Wednesday, January 30, 2008

Thoughts for the Day - 31st January 2008 (Thursday)


Everyone is endowed with a spiritual heart (Hridaya). When you fill your heart with love and compassion, peace will reign supreme in the world. There will be love everywhere. There will be no jealousy, hatred or anger in the world. Restlessness will disappear from the face of the earth. One who has filled his heart with compassion will always remain in peace. It is most essential to know this truth. People mistake Hridaya for the physical heart. Hridaya is nothing but the all-pervasive Atmic principle, in other words, the Aham. So you should keep your heart absolutely pure and sacred.

Setiap orang telah dibekali dengan hati spiritual (Hridaya). Apabila engkau mengisi hatimu dengan cinta-kasih dan welas-asih, maka kedamaian akan bersinar di dunia ini. Dimana-mana hanya akan terdapat cinta-kasih. Tidak ada lagi kecemburuan, kebencian ataupun kemarahan di muka bumi ini. Kericuhan dan keonaran akan sirna tertelan oleh cahaya cinta-kasih. Mereka yang hatinya penuh dengan welas-asih akan senantiasa hidup dalam kedamaian. Oleh sebab itu, sangatlah penting bila engkau menyadari kebenaran ini. Banyak orang yang mengira Hridaya sebagai jantung, padahal sebenarnya Hridaya tak lain adalah prinsip Atmic yang maha luhur; dengan perkataan lain, Hridaya = Aham. Engkau harus selalu menjaga kemurnian dan kesucian hatimu.

-BABA

Tuesday, January 29, 2008

Thoughts for the Day - 30th January 2008 (Wednesday)


Only when there is no ego, or at least, less ego, can peace, happiness, co-operation and love flourish. Man cannot claim to be a man until this ego which urges him to destroy others is overcome by the Sadhana (spiritual discipline) of Seva (selfless service). By saturating the Seva with love, work is offered to God; it then gets sanctified into Pooja (worship). This makes it free from ego. Only by reducing his wants and overcoming jealousy and envy can man reduce his ego, since to overpower the ego otherwise is well-nigh impossible.

Kedamaian, kebahagiaan, kerja-sama dan cinta-kasih hanya bisa tumbuh berkembang bilamana tiada terdapat ego atau paling tidak, seiring dengan semakin berkurangnya ego. Manusia tidak berhak untuk mengklaim dirinya sebagai manusia sebelum sang ego – yang mendorongnya untuk selalu bersaing dengan orang lain - ditaklukkan melalui serangkaian sadhana (disiplin spiritual) seva (pelayanan tanpa-pamrih). Dengan menjadikan cinta-kasih sebagai nafas seva, maka semua bentuk aktivitas dipersembahkan kepada Tuhan, sehingga akhirnya pekerjaan itu mengalami pemurnian menjadi Pooja (ibadah). Inilah caranya untuk dapat melepaskan diri dari jeratan ego. Sangatlah sulit untuk melawan ego, kecuali dengan jalan mengurangi keinginan dan mengatasi sifat pecemburu dan keiri-hatian.

-BABA

Monday, January 28, 2008

Thoughts for the Day - 26th until 28th January 2008

An empty iron box gets value when it contains jewels; the body is honoured when it contains the jewels of consciousness and values known as 'virtues'. Life has to be lived through for the sake of the chance to unfold the virtues. Otherwise, man is a burden upon the earth, merely a consumer of food. Help to the needy has been described as the highest virtue and harming others has been condemned as sin.
Sebuah almari besi yang kosong akan menjadi sangat bernilai jikalau di dalamnya tersimpan perhiasan; demikian pula, badan jasmani ini dihormati hanya jikalau di dalamnya terdapat perhiasan dalam wujud kesadaran dan nilai-nilai luhur. Kehidupan ini haruslah dijalani dengan tujuan untuk mencari kesempatan guna membangkitkan nilai-nilai luhur tersebut. Jikalau tidak, maka manusia hanya merupakan beban bagi bumi ini, sebab ia tak lain hanya menghabiskan jatah makanan yang tersedia. Memberikan bantuan kepada yang membutuhkan merupakan nilai luhur yang paling tinggi dan sebaliknya mencelakai orang lain dicela sebagai dosa (perbuatan yang salah).
-BABA

