Date: Sunday, April 21, 2013
Ravana sought wealth and gratification of desire by utterly violating the principle of Right Conduct (dharma). He was a scholar par excellence who had mastered the sixty four disciplines of learning; whereas Rama had mastered only thirty two. However Rama put them into practice and thereby digested what he learnt, whereas Ravana failed to digest them. The indigestion arose in the form of desire (kama), which ultimately destroyed him. While Rama was the Embodiment of Dharma, Ravana remained as the embodiment of kama. Thus, there arose a conflict between Righteousness and the unrighteousness. Rama transformed Himself into the embodiment of Sathya, following the principle of dharma. This eternal warfare between righteousness and unrighteousness, truth and untruth, exists in the minds of every person. It is your primary duty to follow and practice the twin principles of truth and righteousness and win the game of life.
Rahwana mencari kekayaan dan memuaskan keinginan dengan benar-benar melanggar prinsip Kebajikan (dharma). Dia adalah seorang cendekiawan yang telah menguasai enam puluh empat disiplin ilmu, sedangkan Rama telah menguasai hanya tiga puluh dua. Namun Rama mempraktikkannya dan dengan demikian telah mencerna apa yang dia pelajari, sedangkan Rahwana tidak dapat mencernanya. Gangguan pencernaan ini muncul dalam bentuk keinginan (kama), yang pada akhirnya menghancurkan dirinya. Sementara Rama adalah perwujudan Dharma, Rahwana tetap sebagai perwujudan kama. Dengan demikian, timbullah konflik antara Kebenaran dan ketidakbenaran tersebut. Rama menjelma menjadi perwujudan Sathya, mengikuti prinsip dharma. Ini perang abadi antara kebenaran dan ketidakbenaran, kebaikan dan keburukan, yang ada dalam pikiran setiap orang. Ini adalah tugas utamamu untuk mengikuti dan mempraktikkan prinsip-prinsip kembar kebenaran dan kebaikan dan memenangkan permainan kehidupan.
-BABA
Date: Monday, April 22, 2013
Today, the typhoon of hatred and falsehood is scattering the clouds of Virtue, Justice and Truth to the far corners of the sky. So long as man is capable of prema (love), dharma (righteousness) will exist, do not doubt it. When you direct that prema to the Lord, your mental make-up will slowly and steadily undergo a revolutionary change. You will share in the sorrows and joys of your fellow-beings and experience bliss that is beyond the temporary gains and losses of this world. Your devotion to the Lord will undergo several changes. An important stage is one where service to the Lord alone matters and service alone is the reward - one does not seek anything more than just the opportunity of doing service Unto Him, to the best of one’s capacity.
Hari ini, topan kebencian dan kepalsuan menghalau awan Kebajikan, Keadilan, dan Kebenaran ke pelosok yang jauh dari langit. Selama ada manusia maka prema (cinta-kasih), dharma (kebajikan) akan tetap ada, janganlah meragukan hal itu. Ketika engkau mengarahkan prema pada Tuhan, mentalmu mulai secara perlahan dan terus-menerus akan mengalami perubahan revolusioner. Engkau akan berbagi kesedihan dan kebahagiaan antar sesama makhluk dan akan mengalami kebahagiaan yang melampaui keuntungan dan kerugian sementara dari dunia ini. Pengabdianmu kepada Tuhan akan mengalami beberapa perubahan. Tahapan penting seseorang adalah melayani hanya Tuhan dan hanya pelayanan sebagai imbalan/pahala-nya - seseorang tidak mencari sesuatu yang lebih dari sekedar kesempatan melakukan pelayanan kepada-Nya, sebagai kemampuan terbaik yang bisa dilakukan.
-BABA
Monday, April 22, 2013
Thought for the Day 21st - 22nd April 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment