Sunday, August 31, 2008

Thoughts for the Day - 1st September 2008 (Monday)


Dharma (righteousness) is the foundation for the welfare of humanity, it is the eternal truth. When the effulgence of Dharma fails to illumine human relationships, mankind will become enveloped in the darkness of sorrow. Man must dedicate himself to Dharma so that he may live in peace and the world may also enjoy peace. He cannot acquire lasting peace nor can he win the grace of God through any means other than by leading a Dharmic life.


Dharma (kebajikan) adalah fondasi bagi kesejahteraan hidup umat manusia, ia merupakan kebenaran abadi. Ketika cahaya cemerlang Dharma tidak berhasil menerangi hubungan antar manusia; maka sebagai akibatnya, umat manusia akan terselubung di dalam kegelapan penderitaan. Manusia hendaknya mendedikasikan dirinya untuk Dharma agar supaya ia dapat hidup damai dan dunia juga menikmati kedamaiannya. Tanpa menjalani kehidupan yang Dharmic, manusia tidak akan mungkin bisa memperoleh kedamaian maupun rahmat Ilahi.

-BABA

Saturday, August 30, 2008

Thoughts for the Day - 31st August 2008 (Sunday)



Man has not taken birth merely to satisfy his mundane desires; he has come to manifest the Divinity latent in him. That is why he is called Vyakthi (individual)- he who makes Vyaktha (manifest) the Shakthi (Divine power) that is in him. For this purpose he has come endowed with this body, and the intelligence needed to control it and divert it to useful channels of activity. Every man must achieve this goal by Dharmanishtta and Karmanishtta - the steady pursuit of morality and good deeds.


Manusia terlahir bukanlah hanya sekedar untuk memuaskan rasa dahaga atas keinginan-keinginannya (yang rendah/duniawi); melainkan ia terlahir guna memanifestasikan Divinity yang laten ada di dalam dirinya. Itulah sebabnya ia dijuluki sebagai Vyakthi (individu), yaitu ia yang membuat Vyaktha (termanifestasinya) Shakthi (Divine power) yang ada di dalam dirinya. Untuk tujuan itulah, ia telah dibekali dengan badan jasmani serta kepintaran untuk mengendalikannya serta mengarahkannya melalui berbagai saluran/channel kegiatan. Setiap orang harus mencapai tujuan itu melalui Dharmanishtta dan Karmanishtta – pelaksanaan nilai-nilai kemoralan dan kebajikan.

-BABA

Friday, August 29, 2008

Thoughts for the Day - 30th August 2008 (Saturday)


To realise God, it is not necessary to have wealth, gold, luxuries or scholarship. All that is needed is pure devotion. Without purity of thought, word and deed, it is impossible to experience the Divine. God cannot be realised through ostentation and conceit. The basic requisite is the shedding of selfishness and possessiveness so that one can engage oneself in actions in a disinterested spirit. Any person is entitled to embark on this quest irrespective of age, caste or gender.

Untuk mencapai kesadaran Ilahiah, engkau tidak perlu harus memiliki kekayaan, emas, perhiasan maupun gelar kesarjanaan. Satu-satunya yang dibutuhkan adalah bhakti (devotion) yang murni & luhur. Tanpa adanya kemurnian dalam pikiran, ucapan dan perbuatan, maka adalah tidak mungkin untuk mencapai Divine. Beliau tidak bisa direalisasikan melalui tindakan show-off (kepura-puraan) maupun kesombongan. Prasyarat utamanya adalah meninggalkan sikap selfishness (mementingkan diri sendiri) serta sikap kepemilikan agar engkau dapat melakukan tindakan dengan semangat tanpa kemelekatan. Setiap orang berhak untuk mencapai Divine Realisation, tanpa peduli usia, kasta maupun jenis-kelaminnya.

-BABA

Thursday, August 28, 2008

Thoughts for the Day - 29th August 2008 (Friday)


The questions that haunt us and while we live are - from where have we come? To where are we proceeding? How did the universe originate? All religions try to answer these questions. Man has set down in all lands certain rules and regulations in order to secure orderly and smooth running of his daily schedule of activities, directed to the actual process of living. Since they have become part of the code of conduct, they are also described as 'Discipline'.

Pertanyaan-pertanyaan yang sering menghantui kita ketika masih hidup antara lain sebagai berikut: darimanakah kita berasal? kemanakah tujuan perjalanan/hidup kita? bagaimana asal-usul alam semesta? Semua agama mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Manusia telah menetapkan aturan dan regulasi dalam rangka untuk menciptakan keteraturan dan kelancaran jadwal kegiatan hariannya sebagai bagian dari proses kehidupan. Oleh karena aturan/regulasi tersebut adalah bagian dari kode-etik perilaku, maka ia juga disebut sebagai 'Disiplin'.
-BABA

Wednesday, August 27, 2008

Thoughts for the Day - 28th August 2008 (Thursday)


Never use foul words against another. Such words should never defile your tongue. Remember that there is God inside your heart, as well as in the hearts of everyone around you. He sees and hears everything. When you use harsh, angry and foul words against another, the God in you and the God in the other person is hurt. The tongue is a tool with which you can harm yourself and others too. So, be very careful; use it only for your good and for the good of others. The best way to use it is by speaking kind words, repeating the Name of God and singing His Glory.

Janganlah pernah menggunakan kata-kata yang kasar terhadap orang lain. Ucapan-ucapan seperti itu jangan pernah dibiarkan mengotori lidahmu. Ingatlah selalu bahwa Tuhan eksis di dalam hatimu dan demikian pula di dalam hati setiap orang di sekitarmu. Beliau melihat dan mendengarkan segalanya. Apabila engkau menggunakan kata-kata kasar yang penuh dengan amarah terhadap orang lain, maka itu berarti Tuhan yang ada di dalam dirimu dan juga di dalam diri orang lain akan 'terluka'. Lidah merupakan perangkat yang dapat mengakibatkan luka terhadap dirimu maupun terhadap orang lain. Oleh sebab itu, berhati-hatilah; pergunakanlah lidah hanya demi untuk kebaikanmu dan juga orang lain. Cara terbaik untuk mendaya-gunakannya adalah dengan mengucapkan tutur-kata yang baik, mengulangi nama Tuhan serta menyanyikan kemuliaan-Nya.
-BABA

Tuesday, August 26, 2008

Thoughts for the Day - 27th August 2008 (Wednesday)


Man does not live by food alone. In fact he lives by the power of the Atma. So you must use your strength of body and mind, wealth and education with intelligence, in order to realize the power of the soul. Without discrimination, what is the use of physical strength? Everyday, when you take food, you are offering eatables to the Fire that God has put in you to digest food. You have to eat in a prayerful mood, in profound gratitude. The Bhagavad Gita says that the fire that cooked the meal is God; the meal is God, the eater is God; the purpose of eating is to carry on the work entrusted by God, or pleasing to God; and the fruit of that work is progress towards God.

Kehidupan manusia tidaklah semata-mata hanya tergantung pada faktor makanan saja. Sebenarnya ia hidup berkat kekuatan Atma. Oleh sebab itu, hendaknya engkau mendaya-gunakan kekuatan jasmani dan rohani, kesejahteraan serta pendidikan dengan intellek (budhi), agar engkau dapat betul-betul memanfaatkan kekuatan jiwa (soul). Tanpa adanya diskriminasi (kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan salah), maka apalah gunanya mempunyai kekuatan fisik? Setiap hari ketika engkau bersantap, itu berarti engkau sedang mempersembahkan bahan makanan kepada Api yang telah diberikan oleh Tuhan di dalam dirimu guna mencerna makanan. Hendaknya proses mengkonsumsi makanan itu dijalankan dengan prayer mood dan perasaan bersyukur. Kitab Bhagavad Gita telah menyatakan bahwa api yang digunakan untuk memasak adalah Tuhan; makanan itu sendiri juga adalah Tuhan, yang memakan (manusia) adalah God; tujuan utama bersantap adalah untuk memiliki kekuatan agar dapat menjalankan tugas-tugas yang telah diberikan oleh-Nya atau untuk menyenangkan hati-Nya; agar buah hasil perbuatan tersebut dapat dijadikan sebagai tahapan untuk menuju kepada-Nya.
-BABA

Monday, August 25, 2008

Thoughts for the Day - 26th August 2008 (Tuesday)


One's actions decide one's destiny. It is of no avail to blame others for one's misfortune and misery. Nor is it correct to blame God as being partial or cruel. When one plants the seed of a bitter fruit, one can only expect a bitter fruit to grow. God is only a witness to the chain of causes and consequences. The way to escape this predicament is by dedicating every act to God in a spirit of detachment.

Perbuatanmu akan menentukan 'nasib'mu. Tak ada gunanya menyalahkan orang lain atas ketidak-beruntungan serta penderitaanmu. Demikian pula, tidaklah benar bila engkau mengatakan bahwa Tuhan bersikap tidak adil atau kejam. Ketika engkau menanam biji buah yang pahit, maka engkau hanya bisa menerima buah yang pahit kelak. Tuhan hanya bertindak sebagai saksi atas mata rantai sebab dan akibat. Jalan yang dapat ditempuh untuk meloloskan diri dari mata rantai ini dengan cara mendedikasikan setiap perbuatanmu kepada Tuhan dalam semangat ketidak-melekatan.
-BABA

Sunday, August 24, 2008

Thoughts for the Day - 25th August 2008 (Monday)


Be thankful to the Lord that He gave you Time, as well as action to fill it with. He gave you food, as well as hunger to relish it. But, that does not entitle you to engage yourself in action without discrimination. When you build a house, you install a door in front to admit all who are welcome and keep out those are not. You do not keep the doors wide open for all and sundry to come in as and when they please. Similarly, screen the impulses and motives that enter your mind; keep out the demeaning, the debasing, the deleterious. Admit only the highest wisdom of the scriptures, the wisdom culled out of the crucible of the experience of the ancient sages.


Bersyukur dan berterima-kasihlah kepada Tuhan atas anugerahnya kepadamu berupa waktu dan juga action (kemampuan untuk melakukan sesuatu) guna mengisi waktu tersebut. Beliau juga telah memberimu makanan dan juga rasa lapar untuk dipuaskan. Namun walaupun begitu, itu bukan berarti bahwa engkau boleh sesuka hatimu bertindak atau melakukan sesuatu tanpa disertai dengan pertimbangan terlebih dahulu (discrimination). Ketika engkau membangun sebuah rumah, maka tentunya engkau memasang pintu di bagian depan guna memperbolehkan orang-orang yang engkau undang untuk masuk ke dalam dan sebaliknya menahan orang-orang yang tidak diundang. Tentunya engkau tidak membiarkan pintu rumahmu terbuka bagi setiap orang yang datang sesuka-sukanya. Demikian pula, lakukanlah filtrasi terhadap dorongan dan motivasi tertentu yang masuk ke dalam batinmu; berhentikanlah hal-hal yang bersifat negatif. Hanya izinkanlah kebijaksanaan tinggi dari kitab-kitab suci serta kebijaksanaan mulia yang telah berhasil diperoleh oleh pengalaman-pengalaman luhur para rishi/sadhu.

-BABA

Saturday, August 23, 2008

Thoughts for the Day - 24th August 2008 (Sunday - Krishna Janmashtami)


The supreme message of the life of Lord Sri Krishna is the uniqueness of the Prema Tattwa (Principle of Love). This message is all the world needs. Krishna is the embodiment of love. This love can be understood only through love. It is strong, brilliant and unbreakable like diamond. It is extremely precious. If you want to secure such divine love, your love for God must be equally strong. You can cut diamond only with diamond. Love begets love. Hatred can only beget hatred. Jealousy begets jealousy. Anger breeds anger. Therefore, if you want to foster love, you have to get rid of hatred, jealousy and anger.


Pesan mulia dari kehidupan Lord Sri Krishna adalah berkaitan dengan keunikan Prema Tattwa (Prinsip Cinta-Kasih). Pesan inilah yang dibutuhkan oleh dunia dewasa ini. Krishna adalah perwujudan cinta-kasih yang hanya bisa dipahami melalui cinta-kasih. Prinsip cinta-kasih ini sungguh amat kuat, cemerlang dan tak tergoyahkan bagaikan sebongkah permata. Cinta-kasih sungguh sangat berharga. Apabila engkau ingin mendapatkan cinta-kasih Ilahiah, maka cinta-kasihmu terhadap Tuhan juga haruslah mantap & kuat. Engkau hanya bisa memotong permata dengan permata. Cinta-kasih menghasilkan cinta-kasih. Sebaliknya kebencian akan menghasilkan kebencian dan demikian pula halnya dengan kecemburuan dan kemarahan. Oleh sebab itu, apabila engkau hendak mendapatkan cinta-kasih, maka terlebih dahulu engkau harus sanggup untuk mengenyahkan kebencian, kecemburuan dan kemarahan.

-BABA

Friday, August 22, 2008

Thoughts for the Day - 23rd August 2008 (Saturday)


Why is man so pathetically afflicted today with fear and anxiety? Are we to search for the reasons outside us or do they lie within us? The reason lies in the false emphasis we have laid on things of the material world, ignoring matters of the spirit. The body that man bears is essentially a receptacle of God. It is a temple where God is installed, where God is the Master. Hence, it does not behove you to pander to its every whim. Instead, realise it to be a very valuable instrument in your journey to God.

Mengapa manusia dewasa ini dirundung oleh ketakutan dan kegelisahan? Apakah kita harus mencari penyebabnya di luar diri kita ataukah justru biang-keroknya ada di dalam diri kita sendiri? Jawabannya adalah bahwa sumber kesalahannya terletak pada cara pandang terhadap dunia materi dimana kita telah melupakan spirit (jiwa) kita sendiri. Badan jasmani ini tiada lain adalah tempat bersemayamnya Tuhan, ia merupakan kuil bagi-Nya, dimana Tuhan sebagai penguasa (master)-nya. Oleh sebab itu, seyogyanyalah engkau tidak patuh secara membabi-buta terhadap keinginan-keinginan badan ini. Sebaliknya, sadarilah bahwa badan jasmani ini telah diberikan kepadamu untuk dimanfaatkan sebagai instrumen/wahana dalam perjalananmu menuju kepada-Nya.

-BABA

Thursday, August 21, 2008

Thoughts for the Day - 22nd August 2008 (Friday)


Man has springs of joy and peace in his heart, even as a child. Cultivate them, give them fullest freedom to gush forth and fertilize all fields of activity, that is the real purpose of education. Man is born to be perpetually happy, but he is always in misery. This is tragic; it is like the man who died of thirst though he was standing knee-deep in the running stream. The source of happiness is in you. Real education has to teach man how to tap this spring of joy.

Di dalam diri (hati) manusia - bahkan dari sejak kecil - sudah terkandung sumber mata-air kebahagiaan dan kedamaian. Coba gali dan eksploitasilah sumber yang berharga itu dan biarkanlah ia tumbuh serta menyuburkan setiap bidang kegiatanmu. Inilah tujuan utama pendidikan. Pada hakekatnya manusia terlahir untuk berbahagia, namun ironisnya ia justru selalu dilanda kesedihan. Hal ini sungguh tragis; ibaratnya seperti orang yang begitu kehausan padahal dirinya sedang berdiri di atas aliran air sebatas lututnya. Ingatlah bahwa sumber kebahagiaan ada di dalam dirimu sendiri. Pendidikan sejati mengajarkan manusia bagaimana caranya menemukan & memanfaatkan sumber kebahagiaan itu.
-BABA

Wednesday, August 20, 2008

Thoughts for the Day - 21st August 2008 (Thursday)


God is the great Unseen, the vast Unknowable. Though you do not see the roots or know how deep inside the earth they are, you pour water round the trunk, so that it may reach them. You expect that the roots will absorb the water and the tree will grow and yield fruit. Recognise that similarly there is God as the very basis of Creation; pray to Him, and He will shower fruit.