Men try to know everything about everybody else; but they do not try to know about themselves! The attempt to know about the Self is called 'Atma Vidya'. It is only through that knowledge that man can live in peace. For, when you know that all is Divine, you look upon all Creation with reverence and true Love; your heart is filled with supreme joy and the assertions of the ego are rendered ineffective. Man seeks joy in far places and peace in quiet spots; but the spring of joy is in his heart, the haven of peace is within him. Have faith in God, and in the correctness of moral living. Then you can have peace and joy, whatever may be the fare that fortune offers you.
Manusia mencoba untuk mengetahui segala sesuatu tentang setiap orang lain; padahal mereka sendiri tidak pernah mencoba untuk mengenali dirinya sendiri! Usaha untuk mengenali diri sendiri disebut sebagai 'Atma Vidya'. Kehidupan yang damai hanya bisa diperoleh bila manusia memiliki pengetahuan tersebut. Sebab apabila engkau mengetahui bahwa semuanya adalah Divine, maka engkau akan memperlakukan semuanya dengan rasa hormat dan cinta-kasih; hatimu akan ceria dan sang ego akan dibuat tak berdaya. Manusia mencari kesenangan di tempat yang nun jauh dan kedamaian di tempat-tempat yang sepi; padahal kedamaiannya justru ada di dalam dirinya sendiri. Milikilah keyakinan kepada Tuhan dan jalanilah kehidupan yang bermoral. Dengan demikian, maka kedamaian dan kegembiraan pasti akan engkau peroleh.
-BABA

Dharma is bound up with a great many variety of meanings and does not mean only duty, which pertains to one individual. Dharma is a body of principles that are fundamental to social stability and individual progress. It is eternal, same for everyone, everywhere. The birthplace of Dharma is the heart. What emanates from the heart as a pure idea, when translated into action, is Dharma, or to put it in simple words - "Do unto others as you would have them do unto you".
Dharma (nilai-nilai kebajikan) mengandung banyak makna dan tidak hanya diartikan sebagai tugas/tanggung-jawab (yang notabene hanya berkaitan dengan satu individu saja). Dharma adalah prinsip-prinsip pokok yang menjadi dasar stabilitas sosial dan kemajuan individu. Ia bersifat abadi, berlaku sama untuk setiap orang dan dimanapun juga. Tempat lahir Dharma adalah di dalam hati nurani. Sesuatu yang bersumber dari hati sebagai idealisme murni, ketika diterjemahkan dalam tindakan nyata, maka itulah yang disebut sebagai Dharma. Dengan perkataan lain: "Lakukanlah sesuatu kepada orang lain sebagaimana engkau berharap untuk diperlakukan oleh orang lain terhadapmu."
-BABA

Thoughts for the Day - 29th January 2008 (Tuesday)


Matham (religion) is a matter of Mathi (mind). Based on the teachings of the different faiths, having regard to the requirements of the time and circumstances of different countries, and keeping in view the specific needs of the people concerned, certain rules and regulations were laid down. On this account, one faith should not be considered superior to another. Man's primary duty is to bear in mind the sacred truths enshrined in every religion and practise them in his life.

Matham (agama) berkaitan dengan Mathi (mind/batin). Berdasarkan ajaran-ajaran dari berbagai keyakinan serta setelah mempertimbangkan aspek-aspek waktu dan keadaan dari berbagai negara serta kebutuhan khusus dari masyarakat lokal masing-masing; maka ajaran agama telah mengalami penyesuaian aturan dan kebijakan sesuai dengan kondisi sekitarnya. Dalam hal ini, maka pemeluk salah-satu aliran kepercayaan tidak bisa dan tidak berhak untuk menganggap dirinya lebih superior daripada yang lainnya. Tugas utama manusia adalah menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran yang terdapat di dalam setiap agama serta mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.

-BABA

Thursday, January 17, 2008

Thoughts for the Day - 18th January (Friday) until 25th January (Friday) 2008

Date:Friday, January 18, 2008

THOUGHT FOR THE DAY





Man is deriving innumerable benefits from Nature and enjoying the amenities provided by it in various ways. But what is the gratitude he is offering to Nature and God? Man is forgetting the Divine who is the Sole Provider of everything. This is the reason for his falling prey to various difficulties and calamities. While he is receiving countless benefits from Providence, he is offering nothing in return to Nature or God. This shows how unnatural and heartless man's behaviour is. When we are enjoined to return good for evil, how unbecoming is it to fail even to return good for good? Man should learn the great lesson Nature is trying to teach him - the lesson of doing service with no expectation of return.

Manusia memetik begitu banyak manfaat dari alam (bumi) ini serta menikmati begitu banyak kesenangan yang diberikan olehnya dengan melalui berbagai macam bentuk. Akan tetapi sebaliknya, apa bentuk ungkapan syukur/berterima-kasih yang telah diberikan oleh manusia kepada alam dan Tuhan? Manusia justru melupakan Divine yang merupakan sumber pemberi utama dari segala-galanya. Itulah sebabnya mengapa manusia terus-menerus menghadapi berbagai macam kesulitan dan kemalangan. Walaupun ia sudah menerima begitu banyak manfaat dari Sang Pemberi (God), namun ia tidak berkontribusi apapun juga. Hal ini menunjukkan betapa keji dan tidak manusiawinya perilaku manusia. Apabila kita telah diajarkan untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, maka bisa dilihat betapa tidak pantasnya bila engkau membalas kebaikan dengan kejahatan!? Manusia perlu belajar dari alam yang telah menunjukkan kepadanya bahwa tindakan pelayanan hendaknya dilakukan tanpa adanya harapan imbalan (tanpa pamrih).

