya mengulang-ulang nama Rama saja, tidak akan cukup tanpa menyadari Rama Thathwa (Prinsip Rama). Manusia sejati adalah mereka yang secara konsisten mempraktikkan prinsip-prinsip dharma. Membakar adalah dharma dari api. Sejuk adalah dharma dari es. Api bukanlah api kalau tidak membakar. Demikian pula dharma manusia terletak pada tindakannya, mengikuti perintah hati, berdasarkan Cinta-kasih Ilahi. Setiap tindakan yang dilakukan dengan pikiran, perkataan, dan perbuatan yang selaras adalah tindakan dharma. Mulai hari ini, engkau hendaknya meneladani Sri Rama dalam kehidupan sehari-hari-mu dan mengubah diri-mu dengan mengikuti jalan Cinta-kasih.
-BABA

Friday, April 19, 2013

Thought for the Day - 19th April 2013 (Friday)

The Rama principle (Thathwa) is laden with many subtle secrets. The Rama story is of exemplary excellence ethically, spiritually and materially as well. Rama was the embodiment of the four cardinal principles: truth, righteousness, love, and peace. The story of Rama teaches us how one should live in the world and conduct himself in the family as well as in society. It also teaches us how one should retain one’s individuality and shape one’s personality. Only when we shape ourselves into a strong personality can we conduct ourselves ideally in the family and in society. He also enshrined in Himself the principles of equanimity, unity and bliss. This principle of bliss is latent in every human heart. Understand and internalize that each and every one of you have a right to realise and enjoy this principle of bliss, which is the real Rama Thathwa.

Prinsip (Thathwa) Rama sarat dengan rahasia-rahasia yang bijaksana. Kisah Sri Rama adalah kisah yang patut di contoh yang berisi keteladanan, juga spiritual dan material. Rama adalah perwujudan dari empat prinsip utama: kebenaran, kebajikan, cinta-kasih, dan kedamaian. Kisah Rama mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya hidup di dunia dan bertingkah laku baik dalam keluarga maupun di masyarakat. Juga mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya menguasai dan membentuk  kepribadian. Hanya ketika kita mampu membentuk diri kita menjadi pribadi yang kuat, maka kita bisa menjadi contoh yang ideal baik dalam keluarga dan di masyarakat. Sri Rama juga mengabadikan dalam diri-Nya prinsip-prinsip keseimbangan, kesatuan dan kebahagiaan. Prinsip kebahagiaan sejati ini, sudah ada dalam setiap hati manusia. Pahamilah bahwa masing-masing dari kalian memiliki hak untuk mewujudkan dan menikmati prinsip kebahagian sejati ini; yaitu Rama Thathwa yang sesungguhnya.
-BABA

Thursday, April 18, 2013

Thought for the Day - 18th April 2013 (Thursday)

I know how systematic you all are in eating and drinking. You take pretty good care of the body. I do not condemn it; I only want that you should take equally good care of the needs of the spirit also. Take a dose of Dhyanam (meditation) and Japam (repetition of holy Names) as the morning breakfast; Puja and Archana (prayer and worship) as lunch at noon; some Sathsang (holy company) or Sathchinthana (holy thoughts) or reading of holy books or Nama likhitha (writing of holy Names) as afternoon tea and snacks; an hour of bhajan as dinner; and a small ten-minute manana (reflection) as the cup of milk before going to bed. This diet is enough to keep your inner being happy and healthy. That is My advice to you today.

Aku tahu bagaimana sistematisnya engkau semua dalam hal makan dan minum. Engkau sangat menjaga badan jasmani-mu. Aku tidak menyalahkan itu, Aku hanya ingin agar engkau sama baiknya menjaga badan jasmani dan juga jiwa. Ambillah dosis Dhyanam (meditasi) dan Japam (pengulangan Nama Tuhan) sebagai sarapan pagi, Puja dan Archana (doa dan ibadah) sebagai makan siang di siang hari, beberapa Sathsang (pergaulan suci) atau Sathchinthana (pikiran suci) atau membaca buku suci atau Nama likhitha (penulisan Nama Tuhan) sebagai teh sore dan makanan ringan, satu jam bhajan sebagai makan malam, dan sepuluh menit manana (refleksi) sebagai secangkir susu sebelum tidur. Diet ini cukup untuk menjaga batinmu agar bahagia dan sehat. Itulah saran-Ku kepadamu hari ini.

