Saturday, August 31, 2013

Thought for the Day - 31st August 2013 (Saturday)


An old grandfather of seventy was asked by his seven-year old grandchild, "Grandpa! How old are you?" and the old man replied, "Two!" The child was struck with wonder and looked a picture of doubt. The old man replied, "I have spent only the last two years in the company of the Lord, until then I was plunged in the marshland of pleasure seeking." Only the years that you have lived with the Lord have to be counted as life, the rest are not worth counting. Know that all this wealth, property and fame are but for a fleeting moment. Develop attachment for the Lord, who will be with you wherever you go.

Seorang kakek yang sudah berumur tujuh puluh tahun ditanya oleh cucunya yang baru berusia tujuh tahun, "Kakek! Berapa umur kakek sekarang?" dan sang kakek menjawab, "Dua tahun!" Sang anak nampak heran dan diliputi oleh keraguan. Sang kakek menjawab, "Saya telah menghabiskan hanya dua tahun terakhir dalam pergaulan dengan Tuhan, sampai kemudian saya terjun ke rawa-rawa dalam mencari kesenangan duniawi." Hanya tahun-tahun kehidupan dengan Tuhan yang dihitung sebagai hidup, sisanya tidak pantas untuk dihitung. Ketahuilah bahwa semua kekayaan, properti, dan ketenaran hanyalah untuk sesaat. Kembangkanlah keterikatan pada Tuhan, yang akan selalu bersamamu kemanapun engkau pergi.
-BABA

Friday, August 30, 2013

Thought for the Day - 30th August 2013 (Friday)


Engage yourself in spiritual discipline, spiritual thoughts, and spiritual company. Forget the past and let it go its way. At least from now on be determined to save yourself. Never yield to doubt or unsteadiness. Have faith in any one Name and Form that appeals to you. If you revere one form of God and hate another, the net result is zero. God will not tolerate the slightest hatred of any Name or Form. Avoid factions, quarrelling, scorning and fault-finding, as they reveal your ignorance and actually recoil on you. You find fault in others, because you have the same faults in you. If you throw contempt at the form of God that another reveres, the contempt falls on your own God. Remember, everyone is a pilgrim towards the same goal. Some take one route, others take another.

Engkau hendaknya menyibukkan dirimu dalam disiplin spiritual, pikiran spiritual, dan pergaulan spiritual. Lupakan masa lalu dan biarkanlah ia pergi. Setidaknya mulai saat ini engkau bertekad untuk menyelamatkan dirimu. Jangan pernah menyerah pada keragu-raguan atau keadaan yang tidak tenang. Engkau hendaknya memiliki keyakinan pada salah satu Nama dan Wujud Tuhan yang menarik bagimu. Jika engkau memuja salah satu Wujud Tuhan dan membenci yang lainnya, hasil bersihnya adalah nol. Tuhan tidak akan mentolerir sedikitpun kebencian dari setiap Nama atau Wujud Tuhan. Hindarilah perselisihan, pertengkaran, mencemooh, dan mencari-cari kesalahan, karena semuanya itu mengungkapkan kebodohanmu dan benar-benar merupakan kemunduran-mu (spiritual). Engkau menemukan kesalahan pada orang lain, karena engkau memiliki kesalahan yang sama di dalam dirimu. Jika engkau melontarkan penghinaan pada wujud Tuhan yang dipuja oleh orang lain, penghinaan jatuh pada Tuhan. Ingat, setiap orang adalah peziarah menuju tujuan yang sama. Beberapa orang mengambil suatu rute tertentu, dan yang lainnya mengambil jalan yang lainnya.

-BABA

Thursday, August 29, 2013

Thought for the Day - 29th August 2013 (Thursday)


Scriptures are only road-maps; at best they are guide-books that give directions for the destination. It is the actual journey that will reveal the hardships, the delays, the land-slips, the potholes as well as the beauty of the scenic route on the way, and the magnificence of the destination. No secondhand account can equal the firsthand experience! The symbols on the map are interpreted differently by different scholars according to their preconceived notions, predilections and pet theories. If you acquire Love, then you can dispense with the Scriptures; for the purpose of all the Scriptures is just that: to create the feeling of Sarvajana samaana prema (equal love for all), and to negate egoism which stands in the way. Reason too, if it comes in the way of this love, is to be discarded as 'perverted'.

Kitab-kitab suci hanyalah peta jalan; panduan buku terbaik yang memberikan arah menuju suatu tujuan. Inilah perjalanan yang sesungguhnya yang akan memperlihatkan keindahan pemandangan dalam perjalanan dan juga kesulitan, hambatan, kegagalan, serta kesedihan. Pengalaman yang tidak langsung dirasakan tidak akan bisa menyamai pengalaman yang secara langsung! Simbol pada peta diinterpretasikan secara berbeda oleh para terpelajar yang berbeda sesuai dengan praduga mereka dan pertimbangan berbagai teori. Jika engkau telah mendapatkan Cinta-kasih,  engkau bisa mengabaikan Kitab Suci, karena tujuan dari semua Kitab Suci adalah: untuk menciptakan perasaan Sarvajana samaana prema (cinta-kasih yang sama bagi semuanya), dan menghilangkan sifat egoisme. Jika engkau masuk pada jalan cinta-kasih ini, jalan yang ‘salah’ harus ditinggalkan.

-BABA

Wednesday, August 28, 2013

Thought for the Day - 28th August 2013 (Wednesday)


Thirst for Krishna, to see Him, to hear Him, to listen to His Flute, for installing Him in the heart and mind, and for grasping His reality through the intellect - this thirst is most conducive to peace and joy. Devotion to Krishna is the chain by which the monkey mind can be fastened and subdued. The word Krish means to attract (as in aakarshana). Lord Krishna attracts your mind towards Him and turns them away from sensory desires that torment you. He satisfies the deepest thirst of all beings, for peace, joy and wisdom. Hence thirst for Krishna is a sign of health in the spiritual field. Repetition of the name Krishna is useless, unless the contemplation of the Glory of Krishna starts purifying your character. The Grace of the Lord is very powerful and is endowed on the deserving alone. Hence begin today to sublimate your character saturated with piety and devotion. Then you will secure the Grace of the Lord.

