Monday, January 31, 2011

Thought for the Day - 31st January 2011 (Monday)

There is a close, mutual relationship between the body, and the attitudes and feelings of the mind. So, people’s inner feelings become evident from their physical bodies. The posture and the appearance of the body help us to discover people's feelings. For example, with the sleeves of the shirt rolled up, and the palms rounded into fists, is it possible to exhibit love or devotion? Seated on the ground with knees bent, the eyes half-closed, and the hands held up over the head with the palms joined together, is it possible to show one’s anger or hatred or cruelty? That is why the ancient Rishis (sages) advised the spiritual aspirants to adopt appropriate bodily pose during prayer and meditation. They saw that through gentle body postures it is possible to control the waywardness of the mind.

Hubungan timbal balik antara badan, serta sikap dan perasaan, sangatlah dekat. Jadi, perasaan batin orang jelas terlihat dari badan fisiknya. Postur dan penampilan tubuh membantu kita untuk menemukan perasaan seseorang. Misalnya, mungkinkah kita menunjukkan cinta-kasih atau pengabdian, dengan lengan kemeja digulung dan tangan mengepal? Atau mungkinkah menunjukkan kemarahan, kebencian, atau kekejaman, jika seseorang duduk di tanah dengan lutut ditekuk, mata setengah tertutup, dan mengangkat tangan di atas kepala dengan telapak tangan bergabung bersama-sama? Itulah mengapa Resi kuno (orang bijak) telah menyarankan para peminat spiritual untuk mengambil pose tubuh yang sesuai selama doa dan meditasi. Mereka melihat bahwa melalui postur tubuh yang baik memungkinkan untuk mengendalikan pikiran.

-BABA

Sunday, January 30, 2011

Thought for the Day - 30th January 2011 (Sunday)

Wherever you may be, in whatever country, do not give room for religious differences. Do not give up your religion; adhere to your faith and tradition. When differences between religions are given up, love will develop in you. When love grows, you can have a direct vision of God. Without love, mere verbal prayers are of no avail. Realise that the Love that is present in everyone is the same. It is that common bond of Love of God that binds everyone.

Di manapun engkau berada, di negara mana pun, jangan memberikan ruang bagi perbedaan agama. Jangan meninggalkan agama-mu; taatlah pada keyakinan dan tradisi. Ketika perbedaan antara agama dibuang jauh-jauh, cinta-kasih akan berkembang di dalam dirimu. Ketika cinta-kasih tumbuh, engkau dapat memiliki visi langsung dari Tuhan. Tanpa cinta-kasih, doa lisan belaka tidak ada gunanya. Sadari bahwa Cinta-kasih yang dimiliki setiap orang adalah sama. Itu adalah ikatan Kasih Tuhan yang mengikat semua orang.

-BABA

Saturday, January 29, 2011

Thought for the Day - 29th January 2011 (Saturday)

Creation involves the putting together of substances. What is put together must come apart, in course of time and get liberated. The individual is created and so one day he has to perish. Now, some are born happy; they enjoy healthy, happy lives, while some others are born miserable. A few others are born with physical or mental deformities. Who hurt them or injured them? God is not the cause for these differences. When a particular task is done again and again, it becomes a habit, a skill; is it not? Therefore, the skill or habit that a new-born exhibits must be due to constant repetition indulged long, long ago. The suffering, misery, handicap or health and happiness are the consequence of the acts indulged in by the individual in previous lives. Hence, eschew violence. All must live together in peace and harmony, without causing or suffering injury.

Ciptaan menyangkut pada penyatuan substansi yang ada. Apa yang telah disatukan harus terpisah pada waktunya dan terbebaskan. Individu diciptakan dan suatu hari ia akan mengalami kematian. Saat ini, ada yang lahir bahagia; mereka menikmati kehidupan yang sehat dan bahagia, sementara beberapa yang lain lahir menderita. Beberapa orang lainnya dilahirkan dengan cacat fisik atau mental. Siapa yang menyakiti atau melukai mereka? Tuhan bukanlah penyebab perbedaan ini. Bukankah, ketika suatu perbuatan dilakukan berulang-ulang, itu akan menjadi suatu kebiasaan? Oleh karena itu, kebiasaan atau kemampuan yang ditunjukkan oleh bayi yang baru lahir seharusnya merupakan hasil dari perilaku-perilaku yang dilakukan berulang-ulang sejak dahulu. Penderitaan, kesengsaraan, cacat atau sehat, dan kebahagiaan adalah konsekuensi dari perbuatan kita dalam kehidupan sebelumnya. Oleh karena itu, hindarilah kekerasan. Semua harus hidup bersama dalam damai dan harmonis, tanpa menyebabkan penderitaan.

-BABA

Thought for the Day - 29th January 2011 (Saturday)

Creation involves the putting together of substances. What is put together must come apart, in course of time and get liberated. The individual is created and so one day he has to perish. Now, some are born happy; they enjoy healthy, happy lives, while some others are born miserable. A few others are born with physical or mental deformities. Who hurt them or injured them? God is not the cause for these differences. When a particular task is done again and again, it becomes a habit, a skill; is it not? Therefore, the skill or habit that a new-born exhibits must be due to constant repetition indulged long, long ago. The suffering, misery, handicap or health and happiness are the consequence of the acts indulged in by the individual in previous lives. Hence, eschew violence. All must live together in peace and harmony, without causing or suffering injury.

Ciptaan menyangkut pada penyatuan substansi yang ada. Apa yang telah disatukan harus terpisah pada waktunya dan terbebaskan. Individu diciptakan dan suatu hari ia akan mengalami kematian. Saat ini, ada yang lahir bahagia; mereka menikmati kehidupan yang sehat dan bahagia, sementara beberapa yang lain lahir menderita. Beberapa orang lainnya dilahirkan dengan cacat fisik atau mental. Siapa yang menyakiti atau melukai mereka? Tuhan bukanlah penyebab perbedaan ini. Bukankah, ketika suatu perbuatan dilakukan berulang-ulang, itu akan menjadi suatu kebiasaan? Oleh karena itu, kebiasaan atau kemampuan yang ditunjukkan oleh bayi yang baru lahir seharusnya merupakan hasil dari perilaku-perilaku yang dilakukan berulang-ulang sejak dahulu. Penderitaan, kesengsaraan, cacat atau sehat, dan kebahagiaan adalah konsekuensi dari perbuatan kita dalam kehidupan sebelumnya. Oleh karena itu, hindarilah kekerasan. Semua harus hidup bersama dalam damai dan harmonis, tanpa menyebabkan penderitaan.