-BABA

Wednesday, April 17, 2013

Thought for the Day - 17th April 2013 (Wednesday)

Do not be carried away by the modern day talk of establishing absolute equality. Each one has a certain corpus of intelligence and a peculiar bundle of instincts, impulses and past impressions (vasanas). The more you divert or diminish their impact on you, greater the achievements. Use all chances you have to develop good health, skills and character. That is your highest duty. Seize every chance to serve the sick and needy with love. Do not by any action of yours, cause pain to another, nor suffer pain yourself by foolishness or sheer bravado. Make lasting friendships with good and the noble. Honour elders and women. Treat women with the highest respect. By honouring women, you bring honour to yourself and your society. Respect for women is the mark of real culture.

Janganlah engkau terbawa oleh pembicaraan modern yang membangun kesetaraan mutlak. Masing-masing memiliki intelek, naluri, dorongan dan vasanas. Semakin banyak engkau mengalihkan atau mengurangi dampaknya terhadap dirimu, maka semakin besar yang engkau capai. Gunakan semua kesempatan yang engkau miliki untuk menjaga kesehatan serta mengembangkan keterampilan dan karakter yang baik. Itulah kewajibanmu yang tertinggi. Engkau hendaknya memanfaatkan setiap kesempatan untuk melayani orang sakit dan orang miskin dengan cinta-kasih. Janganlah tindakanmu menyebabkan penderitaan bagi orang lain, atau membuat penderitaanmu sendiri dengan kebodohan atau kesombongan belaka. Jalinlah persahabatan yang erat dengan orang yang baik dan orang mulia. Hormatilah para orang tua dan wanita. Perlakukan wanita dengan penghormatan tertinggi. Dengan menghormati wanita, engkau membawa kehormatan untuk dirimu sendiri dan juga masyarakat. Menghormati wanita adalah tanda dari peradaban sejati.

-BABA

Tuesday, April 16, 2013

Thought for the Day - 16th April 2013 (Tuesday)

The five elements and their permutations and combinations constitute the Universe. Earth is the grossest, and has the highest number of characteristics. It has its own smell as well as the characteristics of touch, taste, form and sound (Gandha, Sparsha, Rasa, Rupa and Sabdha). The next element is Water, which is subtler than the earth and has only – taste, touch and form. The next element, Fire is subtler still and has sound and touch. The element Air is even subtler and has touch as its special attribute and sound as another predominant characteristic. The most subtle and pervasive element, Sky or Ether has only one characteristic, sound. God is subtler than all the above and so He is all-pervading, even more than ether or anything more pervasive than that. His nature is beyond all human vocabulary, beyond all human mathematics. Have this conviction well stabilised in your intellect.
Kelima elemen beserta urutan dan perpaduannya merupakan Semesta. Bumi itu besar, dan memiliki karakteristik dengan jumlah tertinggi. Ia memiliki indera penciuman serta karakteristik sentuhan, rasa, bentuk, dan suara (Gandha, Sparsha, Rasa, Rupa, dan Sabdha). Unsur berikutnya adalah Air, yang lebih halus daripada bumi dan hanya memiliki rasa, sentuhan, dan bentuk. Unsur berikutnya adalah  Api, lebih halus dan memiliki suara dan sentuhan. Elemen Udara bahkan lebih halus dan memiliki sentuhan sebagai atribut yang khusus  dan suara sebagai ciri dominan lainnya. Yang paling halus dan yang dapat menembus elemen adalah Angkasa atau Ether yang hanya memiliki satu karakteristik, yaitu suara. Tuhan adalah yang paling halus daripada semua yang tersebut di atas oleh karena itu Beliau meresapi semuanya, bahkan lebih dari eter atau sesuatu yang lebih halus daripada itu. Sifat Beliau adalah di atas semua kosakata manusia, melampaui segala matematika manusia. Milikilah keyakinan yang stabil ini dalam intelekmu.
-BABA

Monday, April 15, 2013

Thought for the Day - 15th April 2013 (Monday)

God is everywhere, and is everything; so, it appears as if He is nowhere, and He is not in anything! For, to know Him you try to identify Him as someone foreign and unique. He is Love, Power, Truth, Wisdom and Beauty. When you accept Love, you accept God. The tender plant of spirituality can grow only in the field of Love. It cannot thrive in the dehydrated loveless land of human hearts. Remove all traces of salinity from your hearts adding to the soil the precious complement of the Name of the Lord. Water it with Faith. Then plant the seedlings of Divinity; have discipline as the fence, and steadfastness as the pesticide to be sprayed. Then, you can reap the rich harvest of Jnana (wisdom), which will free you from the task of cultivation forever.

Tuhan ada dimana-mana, dan segalanya; maka, Beliau tampak seolah-olah tidak ada dimanapun, dan bukan apa-apa! Hal ini dikarenakan, untuk mengenal-Nya engkau mencoba untuk mengidentifikasi Beliau sebagai orang asing dan unik. Beliau adalah Cinta-kasih, Kekuatan, Kebenaran, Kebijaksanaan, dan Keindahan. Ketika engkau menerima Cinta-kasih, engkau menerima Tuhan. Tanaman muda spiritualitas hanya dapat tumbuh dalam ladang Cinta-kasih. Ia tidak dapat berkembang di dalam hati manusia yang kering tanpa cinta-kasih. Hilangkan semua jejak salinitas (tanah yang mengandung kadar garam) dari hatimu dengan menambahkan tanah yang tak ternilai yaitu Nama Tuhan. Siramilah dengan Keyakinan. Selanjutnya tanamlah bibit Divinity; gunakan disiplin sebagai pagarnya, dan ketekunan sebagai pestisida yang akan disemprotkan. Kemudian, engkau dapat menuai panen Jnana (kebijaksanaan), yang akan membebaskanmu dari tugas menanam selamanya.
-BABA

Sunday, April 14, 2013

Thought for the Day - 14th April 2013 (Sunday)

If you stick to the truth consistently and sincerely, the sense of guilt will not gnaw your heart and cause pain. The easiest habit is speaking the truth and being honest. For, if you start telling lies, you will have to keep count of them and remember how many you have told to whom and be always alert to not contradict one lie with another! Also be aware that it is cowardice that makes you hide the truth. It is hatred that sharpens the edge of falsehood. Be bold and there is no need for a lie. Be full of love and ithere is no need for duplicity, tricks and ploys. Finally, the most important truth is, if you love a person, then you will automatically feel that they deserve the truth and nothing less than the truth.

Jika engkau tetap memegang kebenaran secara konsisten dan teguh, rasa bersalah tidak akan menggerogoti hati dan menyebabkan penderitaan. Kebiasaan termudah adalah berbicara kebenaran dan bersikap jujur. Sebab, jika engkau mulai berbohong, engkau harus menghitung berapa orang dari mereka yang telah engkau bohongi dan mengingat berapa banyak engkau telah mengatakan kebohongan dan selalu waspada untuk tidak bertentangan antara satu kebohongan dengan kebohongan lainnya! Engkau juga hendaknya menyadari bahwa hanya ketakutan yang membuatmu menyembunyikan kebenaran. Adalah kebencian yang mempertajam tepi kepalsuan. Jujurlah sehingga tidak perlu ada kebohongan, demikian juga hati yang penuh cinta-kasih sehingga tidak perlu untuk bermuka dua, serta melakukan trik dan rencana-rencana yang licik. Akhirnya, kebenaran yang paling penting adalah, jika engkau mengasihi seseorang, maka engkau akan secara otomatis merasa bahwa mereka layak mendapatkan kebenaran dan tidak lain hanya kebenaran.

-BABA

Saturday, April 13, 2013

Thought for the Day - 13th April 2013 (Saturday)