Kerinduan pada Sri Krishna, untuk melihat-Nya, untuk mengetahui-Nya, untuk mendengarkan Seruling-Nya, untuk menginstal Beliau dalam hati dan pikiran, dan untuk memahami realitas-Nya melalui intelek - kerinduan seperti ini yang paling kondusif untuk memperoleh kedamaian dan kebahagiaan. Rasa bhakti/pengabdian kepada Sri Krishna adalah rantai dimana monkey mind ‘pikiran monyet’ dapat diikat dan dapat dikendalikan. Kata Krish berarti untuk menarik (seperti dalam aakarshana). Sri Krishna menarik pikiranmu menuju kepada-Nya dan menjauhkannya dari keinginan sensorik (duniawi) yang menyengsarakan-mu. Beliau memuaskan kerinduan terdalam dari semua makhluk, untuk kedamaian, kebahagiaan, dan kebijaksanaan. Oleh karena itu kerinduan/kehausan untuk Sri Krishna adalah tanda kesehatan dalam bidang spiritual. Pengulangan nama Sri Krishna tidak akan ada gunanya, kecuali jika kontemplasi/ perenungan kemuliaan Sri Krishna mulai memurnikan karakter-mu. Berkat Tuhan sangat kuat dan hanya yang pantas mendapatkannya yang akan diberkati. Oleh karena itu mulai saat ini  murnikanlah karakter-mu dengan takwa dan pengabdian. Maka engkau akan mendapatkan Berkat Tuhan.
-BABA

Tuesday, August 27, 2013

Thought for the Day - 27th August 2013 (Tuesday)




Never get shaken in your mind, never let your faith waver or decline. That will only add to the grief you already suffer from. Make it your vow to be steadfast in your faith. Whoever is your chosen deity - Shiva, Devi, Krishna, Allah, Baba or Jesus, hold on to them tight! Do not lose the contact and the company, for it is only when the coal is in contact with the live embers, that it can also become a live ember. Cultivate nearness to Me in the heart and you will be rewarded. Then you too will acquire a fraction of the Supreme Love. This is a great chance. This chance will not come your way again, beware of that. If you cannot and do not, cross the sea of grief now, taking hold of this chance, when again can you get such an opportunity? Indeed you are very fortunate.

Jangan pernah membiarkan pikiranmu goyah, jangan pernah membiarkan keyakinanmu goyah atau mengalami penurunan. Hal itu hanya akan menambah penderitaanmu yang sudah engkau alami. Engkau hendaknya membuat keyakinanmu selalu kokoh, tidak tergoyahkan. Siapapun Dewa yang engkau pilih - Shiva, Devi, Krishna, Allah, Baba, atau Yesus, berpeganglah kuat pada mereka! Jangan kehilangan kontak dan pergaulan dengan mereka. Selama batubara melakukan kontak dengan bara api, maka batubara tersebut menjadi bara api. Pupuklah kedekatan kepada-Ku dalam hati maka engkau akan mendapatkan ganjarannya. Maka engkau juga akan mendapatkan sebagian kecil dari Cinta-kasih Tuhan. Ini adalah kesempatan besar. Sadarilah, kesempatan ini tidak akan datang kembali. Jika engkau tidak mendapatkannya dan tidak melakukannya, saat ini engkau menyeberangi lautan kesedihan, manfaatkan kesempatan ini, kapan lagi engkau bisa mendapatkan kesempatan seperti ini? Sungguh engkau sangat beruntung.

-BABA

Monday, August 26, 2013

Thought for the Day - 26th August 2013 (Monday)


The demon Bhasmasura, through God’s Grace earned the power to turn into ash anyone by placing his hand on their head. However his instincts were not tamed, his reasoning was not purified. Blinded by greed and egoism, he tried to reduce the very Giver of the gift.Hence, unless you are extra careful to examine the very process of reasoning, even while the process is on, there is a big danger that you may be following only the trail that you yourself have laid down. Reason can be tamed only by discipline; through compassion, calmness, forbearance and endurance (Daya, Shantham, Kshama, and Sahana). Train your mind to walk quietly along small stretches of road at first and then after you have become sure of its docility, you can take it along safely down the tortuous road of the sixfold temptations of lust, anger, greed, delusion, pride and jealousy.

Iblis Bhasmasura, melalui Rahmat Tuhan mendapatkan kekuatan untuk mengubah siapapun menjadi abu dengan menempatkan tangannya di atas kepala mereka. Namun insting/nalurinya tidak dijinakkan, akal budinya tidak dimurnikan. Dibutakan oleh keserakahan dan egoisme, ia mencoba untuk mereduksi sang Pemberi hadiah. Oleh karena itu, kalau engkau tidak ekstra hati-hati untuk memeriksa proses penalaran, bahkan saat proses tersebut aktif, ada bahaya besar yang mengikutimu. Akal-budi hanya bisa dijinakkan dengan disiplin; melalui kasih sayang, ketenangan, kesabaran, dan ketabahan hati (Daya, Shantham, Kshama, dan Sahana). Latihlah pikiranmu pertama-tama untuk berjalan dengan tenang di sepanjang ruas jalan kecil dan kemudian setelah engkau yakin ia telah dijinakkan, engkau dapat berjalan dengan aman di jalan yang berliku penuh dengan godaan enam musuh yaitu nafsu, kemarahan, keserakahan, delusi, kebanggaan dan irihati.