-BABA

Friday, January 28, 2011

Thought for the Day - 28th January 2011 (Friday)

The very intention of repeating the Divine name and undertaking meditation is to purify the mind and the intellect. In order to achieve this, pure, serene (Sathwic) meditation is best. Over time, when the mind and the intellect become pure, they will shine with the splendour of the realization of the Atma (Divine Self). One in whom this understanding shines fully is called a Rishi (sage). It is said, “Brahmavid Brahmaiva Bhavathi” - The knower of Atma becomes the Atma itself. The goal of life, that which makes life worthwhile, is the understanding of the Atma and attaining oneness with it.

Tujuan sesungguhnya mengulang nama Tuhan dan melakukan meditasi adalah untuk memurnikan pikiran dan intelek. Untuk mencapai hal ini, kemurnian, ketenangan (Sathwic) meditasi adalah yang terbaik. Seiring waktu, ketika pikiran dan intelek menjadi murni, mereka akan bersinar dengan kemuliaan kesadaran Atma. Seseorang yang sepenuhnya memahami cahaya ini disebut Rishi (bijak). Dikatakan, "Brahmavid Brahmaiva Bhavathi" – Yang mengetahui Atma akan menjadi Atma itu sendiri. Tujuan hidup, yang membuat hidup bernilai, adalah pemahaman tentang Atma dan mencapai kesatuan dengannya.

-BABA

Thursday, January 27, 2011

Thought for the Day - 27th January 2011 (Thursday)

As each individual is a unique entity, so too each nation has a unique individuality. Each person is different from others in certain matters and is endowed with some special characteristics which are his own. So too, each nation has certain special features, not found in others. Each individual has to play a role as part of the system. His own previous Karma or activity has determined a special line or path for him. The history of nations too is the same. Each has to play a role already laid down by its destiny. Each nation has to deliver a special message of its own to the world community.

Sebagaimana setiap individu adalah entitas yang unik, demikian juga setiap bangsa memiliki ciri khas yang unik. Setiap orang berbeda dari orang lain dalam hal tertentu dan diberkati dengan beberapa karakteristik khusus. Demikian juga, setiap bangsa memiliki keistimewaan tertentu, yang tidak ditemukan di tempat lain. Setiap individu harus memainkan peran sebagai bagian dari sistem. Karma sebelumnya atau perbuatan telah ditetapkan jalur khusus atau jalur baginya. Sejarah bangsa juga adalah sama. Masing-masing harus memainkan peran yang sudah ditetapkan oleh takdirnya. Setiap negara harus menyampaikan pesan khusus dari negaranya sendiri untuk masyarakat dunia.

-BABA

Wednesday, January 26, 2011

Thought for the Day - 26th January 2011 (Wednesday)

Today, people mistakenly think that spirituality has no relation to worldly life and vice versa. True divinity is a combination of spirituality and social obligations. National unity and social harmony are founded upon spirituality. It is the Divine that links spirituality and social existence. The Creator and the Prakriti (Creation) are inextricably associated with each other. Hence, God should not be regarded as separate from Creation. See God in the cosmos. For instance, take a tumbler made of silver. The one who notices the silver in the tumbler, thinks only of the material base and not the form of the tumbler. The one who sees it as a tumbler, may not note that it is made of silver metal. Only the person who can recognise both silver and tumbler can recognise that it is a silver tumbler. Likewise, without God, there is no creation. However, most people see only the creation; very few recognise that the creation is a projection of the Creator. It is essential that every human being should realize that without God, there can be no cosmos.

Saat ini, orang keliru berpikir bahwa spiritualitas tidak ada hubungannya dengan kehidupan duniawi dan sebaliknya. Keilahian sejati adalah kombinasi dari spiritualitas dan kewajiban sosial. Kesatuan nasional dan harmoni sosial didirikan diatas spiritualitas. Inilah Ketuhanan yang menghubungkan spiritualitas dan kehidupan sosial. Sang Pencipta dan Prakriti (Penciptaan) erat terkait satu sama lain. Oleh karena itu, Tuhan seharusnya tidak dianggap terpisah dari Penciptaan. Lihatlah Tuhan dalam alam semesta. Misalnya, ambillah gelas yang terbuat dari perak. Orang yang memperhatikan perak di gelas tersebut, hanya memikirkan bentuk dasar dan tidak bentuk gelas itu. Orang yang melihatnya sebagai sebuah gelas, mungkin tidak mengetahui bahwa gelas itu terbuat dari perak. Hanya orang yang bisa mengenali baik perak maupun gelas dapat mengenali bahwa itu adalah gelas perak. Demikian juga, tanpa Tuhan, tidak ada penciptaan. Namun, kebanyakan orang hanya melihat penciptaan; sangat sedikit yang menyadari bahwa penciptaan merupakan proyeksi dari Sang Pencipta. Adalah penting bahwa setiap manusia harus menyadari bahwa tanpa Tuhan, tidak akan ada alam semesta.

-BABA

Tuesday, January 25, 2011

Thought for the Day - 25th January 2011 (Tuesday)

If you crave for the fruit of your acts at every step, you are overpowered by passion. If the fruit is not available, then, gradually, laxity and disgust overpower the spiritual aspirant and the repetition of the Name and meditation will slowly dry up. This is the restless, passionate, Rajasic Path. For some, the Lord will come to memory only in times of danger or acute suffering or when one is the victim of loss or pain. At such times, such a person prays and vows to arrange ritualistic worship (Puja), offer some particular food, or build a temple to the Lord, etc. One will be calculating the quantity of food placed before the Lord, the tribute offered at His feet, the number of prostrations performed, and the number of times one went around the shrine and ask for proportionate rewards! For those who adopt this attitude in meditation, and follow the dull, Thamasic path, the mind and intellect can never be pure.

Jika engkau menginginkan buah (hasil) dari tindakan-tindakanmu di setiap langkah, engkau akan dikuasai oleh hawa nafsu. Jika hasil tersebut tidak didapatkan, maka secara bertahap, kelalaian akan mengalahkan para pencari spiritual dan pengulangan NamaTuhan dan meditasi perlahan akan mengering. Ini adalah jalan Rajasik. Beberapa orang menganggap, Tuhan akan datang ke memori mereka hanya pada saat bahaya atau penderitaan akut atau ketika seseorang menderita kehilangan atau sakit. Pada saat seperti itu, orang-orang berdoa dan melakukan tirakat untuk melakukan ibadah ritual (Puja), mempersembahkan beberapa makanan tertentu, atau membangun sebuah kuil bagi Tuhan, dll. Seseorang akan menghitung berapa jumlah makanan yang dipersembahkan di hadapan Tuhan, berapa persembahan yang diberikan di kaki-Nya, berapa kali sujud dilakukan, serta berapa kali seseorang pergi ke tempat suci dan selanjutnya memohon imbalan yang sebanding! Bagi mereka yang menggunakan sikap ini dalam meditasi, dan mengikuti jalan yang bodoh ini, jalan Thamasik, pikiran dan intelek mereka tidak pernah menjadi murni.