Tuhan adalah kekuatan maha besar yang tak terlihat dan Beliau maha tahu. Walaupun engkau tidak melihat akar (pepohonan) dan juga tidak tahu seberapa dalam akar itu menancap di bawah tanah, namun engkau tetap mengairinya dengan anggapan bahwa akar-akar itu akan menyerap air agar pohon itu dapat tumbuh besar dan menghasilkan buah. Dengan analogi yang serupa, sadarilah bahwa Tuhan adalah dasar dari segenap alam ciptaan ini; berdoalah kepada-Nya untuk mencurahkan rahmat Ilahi-Nya.
-BABA

Tuesday, August 19, 2008

Thoughts for the Day - 20th August 2008 (Wednesday)


Education has to cultivate humility and discipline; but today it is yielding a harvest of pride and envy. ‘Vidya’ means: ‘Vid’ (Light) and ‘Ya’ (that which gives). So education has to shed light and illumine the darkness in the mind and the intellect. It does not indicate mere bookish knowledge. It has to clarify the kinship of man with man and his intimate relationship with nature. It must harmonize one's earlier experiences with one's present ones, and guide one to beneficial experiences in the future. It must validate the knowledge gained from the books by the experiences and in the process make man grow, until he becomes Divine.

Pendidikan hendaknya mengajarkan cara/metode untuk memupuk kerendahan-hati serta disiplin; namun yang disayangkan sekali adalah bahwa pendidikan (di zaman modern) ini banyak yang malah menghasilkan sifat-sifat sombong dan kedengkian. 'Vidya' diartikan sebagai: 'Vid' (cahaya) dan 'Ya' (yang memberikan). Dengan demikian, pendidikan haruslah menerangi dan mengusir kegelapan batin dan intellek. Pendidikan bukan hanya sekedar bookish knowledge (pengetahuan dari buku). Pendidikan harus sanggup mengklarifikasikan hubungan antar manusia serta keterkaitannya yang erat antara manusia dengan alam sekitarnya. Pendidikan hendaknya menghasilkan harmonisasi antara pengalaman terdahulu dengan pengalaman yang dialami oleh setiap orang saat ini serta kemudian menjadi pedoman bagi pengalaman di masa yang akan datang. Pendidikan hendaknya berfungsi sebagai validator antara pengetahuan yang diperoleh dari buku-buku dengan pengalaman sehari-hari; sehingga dengan demikian, manusia akan tumbuh & berkembang hingga kelak menjadi Divine.
-BABA

Monday, August 18, 2008

Thoughts for the Day - 19th August 2008 (Tuesday)

The very first Sadhana (spiritual exercise) one must adopt is the cultivation of inner silence, to put an end to the continuous dialogue with the mind. Let the mind rest for a while. Do not project on the mind irrelevant details or pollute it with fumes of envy and greed. Every idea we entertain, either good or bad, gets imprinted on the mind. An element of weakness and unsteadiness is thus introduced in the mind. Keep the mind calm and clear. Do not agitate it every moment by your non-stop dialogue.


Sadhana awal dan pertama yang seyogyanya engkau terapkan adalah melatih inner silence, yaitu berupaya untuk menghentikan dialog dengan mind (pikiran). Biarkanlah mind beristirahat sejenak. Janganlah memproyeksikan hal-hal yang tidak relevan kepada mind dan jangan pula mengkontaminasinya dengan keiri-hatian maupun keserakahan. Setiap bentuk idealisme/pemikiran – baik atau buruk – akan tercetak di dalam mind. Jagalah agar mind selalu tenang dan jernih. Janganlah mengusiknya melalui dialog batinmu yang tiada berkesudahan itu.

-BABA

Sunday, August 17, 2008

Thoughts for the Day - 18th August 2008 (Monday)

Many of you have problems of health or mental worry of some sort or the other. They are mere baits by which you have been brought to My presence, so that you may obtain My grace and strengthen your faith in the Divine. Problems and worries are really to be welcomed as they teach you the lessons of humility and reverence.


Banyak sekali di antara anda yang memiliki masalah kesehatan maupun kekhawatiran mental lainnya. Semuanya itu bagaikan umpan yang mengantarkanmu kepada-Ku, agar dengan demikian, engkau memperoleh Rahmat-Ku dan sekaligus memperkuat keyakinanmu terhadap Divine. Persoalan dan kekhawatiran hendaknya diterima sebagai salah-satu cara untuk mengajarimu tentang perlunya kerendahan-hati (humility) dan penghormatan (reverence).