-BABA

Sunday, August 25, 2013

Thought for the Day - 25th August 2013 (Sunday)

Develop attachment for the Lord, who will always be with you wherever you go. Only the years that you have lived with the Lord and for the Lord, are to be counted as true living. Develop prema (divine love) towards Him, parama-prema (supreme love) of which He is the embodiment. Never give room for doubts and hesitations or questions to test the Lord’s love. Do not entertain questions such as, “Why have my troubles not ended? Does He not love me enough? Why is He ignoring Me? Why is it that He did not speak to me?” Never think that God does not care for you and that He does not know you. God is full of selfless love and truly cares for you always. In fact every act of His, is for your wellbeing!

Kembangkanlah keterikatan pada Tuhan, yang akan selalu bersamamu kemanapun engkau pergi. Hanya tahun-tahun kehidupanmu dengan Tuhan dan untuk Tuhan, yang dihitung sebagai hidup yang benar. Kembangkanlah prema (cinta-kasih ilahi) menuju kepada-Nya, parama-prema (cinta-kasih tertinggi) dimana Beliau adalah perwujudan cinta-kasih. Jangan pernah memberikan ruang untuk keragu-raguan atau pertanyaan untuk menguji cinta-kasih Tuhan. Jangan menyimpan pertanyaan seperti, "Mengapa masalah saya belum berakhir? Apakah Dia tidak benar-benar mengasihi saya? Mengapa Dia mengabaikan saya? Mengapa Dia tidak berbicara kepada saya? "Janganlah berpikir bahwa Tuhan tidak peduli padamu dan Dia tidak mengenali engkau. Tuhan penuh dengan cinta-kasih tanpa pamrih dan benar-benar peduli padamu. Bahkan setiap tindakan-Nya, adalah untuk kesejahteraanmu!

-BABA

Saturday, August 24, 2013

Thought for the Day - 24th August 2013 (Saturday)


Practice renunciation from now on, so that you may set out on the journey when the call comes! No one knows when the call will come and there is no point in being in tears at that moment remembering the property you accumulated, the fame you amassed or the titles you won! The eagle is pestered by the crows, so long as it has a fish in its beak. The crows swish past the eagle to steal the fish from its mouth. They pursue the bird wherever it sits for a little rest. At last, the eagle gives up the attachment to the fish and drops it from its beak; the crows fly after the fish and leave the eagle free. So too, when you give up sense pleasures, the crows of pride, envy, malice and hatred will fly away and leave you in peace.

Praktikkanlah renunciation (praktik meninggalkan kehidupan duniawi) dari sekarang, sehingga engkau dapat memulai perjalanan ketika panggilan itu datang! Tidak ada yang tahu kapan panggilan itu akan datang dan tidak ada gunanya menangis pada saat itu mengingat properti yang telah engkau kumpulkan, ketenaran, ataupun gelar yang telah engkau peroleh! Burung elang akan diganggu oleh gagak, sepanjang ia memiliki ikan di paruhnya. Burung gagak mendesir melewati burung elang untuk mencuri ikan dari mulutnya. Ia mengejar burung tersebut dimanapun burung itu bertengger untuk beristirahat. Akhirnya, burung elang meninggalkan keterikatannya pada ikan dan menjatuhkannya dari paruhnya; burung gagak terbang menyambar ikan dan meninggalkan burung elang dengan bebas. Demikian juga, ketika engkau meninggalkan kesenangan indera (kesenangan duniawi), gagak-gagak seperti kebanggaan, iri hati, kebencian, dan rasa dendam akan terbang jauh dan meninggalkanmu dalam kedamaian.
-BABA

Friday, August 23, 2013

Thought for the Day - 23rd August 2013 (Friday)

You are happiest when you are immersed in yourself! The child in the womb is in the state Soham (‘I am He’ - union with God) but when it is born in the world, it starts the question Koham (‘Who am I’). For it forgot its truth and identifies itself with the body and the senses. Until it becomes a realized person (Jnani), it will never regain the knowledge of Soham. When Madhava-tatvam (Divine state) assumes a form, it is Manava (Man). Manava can become Madhava (Divine) by engaging in actions dedicated to God. You can then discover your Divine State. What is the use of doing only human action (Manava Karma) or even demoniac action and claiming that human being is Divine? Virtue must be your life-breath. Character must be your backbone. Without these no meritorious act will fructify. Retain your evil qualities and win troubles; Renounce them and win peace!

Engkau akan lebih bahagia ketika engkau tenggelam dalam dirimu! Anak yang berada dalam kandungan berada dalam keadaan Soham ('Aku adalah Dia' - menyatu dengan Tuhan), tetapi ketika ia lahir di dunia, ia memulai dengan pertanyaan Koham ('Siapa aku'). Ini disebabkan lupa akan kebenaran dan mengidentifikasi diri dengan badan jasmani dan indera. Sampai ia menyadari sebagai manusia (Jnani), ia tidak akan pernah mendapatkan kembali pengetahuan Soham. Ketika Madhava-Tatvam (keadaan Ilahi) mengambil wujud, itu adalah Manava (manusia). Manava bisa menjadi Madhava (Tuhan) dengan melakukan tindakan/perbuatan yang didedikasikan untuk Tuhan. Engkau kemudian dapat menemukan dirimu dalam keadaan Ilahi. Bagaimana engkau dapat menyatakan dirimu sebagai Tuhan/perwujudan Tuhan, hanya dengan bertindak sebagai manusia (Manava Karma) atau bahkan melakukan tindakan yang buruk? Kebajikan harus sebagai nafas kehidupanmu. Karakter harus sebagai tulang punggung/pendukung utama. Tanpa ini tidak ada tindakan/perbuatan yang layak mendapatkan hasil. Jika engkau mempertahankan kualitas-kualitas yang buruk maka engkau hanya akan menemui masalah, maka tinggalkanlah kualitas-kualitas buruk tersebut dan menangkanlah kedamaian!