-BABA

Monday, January 24, 2011

Thought for the Day - 24th January 2011 (Monday)

In the pure, serene (Sathwic) path of meditation, you will consider repetition of the Holy Name and meditation as a duty and suffer any amount of trouble for its sake; you will be fully convinced that this world is just an illusion, so you will only do good under all conditions and at all times. You will desire only the good of all and will always love all; you will spend time uninterruptedly in the remembrance and meditation of the Lord. You will not crave even the fruit of repeating the Name and doing meditation; you will leave it all to the Lord.

Di dalam kemurnian, tenangnya meditasi (Sathwik), engkau akan menganggap mengulang Nama Suci Tuhan dan bermeditasi sebagai suatu kewajiban dan mendapatkan sejumlah kesulitan demi hal tersebut; engkau sepenuhnya akan diyakinkan bahwa dunia ini hanyalah ilusi, sehingga engkau hanya akan berbuat baik di setiap waktu dan pada semua keadaan. Engkau hanya akan menginginkan kebaikan untuk semuanya dan akan selalu mengasihi semuanya; engkau akan menghabiskan waktu tiada henti-hentinya untuk bermeditasi dan mengingat Tuhan. Engkau tidak akan menginginkan bahkan hasil dari mengulang-ulang Nama Tuhan dan bermeditasi, engkau akan menyerahkan semuanya pada Tuhan.

-BABA

Sunday, January 23, 2011

Thought for the Day - 23rd January 2011 (Sunday)

When you achieve sense-control, mind-cleansing, concentration and inner silence, what initially appeared as a logical necessity later dawns upon the purified consciousness as a Positive Permanent Impersonal Will (Prajnaanam Brahma). Through the unremitting practice of Truth, Righteousness, and Fortitude, the Divinity quiescent in the individual will be induced to manifest itself in daily living, transforming every day into the joy of truly loving. Know the Supreme Reality, breathe It. bathe in It. Live in It. Then It becomes all of you and you become fully Divine.

Ketika engkau mencapai pengendalian indera, kemurnian pikiran, konsentrasi, dan keheningan batin, apa yang pada awalnya tampak sebagai kebutuhan yang bersifat logis kemudian akan meningkat dalam kesadaran murni sebagai kehendak impersonal positif yang permanen (Prajnaanam Brahma). Melalui praktek yang tiada henti-hentinya dari Kebenaran, Kebajikan, dan Keuletan, Ketuhanan yang bersemayam dalam diri individu akan didorong untuk memanifestasikan dirinya dalam kehidupan sehari-hari, mengubah setiap hari ke dalam kebahagiaan cinta-kasih sejati. Pahamilah Realitas Agung ini, bernapaslah dengan-Nya, berenanglah di dalam-Nya, dan hiduplah di dalam-Nya. Selanjutnya Beliau menjadi engkau semuanya dan engkau sepenuhnya menjadi Ilahi.

-BABA

Saturday, January 22, 2011

Thought for the Day - 22th January 2011 (Saturday)

Repetition of God’s Name and meditation should never be judged on mere external standards; they are to be judged by their inner effects. If one sways between impatience and sloth, and if one always worries, “Why has it not come yet? Why is it still far away?” then it all becomes simply repeating the Name and meditation done with an eye on the fruit thereof. The single fruit of repetition of Divine Names and meditation is the conversion of the outward focus to the inwardly-focussed; seeing the reality of Atmic bliss. For this transformation, one has to be always active and hopeful, regardless of the time taken and the difficulties encountered. One should not count the cost, the time, or the trouble. One should await the descent of the Lord’s grace. This patient wait is itself part of Tapas (the austerity of meditation). Sticking unfalteringly to the vow is the austerity.

Pengulangan Nama Tuhan dan meditasi seharusnya tidak dinilai berdasarkan standar eksternal belaka; melainkan oleh efek batin mereka. Jika seseorang terpengaruh diantara ketidaksabaran dan kemalasan, dan jika seseorang selalu khawatir, "Mengapa ia belum datang? Mengapa masih jauh?" maka itu semuanya hanyalah sekedar mengulang Nama Tuhan dan meditasi yang dilakukan dengan harapan mendapatkan hasil. Satu-satunya hasil pengulangan Nama Tuhan dan meditasi adalah terjadinya perubahan fokus dari luar ke dalam hati; yaitu melihat realitas kebahagiaan Atma. Untuk transformasi ini, orang harus selalu aktif dan penuh harapan, tanpa menghiraukan waktu yang dibutuhkan dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Kita seharusnya tidak menghitung biaya, waktu, atau kesulitan, melainkan menunggu turunnya berkat Tuhan. Kesabaran menunggu ini merupakan bagian dari Tapa. Tetap kuat dan tidak tergoyahkan dengan janji atau tirakat merupakan sebuah tapa.

-BABA

Friday, January 21, 2011

Thought for the Day - 21st January 2011 (Friday)

How can those who are aware only of mere sensual pleasure know the Supreme Truth? The craving for sensual pleasure veils the truth from the inner eye. That craving manifests in multiple ways, creating more and more desires and laying down more and more urges to action. These hide the truth from our eye like a thick veil. The recognition of this veil is a big step in spiritual progress. This is the Maya Principle (delusion) of Vedanta. From immemorial times, though the Truth was self-evident, this curtain has hidden it from people. Fortunate are those who have achieved great strength in spirit, holding God as their father, mother, Guru, friend, and the beloved. They adored God as dearer to them than anything or anyone, here or hereafter.

Bagaimana mereka yang hanya mengetahui kesenangan sensual, bisa mengetahui Kebenaran Agung? Keinginan untuk kesenangan sensual menyelubungi kebenaran dari mata batin. Keinginan tersebut menjelma dengan berbagai cara, menciptakan semakin banyak keinginan dan mendorong lebih banyak untuk bertindak. Inilah yang menyembunyikan kebenaran dari mata kita seperti cadar tebal. Mengetahui selubung ini merupakan langkah besar dalam kemajuan spiritual. Inilah Prinsip Maya (delusi) dari Vedanta. Dari zaman dahulu, meskipun Kebenaran itu jelas, tirai ini telah tersembunyi dari orang-orang. Beruntunglah mereka yang telah mencapai kekuatan besar dalam spirit ini, menganggap Tuhan sebagai ayah, ibu, Guru, dan yang terkasih. Mereka memuja Tuhan lebih berharga daripada apa pun atau siapa pun, di dunia ataupun di akhirat.