-BABA

Date:Saturday, January 19, 2008

THOUGHT FOR THE DAY



Man is carried away by identification with the body and therefore he perceives diversity in creation. In fact, unity is what underlies the apparent diversity. Whatever differences you see are only creations of your mind. The mind of man alone is responsible for both his bondage and liberation. Recognise the truth that the same divine essence is present in all and you will be free from all differences and conflicts.

Manusia melakukan kekeliruan dengan mengidentifikasikan dirinya sebagai badan fisik dan itulah sebabnya mengapa ia selalu melihat diversity (kemajemukan) di sekitarnya. Padahal, unity (persatuan) merupakan dasar dari segala-galanya. Apapun juga perbedaan yang engkau lihat di alam ciptaan ini, semuanya adalah merupakan hasil kreasi batinmu sendiri. Mind manusia merupakan biang-keroknya. Ketahuilah bahwa esensi Ilahi yang sama hadir di dalam diri setiap orang, sehingga dengan demikian, maka engkau akan terbebaskan dari segala bentuk perbedaan dan konflik.

-BABA

Date:Sunday, January 20, 2008

THOUGHT FOR THE DAY




You are in this body in order to realise the God you really are. This body is the cocoon you have spun around yourselves by means of your impulses and desires. Use it while it lasts, to grow wings so that you can escape from it. You came into this world crying, announcing your grief for having to take on the burden of earthly existence. Having come with grief, decide not to go back with it from here. Get rid of it in this very life.

Tujuan kelahiranmu dalam badan jasmani ini adalah untuk merealisasikan keTuhanan yang sebenarnya merupakan jati dirimu yang asli. Badan jasmani ini bagaikan kepompong yang terbentuk berkat hasil kreasimu sendiri berdasarkan pemupukan keinginan-keinginanmu. Pergunakanlah badan ini selama ia masih berfungsi dan lakukanlah upaya-upaya agar engkau bisa mengembangkan sayap-sayap sehingga dapat dipergunakan untuk meloloskan diri (dari jeratan kehidupan duniawi ini). Engkau terlahir di dunia ini sembari menangis, seolah-olah hendak menyatakan penderitaanmu dalam menanggung beban duniawi ini. Setelah datang dengan hati yang sedih, maka pastikanlah bahwa engkau tidak membawa pulang kesedihan itu dari sini. Singkirkanlah noda-noda batin dalam kehidupanmu sekarang ini juga.


Date:Monday, January 21, 2008

THOUGHT FOR THE DAY



To achieve anything in this world, discipline is indispensable; we must also have self-confidence, and then self-sacrifice. If you do not possess these three, your life will be meaningless. When a river is flowing erratically, we construct a dam, change its course and divert is usefully on its way to the ocean. So also, when our ideas are recklessly and aimlessly going their own way, they should be channelled by the construction of the dam of discipline. They should be made to take the form of sacrifice and go towards the ocean of faith in one’s Self. We should regard it as absolutely essential to attain these three qualities – sacrifice, self-confidence and discipline.

Untuk mencapai segala sesuatu di dunia ini, maka kedisiplinan merupakan prasyarat yang tidak bisa ditawar-tawar lagi; di samping itu, kita juga perlu memiliki self-confidence (kepercayaan diri), dan selanjutnya self-sacrifice (sikap siap berkorban). Jikalau engkau tidak memiliki ketiga hal tersebut, maka kehidupanmu menjadi tak ada artinya. Ketika sebuah sungai mengalir secara liar, maka kita bisa membangun sebuah bendungan dan mengarahkan aliran sungai itu agar dapat dimanfaatkan selama perjalanannya menuju ke samudera. Nah demikian pula, ketika idealisme kita bergejolak secara tak beraturan, maka kita perlu mengarahkannya melalui bendungan yang dinamakan “disiplin”. Bendungan itu harus dibangun sedemikian rupa sehingga mengambil wujud pengorbanan dan diarahkan ke samudera keyakinan atas Atma. Untuk itu, ketiga kualtias tersebut sangatlah penting untuk dimiliki, yaitu sikap pasrah/rela berkorban, keyakinan terhadap diri dan kedisiplinan.

-BABA


Date:Tuesday, January 22, 2008

THOUGHT FOR THE DAY



Reflections of the sun shining in the sky can be seen in the oceans, rivers, lakes and wells. Though the reflections are varied, there is only one sun. The Divine is present in man like the unseen thread which holds a garland of gems together. The entire cosmos is permeated by the Divine and is the visible manifestation of the Divine. Nothing in the world, no object, no human being, no creature can be found wherein God is not present. There is only one God and he is 'Sath-Chith-Ananda' (Being-Awareness-Bliss).