-BABA

Thursday, August 22, 2013

Thought for the Day - 22nd August 2013 (Thursday)

Intellect loves to revel in discussions and disputations. Once you yield to this temptation, it takes a long while for you to escape from its shackles and move on to enjoy the bliss, which you can attain only from its nullification. Your feelings and emotions warp your thought process, and convert reason into an untamed bull. Always be aware of the limitations of reason and logic. They must give way and yield to devotion. After a point in time, your spiritual path must be illumined by devotion and intuition. Hence, be aware – your intellect can help you only for some distance along the Godward path. Very often, egoism tends to encourage and justify one’s actions, for a person is led along the wrong path by one’s own reason, if that is the path the person likes! You often come to the conclusion you want to reach! So make a careful choice on the path you tread!

Intelek gemar bersenang-senang dalam diskusi dan perdebatan-perdebatan. Setelah engkau menyerah pada godaan ini, dibutuhkan waktu yang lama untuk melepaskan diri dari belenggu tersebut untuk menikmati kebahagiaan sejati, yang dapat engkau capai hanya dengan melepaskan belenggu tersebut. Perasaan dan emosi dapat membengkokkan/menyesatkan proses berpikirmu, dan mengubah akal menjadi seekor sapi liar. Sadarilah keterbatasan akal dan logika. Mereka harus berhenti dan menyerah pada pengabdian/bhakti. Setelah titik waktu tertentu, jalan spiritualmu harus diterangi oleh pengabdian/bhakti dan intuisi. Oleh karena itu, berhati-hatilah - intelekmu dapat membantumu hanya untuk jarak tertentu di sepanjang jalan Tuhan. Seringkali, egoisme mendorong dan membenarkan tindakan seseorang, karena ia diarahkan menuju jalan yang salah, jikalau itu jalan yang diinginkan! Engkau sering sampai pada kesimpulan engkau ingin mencapainya! Jadi berhati-hatilah memilih jalan yang engkau lalui!

-BABA

Wednesday, August 21, 2013

Thought for the Day - 21st August 2013 (Wednesday)

All the effort and investment you expend in pursuing the scriptures and noble thoughts are a sheer waste, if study and reflection do not help you to recognize that the mind is worse than a drunken monkey. Pilgrimages are for elevating the heart, sublimating the impulses and leading the lower self to higher levels of thought and action. Reason serves the same purpose, or at least, it ought to. Reason seeks to know the unity of the universe, the origin and the goal of all of it. Through reason, you should understand the laws that govern the microcosm (anu) and the macrocosm (Bruhath). It peeps behind the ever receding curtain to get a glimpse of the Puppeteer (Suthradhari) who pulls the strings.
 
 
Semua usaha dan investasi yang engkau gunakan dalam mempelajari kitab suci dan melakukan perenungan akan sia-sia belaka, jika studi dan renungan yang dilakukan tidak membantumu untuk menyadari bahwa pikiran lebih buruk daripada monyet yang sedang mabuk. Perjalanan suci adalah untuk memperbaiki hati, menghaluskan impuls, dan mengarahkan pikiran dan tindakan dari level yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Alasan untuk melakukan pelayanan memiliki tujuan yang sama, atau setidaknya, lebih baik dari itu. Alasan untuk mengetahui kesatuan alam semesta, adalah untuk mengetahui asal dan tujuan dari semua itu. Melalui alasan tersebut, engkau harus memahami hukum yang mengatur mikrokosmos (anu) dan makrokosmos (Bruhath). Ini mengintip di balik tirai untuk mendapatkan sekilas dari Sang Dalang (Suthradhari) yang mengendalikan semuanya.
-BABA

Tuesday, August 20, 2013

Thought for the Day - 20th August 2013 (Tuesday)


Life is a pilgrimage to God and the path lies before you. But, unless you take the first step forward and follow it with succeeding steps, how can you reach it? Start with courage, faith, joy and steadiness, you will certainly succeed. The mind and the intellect are like two bullocks tied to a cart. The bullocks are not used to the road of Truth, Righteousness, Peace and Love, and so they drag the cart along the road familiar to them, namely, falsehood, injustice, worry and hatred. You have to train the bullocks to tread the right path, so that they may not bring disaster to themselves and to others. Every object or being in the world will give both pleasure and pain. Control and train your mind to see this real nature of the objective world. That is the real fruit of education.

Hidup adalah perjalanan menuju Tuhan dan jalan terbentang di hadapanmu. Tetapi, jika engkau tidak mengambil langkah pertama dan kemudian mengikutinya dengan langkah-langkah berikutnya, bagaimana engkau bisa mencapainya? Mulailah dengan keberanian, keyakinan, kebahagiaan, dan kemantapan, engkau pasti akan berhasil. Pikiran dan intelek dapat diibaratkan seperti dua ekor sapi jantan terikat dengan gerobak. Sapi jantan tersebut tidak digunakan untuk jalan Kebenaran, Kebajikan, Kedamaian, dan Cinta-kasih, dan sehingga mereka menyeret gerobak di sepanjang jalan akrab bagi mereka, yaitu, kepalsuan, ketidakadilan, khawatir, dan kebencian. Engkau harus melatih sapi jantan tersebut untuk menempuh jalan yang benar, sehingga mereka mungkin tidak membawa bencana bagi diri mereka sendiri dan juga bagi orang lain. Setiap objek atau setiap makhluk di dunia ini akan memberikan kebahagiaan dan penderitaan. Kontrol dan latihlah pikiranmu untuk melihat alam ini nyata dari dunia objektif. Itulah buah sejati pendidikan.
-BABA

Monday, August 19, 2013

Thought for the Day - 19th August 2013

When some of you visit a temple or a holy shrine, even as you participate in the worship, your thoughts are about the safety of your footwear that you left outside. You will not get joy or liberation by merely going to a holy place. You will not get the joy even through darshan, sparshan and sambhashan - seeing Him, touching Him and conversing with Him. You must follow the prescription and act in accordance with the Divine Directions. Earnestly and enthusiastically, take the path shown by the great devotees of the Lord. You must feel inseparable affinity with the Lord, just as the wave is inseparable from the sea. Butter is imminent in milk and is invisible. So too, Divinity is present in every being and will manifest from within.