-BABA

Thursday, January 20, 2011

Thought for the Day - 20th January 2011 (Thursday)

For you to liberate yourselves from the succession of deaths, the only means is "Knowing Him." Do not imagine that you are sinners, for you are heirs to eternal Ananda. You are ‘images’ of God. You are by nature holy, complete. Is there a sin greater than calling such as you, sinners? You are dishonouring yourselves, defaming yourselves, when you acknowledge the appellation ‘sinners.’ Arise! Cast off the feeling that you are the body. Do not be deluded into that idea. You are Atma. You are drops of Amrith (nectar) of Immortality that know neither beginning nor end. All things material are your bonded slaves, you are not their bonded slaves.

Untuk membebaskan dirimu dari rangkaian kematian, satu-satunya cara adalah dengan "Mengetahui-Nya." Jangan membayangkan bahwa engkau adalah orang berdosa, karena engkau mewarisi kebahagiaan yang kekal. Engkau merupakan 'bayang-bayang' dari Tuhan. Engkau suci, sempurna. Apakah ada dosa yang lebih besar dengan menyebut dirimu sebagai orang yang berdosa? Engkau mempermalukan dirimu sendiri, mencemarkan dirimu, ketika engkau menyatakan sebutan ‘pendosa (orang berdosa)’, bangkitlah! Buanglah perasaan bahwa engkau adalah badan (jasmani). Janganlah terperdaya dengan pemikiran seperti itu. Engkau adalah Atma. Engkau merupakan tetesan Amritha (nektar) dari Keabadian yang tidak diketahui awal dan akhirnya. Semua benda-benda material merupakan budakmu dan engkau bukanlah budak mereka.

-BABA

Wednesday, January 19, 2011

Thought for the Day - 18th January 2011 (Wednesday)

The mind should not be wandering in all directions indiscriminately like the fly. The fly dwells in the sweetmeat shop and runs after the rubbish carts; the fly (mind) has to be taught to understand the sweetness of the first place and the impurity of the second place, so that it may not desert the sweetmeat shop and pursue the rubbish cart. When such teaching is imparted to the mind, it is called meditation. On the other hand, look at the bee! It has contact only with sweetness; it approaches only flowers that possess nectar; it is not attracted to other places; it does not proceed there at all. Similarly, you must give up all inclinations towards sensory attraction.

Pikiran seharusnya tidak mengembara ke segala arah tanpa tujuan yang jelas seperti lalat. Lalat-lalat yang tinggal di toko manisan, ketika melihat gerobak sampah, terbang mengejar gerobak sampah itu; lalat (pikiran) harus diajarkan untuk memahami indahnya tempat yang pertama dan buruknya tempat yang kedua, sehingga tidaklah mungkin meninggalkan toko manisan dan selanjutnya terbang mengejar gerobak sampah. Ketika pelajaran yang demikian diberikan pada pikiran, itulah yang disebut meditasi. Di sisi lain, lihatlah lebah! Lebah hanya bersentuhan dengan yang manis; hanya mendekati bunga yang memiliki nektar; tidak tertarik ke tempat lain; tidak beralih ke semua tempat. Demikian pula, engkau harus menyerahkan semua kecenderungan yang menuju daya tarik indera.

-BABA

Tuesday, January 18, 2011

Thought for the Day - 18th January 2011 (Tuesday)

The main things to be considered are not at what expense one has prayed to the Lord, or the number of years one has been engaged in it, or the rules and regulations one has followed, or even the number of times one has prayed over. The main considerations are: with what mind one has prayed, with what degree of patience one has been awaiting the result, and with what single-mindedness one has craved for Godly bliss regardless of worldly happiness and delay, with no lassitude and with constant attention to oneself, one’s meditation, and one’s tasks on hand. As far as possible, you must direct the mind to all holy things which yield sweetness and the joy associated with the Lord.

Hal-hal utama yang harus dipertimbangkan bukanlah pada berapa biaya yang telah dikeluarkan seseorang pada saat berdoa pada Tuhan, atau berapa tahun seseorang telah melakukannya, atau aturan dan peraturan yang telah diikuti seseorang, atau bahkan berapa kali seseorang telah berdoa. Pertimbangan utama adalah: bagaimana pikiran seseorang pada saat berdoa, berapa tingkat kesabaran seseorang menunggu hasilnya, dan dengan tujuan apa seseorang mencapai kebahagiaan sejati, tanpa menghiraukan kebahagiaan duniawi, dengan tanpa mengenal lelah dan dengan terus-menerus menaruh perhatian pada dirinya, meditasinya, serta tugas dan kewajibannya. Sejauh mungkin, engkau harus mengarahkan pikiran untuk hal-hal yang suci yang menghasilkan kebahagiaan dan sukacita yang berhubungan dengan Tuhan.

-BABA

Thought for the Day - 17th January 2011 (Monday)

So long as attachment persists to the material body and possessions, worship of a material symbol is necessary. It is but a means. But many decry idol-worship as a superstition. This is not correct. We will find it impossible to love God or adore Him unless we meditate on some Form. That is a necessary stage in the process of living. One has to accept it as such. A tree’s value is estimated with reference to its fruits. To experience the Divine Principle, idol worship is and has been a great help to many.

Selama masih ada keterikatan akan badan dan materi (harta), menyembah simbol-simbol masih diperlukan. Itu hanyalah sarana. Tetapi banyak orang yang mencela memuja dewa-dewa sebagai suatu takhayul. Ini tidaklah benar. Adalah tidak mungkin untuk mengasihi Tuhan atau memuja-Nya kecuali jika kita merenungkan beberapa Wujud Beliau. Hal ini merupakan tahapan penting dalam proses kehidupan. Kita harus menerimanya sedemikian. Diibaratkan sebuah pohon dapat dinilai dari buahnya. Untuk mengalami Prinsip Ilahi, memuja dewa-dewa sangat membantu bagi banyak orang.

-BABA

Monday, January 17, 2011

Thought for the Day - 16th January 2011 (Sunday)


Spiritual aspirants (Sadhakas) all over the world will naturally be engaged in repetition of the name (Japa) and meditation (Dhyana), but first, one has to be clear about the purpose of repeating the name and doing meditation. Without this knowledge, people believe them to be related to the objective world, capable of satisfying worldly desires, and hope to demonstrate their value by means of sensory gains! This is a grave error. Repetition of God’s name and meditation are for acquiring one-pointed attention on the Lord.