-BABA

Saturday, August 16, 2008

Thoughts for the Day - 17th August 2008 (Sunday)

The greater the number of desires, the lesser the happiness you will experience. Be contented. A discontented man loses everything; only a contented man can experience real joy. The happiness in one's life will be in inverse proportion to one's desires. In the journey of life, as in a railway journey, the lesser the luggage (desires) one carries, the greater the comfort.

Semakin banyak keinginanmu, maka akan semakin kecil pula kebahagiaan yang akan engkau rasakan. Puaslah dengan apa yang telah engkau miliki. Manusia yang tidak puas akan kehilangan segala-galanya; kebahagiaan hanya bisa dialami oleh mereka yang tahu berpuas diri. Kebahagiaan dalam kehidupan ini berbanding terbalik dengan keinginanmu. Dalam perjalanan hidup, yang bisa diibaratkan seperti perjalanan kereta api, semakin sedikit koper (keinginan) yang engkau bawa, maka akan semakin nyaman perjalananmu.

-BABA

Friday, August 15, 2008

Thoughts for the Day - 16th August 2008 (Saturday)


Life has to be an incessant process of repair and reconstruction, of discarding evil and developing goodness. Paddy grains have to be de-husked in order to become edible as rice. Cotton has to be converted as yarn to become wearable cloth. Gold nuggets have to be heated in the crucible to remove the impurities. Man too, must purify his impulses, emotions and desires and cultivate good thoughts, words and deeds so that he can progress spiritually.

Kehidupan ini seyogyanya dijalani sebagai suatu proses perbaikan dan rekonstruksi yang berkelanjutan, yaitu membuang kejahatan dan mengembangkan kebaikan. Butir-butir padi haruslah dibuang terlebih dahulu sekamnya agar menjadi beras yang siap untuk (dimasak dan) dimakan. Kapas harus dirubah menjadi benang agar dapat dijahit menjadi pakaian. Bongkahan emas haruslah dipanaskan guna membuang impuritas (ketidak-murniannya). Demikain pula, manusia juga harus memurnikan dorongan impulsnya, emosi, keinginan serta mengembangkan pikiran, ucapan dan perbuatan yang positif agar ia dapat maju secara spiritual.
-BABA

Thursday, August 14, 2008

Thoughts for the Day - 15th August 2008 (Friday)


Devotion to one's motherland is as important as devotion to God. When integrity and patriotism are developed in an individual, his vision becomes broad and his outlook balanced. The motherland is not just a place on the map or an extent of land or a collection of names; it is verily the Mother who feeds the body as well as the mind. It teaches the art of progressing towards the supreme goal of life, namely, self-realization. It is thus the embodiment of both Lakshmi (Goddess of prosperity) and Saraswathi (Goddess of knowledge).

Devotion (bhakti) terhadap tanah-air sama pentingnya dengan devotion kepada Tuhan. Ketika di dalam diri seorang individu telah tumbuh-berkembang integritas dan patriotisme, maka pandangannya menjadi lebih lapang dan cara berpikirnya juga menjadi lebih seimbang. Tanah-air bukanlah sekedar suatu tempat di atas peta atau tanah dengan luas tertentu ataupun kumpulan nama-nama; tanah-air tiada lain adalah bagaikan seorang Ibu yang menyusui badan jasmani dan juga batin (mind). Ia mengajarkan tentang seni untuk tumbuh & maju ke tujuan utama kehidupan ini, yakni self-realization (pencerahan diri). Oleh sebab itu, tanah-air adalah juga merupakan pengejawantahan dari Lakshmi (Dewi kekayaan) dan Saraswathi (Dewi ilmu-pengetahuan).
-BABA

Wednesday, August 13, 2008

Thoughts for the Day - 14th August 2008 (Thursday)


The blazing fire of Jnana (wisdom) which convinces you that all this is Brahman (God), will consume in to ashes all traces of your egoism and worldly attachment. You must become intoxicated with the nectar of union with Brahman. That is the ultimate goal of Dharma (righteousness) and Karma (action).

Bara api Jnana (kebijaksanaan) - yang meyakinkanmu bahwa semuanya adalah Brahman (Tuhan) - akan membakar habis semua jejak-jejak egoisme-mu serta kemelekatanmu terhadap dunia ini. Engkau akan terbius oleh nectar persekutuan dengan Brahman. Inilah tujuan akhir dari Dharma (kebajikan) dan Karma (tindakan).
-BABA

Tuesday, August 12, 2008

Thoughts for the Day - 13th August 2008 (Wednesday)


A devotee, filled with the love of the Lord, welcomes what may appear as punishing as something intended for his good. Even when the Lord appears to be angry, His compassion is evident. Even in punishment God's kindness will be seen. Hence no one should cherish grievance that he or she has been singled out for punishment. Even punishment is a means of leading one to God. The display of anger is for safeguarding the devotee. The true devotee is one who recognises this truth and welcomes whatever happens to him as intended for his good.