Ketika beberapa orang dari kalian mengunjungi suatu kuil atau tempat suci, bahkan saat engkau sedang bersembahyang, pikiranmu tertuju pada keselamatan alas kaki yang engkau tinggalkan di luar. Engkau tidak akan mendapatkan kebahagiaan atau pembebasan hanya dengan pergi ke tempat suci. Engkau tidak akan mendapatkan kebahagiaan bahkan melalui darshan, sparshan dan sambhashan - melihat-Nya, menyentuh-Nya, dan berbicara dengan-Nya. Engkau harus mengikuti resep dan bertindak sesuai dengan yang Beliau arahkan. Sungguh-sungguh dan antusias, ambillah jalan yang ditunjukkan oleh para bhakta besar Tuhan. Engkau harus merasa sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan Tuhan, seperti halnya gelombang tidak dapat dipisahkan dari laut. Mentega sudah dekat dalam susu dan tidak terlihat. Demikian juga, Keilahian hadir dalam setiap mahluk dan akan jelas nampak dari dalam.
-BABA

Thought for the Day - 18th August 2013 (Sunday)

The Lord is the Indweller in all beings and is All Pervading. He is the soul in every being. He is in you as much as He in everyone else. He is not present more in a rich person or bigger in a fat person. His spark illumines the cave of the heart, of every one. The Sun shines equally on all; His Grace is falling equally on all. You construct obstacles that prevent the rays of His Grace from touching and warming your heart. Do not blame the Lord for your ignorance or foolishness or perversity. Just as underground water wells up in a gushy spring when a bore is sunk down to that depth, by constant repetition of the Lord’s Name, touch the spring of Divinity, and one day, it will gush out in plenty giving you never ending joy.

Tuhan adalah penghuni hati semua makhluk dan meresapi semuanya. Beliau adalah jiwa dalam setiap makhluk. Beliau ada padamu sebanyak Beliau ada pada yang lainnya. Beliau tidak hadir lebih banyak pada orang yang kaya atau lebih besar pada orang yang gemuk. Percikan-Nya menerangi hati setiap orang. Matahari bersinar sama pada semuanya; demikian pula Berkat-Nya jatuh sama pada semuanya. Engkau menciptakan hambatan yang menghalangi sinar Berkat-Nya dari menyentuh dan menghangatkan hatimu. Jangan menyalahkanTuhan untuk ketidaktahuan atau kebodohan-mu. Dapat diibaratkan seperti sumur air bawah tanah, air akan menyembur keluar saat di bor sangat dalam. Demikian pula dengan pengulangan Nama Tuhan secara terus-menerus, menyentuh sumber Divinity, dan suatu hari, ia akan menyembur keluar memberikan sukacita yang tiada pernah akhir.
-BABA

Saturday, August 17, 2013

Thought for the Day - 17th August 2013 (Saturday)

Conceit or egoism is a fatal weakness. It is the desire to be praised, to be talked about. People take delight in tom-tomming their achievements and capabilities. This actually makes them ludicrous and pitiable. They want their names and deeds to appear in the daily newspapers in big bold letters. Please understand, it is not in the newspapers that you should get attention. Earn your status in the realm of God. Earn fame in the company of the good and godly. If you are forever in the primary class working on A, B, C and other alphabets, how can you understand what the scholars say? Make progress in being humble and in showing reverence towards elders and parents.

Kesombongan atau egoisme adalah kelemahan fatal. Ini adalah keinginan untuk dipuji, untuk dibicarakan. Orang-orang bergembira menyombongkan prestasi dan kemampuan mereka. Ini benar-benar membuat mereka nampak begitu bodoh dan menyedihkan. Mereka menginginkan nama dan perbuatan mereka agar muncul di surat kabar harian dalam huruf besar dan tebal. Pahamilah, hendaknya engkau bukan mencari perhatian di koran. Dapatkanlah statusmu di kerajaan Tuhan. Dapatkanlah ketenaran pada pergaulan yang baik dan saleh. Jika engkau selamanya berada di kelas primer pada A, B, C dan huruf lainnya, bagaimana engkau dapat memahami apa yang dikatakan oleh para bijaksana? Engkau hendaknya membuat kemajuan dengan menjadi rendah hati dan menunjukkan rasa hormat pada para tetua dan orang tua.

-BABA

Friday, August 16, 2013

Thought for the Day - 16th August 2013 (Friday)

Each and every one of you has a great deal of concentration. For, every task requires concentration and every one of you have benefitted from it. The carpenter, the weaver, the clerk, the boatman, the scientist, all have it, greater or lesser, and use it in their daily lives. You must learn to apply it towards your own mind also. Direct the mind towards its own working, examine it and train it to restrict itself to good company, good thoughts and good deeds. Practise meditation on any Form of the Lord, and repeat any Name of the Lord, with the awareness of its sweetness. That will teach the mind to be sharp, and produce good music out of the joys as well as the grief that are incidental to life.

Kalian semua memiliki konsentrasi yang baik. Sebab, setiap pekerjaan membutuhkan konsentrasi dan setiap  dari kalian telah mendapatkan manfaat dari itu. Tukang kayu, penenun, pelayan toko, tukang perahu, ilmuwan, semua memilikinya, lebih besar atau lebih kecil, dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Engkau juga harus belajar untuk menerapkannya  terhadap pikiranmu sendiri. Mengarahkan pikiran menuju dirinya sendiri, memeriksanya, dan melatihnya untuk membatasi diri pada pergaulan yang baik, pikiran yang baik, dan perbuatan yang baik. Praktikkanlah meditasi pada salah satu Wujud Tuhan, dan mengulang-ulang Nama Tuhan, dengan menyadari manisnya Nama Tuhan tersebut. Itu akan membuat pikiran menjadi tajam, dan menghasilkan musik yang bagus yang berasal dari  kebahagiaan maupun kesedihan yang mengiringi kehidupan.
-BABA

Thursday, August 15, 2013

Thought for the Day - 15th August 2013 (Thursday)

Krishna declared in the Bhagavad Gita, “Mamaivamsho jivaloke jivabhuta sanathana (Every being is an aspect of My Divinity).” When God considers you as part of Himself, you should also consider others as your own self. Love All, Serve All. See no difference between individuals; do not think of one as a pauper and the other a millionaire. Many millionaires today are engaged in filling their own belly. They are not prepared to give even a morsel of food as alms to a beggar who stands at their doorstep. What is the use of having such rich men in our country? They are rich only for name’s sake but in reality they are the poorest of the poor. Pursue the path of charity and righteousness. Consider others as your own brothers and sisters. Rather, consider them as thyself.