Human beings are the only species that can recognize greatness and revere the glorious. Use that capacity, discriminate and get the maximum benefit out of it, in this birth. Be convinced and have firm faith that the Truth will set you free and will protect you. Just as there are two wires, the positive and the negative which are brought together to produce light, so too the Supreme Self (Paramatma) and the spiritual aspirant (Sadhaka) have to meet in Yoga, to receive illumination! So gladly go to the holy places and keep company with the holy and the pious. A magnet attracts pure iron, similarly a sincere aspirant is attracted to only such things that will grant them Joy and Courage.
Manusia adalah satu-satunya spesies yang dapat menyadari kebesaran dan menghormati kemuliaan Tuhan. Engkau hendaknya menggunakan kapasitas itu, membedakan dan mendapatkan manfaat maksimal dari itu, dalam kelahiran ini. Yakinlah dan miliki keyakinan yang teguh bahwa Kebenaran akan membebaskan-mu dan akan melindungi-mu. Sama seperti kabel yang memiliki kutub positif dan negatif, sehingga bersama-sama dapat menghasilkan cahaya, demikian juga Supreme Self (Paramatma) dan para aspirant spiritual (Sadhaka) harus mengalami Yoga, untuk menghasilkan cahaya! Oleh karena itu, engkau hendaknya dengan senang hati menuju ke tempat-tempat suci dan menjaga pergaulan dengan orang suci dan yang beriman. Sebuah magnet dapat menarik besi murni, demikian juga para aspirant spiritual yang sejati tertarik hanya oleh hal-hal yang dapat memberikan mereka Kebahagiaan dan Keteguhan hati.
-BABA

Friday, April 12, 2013

Thought for the Day - 12th April 2013 (Friday)

Every little moment or incident results in sound; be it the falling of an eyelid over the eye or the dropping of dew on a petal. The range of one’s ear is limited to what one can hear. Even a poisonous cobra can be quietened by music. Sound (Naadham) has that property. The child in the cradle stops wailing as soon as the lullaby is sung. It may not carry any meaning that the child interprets, but the sound does soothe the nerves and induce sleep. So too, the sound of a Manthra is as valuable as its meaning. The meaning of the Gayathri Manthra, is very direct and profound. It does not ask for mercy or pardon. It asks for a clear intellect, so that the Truth may be reflected therein correctly, without any disfigurement. This can be chanted by people of all times and will help aspirants to intensify their Sadhana and achieve success.
Setiap momen atau peristiwa kecil akan menimbulkan suara; baik itu jatuh dari kelopak mata atau embun yang jatuh pada kelopak bunga. Kisaran telinga seseorang terbatas pada apa yang bisa di dengar. Bahkan kobra beracun dapat dibius oleh musik. Suara (Naadham) memiliki properti itu. Anak dalam ayunan akan berhenti menangis ketika lagu ninabobo dinyanyikan. Ini mungkin tidak membawa  arti apapun bagi si anak, tetapi suara itu dapat menenangkan saraf dan menyebabkan anak tertidur. Demikian juga, suara Manthra akan bernilai seperti maknanya. Arti dari Gayathri Manthra, sangat langsung dan mendalam, tidak meminta belas kasihan atau pengampunan, tetapi untuk memurnikan intelek, sehingga Kebenaran dapat tercermin di dalamnya dengan benar, tanpa cacat apapun. Mantra  ini dapat diucapkan oleh orang-orang dari segala zaman dan akan membantu para aspiran (pencari spiritual) untuk mengintensifkan Sadhana mereka dan mencapai keberhasilan.
-BABA

Thursday, April 11, 2013

Thought for the Day - 11th April 2013 (Thursday)

Everyone has inside them a whole set of animals. You must suppress the tendencies of these animals and encourage the human qualities of love and friendship to shine forth. Begin the cultivation of virtues even when young, it is very important and more beneficial than book-learning. Treat everyone as your own people and even if you cannot do them any good, desist from causing any injury. Burn the lamp of love in the niche of your heart and the nocturnal birds of greed and envy will fly away, unable to bear the light. Love makes you humble, it makes you bend and bow when you see greatness and glory.

Setiap orang, di dalam dirinya memiliki sifat-sifat hewaniah. Engkau harus menekan kecenderungan hewaniah ini dan mendorong kualitas manusia yaitu cinta-kasih dan persahabatan yang memancar keluar. Mulailah mengembangkan kebajikan bahkan ketika engkau masih muda, sangat penting dan lebih bermanfaat daripada hanya mempelajari pengetahuan dari buku. Perlakukan semua orang seperti engkau memperlakukan dirimu sendiri dan bahkan jika engkau tidak dapat membuat sesuatu kebaikan pada mereka, janganlah membuat mereka terluka. Nyalakan lampu cinta-kasih di relung hatimu, sehingga keserakahan dan iri hati akan terbang jauh, tidak tahan dengan cahaya tersebut. Cinta-kasih membuat engkau rendah hati, itu membuat engkau membungkuk dan menunduk ketika engkau melihat kebesaran dan kemuliaan.