Pantulan matahari yang sedang bersinar di langit bisa terlihat di samudera, sungai, danau dan sumur. Walaupun pantulan-pantulan itu bervariasi, namun matahari hanya ada satu adanya. Divine yang eksis di dalam diri manusia adalah bagaikan benang (tak terlihat) yang memegang semua bunga-bunga yang terdapat dalam sebuah kalungan bunga. Seisi alam semesta ini diliputi oleh Divine dan ia merupakan manifestasi Divine yang bisa terlihat oleh mata kita. Tuhan eksis di dalam setiap obyek di alam semesta ini, baik itu benda mati, manusia maupun mahluk hidup lainnya. Hanya ada satu Tuhan dan Beliau adalah ‘Sath-Chith-Ananda’ (Kebenaran-Kesadaran-Kebahagiaan).

-BABA


Date:Wednesday, January 23, 2008

THOUGHT FOR THE DAY


People feel that adhering to truth is difficult. Actually, it is untruth that creates difficult problems. All kinds of plans have to be made to cover up a lie. But to stick to the facts, as they are, is easy. People should come to realise that it is easy to be good. It is going astray that causes difficulties. One cannot always avoid committing a mistake, but one should learn a lesson from it and avoid repeating it.

Orang-orang merasa bahwa berpegang pada kebenaran adalah suatu praktek yang sulit. Padahal sebenarnya, justru ketidak-benaranlah yang menimbulkan banyak persoalan sulit sebab engkau harus mempersiapkan berbagai macam rencana untuk menutupi kebohonganmu itu. Akan tetapi, jikalau engkau tetap mengikuti fakta sebenarnya, maka semuanya akan menjadi lebih gampang. Orang-orang harus menyadari bahwa jauh lebih mudah untuk berbuat kebajikan. Bila kita melenceng dari jalan kebenaran, maka timbullah persoalan-persoalan. Memang engkau tidak bisa seratus persen untuk tidak berbuat kesalahan, tetapi hendaknya engkau belajar dari setiap kesalahanmu itu dan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi.

-BABA

Date:Thursday, January 24, 2008

THOUGHT FOR THE DAY


Everything that is born must die. But you can escape death by not being born again. When you realise that you are the limitless Atma, you are no longer subjected to the limitation of birth. That is the secret. How is this knowledge to be acquired? It is the result of a long process of sharpening and purifying the emotions and the impulses. You may do the most rigorous Japa (repetition of God's name) or submit yourself to the ordeal of austerities, but if you are not virtuous, all of it is sheer waste.

Setiap orang harus meninggal suatu hari kelak. Akan tetapi walaupun begitu, engkau bisa meloloskan diri dari kematian dengan jalan tidak terlahir kembali. Ketika engkau menyadari bahwa dirimu adalah Atma yang tanpa batas, maka di saat itu engkau tidak akan didikte lagi oleh kelahiran. Inilah rahasianya. Lalu, bagaimana caranya untuk dapat memperoleh pengetahuan itu? Ia merupakan hasil dari serangkaian proses yang berkelanjutan dalam hal mempertajam dan memurnikan gelombang-gelombang emosi dan impuls/dorongan batin. Engkau mungkin sudah melakukan latihan berat berupa Japa (pengulangan nama Tuhan) atau menjadi pengikut dari lembaga kerohanian tertentu; namun di atas segalanya, jikalau hatimu tidak/belum tulus & saleh, maka semua latihan tersebut adalah sia-sia belaka.

-BABA


Date:Friday, January 25, 2008

THOUGHT FOR THE DAY


When you love Me, you love all; for you begin to feel, know and experience that I am in all. By means of meditation, you can realise that I am the resident in all hearts, the urge, the motive, the guide and the goal. Yearn for that vision, that awareness and make it your priceless possession. Then, you have what you often ask Me for… Sakshathkara (direct vision of reality). Your love has to be pure and free from the taint of ego, so that it can merge in Me.

Apabila engkau mencintai-Ku, maka itu berarti engkau mencintai semuanya; sebab engkau akan mulai merasakan, mengetahui dan mengalami bahwa Aku ada di dalam diri setiap insan. Melalui meditasi, engkau bisa menyadari bahwa Aku adalah penghuni hati setiap orang; Aku-lah sang pendorong, motivator, penuntun dan sasaran yang hendak dituju. Dambakanlah vision dan kesadaran seperti itu dan jadikanlah ia sebagai barang milikmu yang paling berharga. Bila demikian, maka engkau akan mendapatkan sesuatu yang selama ini sering engkau minta dari-Ku, yaitu... Sakshathkara (direct vision of reality/Moksha). Agar engkau dapat bersatu dengan-Ku, maka pastikanlah bahwa cinta-kasihmu haruslah murni dan terbebas dari noda ego.