Para peminat spiritual (sadhaka) di seluruh dunia secara alami akan disibukkan dengan pengulangan nama Tuhan (Japa) dan meditasi (Dhyana), tetapi pertama-tama, orang harus mengetahui dengan jelas tujuan dari mengulang-ulang nama Tuhan dan melakukan meditasi. Tanpa pengetahuan ini, orang-orang percaya bahwa mereka terikat dengan dunia fana ini, mampu memenuhi keinginan duniawinya, dan berharap dapat menunjukkan nilai diri mereka melalui indera! Ini merupakan kesalahan besar. Pengulangan nama Tuhan dan meditasi adalah untuk mendapatkan satu point untuk memusatkan perhatian pada Tuhan.

-BABA

Saturday, January 15, 2011

Thought for the Day - 15th January 2011

Service is an expression of gratitude to society. It should not be done in a spirit of condescension or to achieve some ulterior selfish objective. It should proceed from an awareness of what you owe to society. You must realise that you are bettering yourself by rendering service. Your name and fame, all the comforts you enjoy, are derived from society. Sheer gratitude demands that one should serve society which is the source of all benefits enjoyed by man. What is required for service is not money and materials. A loving heart is the first requisite. All service done without a love-filled heart is as dry as dust. Fill your hearts with love. When you are immersed in the spirit and filled with love, everything looks good and beautiful.


Pelayanan merupakan ungkapan syukur kepada masyarakat. Pelayanan seharusnya tidak dilakukan dengan semangat merendahkan atau untuk mencapai tujuan tersembunyi, melainkan dilakukan dari kesadaran akan kewajiban kepada masyarakat. Engkau harus menyadari bahwa engkau sedang memperbaiki dirimu dengan memberikan pelayanan pada masyarakat. Nama dan ketenaran, semua kenyamanan yang engkau nikmati, semuanya berasal dari masyarakat. Ungkapan rasa syukur menandakan bahwa seseorang harus melayani masyarakat yang merupakan sumber dari segala manfaat yang dinikmati oleh manusia. Apa yang diperlukan untuk melakukan pelayanan bukanlah uang dan materi. Hati yang penuh cinta-kasih adalah syarat pertama. Semua pelayanan yang dilakukan tanpa hati yang dipenuhi dengan cinta-kasih, kering seperti debu. Isilah hatimu dengan cinta-kasih. Ketika engkau tenggelam dalam semangat cinta-kasih dan dipenuhi dengan cinta-kasih, semuanya terlihat indah dan baik.

-BABA

Friday, January 14, 2011

Thought for the Day - 14th January 2011 (Friday)

I am really filled with joy when I see people who have engaged in hardy toil and sacrificed their personal comforts in order to make others happy. What the world needs is work done in that spirit. Every one of you has divinity embedded in you, as well as truth and sweetness. Only, you do not know how to manifest that Divinity, how to realise that Truth, how to taste that Sweetness. Courage is the tonic for getting both physical as well as mental health and strength. Give up doubt, hesitation and fear. Do not give any chance for these feelings to strike root in your mind. By means of the inner divine strength with which you are equipped, you can achieve anything; you can even become Maadhava (God).

Aku benar-benar dipenuhi dengan sukacita ketika melihat orang-orang yang menyibukkan dirinya dalam kerja keras dan mengorbankan kenyamanan pribadi mereka untuk membuat orang lain berbahagia. Apa yang dibutuhkan dunia adalah usaha yang dilakukan dengan semangat ini. Setiap orang dari kalian memiliki keilahian yang tertanam di dalam diri, seperti halnya kebenaran dan rasa manis. Hanya saja, engkau tidak mengetahui bagaimana caranya untuk mewujudkan Divinity (sifat keilahian) itu, bagaimana menyadari Kebenaran, bagaimana merasakan rasa Manis. Keberanian adalah tonik untuk mendapatkan kesehatan mental dan kekuatan. Serahkanlah keragu-raguan dan ketakutan. Janganlah memberikan kesempatan bagi perasaan tersebut untuk menyerang akar dalam pikiranmu. Melalui kekuatan batin yang telah dilengkapi dalam dirimu, engkau dapat mencapai apapun; bahkan engkau bisa menjadi Maadhava (Tuhan).

-BABA

Thursday, January 13, 2011

Thought for the Day - 13th January 2011 (Thursday)

The key objective of education is the culture of the mind and the spirit. This is very much like agriculture, which provides food and clothing for man. We require Dhaanya (grains) to sustain the body; we require Dhyaana (meditation) to sustain the spirit. In agriculture, you prepare the soil, plant seeds, feed the plants with fertilisers, and reap the harvest. In ‘heart-culture’, we have to plough the Hrudaya-Kshetra (the field of the heart), remove the weeds and wild growth, and plant the seeds. The weeds are pernicious tendencies, attitudes and habits; the fertilisers are devotion and dedication. Water to help the plant grow is the quality of love. The seeds are the Names of God, which are deposited within the purified heart. The harvest which is the reward of all this spiritual discipline is wisdom.

Tujuan utama pendidikan adalah untuk mengembangkan mind (batin) dan jiwa. Pendidikan sangat mirip dengan pertanian, yang menyediakan makanan dan pakaian untuk manusia. Kita memerlukan Dhaanya (benih/padi) untuk badan jasmani, dan kita juga membutuhkan Dhyaana (meditasi) untuk memelihara jiwa. Di bidang pertanian, kita menyiapkan tanah, menanam benih, memelihara tanaman itu dengan memberinya pupuk, dan akhirnya menuai panen. Sementara itu, di bidang kejiwaan, kita harus membajak Hrudaya-Kshetra (ladang hati), menyingkirkan hama wereng dan mencabut pertumbuhan rumput liar (gulma), dan menanamkan benih-benih (kebajikan). Gulma diibaratkan sebagai kecenderungan tidak baik, yaitu sikap dan kebiasaan yang merusak, sedangkan pupuk adalah bhakti dan pengabdian. Air yang membantu tanaman tumbuh, yaitu dalam bentuk kualitas cinta-kasih. Benihnya adalah Nama Tuhan, yang disimpan di dalam hati yang murni. Panen yang yang akan kita petik dari semua disiplin spiritual ini adalah kebijaksanaan.

-BABA

Wednesday, January 12, 2011

Thought for the Day - 12th January 2011 (Wednesday)

Everyone needs one-pointed concentration. To develop powers of concentration, sports and games are very essential. They serve to promote physical fitness and mental health. Games and sports are to be practised mainly for keeping the body in good trim. Along with keeping the body fit, it is equally essential to promote purity of the mind and develop large-heartedness. True humanness blossoms only when the body, the mind and the spirit are developed harmoniously. The enthusiasm and effort which people display in sports should also be manifested in the spheres of morality and spirituality. You must endeavour to experience the divinity that permeates Bhaarath's sacred culture. "Samastha Lokaah Sukhino Bhavanthu!" (May all the people be happy) is the benedictory motto of Bhaarath.