Seorang bhakta - yang mencintai Tuhan - akan siap untuk menerima segala bentuk 'cobaan' dalam kehidupan ini dengan pemikiran bahwa kejadian tersebut adalah demi untuk kebaikannya sendiri. Walaupun Tuhan mungkin tampak seolah-olah sedang "marah", namun welas-asih merupakan unsur landasannya. Oleh sebab itu, janganlah engkau justru merasa senang apabila engkau terbebaskan dari cobaan. Sebab cobaan tersebut juga merupakan jalan yang akan menuntunmu kepada-Nya. "Kemarahan"-Nya semata-mata bertujuan untuk melindungimu. Bhakta sejati menyadari kebenaran ini dan mereka siap untuk menerima apapun juga yang akan terjadi dalam kehidupannya demi untuk kebaikannya sendiri.

-BABA

Monday, August 11, 2008

Thoughts for the Day - 12th August 2008 (Tuesday)


Whatever the crisis, however deep the misery, do not allow your grip over the mind to get loose. Tighten it further, fixing your eyes on the higher values. Do not allow the mind to stray away from the tabernacle of the heart. Make it bow before the Atma within.

Apapun juga jenis krisis yang bakal engkau hadapi, tak peduli seberapa parahnya penderitaan itu, janganlah sekali-kali engkau membiarkan dirimu lengah dalam mengendalikan mind/batinmu. Sebaliknya engkau justru perlu semakin mengencangkan kendali dan fokuskan perhatianmu terhadap nilai-nilai yang lebih tinggi. Janganlah membiarkan mind meloloskan dirinya dari altar hatimu. Didiklah ia agar tunduk kepada Atma yang ada di dalam dirimu.
-BABA

Sunday, August 10, 2008

Thoughts for the Day - 11th August 2008 (Monday)

Impure gold is melted in the crucible and it emerges shining and bright. The mind rendered impure by Rajas (passion) and Tamas (sloth), by anger and conceit, by the impressions of a thousand attachments and desires, can be made bright and resplendent if it is put in to the crucible of Vicahara (enquiry) and heated on the coals of Viveka (discrimination). The brightness is due to the light of Realization, the knowledge that you are the Atma.


Emas yang kemilau akan dihasilkan setelah bongkahan (emas) yang masih mentah (belum murni) dilumerkan di dalam crucible. Mind (batin) mengalami penodaan oleh Rajas (passion/nafsu) dan Tamas (kemalasan), kemarahan dan kecongkakan, kemelekatan dan keinginan. Namun walaupun begitu, engkau memiliki kemampuan untuk memurnikan batinmu apabila engkau meletakkannya di dalam crucible Vichara (perenungan diri) yang dihangatkan oleh kobaran bara api Viveka (kemampuan diskriminatif). Praktek pemurnian ini akan menghasilkan pencerahan batin bahwa dirimu sebenarnya adalah Atma.

-BABA

Saturday, August 9, 2008

Thoughts for the Day - 10th August 2008 (Sunday)

When you repeat the Name without feeling, it seldom reaches the mark. The Name of the Lord must be recited with awe and wonder, humility and reverence. The bow has to be drawn full before the arrow is released; then it will pierce the target. Feeling is the force that draws the strings taut and makes the Name reach the deity, the bearer of the Name.


Ketika engkau mengulang/mengucapkan nama (Tuhan) tanpa disertai oleh perasaan, maka doa-doamu itu jarang akan mencapai target/sasarannya. Nama-nama Tuhan hendaknya diucapkan dengan penuh khidmat, kerendahan hati dan hormat. Sebuah busur haruslah ditarik sekencang-kencangnya sebelum anak-panahnya dilepaskan; maka dengan demikian panah tersebut barulah bisa mengenai sasarannya. Perasaan adalah daya kekuatan yang menarik busur tersebut, agar nama-nama yang diucapkanmu dapat terdengar oleh sang dewata, si pemilik Nama.

-BABA

Friday, August 8, 2008

Thoughts for the Day - 9th August 2008 (Saturday)


Many feel that it is human to err and that Bhagawan should forgive their lapses. In fact, if they were truly human, they should not commit mistakes at all. Even if sometimes a mistake is committed, willingly or unwillingly, it should not be repeated. It is a grievous error to think that it is natural for a human being to err. To follow the directives of the senses is the mark of an animal. To be guided by the Atma is the sign of a human being. None should attempt to justify his or her weaknesses and lapses as natural to a human being. They should be regarded as signs of mental debility. When you have truly acquired sense-control, you will experience the power of the Divine in you.

Banyak orang yang beranggapan bahwa sudah lumrah apabila manusia berbuat kesalahan dan bahwa untuk itu, Bhagawan haruslah memaklumi dan memaafkan kesalahan tersebut. Padahal sebenarnya, jikalau engkau benar-benar seorang human (manusia), maka seharusnyalah engkau tidak berbuat salah sama sekali. Walaupun terkadang kala kesalahan itu terjadi juga, baik disengaja maupun tidak, maka hendaknya kesalahan serupa tidak terulang kembali. Sungguh salah untuk beranggapan bahwa kesalahan adalah hal yang lumrah. Apabila engkau mengikuti keinginan panca indera, maka itu adalah pertanda bahwa engkau mengikuti instinct kebinatanganmu. Sebaliknya, apabila engkau tunduk dan bersedia dituntun oleh Atma, maka barulah itu sebagai hal yang alami bagi seorang manusia. Oleh sebab itu, janganlah membuat pembenaran atas kelemahan dan kekuranganmu dengan beralasan bahwa hal tersebut bersifat manusiawi. Justru itu merupakan pertanda kelemahan mental. Apabila engkau berhasil menguasai pengendalian indera, maka engkau akan merasakan kekuatan Ilahiah di dalam dirimu.
-BABA

Thursday, August 7, 2008

Thoughts for the Day - 8th August 2008 (Friday)


Man seeks joy in far places and peace in quiet spots; but, the spring of joy is in his heart, the heaven of peace is in him. Even when he walks on the moon, man has to take with him his fears, his anxieties, his prejudices and his pet aversions. Have faith in God, and in the correctness of moral living. Then, you can have peace and joy, whatever may be the fare that fortune offers you.