Krishna menyatakan dalam Bhagavad Gita, "Mamaivamsho jivaloke jivabhuta sanathana (Setiap makhluk merupakan aspek Ketuhanan-Ku)." Ketika Tuhan menganggap engkau sebagai bagian dari diri-Nya sendiri, engkau juga hendaknya menganggap orang lain sebagai dirimu sendiri. Kasihi semua, Layani semua. Janganlah melihat ada perbedaan antar individu, jangan memikirkan seseorang sebagai orang miskin dan yang lainnya sebagai jutawan. Banyak jutawan saat ini hanya sibuk dalam mengisi perut mereka sendiri. Mereka tidak mau menyediakan bahkan sepotong makanan sebagai sedekah kepada seorang pengemis yang berdiri di depan pintu rumah mereka. Apa gunanya memiliki orang-orang kaya seperti itu di negara kita? Mereka kaya hanya karena ingin mendapatkan nama/reputasi, tetapi dalam kenyataannya mereka yang termiskin dari yang paling miskin. Ikutilah jalan kebaikan dan kebenaran. Anggaplah orang lain sebagai saudara dan saudari-mu sendiri. Jadi, anggaplah mereka seperti dirimu sendiri.
-BABA

Wednesday, August 14, 2013

Thought for the Day - 14th August 2013 (Wednesday)

When you go to a temple, some of you break a coconut before the altar. If you try to break the coconut, just as it is when it falls from the tree, will it break? No! The fibre protects the shell and prevents any damage to the fruit. Hence, you must first remove the fibrous cover with a lot of effort. Moksha (liberation) results from the breaking of the mind with all its vagaries and wishes. You have to break your mind but, how can you do it, when the fibrous armour of sensual desires encompasses it? The toughest fibre is anger, it is the stickiest dirt. When you get angry, you forget mother, father, and teacher and descend to the lowest depths. You lose all discrimination in the excitement. So remove them and dedicate the mind to God and smash it in His presence. That moment, you are free.

Ketika pergi ke kuil, beberapa orang dari kalian memecahkan kelapa di depan altar. Jika engkau mencoba untuk memecahkan kelapa, ketika kelapa jatuh dari pohon, apakah kelapa itu akan pecah? Tidak! Ada serat yang melindungi buah kelapa tersebut dan mencegah kerusakan pada buah kelapa tersebut. Oleh karena itu, engkau terlebih dahulu harus melepaskan serat yang menutupinya dengan banyak usaha. Moksha (pembebasan) merupakan hasil pemecahan pikiran dengan segala liku-liku dan keinginan. Engkau harus memecahkan pikiranmu, tetapi, bagaimana engkau bisa melakukannya, ketika lapisan serat keinginan sensual memenuhi pikiranmu? Serat terberat adalah kemarahan, itu adalah kotoran paling rumit. Ketika engkau marah, engkau melupakan ibu, ayah, dan gurumu dan turun ke tingkat yang terendah. Engkau kehilangan semua kemampuan diskriminasimu. Jadi lenyapkanlah itu semua dan dedikasikanlah pikiranmu kepada Tuhan dan menghancurkannya di hadirat-Nya. Pada saat itu, engkau bebas.

-BABA

Tuesday, August 13, 2013

Thought for the Day - 13th August 2013 (Tuesday)


The mind is the wind that brings to us the smell, foul or fragrant from the world. When the mind turns towards the foul, you get disgusted. When it turns towards the fragrant, you are happy. The wind gathers the clouds from the four quarters; similarly the mind brings into your consciousness the disappointments of many hopes. Again, it is the mind that, like the wind, scatters the clouds that darken it or make it feel lost in the night of doubt. Control the mind and you will remain in peace! To gain this equanimity, you have to do not reading, but systematic sadhana (spiritual effort). Then you will be always happy, whether you are rich or poor, appreciated or rejected, prosperous or unlucky. Entering the arena of life without equanimity is like sailing on a storm-tossed sea in a tiny rudderless boat! So enter upon the path of spiritual discipline right now.

Pikiran dapat diibaratkan seperti angin yang membawa kepada kita berbagai macam bau di dunia ini, yaitu bau busuk ataupun bau harum. Ketika pikiran menuju ke arah yang berbau busuk, engkau merasa jijik. Ketika ternyata ia menuju ke arah yang berbau harum, engkau merasa senang. Angin mengumpulkan awan dari empat penjuru; demikian pula dengan pikiran membawa ke dalam kesadaranmu kekecewaan dari berbagai harapan. Sekali lagi, itu adalah pikiran yang dapat diibaratkan seperti angin, mencerai-beraikan awan yang gelap atau membuatnya tidak nampak pada malam hari. Kendalikanlah pikiran maka engkau akan tetap dalam kedamaian! Untuk mendapatkan keseimbangan ini, engkau harus melakukannya, tidak hanya sekedar membaca, tetapi melakukan sadhana spiritual secara sistematis. Kemudian engkau akan selalu berbahagia, apakah engkau kaya atau miskin, dihargai atau ditolak, berhasil atau beruntung. Memasuki arena kehidupan tanpa keseimbangan batin dapat diibaratkan seperti berlayar di lautan badai dalam perahu kecil tanpa kemudi! Jadi mulailah menjalankan disiplin spiritual dari sekarang.
-BABA