Setiap orang membutuhkan konsentrasi pada satu point. Untuk mengembangkan kekuatan konsentrasi, olahraga dan permainan sangatlah penting. Olahraga dan permainan dapat meningkatkan kebugaran fisik dan kesehatan mental. Permainan dan olahraga harus dipraktekkan terutama untuk menjaga keseimbangan tubuh dengan baik. Seiring dengan menjaga kebugaran tubuh, sama pentingnya untuk meningkatkan kemurnian pikiran dan mengembangkan kebesaran hati. Sifat kemanusiaan sejati berkembang hanya ketika tubuh, pikiran, dan jiwa dikembangkan secara harmonis. Antusiasme dan upaya yang menampilkan orang-orang dalam olahraga juga harus diwujudkan dalam lingkup moralitas dan spiritualitas. Engkau harus berusaha untuk mengalami keilahian yang menembus budaya suci Bhaarath's. "Samastha Lokaah Sukhino Bhavanthu!" (Semoga semua orang berbahagia) adalah motto syukur dari Bhaarath.

-BABA

Tuesday, January 11, 2011

Thought for the Day - 11th January 2011 (Tuesday)

God is like fire and you are like coal. When coal comes in contact with fire, coal becomes one with fire. Similarly, when you come in contact with God you become one with Him. Embodiments of Love! All of you are messengers of God. God alone is important. Zero gains value only when the numeral one precedes it. Moon is zero, sun is zero, world is zero, only God is the Hero. Everything comes to nought in the absence of this Hero. Have total faith in the Hero, God. A hero becomes zero if he forgets God. Never give scope for any doubt in God. Then you are bound to be successful.

Tuhan diibaratkan seperti api dan engkau batubara-nya. Ketika terjadi kontak antara batubara dengan api, batubara menyatu dengan api. Demikian pula, ketika terjadi kontak antara engkau dengan Tuhan, maka engkau menjadi satu dengan-Nya. Perwujudan kasih! Semua dari engkau adalah utusan Tuhan. Hanya Tuhan yang terpenting. Nilai nol bermanfaat jika ada satu angka mendahului angka nol tersebut. Bulan adalah zero (nol), matahari adalah zero (nol), dunia adalah zero (nol), hanya Tuhanlah Hero (Pahlawan). Semuanya akan sia-sia dengan ketiadaan Hero ini. Milikilah keyakinan total pada Hero, yaitu Tuhan. Seorang pahlawan menjadi nol jika ia lupa pada Tuhan. Jangan pernah memberikan ruang untuk keraguan pada Tuhan. Setelah itu, engkau pasti akan berhasil.

-BABA

Monday, January 10, 2011

Thought for the Day - 10th January 2010 (Monday)

You feel happy when you know that this physical body is yours, do you not? Then when you know that two bodies are yours, should you not be twice happy? In the same way, with the knowledge that you have an increasing number of bodies, the experience of happiness goes on increasing. When the whole universe is known to be one body, and universal consciousness becomes part of the awareness, then the Ananda (bliss) will be complete. To get this universal consciousness, the limited egocentric prison walls must be destroyed. When the ego-self identifies itself with the Jeevi (individual soul) or Atma, death will cease. When the ego-self identifies itself and merges with the bliss of God, sorrow will cease. When it merges with Jnana or the Higher Wisdom, error will cease.

Bukankah engkau merasa senang bila engkau tahu bahwa tubuh fisik ini adalah milikmu? Kemudian ketika engkau tahu bahwa dua badan adalah milikmu, tidakkah engkau merasa dua kali bahagia? Dengan cara yang sama, dengan pengetahuan bahwa engkau memiliki peningkatan jumlah badan, pengalaman kebahagiaan terus meningkat. Ketika alam semesta diketahui menjadi satu badan, dan kesadaran universal menjadi bagian dari kesadaran, maka Ananda (bliss) akan sempurna. Untuk mendapatkan kesadaran universal, dinding penjara yang dibatasi egosentris harus dimusnahkan. Ketika ego mengidentifikasi dirinya dengan Jeevi (jiwa individu) atau Atma, kematian akan berakhir. Ketika ego mengidentifikasi diri sendiri dan menyatu dengan kebahagiaan Tuhan, kesedihan akan berakhir. Ketika menyatu dengan Jnana atau Kebijaksanaan Tinggi, kesalahan akan berhenti.

-BABA

Sunday, January 9, 2011

Thought for the Day - 9th January 2011 (Sunday)

The mind flies at a tangent all the time. Meditation (Dhyana) is the process by which it is trained to acquire concentration. When its basic truth is known, the mind will not be deluded by the evanescent, the untrue, and the un-blissful. Instead, it will welcome the blossoming of joy, happiness, and truth, and it will not be affected by sorrow and grief. Your life also assumes a new splendour when you visualise and realise bliss in the awareness of the Supreme Reality. The taste of the fruit is evident when you see the whole of it is eaten with no portion left behind. So too, when the taste of meditation is once discovered, you will discard all doubt and discussion thereon and engage yourself fully in it. Therefore, begin meditation, each one of you, from today - even from this moment!

Pikiran sejak semula terbang kemana-mana. Meditasi (Dhyana) adalah proses yang dilatih untuk berkonsentrasi. Ketika kebenaran dasar diketahui, pikiran tidak akan terperdaya oleh kefanaan, ketidakbenaran, dan ketidakbahagiaan. Sebagai gantinya, akan datang sukacita, kebahagiaan, dan kebenaran, dan tidak akan terpengaruh oleh kesedihan dan penderitaan. Hidupmu juga menerima kemuliaan baru ketika engkau memvisualisasikan dan menyadari kebahagiaan dalam kesadaran Realitas Agung. Buah akan terasa kelezatannya ketika buah itu dimakan dengan porsi yang tidak tersisa. Demikian juga, ketika rasa dari meditasi sekali ditemukan, engkau akan membuang semua keraguan dan diskusi sesudah itu dan melibatkan diri sepenuhnya di dalamnya. Oleh karena itu, mulailah bermeditasi, masing-masing darimu, dari hari ini - bahkan dari saat ini!