-BABA

Wednesday, January 16, 2008

Thoughts for the Day - 17th January 2008 (Thursday)


What is spirituality? It is the resolute pursuit of cosmic consciousness. Spirituality aims at enabling a person to manifest in all its fullness the divine cosmic consciousness (Chaitanya) that is present both within and outside oneself. It means getting rid of one’s animal nature and developing the divine tendencies within one. It means breaking down the barriers between God and Nature and establishing their essential oneness. Today, people think that spirituality has no relation to mundane life, and vice versa. This is a big mistake. True divinity is a combination of spirituality and social obligations. National unity and social harmony are founded upon spirituality. It is the Divine that links spirituality and social existence.

Apakah yang dimaksud dengan spirituality? Spiritualitas adalah suatu kebulatan tekad untuk merealisasikan kesadaran kosmik (cosmic consciousness). Spirituality bertujuan untuk membekali serta mempersiapkan setiap orang dalam memanifestasikan secara utuh divine cosmic consciousness-nya (Chaitanya). Kesadaran kosmik tersebut eksis baik di dalam maupun di luar diri manusia. Dengan perkataan lain, spirituality bertujuan untuk mengikis-habis kecenderungan-kecenderungan rendah (baca: sifat-sifat kebinatangan) dan sebaliknya untuk mengembangkan divine tendencies (kecenderungan Ilahiah) di dalam diri manusia. Artinya, spirituality berfungsi untuk menghapus tembok pemisah antara Tuhan dan Nature (alam), karena keduanya memang pada prinsipnya adalah satu adanya. Dewasa ini, banyak orang yang beranggapan bahwa spiritualitas tidak ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Padahal ini adalah pengertian yang salah. True divinity justru adalah merupakan kombinasi antara spirituality dan tanggung-jawab sosial. National unity dan social harmony dibangun atas landasan spirituality. Divinity adalah penghubung antara spirituality dan social existence.

-BABA

Tuesday, January 15, 2008

Thoughts for the Day - 16th January 2008 (Wednesday)




Man's conduct is based on his thoughts. Thoughts are based on desires. Desires depend on the company that one keeps. The company of noble people gives rise to noble thoughts. The mind by nature is pure, but it gets polluted by association with evil qualities. Purification of the mind is therefore the main spiritual practice that one has to undertake. Repent wholeheartedly for the mistakes that have been committed. This penance will purify your mind and make it sacred.

Tingkah-laku manusia didasari oleh pemikirannya. Pikiran dilandasi oleh keinginan, sedangkan keinginan bergantung pada jenis pergaulan yang dimiliki oleh seseorang. Pergaulan dengan orang-orang yang saleh akan membangkitkan pemikiran yang positif & luhur. Pada dasarnya manusia memiliki mind yang murni, namun oleh karena salah pergaulan, maka mind tersebut mengalami polusi/kontaminasi. Oleh sebab itu, purifikasi mind merupakan latihan spiritual pokok yang harus dilaksanakan oleh setiap orang. Sesalilah sepenuh hati atas kesalahan-kesalahan yang sudah pernah dilakukan. Latihan seperti ini akan memurnikan batinmu serta mensucikannya.

-BABA

Monday, January 14, 2008

Thoughts for the Day - 15th January 2008 (Tuesday/Sankranthi)



Sankranti is an auspicious festival of the Bharatiyas. From this day commences the Uttarayana Punyakala (northward journey of the sun) which is considered auspicious for man to embark on his journey towards the goal of a purposeful, sacred and blissful life. In the north, we have Himachala (Himalayan mountains). Himachala symbolises a heart that is pure and cool as Hima (ice) and steady as Achala (mountain). The message of Sankranti is that people should direct their vision towards Himachala in this symbolic sense. It does not mean looking at the north with the physical eyes. It calls for enquiring into the truth of the spirit with Jnana Drishti (inward eye of wisdom).

Sankranthi adalah suatu hari/festival yang suci bagi kalangan Bharatiyas. Sejak hari ini, mulailah Uttarayana Punyakala (perjalanan matahari ke arah utara), dimana momen ini dianggap suci bagi manusia untuk memulai perjalanan ke arah kehidupan yang bermanfaat, suci dan bahagia. Di bagian utara, kita mempunyai Himachala (deretan pegunungan Himalaya). Himachala merupakan simbolisasi dari hati yang murni dan damai – persis seperti damai/dinginnya Hima (es) dan kokoh seperti Achala (pegunungan). Pesan yang hendak disampaikan oleh festival Sankranthi adalah bahwa manusia – secara simbolis - hendaknya mengalihkan pandangannya kepada Himachala. Bukan berarti kita harus melihat ke arah utara dengan mata fisik, melainkan pesan tersiratnya adalah bahwa kita harus senantiasa mencari kebenaran dengan menggunakan Jnana Drishti (inward eye of wisdom – kebijaksanaan batin).

-BABA

Saturday, January 12, 2008

Thoughts for the Day - 14th January 2008 (Monday)




The world is a great teacher, a constant guide and source of inspiration. That is the reason why man is placed in the world. Every bird, every animal, every tree, mountain and star and each tiny worm has a lesson for man, if he has but the thirst to learn. These make a world a veritable University for man; it is but a Gurukulam (a school for spiritual learning) where he is a pupil from birth to death.