Manusia mencari kebahagiaan di tempat yang nun jauh dan kedamaian di tempat yang sunyi-sepi; padahal sebenarnya mata-air kebahagiaan ada di dalam hatinya sendiri dan demikian pula halnya dengan surga kedamaian. Walaupun manusia sanggup menjejakkan kaki dan berjalan di permukaan bulan, namun ia tetap akan dirundung oleh ketakutan, kekhawatiran serta kebimbangan lainnya. Milikilah keyakinan terhadap Tuhan serta berpegang-teguh pada nilai-nilai kemoralan. Dengan demikian - di tengah pasang-surut kehidupan - kedamaian dan kebahagiaan tidak akan jauh darimu.
-BABA

Wednesday, August 6, 2008

Thoughts for the Day - 7th August 2008 (Thursday)


Discrimination is very essential in life. One must always inquire, “Is it good or bad?” and “Is it right or wrong?” We must accept the good and discard the bad. It is not enough that discrimination be practiced only for physical objects. We must use discrimination in our vision – in what we see. We must show discrimination in our words, in what we listen to, in our thoughts and, of course, in our actions and in our behaviour. Only then will the word ‘discrimination’ acquire significance.

Kemampuan diskriminatif sangatlah penting dalam kehidupan ini. Dengan perkataan lain, engkau harus selalu bertanya, "Apakah ini baik atau buruk?" dan "Apakah ini benar atau salah?" Kita harus menerima yang baik dan benar serta menjauhkan diri dari yang buruk dan salah. Tidaklah cukup bila kita hanya mempraktekkan diskriminasi di level/obyek fisik/materi saja. Kita juga harus menerapkannya dalam ucapan, hal-hal yang kita dengar, pikirkan dan tentunya dalam perilaku serta tindakan kita. Hanya dengan demikian, barulah istilah 'discrimination' memperoleh makna yang sebenarnya.
-BABA

Tuesday, August 5, 2008

Thoughts for the Day - 6th August 2008 (Wednesday)

Whoever subdues his egoism, conquers his selfish desires, destroys his baser feelings and impulses and gives up the natural tendency to regard the body as the self, he is surely on the path of Dharma (righteousness). The goal of Dharma is the merging of the wave in the ocean, the merging of the self in the Higher self.

Siapapun juga yang berhasil mengatasi (menekan) egoismenya, maka itu berarti ia sudah berhasil mengatasi keinginan-keinginannya yang selfish (yang mementingkan diri sendiri), ia sudah menghancurkan perasaan serta dorongan batin (yang salah) yang menganggap seolah-olah badan jasmani ini sebagai diri (self). Dengan perkataan lain, ia sudah berada di jalan Dharma (kebenaran). Tujuan utama Dharma adalah untuk menyatukan kembali gelombang dengan samudera, yaitu penyatuan (merging) diri masing-masing (Atma) kepada Higher Self (Paramatma).
-BABA

Monday, August 4, 2008

Thoughts for the Day - 5th August 2008 (Tuesday)


The body, the sense organs, the mind and the intellect are the instruments for a human being. Only when one understands the secrets of these instruments will one be able to comprehend the Atmic Principle. If you cannot understand the vesture you are wearing, how can you understand the mystery of the infinite, indwelling Spirit? The body is the basic instrument for all the actions in life and for the acquisition of all knowledge and skills. The body should be regarded primarily as an instrument for the realization of the Divine. Attachment to the body for physical pleasures should be given up. It is essentially sacred and precious for it is the abode of the Atma and should be used only for sacred purposes.

Badan jasmani, panca indera, mind (batin) dan intellect (buddhi) adalah berbagai instrumen yang telah diberikan kepada setiap orang (manusia). Prinsip Atmic hanya bisa dipahami jikalau engkau mengerti rahasia dari instrumen-instrumen itu. Apabila engkau tidak mengerti vesture (apparel/pakaian) yang sedang engkau kenakan ini, maka bagaimanalah mungkin engkau bisa memahami rahasia Spirit yang tak terbatas (infinite)? Badan fisik merupakan instrumen dasar yang dibutuhkan oleh setiap bentuk tindakan dalam kehidupan serta untuk akuisisi pengetahuan dan ketrampilan. Badan jasmani hendaknya diperlakukan sebagai instrumen utama dalam mencapai realisasi Divinity. Kemelekatan terhadap kenikmatan indriawi hendaknya ditinggalkan. Badan (fisik) pada intinya merupakan wahana yang suci dan berharga, sebab ia merupakan tempat bersemayamnya Atma dan oleh sebab itu, gunakanlah badanmu ini hanya untuk melakukan hal-hal/maksud yang mulia.
-BABA

Sunday, August 3, 2008

Thoughts for the Day - 4th August 2008 (Monday)

Look at the clouds that wander across the sky. Note that they have no intimate lasting relationship with the sky, which they hide for a short while. Such is the relationship between your body and you; you who are of the nature of Paramatma (God) and the body which is but a temporary, passing cloud that hides the Truth.