-BABA

Saturday, January 8, 2011

Thought for the Day - 8th January 2011 (Saturday)

Fools who cannot grasp the Truth, who cannot recognise Divinity and the power of God, who have no faith in God, live in the delusion that their plans will save them and that they can triumph through their own efforts! The fact is, not even the smallest success can be won without God’s grace. Though this is true, we should not sit with folded hands, believing that a thing will accomplish itself if and when God wills. Human effort is essential, and everyone must make efforts. You must use the strength and skill that you are endowed with, and resolve to proceed with the work, laying the responsibility for success on God. For without the grace of God, all effort will be rendered fruitless.

Orang bodoh yang tidak bisa memahami Kebenaran, yang tidak dapat mengenali Ketuhanan dan kekuasaan Tuhan, yang tidak memiliki keyakinan pada Tuhan, hidup dalam khayalan bahwa rencana-rencana mereka akan menyelamatkan mereka dan bahwa mereka bisa berhasil melalui usaha mereka sendiri! Kenyataannya adalah, bahkan tidak ada keberhasilan sekecil apapun dapat dicapai tanpa berkat Tuhan. Meskipun hal ini benar, kita seharusnya tidak duduk dengan tangan dilipat, percaya bahwa suatu hal akan diselesaikan sendiri dan jika Tuhan menghendaki. Usaha manusia adalah penting, dan setiap orang harus melakukan usaha. Engkau harus menggunakan kemampuan dan keterampilan yang telah diberikan padamu, dan dengan kesungguhan hati berusaha semaksimalnya, selanjutnya untuk keberhasilannya serahkan sepenuhnya pada Tuhan. Karena tanpa kasih karunia Tuhan, semua usaha akan sia-sia.

-BABA

Friday, January 7, 2011

Thought for the Day - 7th January 2011 (Friday)

When you attain fulfilment, your life will be saturated with unexcelled Ananda (Divine bliss), and you will experience oneness of thought, emotion and knowledge with all. You will be in ecstasy, immersed in the one and only, the Eternal Divine Principle, for that alone can confer joy. This is the genuine joy; there is no other. God is the embodiment of eternal, undiminished joy. Those loyal to God, accept this axiom that “God is the highest source of joy.”

Ketika engkau mencapai pemenuhan, hidupmu akan dipenuhi dengan Ananda (kebahagiaan Ilahi) tak terkalahkan, dan engkau akan mengalami kesatuan pikiran, emosi, dan pengetahuan dengan semuanya. Engkau akan mengalami kegembiraan yang meluap-luap, tenggelam dalam satu-satunya, Prinsip Ketuhanan yang Abadi, yang dapat memberikan kebahagiaan. Inilah kebahagiaan sejati; tidak ada yang lain. Tuhan adalah perwujudan abadi, kebahagiaan yang tiada taranya. Mereka yang loyal kepada Tuhan, menerima kebenaran bahwa "Tuhan adalah sumber kebahagiaan tertinggi."

-BABA

Wednesday, January 5, 2011

Thought for the Day - 6th January 2011 (Thursday)

Those who are immersed in selfishness, egotism, greed, vice, violence and unrighteousness will suffer from evil urges in their last days and destroy themselves. The virtuous attain Kaivalya or Self-Realisation; the unrighteous achieve only Naraka, hell. The eye of the onlooker sees the same consummation: death. But the goal reached by either is distinct. It is invisible to those around them. The goal is determined by the thoughts that arise in the mind during one’s last moments. Cessation of life is common. Darshan of God is something to be won, and earned. That is unique. Hence the proverb, ‘Vinaasa Kaale, vipareetha buddhi’: When disaster is immanent, the intellect turns perverted! Only those who are about to be destroyed will get and welcome evil intentions. Those who are to be blessed with the vision of God will hold fast to the pure and the elevating, in their last thoughts.

Mereka yang tenggelam dalam egoisme (sifat mementingkan diri sendiri), egotisme (sifat angkuh), keserakahan, sifat buruk, kekerasan, dan kejahatan akan menderita di hari-hari terakhir mereka dan menghancurkan diri mereka sendiri. Orang-orang yang berbudi luhur akan mencapai Kaivalya atau Realisasi Diri; mereka yang jahat hanya akan mencapai Naraka atau neraka. Mata pengamat melihat akhir yang sama yaitu kematian. Tetapi tujuan yang dicapai dengan cara yang manapun itu adalah sesuatu yang jelas. Hal ini tidak terlihat oleh orang di sekitar mereka. Tujuannya ditentukan oleh pikiran yang muncul pada saat-saat terakhir hidup seseorang. Berakhirnya proses kehidupan adalah hal yang wajar. Darshan Tuhan adalah sesuatu yang harus dimenangkan dan diraih. Itu unik. Oleh karena itu seperti pepatah, 'Vinaasa Kaale, vipareetha buddhi': Ketika ada bencana, intelek akan diputarbalikkan! Mereka yang memiliki niat jahat akan segera dihancurkan. Mereka yang diberkati dengan visi Tuhan akan berpegang teguh pada kemurnian dan mengalami pencerahan dalam pikiran mereka di hari-hari terakhirnya.

-BABA

Thought for the Day - 5th January 2011 (Wednesday)

The true seeker's approach is not to waste time in discussions and assertions of faith in dogmas. They will not delight in the sight of empty oyster shells thrown upon the beach. They will seek to gain the pearls that lie in the depths of the sea. They would gladly dive into those depths and courageously seek for pearls. The Vedas show the ideal to follow and tread the road which leads to Realisation. Your goal should not be mere empty faith; it is the Sthithi (the stage reached), the Siddhi (the wisdom won) that matters. The life-aim of the seeker is to reach fulfilment, through constant Sadhana (spiritual exercise). Mergence with the Divine is the attainment of fullness. This is the supreme victory for the true seeker.

Para pencari kebenaran tidak akan menyia-nyiakan waktu dalam diskusi dan pernyataan keyakinan dalam dogma. Mereka tidak akan senang melihat cangkang tiram kosong dilemparkan di atas pantai, melainkan akan berusaha untuk mendapatkan mutiara yang berada di kedalaman laut. Mereka dengan senang hati akan menyelam ke kedalaman tersebut dan dengan berani mencari mutiara. Veda menunjukkan teladan untuk mengikuti dan menapaki jalan yang mengarah ke Realisasi. Tujuanmu seharusnya tidak semata-mata mencari keyakinan hampa; itu adalah Sthithi (tahap tercapai) dan yang penting adalah Siddhi (pencapaian kebijaksanaan). Dengan melakukan Sadhana (latihan rohani )secara terus-menerus, para pencari kebenaran dapat mencapai pemenuhan, yaitu menyatu dengan Tuhan. Ini adalah kemenangan tertinggi bagi pencari kebenaran.