Dunia ini adalah bagaikan sosok guru besar, yang merupakan sumber inspirasi dan panutan. Itulah sebabnya mengapa manusia ditempatkan di dunia ini. Setiap burung, hewan, pohon, gunung, bintang dan bahkan ulat yang terkecil sekalipun – semuanya mempunyai bahan ajaran untuk manusia, yaitu dengan catatan jikalau manusia memang benar-benar ingin belajar. Dunia ini benar-benar seperti sebuah universitas bagi manusia; dan ia juga laksana Gurukulam (sekolah untuk mempelajari pelajaran spiritual), dimana setiap orang tercatat sebagai siswa dari sejak lahir hingga meninggal.

-BABA

Thoughts for the Day - 13th January 2008 (Sunday)




The human body is the most wondrous machine in the world. It has a bewildering multiplicity of organs, nerves and cells which cooperate to maintain it under varied conditions. If any one of these rebel or refuse to cooperate with another, the body is bound to suffer. So too, a society, community or nation can be safe, secure and happy only when the individuals comprising it are mutually helpful and bound together in skilful and sincere service. Or else, the world has to face confusion and chaos.

Tubuh atau badan manusia merupakan “mesin” yang paling menakjubkan di dunia ini. Ia terdiri atas serangkaian banyak organ, syaraf dan sel yang saling bekerja-sama secara kompak untuk menjaga kesehatan badan tersebut dalam berbagai macam keadaan. Jikalau salah-satu dari komponen tersebut memberontak atau menolak untuk bekerja-sama, maka badan ini akan menderita. Demikian pula halnya dengan society (masyarakat), komunitas atau bangsa. Untuk memastikan agar bangsa atau komunitas tersebut aman, sentosa dan bahagia; maka setiap individunya haruslah saling membantu dan saling bersatu dalam memberikan pelayanan secara tulus. Sebab jikalau tidak, maka dunia ini akan mengalami kekacauan.

-BABA


Friday, January 11, 2008

Thoughts for the Day - 12th January 2008 (Saturday)




In this Kali Age, people have forgotten human values and exhibit animal qualities such as lust, anger, greed and hatred. One may study all the scriptures, perform all types of sacrifices, go on extensive pilgrimages, but it is not easy to control the senses and the mind, direct one's vision inward and maintain equanimity. In ancient times, the sages and seers maintained purity in thought, truth in words and righteousness in deeds. Purity of heart and selflessness are the hallmarks of human life.

Di zaman Kali Yuga ini, manusia telah melupakan nilai-nilai kemanusiaan dan sebaliknya malah mempertontonkan kualitas-kualitas kebinatangan seperti nafsu, kemarahan, keserakahan dan kebencian. Walaupun engkau banyak mempelajari kitab-kitab suci, melaksanakan upacara pengorbanan atau mengunjungi tempat-tempat suci; namun semuanya itu bukanlah pertanda bahwa engkau sudah berhasil mengendalikan panca indera, mengarahkan pandanganmu ke dalam serta mempertahankan keseimbangan batin. Di zaman dahulu, para rishi sanggup menjaga pikiran yang murni, kebenaran dalam ucapan serta kebajikan dalam tindakan. Kehidupan manusia yang sejati ditandai oleh hati yang murni serta sikap yang tidak mementingkan diri sendiri (selflessness).

-BABA

Wednesday, January 9, 2008

TFTD 11th January 2008 (Friday)




Life is a game, play it! To achieve fame and success in this game, you have to cultivate good habits. Good thoughts, good speech and good actions are the disciplines required in this game. When so much practice and effort is required to achieve success in games like tennis, imagine how much more effort is needed to succeed in the game of life! In this game, if you wish to achieve a good name, uphold your ideals, and realise the Divine. You must observe right thinking, right conduct and right attitude in your daily life.

Life is a game, play it (kehidupan ini adalah permainan, mainkanlah!) Untuk mencapai ketenaran dan kesuksesan dalam permainan ini, maka engkau harus memupuk kebiasaan-kebiasaan yang baik. Pikiran yang bajik, ucapan yang baik serta tindakan yang luhur merupakan jenis disiplin yang dibutuhkan dalam permainan tersebut. Untuk sukses bermain tenis saja kita membutuhkan latihan dan usaha yang sedemikian ketatnya, maka bisa dibayangkan betapa besarnya upaya yang perlu kita kerahkan agar dapat mencapai kesuksesan dalam permainan yang dinamakan kehidupan ini! Dalam permainan ini, jikalau engkau ingin memperoleh nama baik, maka berpeganglah pada idealisme-mu serta realisasikanlah Divine. Untuk itu, engkau perlu mengembangkan pikiran yang positif, perilaku yang bajik serta attitude (sikap) yang baik dalam kehidupanmu sehari-hari.