-BABA

Wednesday, April 10, 2013

Thought for the Day - 10th April 2013 (Wednesday)

First, have unshakeable faith that can stand the ridicule of the ignorant, worldly and the low-minded. When someone ridicules you, reflect within yourself - Are they ridiculing my body or soul? If they are ridiculing my body, they are helping me develop detachment! Ridiculing the soul is impossible, for, the Atma is beyond praise or blame, words or thoughts. Then repeat to yourself, “I am the Eternal Self, Pure and Immovable (Nirmala, Nischala) and so I must transcend this feeling.” Secondly, do not worry about ups and downs, loss or gain, joy or grief. You are the creator of your own destiny. You crave for something - when you get it, you feel joyful! If you don’t get it, you are in despair. Cut the craving off, and there will be no more swings between joy and grief. Finally, be convinced in the Omnipresence of Divinity.
Pertama, milikilah keyakinan yang tak tergoyahkan, tahan terhadap cemoohan, tidak terpengaruh oleh hal-hal duniawi dan janganlah berpikiran rendah. Ketika seseorang menertawakanmu, refleksikanlah kedalam dirimu sendiri - Apakah mereka mengejek badan jasmani atau jiwa? Jika mereka mencemooh badan jasmani saya, mereka membantu saya mengembangkan tanpa kemelekatan! Mencemooh jiwa adalah mustahil, karena atma berada jauh diluar pujian atau cemoohan, kata-kata atau pikiran. Kemudian ulangi kepada dirimu sendiri, "Saya adalah Abadi, Murni dan Tak Tergoyahkan (Nirmala, Nischala) dengan demikian saya harus melampaui perasaan ini." Kedua, janganlah khawatir tentang pasang surut, kerugian atau keuntungan, sukacita atau kesedihan. Engkau adalah pencipta takdirmu sendiri. Engkau mendambakan sesuatu - ketika engkau mendapatkannya, engkau merasa gembira! Jika engkau tidak mendapatkannya, engkau putus asa. Hapuskan keinginanmu, sehingga tidak ada perbedaan antara sukacita dan kesedihan. Akhirnya, yakinlah bahwa Tuhan Omnipresence (ada dimana-mana).
-BABA

Tuesday, April 9, 2013

Thought for the Day - 9th April 2013 (Tuesday)

Students and youngsters must have challenging attitude towards things and honour physical labour. You must be eager to be of service to those who need it on account of their disabilities. Honour your elders and do not miss any chance of serving or pleasing them. Whatever gives you health and joy, welcome it – but do not lower yourself by indulging in vulgar pastimes. Do not wander aimlessly in the streets or frequent cinema halls and mix with undesirable company, or cultivate bad habits for fun. Remember that you must raise your motherland to great heights through your hard work and effort. When you develop such virtues, the nation will prosper.
Para siswa dan anak-anak harus memiliki sikap tertantang terhadap sesuatu dan pekerjaan fisik yang terhormat. Engkau hendaknya memiliki keinginan untuk menjadi pelayan bagi mereka yang membutuhkan yang disebabkan oleh ketidakmampuan mereka. Hormatilah orang tua-mu dan jangan lewatkan kesempatan untuk melayani atau menyenangkan mereka. Apapun yang memberi engkau kesehatan dan sukacita, terimalah dengan senang hati - tetapi jangan merendahkan dirimu dengan menurutkan keinginanmu pada hiburan yang tidak sopan. Janganlah berjalan tanpa tujuan di jalanan atau ruang bioskop dan bercampur dengan pergaulan yang tidak diinginkan, atau memupuk kebiasaan buruk untuk bersenang-senang. Ingatlah bahwa engkau harus membangun tanah airmu menuju puncak tertinggi melalui kerja keras dan usaha. Ketika engkau mengembangkan kebajikan tersebut, maka bangsa akan menjadi makmur.
-BABA

Monday, April 8, 2013

Thought for the Day - 8th April 2013 (Monday)

The Grace of the Lord cannot be won by a little pretence of non-attachment (Vairagyam) or just with a few little acts of discrimination (Vivekam). Know and act; realise and also experience - that is the hard path. Surrender yourself to His Will. Life is a great Yajna (sacrificial rite). Allow the Lord to preside over it. Do not ignore Him. This world is not a land of enjoyment (Bhoga Bhoomi). It is a land of sacrifice, of Yoga (union with God), and of righteous actions (Thyaga Bhoomi, Yoga Bhoomi, Karma Bhoomi). Have love and the spirit of unity in work and prayer, I assure you, the Kingdom of the Lord (Rama Rajya) will establish itself again here.