Monday, August 12, 2013

Thought for the Day - 12th August 2013 (Monday)

People grieve because they develop attachment towards the unreal. They cultivate an unreasonable affection for wealth. However they are ready to sacrifice their hard earned riches to save the lives of their children, for their attachment to children is stronger than their attachment to wealth. Some people however, stoop so low as to neglect even their children, when the choice is between their preferences and their children’s well-being. Real joy can be found only by dwelling on Divinity within you! The orange has a rind, which is not very tasty, but it protects the fruit and preserves it from decay. To get the sweetness of the orange, you must peel and throw off the rind. Such is the fruit of the tree of life. It is protected by a bitter rind! A wise person does not try to eat the rind – after due consideration, he removes it and discards it, and then enjoys the sweetness of the fruit.

Orang-orang mengalami penderitaan karena mereka mengembangkan keterikatan terhadap sesuatu yang tidak nyata. Mereka mengembangkan rasa sayang yang tidak masuk akal untuk kekayaan. Namun mereka siap mengorbankan kekayaan yang telah mereka peroleh dengan usaha keras untuk menyelamatkan nyawa anak-anak mereka, karena keterikatan mereka kepada anak-anak lebih kuat daripada keterikatan mereka terhadap kekayaan. Namun beberapa orang, membungkuk begitu rendah untuk mengabaikan bahkan anak-anak mereka, ketika pilihan mereka di antara preferensi mereka dan kesejahteraan anak-anak mereka. Kebahagiaan sejati hanya dapat ditemukan dengan merenungkan Divinity dalam dirimu! Jeruk memiliki kulit, yang rasanya tidak enak, tetapi kulit melindungi buah dan menjaga buah dari kerusakan/pembusukan. Untuk mendapatkan rasa manis dari buah jeruk, engkau harus mengupas dan membuang kulitnya. Itulah buah dari pohon kehidupan, dilindungi oleh kulit yang pahit! Orang yang bijaksana tidak akan mencoba untuk memakan kulitnya - setelah melalui berbagai pertimbangan, dia akan mengupas dan membuang kulitnya, dan kemudian menikmati manisnya buah.
-BABA

Sunday, August 11, 2013

Thought for the Day - 11th August 2013 (Sunday)

Your worldly intelligence cannot fathom the ways of God. He cannot be recognised by mere cleverness, which is what your intelligence mostly is. You may benefit from God, but you cannot explain Him. You may benefit from electricity, and use it in a thousand ways, but you cannot explore and explain its mystery. How and why it works in a particular manner and not in any other way, is beyond your ken. Your explanations are merely guesses, attempts to clothe your ignorance in pompous expressions. The mistake is, you give the brain more value than it deserves. The Para-thathwa (Supreme Truth) is beyond the reach of the brain; you cannot lift a rock when you are standing on it! Standing in Maya, you cannot discard it.

Kecerdasan duniawi tidak bisa memahami jalan Tuhan. Ia tidak dapat disadari hanya dengan kepandaian, yang mana sebagian besar adalah kecerdasanmu. Engkau bisa mendapatkan manfaat dari Tuhan, tetapi engkau tidak bisa menjelaskan-Nya. Engkau bisa mendapatkan manfaat dari listrik, dan menggunakannya dalam seribu cara, tetapi engkau tidak bisa mengeksplorasi dan menjelaskan misterinya. Bagaimana dan mengapa ia bekerja dengan cara tertentu dan tidak dengan cara lain, adalah di luar pengetahuanmu. Penjelasanmu hanyalah menebak, dengan pakaian ketidaktahuanmu dalam ekspresi sombong. Kesalahannya adalah, engkau memberikan nilai terhadap otak lebih daripada yang sepantasnya. Para-thathwa (Supreme Truth) berada di luar jangkauan otak, engkau tidak bisa mengangkat batu ketika engkau berdiri di atasnya! Demikian juga, saat engkau berdiri diatas Maya, engkau tidak bisa membuangnya.

-BABA

Saturday, August 10, 2013

Thought for the Day - 10th August 2013 (Saturday)

Become like the flute, a hollow reed, straight, light, with no substance to hinder His breath. Then He will come and pick you up and breathe divine music through you, playing upon you with a delicate touch. In His hand the infinitesimal will be transmuted into the Infinite. Intensify the love that is present within you. It is a sacred gift. Expand your love so that all beings can share in it. Your love must be such that if someone around you is sad, you feel sad and if they are happy, you feel that happiness. Have your love fixed and devoted on the Lord, whether your petty wishes get fulfilled or not. Never let go, under any circumstances, this precious treasure - your Love for God.

Menjadilah seperti seruling, buluh bambu yang berongga, lurus, dan ringan, sehingga tidak ada substansi yang menghambat napas-Nya. Maka Beliau akan datang dan menjemputmu dan memainkan musik ilahi melalui engkau, bermain denganmu dengan sentuhan yang lembut. Di tangan-Nya seruling yang sangat kecil tersebut akan diubah menjadi sesuatu yang Infinite (Mahabesar). Intensifkanlah cinta-kasih yang ada dalam dirimu. Inilah hadiah yang suci. Perluaslah cinta kasih-mu sehingga semua makhluk dapat berbagi di dalamnya. Cinta kasih-mu harus sedemikian rupa sehingga jika seseorang di sekitarmu merasa sedih, engkau akan merasa sedih dan jika mereka berbahagia, engkau akan merasakan kebahagiaan. Milikilah cinta-kasih yang tetap dan ditujukan hanya kepada Tuhan, apakah keinginan kecilmu bisa dipenuhi atau tidak. Jangan biarkan pergi, dalam keadaan apapun, harta yang berharga ini yaitu Cinta kasih-mu pada Tuhan.