Lihatlah kumpulan awan yang berkelana di atas langit. Perhatikanlah bahwa mereka tak memiliki hubungan yang langgeng dengan langit yang mereka sembunyikan sesaat. Demikianlah kondisi hubungan yang engkau miliki dengan badan jasmanimu; dirimu (yang sejati) adalah Paramatma sedangkan badan fisikmu bersifat temporer, bagaikan awan berlalu yang menyembunyikan kebenaran (absolut).

-BABA

Saturday, August 2, 2008

Thoughts for the Day - 3rd August 2008 (Sunday)

The fact that in every being there is the Supreme is an inescapable reality. God will not be released if denied or enter if invited. He is there, in the very 'Being' of every being. This is the truth and if you want to know it and experience it, develop the vision of the Jnani (wise person). Just as the telescope enables you to see things that are far away, the 'Jnanascope' is essential to see Brahman (divinity) immanent in everything.


Fakta bahwa di dalam diri setiap orang terdapat Divine merupakan realitas yang tak terelakkan. Beliau tidak akan pergi walaupun diingkari dan Ia juga tidak akan datang walaupun diundang. Beliau tetap ada di sana, sebagai inti yang hakiki. Inilah kebenaran, dan jikalau engkau ingin mengetahui dan merasakannya, maka engkau perlu mengembangkan Jnani vision (pandangan terang). Seperti halnya engkau membutuhkan perangkat teleskop untuk melihat benda-benda antariksa yang jauh; maka dalam hal ini, engkau membutuhkan 'Jnanascope' agar dapat melihat Brahman (divinity) yang ada di dalam segala-galanya.

-BABA

Friday, August 1, 2008

Thoughts for the Day - 2nd August 2008 (Saturday)


The impure impulses bind you to the wheel of Samsara (worldly existence) and tie you down to this earth. The giant tree called mind has two seeds: Vasana (impulses) and Prana (life breath). The seed grows in to the tree, the tree yields the seed. The Prana moves because of the Vasanas. The Vasanas operate because of the Prana. But if beneficent Vasanas are encouraged, they will not bind the mind. They are like seeds that are fried, which will not sprout. These Vasanas are characterised by such activities as the association with holy persons, reverence for the guru, charity, fortitude, love, patience, truth, courage, sense control, etc.

Impuls (dorongan batin) yang impure (tidak murni) cenderung akan mengikatmu sehingga engkau akan selalu terjerat dalam perputaran roda Samsara (tumimbal lahir). Pohon raksasa yang dinamakan batin (mind) mempunyai dua jenis benih/biji, yaitu: Vasana (impuls/dorongan batin) dan Prana (nafas kehidupan). Dari benih/biji akan tumbuh sebatang pohon, dan kemudian pohon itu menghasilkan benih/biji. Pergerakan Prana ditimbulkan oleh Vasanas, sedangkan Prana merupakan kekuatan pendorong bagi Vasanas. Walaupun begitu, apabila engkau sanggup mendorong timbulnya Vasanas yang beneficient (yang positif/yang baik), maka Vasanas itu tidak akan mengikat batinmu. Ibaratnya seperti benih/biji yang sudah dimasak, maka potensinya untuk berbuah sudah tidak ada lagi. Vasanas seperti ini ditandai oleh aktivitas-aktivitas seperti: pergaulan/persekutuan yang suci, penghormatan terhadap guru, sikap kedermawanan, kesabaran, cinta-kasih, tenggang-rasa, keberanian, pengendalian indera dan lain-lain.
-BABA

Thoughts for the Day - 1st August 2008 (Friday)


Only those who have filled themselves with love and have lived in the light of that love are called men. Those devoid of love are demons. Those saturated with love are incapable of spite, selfishness, injustice, wrong and misconduct. But in those who have no love, the above qualities are predominant. By love is meant love which is unsullied, unselfish, steadfast and devoid of impurity.

Hanya bagi mereka yang memiliki sifat-sifat seperti ini barulah layak untuk disebut sebagai manusia, yaitu ia yang mengisi hatinya dengan cinta-kasih dan hidup di bawah cahaya cinta-kasih. Tanpa adanya cinta-kasih, maka ia lebih cocok untuk disebut sebagai demons (setan). Mereka yang bernafaskan cinta-kasih tidak akan mudah terpengaruhi oleh sifat-sifat seperti: dengki, congkak, ketidak-adilan serta perilaku yang salah lainnya. Sebaliknya sifat-sifat seperti itu justru sangat dominan di dalam diri mereka yang hampa dalam cinta-kasih. Yang dimaksud dengan cinta-kasih di sini adalah cinta-kasih yang tak ternoda, yang tidak mementingkan dirinya sendiri, yang mantap serta bebas dari segala ketidak-murnian lainnya.
-BABA