-BABA

Tuesday, January 4, 2011

Thought for the Day - 4th January 2011 (Tuesday)

You are all endowed with unlimited powers. Not a single person is without them! To gain awareness of this power, you must join the company of the holy, you must strive in spiritual practice (Sadhana), and you must practise repetition of the Divine Name and meditation. Of what avail is it, even though you have each item of provision in plenty in your kitchen, when you do not know how to cook them into palatable food? Similarly, when you have in yourself all the provisions needed for your upkeep and progress, but if you discard them lightly and leave them unused, how will you benefit? You must strive to see and understand the Universal Power (Shakti), which is the basis of all the multifarious manifestations of name and form in the world.

Kalian semua diberkati dengan kekuatan tak terbatas. Tidak seorang pun yang tidak memiliki kekuatan tersebut! Untuk mendapatkan kesadaran akan kekuatan ini, engkau harus memiliki pergaulan suci, engkau harus berusaha keras dalam latihan spiritual (Sadhana), dan engkau harus mempraktekkan pengulangan Nama Tuhan dan bermeditasi. Apa gunanya, meskipun engkau memiliki semua persediaan di dapurmu, bila engkau tidak tahu bagaimana memasaknya menjadi makanan yang lezat? Demikian pula, bila di dalam dirimu memiliki semua persediaan yang diperlukan untuk kehidupanmu, tetapi jika engkau membuangnya dengan enteng (mudah) dan membiarkannya tidak terpakai, bagaimana engkau dapat memanfaatkannya? Engkau harus berusaha untuk melihat dan memahami Kekuatan Universal (Shakti), yang merupakan dasar dari semua manifestasi aneka nama dan bentuk di dunia.

-BABA

Sunday, January 2, 2011

Thought for the Day - 3rd January 2011 (Monday)

You may think that all those who know their end is drawing near, will, like King Parikshith, utilise their time in seeking to realise the vision of God. However, such a yearning can arise in the mind only as a consequence of a favourable balance of merit acquired in many lives; it will not arise all of a sudden. Consider the vast difference between what Parikshith was engaged in, when he knew that the allotted span of life is hastening to its finish, and the undertakings the demon king Kamsa was engaged in, when he knew that his end was in sight! These two attitudes are called Deva and Asura, divine and demoniac. Only those who are equipped with divine virtues have the eagerness to do good acts, and to have good thoughts, faith in God, compassion towards all beings, truth, non-violence, love and contrition for swerving from the straight path. To them alone, thoughts of God and urges to do sanctifying deeds will emerge during their last days.

Engkau mungkin berpikir bahwa semua orang yang mengetahui akhir hidup mereka sudah dekat, seperti Raja Parikshith, memanfaatkan waktu mereka dalam mencari untuk mewujudkan visi Tuhan. Akan tetapi, kerinduan yang demikian bisa muncul dalam pikiran hanya sebagai konsekuensi dari perbuatan baik yang diperoleh dalam kehidupan; hal itu tidak akan muncul tiba-tiba. Perhatikanlah perbedaan besar antara apa yang dilakukan Parikshith dan Kamsa, ketika mereka mengetahui bahwa rentang waktu kehidupan yang diberikan segera berakhir! Kedua sikap ini disebut Deva dan Asura, Ilahi dan Raksasa. Hanya mereka yang dilengkapi dengan kebajikan Ilahi memiliki keinginan untuk melakukan perbuatan baik, dan memiliki pikiran yang baik, memiliki keyakinan pada Tuhan, mengasihi semua makhluk, memiliki sifat-sifat: kebenaran, tanpa kekerasan, cinta-kasih dan menuju jalan yang lurus. Bagi mereka, memikirkan Tuhan dan keinginan untuk melakukan perbuatan suci akan muncul selama hari-hari terakhir mereka.

-BABA

Saturday, January 1, 2011

Thought for the Day - 2nd January 2011 (Sunday)

Only an ardent devotee can understand and experience the bliss of oneness with God. Sugar tastes bitter to a person suffering from malaria. The defect lies in their tongue, not in the sugar. So is the case with a person immersed in worldly desires. If you are immersed in it, you cannot experience the sweetness of Divinity. Have the firm conviction “God is in me, with me, around me, behind me.” When you think on these lines, you become divine. Never entertain the thought that you are separate from God.

Hanya bhakta yang tekun dapat memahami dan mengalami kebahagiaan kesatuan dengan Tuhan. Gula terasa pahit untuk seseorang yang menderita malaria. Kesalahan terletak pada lidah mereka, bukan pada gula-nya. Begitu juga halnya dengan orang yang tenggelam dalam keinginan duniawi. Jika engkau tenggelam di dalamnya, engkau tidak dapat mengalami manisnya Divinity. Kuatkanlah keyakinan bahwa "Tuhan ada di dalam diriku, dengan-ku, disekitar-ku, di belakang-ku." Ketika engkau memikirkan hal ini, engkau menjadi Ilahi. Jangan mempunyai pikiran bahwa egkau terpisah dari Tuhan.

-BABA

Thought for the Day - 1st January 2011 (Saturday)

Do not waste time speculating over what would happen in this New Year. If your actions are good, your future is bound to be good. The future of the nation depends on your actions. God is a witness. He neither protects you nor punishes you. Each one is responsible for his pleasure or pain. In this New Year, develop new and sacred feelings and make everybody happy. Do not strive for money; strive for love. Once you develop love, there will be no scope for evil qualities like anger, jealousy, etc. If your thoughts and actions are good, your future is bound to be good. Then the whole country, nay, the whole world will prosper. Pray for the peace and prosperity of the entire world. Peace can be attained only through practice of human values.

Jangan menyia-nyiakan waktu dengan berspekulasi atas apa yang akan terjadi di Tahun Baru. Jika engkau melakukan perbuatan baik, masa depanmu pasti menjadi baik. Masa depan bangsa tergantung pada tindakan-tindakanmu. Tuhan adalah saksi. Beliau tidak melindungimu atau menghukummu. Setiap orang bertanggung jawab terhadap kebahagiaan atau penderitaannya. Di Tahun Baru, timbulkanlah perasaan baru dan suci dan buatlah semua orang berbahagia. Janganlah hanya mengejar uang semata, tetapi berjuanglah untuk cinta-kasih. Setelah engkau mengembangkan cinta-kasih, tidak akan ada ruang untuk sifat-sifat buruk seperti kemarahan, kecemburuan, dll. Jika pikiranmu dan perbuatanmu baik, masa depanmu pasti menjadi baik. Kemudian seluruh negeri, bahkan seluruh dunia akan menjadi makmur. Berdoalah untuk perdamaian dan kesejahteraan seluruh dunia. Perdamaian dapat dicapai hanya melalui praktek nilai-nilai kemanusiaan.

-BABA