-BABA

Friday, August 9, 2013

Thought for the Day - 9th August 2013 (Friday)

There is no point in distributing the essence of spirituality (Adhyatma rasa) to underfed and weak people; give them food (Anna rasa) first, make them strong enough to entertain strong beliefs and contain strong ideals. Physical hunger must first be appeased by simple and pure (Sathwik) food. Then the repetition of the Name of the Lord must be undertaken; it can be any name that appeals to you the most. Do not treat the Name lightly. Respect it even if you hear it from the lips of a beggar, who uses it to procure alms. Though the person who utters the Name is bad or though his motive in uttering it may not be noble, do not ill treat the Name for its purity can never be harmed. Thank them for reminding you of the Lord and go your way.

Tidak ada gunanya menyampaikan esensi spiritualitas (Adhyatma rasa) kepada orang-orang yang kekurangan makanan dan lemah; pertama-tama berikanlah makanan (Anna rasa) kepada mereka, buatlah mereka cukup kuat dengan jamuan makanan yang engkau berikan sehingga dapat menguatkan keyakinannya. Kelaparan fisik, pertama-tama harus diredakan dengan makanan yang sederhana dan murni (Sathwik). Selanjutnya lakukanlah pengulangan Nama Tuhan; Nama Tuhan yang manapun yang paling menarik bagimu. Jangan menganggap enteng Nama Tuhan. Engkau harus menghormatinya bahkan jika engkau mendengarnya dari bibir seorang pengemis, yang menggunakannya untuk mendapatkan sedekah. Meskipun orang yang mengucapkan Nama Tuhan tersebut adalah orang yang jahat atau meskipun motifnya dalam mengucapkan Nama Tuhan tersebut mungkin tidak mulia, janganlah mengangap Nama Tuhan itu buruk, karena kemurnian Nama Tuhan tidak dapat dirusak. Terimalah mereka untuk mengingatkan engkau tentang Tuhan dan pergilah dengan caramu.

-BABA

Thursday, August 8, 2013

Thought for the Day - 7th August & 8th August 2913

Date: Wednesday, August 07, 2013

For the wisdom of discrimination to dawn on people, elders must first set an example in discrimination and detachment. If they run after sensory pleasures with feverish excitement, how can the youth be blamed for their selfishness and greed? The elders must practise what they preach, show how a divine life confers mental poise, joy, contentment and harmony. They must spend at least some time everyday in the recital of the Lord’s Name or on Meditation. Then, children too, will imbibe that atmosphere and acquire peace for sure. Today, many speak with full passion that there is nothing as sweet as the Name of the Lord, but they do not repeat it at all. Children will easily discover the hoax, if one neglects their own spiritual progress on the path, but preaches it. The accountability of those who profess the spiritual path is great and must not be undermined.

Karena pengetahuan tentang diskriminasi menjadikan manusia lebih jelas (untuk membedakan yang baik dan buruk), para tetua harus terlebih dahulu memberikan contoh dalam hal diskriminasi dan tanpa kemelekatan. Jika para tetua hanya mengejar kesenangan indera dengan demam kebahagiaan duniawi, bagaimana para pemuda bisa disalahkan karena keegoisan dan ketamakan mereka? Para tetua harus mempraktikkan apa yang telah mereka nasihatkan, menunjukkan bagaimana kehidupan ilahi menganugerahkan ketenangan mental, sukacita, kepuasan, dan harmoni. Mereka harus meluangkan setidaknya beberapa saat dalam sehari untuk melakukan pengulangan Nama Tuhan atau Meditasi. Maka, anak-anak akan menyerap suasana itu dan pasti memperoleh kedamaian. Saat ini, banyak yang mengatakan dengan penuh gairah bahwa tidak ada yang semanis Nama Tuhan, tetapi mereka sama sekali tidak melakukan pengulangan Nama Tuhan. Anak-anak dengan mudah akan menemukan kebohongan, jika orang-orang mengabaikan kemajuan rohani mereka sendiri di jalan ini, tetapi mengajarkan hal itu. Akuntabilitas orang yang menyatakan berjalan di jalan spiritual, sangat besar dan seharusnya tidak dirusak.
-BABA


Date: Thursday, August 08, 2013

Picture this inward journey as walking through a four storied building to get to the top – the ground floor being the union with God through action (Karma Yoga), and the other floors being Devotion, Wisdom and Detachment (Bhakthi, Jnana and Vairagya). When it is just a nascent fruit, it is karma. That is, all are capable of the activity, and so it is the first step in spirituality as well. When it matures and is rendered free from egoism and greed, it becomes worship, and so, it leads one onto the second floor, Bhakthi. When it is ripe and sweet, that is to say, when the devotee achieves complete self-surrender, then it is the acquisition of Jnana (Wisdom). When the fruit drops from the tree, it marks full detachment (Vairagya); the fourth floor of God's mansion is then reached.

Bayangkanlah perjalanan ini sebagai berjalan melewati sebuah gedung bertingkat empat untuk sampai ke puncak – di lantai dasar untuk menyatu dengan Tuhan melalui tindakan (Karma Yoga), dan ketiga  lantai lainnya dengan Pengabdian, Kebijaksanaan, dan Tanpa kemelekatan (Bhakthi, Jnana, dan Vairagya). Ketika buah mulai timbul/lahir, itu adalah karma. Artinya, semuanya mampu melakukan aktivitas/tindakan, dan itulah langkah pertama dalam spiritualitas. Ketika buah semakin tumbuh dan bebas dari egoisme dan keserakahan, itu akan menjadi ibadah, dan dengan demikian mengarah ke lantai yang kedua, Bhakthi. Ketika buah sudah matang dan manis, yaitu ketika bhakta mencapai kepasrahan total, maka selanjutnya akan memperoleh Jnana (Kebijaksanaan). Ketika buah jatuh dari pohon, itu adalah tanda tanpa kemelekatan (Vairagya); lantai empat rumah Tuhan itu tercapai.
-BABA