Berkat Tuhan tidak dapat dimenangkan dengan berpura-pura tanpa-kemelekatan (Vairagyam) atau hanya melakukan sedikit diskriminasi (Vivekam). Itu adalah jalan yang sulit, engkau hendaknya memahaminya terlebih dahulu dan kemudian melakukannya, engkau juga harus menyadari dan mengalaminya. Pasrahkanlah  dirimu pada kehendak-Nya. Hidup merupakan Yajna (upacara pengorbanan) yang besar. Biarlah Tuhan yang memimpin, jangan mengabaikan Beliau. Dunia ini bukanlah tanah untuk menikmati kesenangan (Bhoga Bhoomi), tetapi tempat untuk melakukan Yajna, Yoga (penyatuan dengan Tuhan), dan perbuatan baik (Thyaga Bhoomi, Yoga Bhoomi, Karma Bhoomi). Engkau hendaknya memiliki cinta-kasih dan semangat persatuan dalam bekerja dan berdoa, Aku menjamin, Kerajaan Tuhan (Rama Rajya) akan kembali berdiri kokoh di sini.
-BABA

Sunday, April 7, 2013

Thought for the Day - 7th April 2013 (Sunday)

When you come out of the examination hall, you know whether you will pass or fail, for you can yourself judge how well you have answered – is it not? So too, in your daily life, each of you can judge and ascertain the success or failure of your Sadhana (Spiritual Effort). Sadhana is the most essential practice for you. No age is too early for this. Just as you tend the body with food and drink at regular intervals, you must also tend to the needs of the inner Soul by regular japam and dhyanam (contemplation and meditation) and the cultivation of virtues. Holy Company, Good Attitude and Sacred Thoughts are all very essential for the growth and the health of your inner personality. Your body is the mansion (Bhavanam) of the Lord of the Universe (Bhuvaneshwara).

Ketika engkau keluar dari ruang ujian, engkau mengetahui apakah engkau akan lulus atau gagal, karena engkau bisa menilai sendiri seberapa benar engkau telah menjawab. Demikian juga, dalam kehidupan sehari-hari, masing-masing dari kalian dapat menilai dan mengetahui keberhasilan atau kegagalan Sadhana-mu. Sadhana adalah praktik yang paling penting bagi-mu. Tidak ada usia terlalu dini untuk melakukan sadhana ini. Sama seperti engkau menjaga badan jasmani dengan makanan dan minuman secara berkala, engkau juga harus menjaga kebutuhan batin dengan japam dan dhyanam (kontemplasi dan meditasi) dan mengembangkan kebajikan secara reguler. Pergaulan yang baik, Sikap yang baik dan Pikiran yang suci semuanya ini sangat penting bagi pertumbuhan dan kesehatan kepribadian batinmu. Badan jasmani-mu adalah rumah (Bhavanam) dari Tuhan (Bhuvaneshwara).

-BABA

Saturday, April 6, 2013

Thought for the Day - 6th April 2013 (Saturday)

A few elders in Brindavan who revelled in scandalizing Krishna set an ordeal for Radha to test her virtue. Radha was asked to fetch water in a pot from Yamuna to home. Radha, with full faith in Krishna, was immersed in the consciousness of the Lord, that she never bothered to know the condition of the pot. The mud pot she was given had a hundred holes. She immersed it in the river, repeating the name of Krishna as usual, with every intake of the breath and every exhalation. Every time the name Krishna was uttered, a hole was covered, so that by the time the pot was full, it was whole! That was the measure of her faith. Faith can affect even inanimate objects.

Beberapa sesepuh di Brindavan yang menyukai candaan Sri Krishna, suatu ketika memberikan cobaan yang berat pada Radha untuk menguji kebaikannya. Radha diminta untuk mengambil air dengan jambangan dari sungai Yamuna lalu membawanya ke rumah. Radha, dengan keyakinan penuh pada Sri Krishna, telah tenggelam dalam kesadaran Tuhan, dia tidak peduli pada kondisi jambangan yang dibawa, padahal jambangan tersebut memiliki seratus lubang. Dia tenggelam dalam sungai, mengulangi nama Sri Krishna pada setiap hembusan napasnya. Setiap kali nama Sri Krishna diucapkan, lubang itu tertutup, sehingga pada waktunya, jambangan itu penuh! Itulah ukuran keyakinannya. Keyakinan dapat mempengaruhi bahkan benda mati sekalipun.