-BABA

TFTD 10th January 2008 (Thursday)





The knowledge gained from education is being misused today solely to obtain and enjoy comforts and sensual pleasures. This education has served to develop some kind of intellectual abilities and technical skills, but has totally failed to develop good qualities. Society today is steeped in materialism because of the preoccupation with mundane pleasures.


Pengetahuan yang diperoleh dari institusi pendidikan dewasa sekarang ini telah disalah-gunakan hanya demi untuk memperoleh serta menikmati kenyamanan dan kesenangan sensual. Pendidikan tersebut memang berhasil dalam hal membekali kemampuan intellektual serta ketrampilan teknis, namun ia sama sekali gagal dalam hal pengembangan kualitas diri yang baik. Masyarakat modern telah terjerumus dalam dunia materialisme sebagai akibat dari terlalu asyiknya mereka bergumul dalam kenikmatan duniawi.

-BABA

Tuesday, January 8, 2008

Thoughts for the Day - 9th January 2008 (Wednesday)

Man is basically and essentially immortal. But yet he is afraid that he will die. He is Ananda Swaroopa (Embodiment of Bliss), but he weeps and is miserable. He is Shanti Swaroopa (Embodiment of Peace), yet he is burdened with anxiety. This absurd self-deception is the root of the tragedy from which the world is suffering today. The truth has to be driven in to the consciousness of man. The human being is a composite of man, beast and God, and in the inevitable struggle between the three for supremacy, you must ensure that God wins.

Pada dasarnya, manusia adalah ‘mahluk’ yang abadi (immortal). Namun ia justru merasa takut kalau-kalau ia akan mati. Walaupun manusia adalah Ananda Swaroopa (perwujudan bliss/kebahagiaan), tetapi ia justru menangis dan sengsara. Walaupun manusia adalah Shanti Swaroopa (perwujudan kedamaian), namun ia justru dibebani oleh kegelisahan. Sikap pengingkaran-diri seperti ini (self-deception) merupakan akar penyebab dari segala bentuk tragedi yang dialami oleh dunia dewasa sekarang ini. Kebenaran haruslah ditanamkan di dalam kesadaran/benakmu. Manusia adalah perpaduan antara unsur kemanusiaan, kebinatangan dan keTuhanan. Di dalam pertarungan dominasi antara ketiga unsur tersebut, engkau harus memastikan bahwa yang keluar sebagai pemenangnya adalah Tuhan.

-BABA

Monday, January 7, 2008

Thoughts for the Day - 8th January 2008 (Tuesday)

The wicked tendencies in man, such as arrogance, envy, bad thoughts and misdeeds, go on shearing the life of man into pieces. His bad qualities shorten his life span. When man's life is filled with good thoughts and good actions, he can live for a hundred years. The secret of the longevity enjoyed by the ancients is precisely this. Man today wastes his life immersed in bad thoughts and actions and ultimately meets a sad end.

Sifat-sifat jelek manusia seperti: kesombongan, keiri-hatian, pikiran serta perbuatan negatif; semuanya itu secara terus-menerus melucuti/memotong kehidupan manusia menjadi berkeping-keping. Kualitas-kualitas diri yang negatif itu telah memperpendek rentang kehidupannya. Seandainya saja manusia mengisi kehidupannya dengan pikiran dan perbuatan bajik, maka ia akan sanggup untuk hidup selama seratus tahun. Point inilah yang menjadi rahasia umur panjang yang dimiliki oleh para leluhur kita. Hari ini manusia telah menyia-nyiakan kehidupannya dalam pikiran dan perbuatan negatif, dan sebagai akibatnya, maka kehidupannya juga akan berakhir dengan kesedihan.

-BABA

Saturday, January 5, 2008

Thoughts for the Day - 7th January 2008 (Monday)




When you wake up, feel that you are entering the stage to play the role assigned to you by the Lord; pray that you may act it well and earn His approbation. At night, when you retire to sleep, feel that you are entering the greenroom after the scene, but with the costume of your role on; for perhaps the role is not yet over and you have not yet been permitted to take the costume off. Perhaps, you have to make another entrance the next morning. Do not worry about that. Place yourself fully at His disposal; He knows; He has written the play and He knows how it will go on and how it will end; yours is but to act and retire.

Ketika engkau bangun (pagi), rasakan bahwa seolah-olah engkau sedang memasuki pentas sandiwara sesuai dengan peran yang telah diberikan kepadamu oleh sang sutradara (Tuhan); berdoalah agar engkau dapat melakoni peran itu dengan sebaik-baiknya sehingga dapat diterima oleh-Nya. Di waktu malam hari, ketika engkau akan beristirahat (tidur), rasakanlah seolah-olah engkau memasuki ruang istirahat, tetapi dengan kostum yang masih menempel di badanmu; sebab engkau tidak tahu apakah peranmu sudah usai atau belum dan engkau tidak diizinkan untuk menanggalkannya. Barangkali engkau masih harus bersandiwara keesokan paginya. Engkau tidak perlu merisaukan hal ini. Pasrahkanlah semuanya di tangan-Nya; sebab Beliau-lah yang tahu oleh karena script sandiwara berada di tangan-Nya dan Ia tahu sampai dimana harus berlanjut dan bagaimana penutupnya; tugasmu hanyalah melakoninya dan kemudian istirahat.