-BABA

Friday, April 5, 2013

Thought for the Day - 5th April 2013 (Friday)

The Lord is the Immanent Power in everything; those who refuse to believe that the image in the mirror (the world) is a reflection of themselves, how can they believe in the Lord, when He is reflected in every object around them? The moon is reflected in a pot, provided it has water. So too, the Lord can be clearly seen in your heart, provided, you have the water of Love inside it. When the Lord is not reflected in your heart, you cannot say that there is no Lord. It only means that there is no Love within you.

Tuhan adalah Kekuatan imanen dalam segala hal; mereka yang menolak untuk percaya bahwa gambar di cermin (dunia) adalah refleksi dari diri mereka sendiri, bagaimana mereka dapat percaya kepada Tuhan, ketika Beliau tercermin dalam setiap objek di sekitar mereka? Bulan tercermin dalam jambangan, asalkan jambangan tersebut berisi air. Demikian juga, Tuhan dapat dilihat dengan jelas dalam hatimu, jika engkau memiliki air Cinta-kasih dalam hatimu. Ketika Tuhan tidak tercermin di dalam hatimu, engkau tidak bisa mengatakan bahwa tidak ada Tuhan disana. Ini berarti tidak ada cinta-kasih dalam dirimu.

-BABA

Thursday, April 4, 2013

Thought for the Day - 4th April 2013 (Thursday)

It is not easy to know your own Self. Take the case of the food that you eat. You feel its presence as long as it is in your stomach, but do not know what happens in the stages after that, unless you study in depth about your human body. How then can you know, without effort, the Truth that lies behind the sheaths that encase and enclose you. You must clear the intellect of the cobwebs of the ego, the dust of desire, and the soot of greed and envy, then it becomes a fit instrument for revealing the Inner Truth. The Scriptures exhort you to know your Self, know your Inner Motivator (the Antharyami)! For, unless you are armed with that knowledge, you are like a ship sailing without a compass in a stormy sea!

Tidaklah mudah untuk mengetahui jati dirimu sendiri. Ambil kasus makanan yang engkau makan. Engkau merasakan kehadirannya selama itu dalam perutmu, tetapi engkau tidak mengetahui apa yang terjadi pada tahapan setelah itu, kecuali jika engkau mempelajari secara mendalam tentang anatomi manusia. Bagaimana kemudian engkau dapat mengetahui, tanpa usaha, Kebenaran yang ada di balik selubung yang membungkusmu. Engkau harus membersihkan intelek dari jaring laba-laba ego, debu keinginan, dan jelaga keserakahan dan iri hati, sehingga badan ini menjadi instrumen yang pantas untuk mengungkapkan Kebenaran batin. Kitab-kitab suci mendorongmu untuk mengetahui Dirimu, mengetahui Motivator batin (Antharyami)! Karena, jika engkau tidak dipersenjatai dengan pengetahuan itu, engkau dapat diibaratkan seperti sebuah kapal tanpa kompas di laut badai!

-BABA

Wednesday, April 3, 2013

Thought for the Day - 3rd April 2013 (Wednesday)

People suffer because they have all kinds of unreasonable desires and they pine to fulfil them and fail miserably. They attach too much value to the objective world. It is only when attachment increases that you suffer pain and grief. If you look upon the world and all its created objects with the insight derived from the inner vision, the attachment will fade away; you will see everything much clearer, with the Divine glory suffused in its Splendour. Close your external eyes and open your inner eyes – see what a beautiful grand vision emerges from within you, as you go through your daily life. Attachment to the world has limits, but the attachment to the Lord that you develop when your inner eye opens has no limit. Enjoy that Reality, not this false picture from your external eyes.

Orang-orang mengalami penderitaan karena mereka memiliki semua jenis keinginan yang tidak masuk akal dan mereka ingin sekali untuk memenuhi keinginan mereka tersebut dan mereka gagal. Mereka memberikan nilai terlalu banyak pada dunia obyektif. Ketika kemelekatan meningkat maka engkau mengalami penderitaan dan kesedihan. Jika engkau memandang dunia dan semua benda yang ada dengan penglihatan batin, maka kemelekatan akan memudar, engkau akan melihat segalanya lebih jelas, dengan kemuliaan Ilahi yang diliputi dengan keagungan-Nya. Tutuplah mata luarmu dan bukalah mata batinmu - lihatlah betapa indahnya pandangan yang muncul dari dalam dirimu, saat engkau meninggalkan kehidupan sehari-harimu. Kemelekatan duniawi itu terbatas, tetapi kemelekatan pada Tuhan ketika engkau membuka mata batinmu, tiada batas. Nikmatilah Realitas tersebut, bukan gambar palsu yang berasal dari mata eksternalmu.

-BABA

Tuesday, April 2, 2013

Thought for the Day - 2nd April 2013 (Tuesday)

Learn when you are young how to succeed in the turmoil of life, how to live without causing pain to others and suffering pain yourself. Everyone should cooperate and work with love and devotion. Tolerate all kinds of persons and opinions, all attitudes and peculiarities. Difference of opinion amongst people must be perceived and resolved like the two eyes, each giving a different picture of the same object; both of which when co-ordinated, gives a complete rounded picture. Examine everything you hear, and believe only what appeals to you as correct.

Saat masih muda, engkau hendaknya mempelajari bagaimana caranya agar bisa berhasil menghadapi gejolak kehidupan, bagaimana hidup tanpa menyebabkan penderitaan bagi orang lain dan bagi diri sendiri. Setiap orang harus bekerja sama dan bekerja dengan cinta-kasih dan pengabdian, sabar menghadapai semua jenis orang dan pendapat, serta semua sikap dan keanehan. Perbedaan pendapat di antara yang lainnya harus dirasakan dan diselesaikan diibaratkan seperti dua mata, yang masing-masing memberikan gambaran yang berbeda dari objek yang sama, saat keduanya bisa berkoordinasi, maka baru bisa memberikan gambaran yang bulat dan lengkap. Oleh karena itu, engkau hendaknya memeriksa semua yang engkau dengar, dan hanya percaya bahwa hal itu benar, setelah melalui pertimbangan.
-BABA

Monday, April 1, 2013

Thought for the Day - 1st April 2013 (Monday)

Narada, the celestial sage, was once so shocked at the ignorance of the Gopikas, that he volunteered to put them through some spiritual lessons. After coming to Brindavan, he noticed that these cowherd girls who were selling milk or curds were calling, "Govinda, Narayana," instead of the wares they were selling; so immersed were they in God-consciousness. They did not know that they had sold off all the milk; they still wandered on, calling out the names of the Lord. They had no vishayavasana, that is, no wish for sensual objects; and so they had no ajnana (ignorance). Narada concluded that they had no need for his lessons instead he prayed to them to teach him the means of getting that yearning and that vision of the all-pervading Krishna. To conquer egoism, no rigorous system of exercise, breath control or complicated scholarship is necessary! The simple Gopikas, have demonstrated this truth.

Suatu ketika, Narada, pernah begitu terkejut pada kebodohan para Gopika, sehingga ia menawarkan diri untuk mengajari mereka beberapa pelajaran spiritual. Setelah datang ke Brindavan, ia melihat bahwa gadis-gadis gembala sapi yang menjual susu atau dadih berseru, "Govinda, Narayana," bukan barang-barang yang mereka jual, mereka begitu tenggelam pada kesadaran Tuhan. Mereka tidak tahu bahwa mereka telah menjual semua susu, mereka masih berkeliling, menyerukan nama Tuhan. Mereka tidak memiliki vishayavasana, yaitu, tidak ada keinginan untuk objek sensual, sehingga mereka tidak memiliki ajnana (kebodohan). Narada menyimpulkan bahwa mereka tidak memiliki kebutuhan untuk pelajaran tersebut malahan dia meminta kepada mereka untuk mengajarinya cara mendapatkan kerinduan seperti itu dan bagaimana caranya agar memiliki pandangan bahwa semuanya diresapi oleh Sri Krishna. Untuk menaklukkan egoisme, tidak ada sistem  latihan yang ketat, yang diperlukan adalah mengendalikan nafas atau pengetahuan yang rumit! Para Gopika yang sederhana, telah menunjukkan kebenaran ini.
-BABA