-BABA

Thoughts for the Day - 6th January 2008 (Sunday)




In this infinite world there are manifold beings. It is only Dharma (right-conduct) and Jnana (wisdom) that distinguish man from other beings. You can win the Grace of the Lord only by Dharma. Dharma induces the spirit of self-surrender. Without the mastery over the senses, feelings and emotions that is a result of the practice of Dharma, you cannot have steady faith and detachment.

Di dunia yang maha luas ini terdapat sekian banyak mahluk hidup. Yang membedakan manusia dari mahluk hidup lainnya adalah Dharma (perilaku yang bajik) dan Jnanan (kebijaksanaan). Rahmat Tuhan hanya bisa diperoleh melalui Dharma, yang mencakupi semangat pasrah diri (self-surrender). Keyakinan yang mantap dan ketidak-melekatan hanya bisa diperoleh melalui pengendalian diri terhadap panca indera, perasaan serta emosi (yang tiada lain merupakan buah-hasil dari praktek Dharma).

-BABA

Friday, January 4, 2008

Thoughts for the Day - 5th January 2008 (Saturday)




All religions teach one basic discipline, the removal of egoism and giving up of petty desires. Every religion teaches man to fill his being with the glory of God and evict the pettiness of conceit. It trains him in methods of detachment and discrimination, so that he may aim high and attain liberation. Believe that all hearts are motivated by the One and only God; all Faiths glorify the One and only God; all names in all languages and all Forms that man can conceive of, denote the One and the only God who is best worshipped through pure Love. Cultivate that Ekabhava (the attitude of oneness) towards men of all creeds in all lands.

Semua ajaran agama hanya mengajarkan satu prinsip dasar, yaitu perlu adanya penyangkalan egoisme serta membuang keinginan-keinginan rendah. Setiap ajaran agama mengajarkan agar manusia senantiasa memuliakan Tuhan dan menjauhi kecongkakan/kesombongan. Agama melatih manusia bagaimana caranya untuk tidak melekat (detachment) serta bagaimana membedakan antara yang benar dan tidak benar. Yakinilah bahwa semua orang dimotivasi oleh Tuhan yang Maha Esa; semua ajaran agama hanya memuliakan Tuhan YME. Dari sekian banyak ragam nama dan wujud (Ilahiah) yang bisa dipikirkan oleh manusia, semuanya mengarah kepada keyakinan bahwa cara beribadah yang terbaik kepada Tuhan YME adalah melalui cinta-kasih yang murni. Milikilah sikap atau semangat persatuan itu (Ekabhava) dan jadikanlah ia sebagai penuntunmu dalam berhubungan dengan sesama manusia di seluruh pelosok dunia.

-BABA

Thursday, January 3, 2008

Thoughts for the Day - 4th January 2008 (Friday)




Samskriti, the Sanskrit word for culture and civilization is derived from the word 'Samskara', which means the dual process of removing the dust and dirt of vice and planting the virtues of Sathya (Truth), Dharma (Righteousness), Shanti (Peace) and Prema (Love) in the heart. The foundation of Dharma laid down by sages teach people that one should not enthuse over victory or despair over defeat; both are to be welcomed as tests of one's faith.

Samskriti, istilah dalam Bahasa Sanskerta untuk kebudayaan dan peradaban; kata ini berasal dari istilah ‘Samskara’, yang diartikan sebagai proses berganda dalam menghapus kotoran (perbuatan buruk) dan menanamkan nilai-nilai mulia berupa Sathya (Kebenaran), Dharma (Kebajikan), Shanti (Kedamaian) dan Prema (Cinta-Kasih). Fondasi Dharma telah diberikan oleh para rishi, yang mengajarkan kita untuk tidak menjadi lupa daratan di kala mencicipi kemenangan dan sebaliknya juga tidak menjadi putus-asa di kala dirundung kekalahan; baik menang maupun kalah haruslah diterima sebagai batu ujian atas keyakinanmu.

-BABA

Wednesday, January 2, 2008

Thoughts for the Day - 3rd January 2008 (Thursday)

The four subtle elements of consciousness - Manas (the mind), Buddhi (the intellect), Chittha (will) and Ahamkara (the ego) - are all Maya (delusion). What is Maya? Maa (not) ya (exist). That which does not exist but appears to exist is Maya. Maya makes the unreal appear as real and the real as unreal. The other name for Maya is Ajnana (ignorance). Ajnana is that which hides the reality from you and makes you regard the non-existing as existing. It makes the false appear as true. As you move towards the light, your shadow falls behind you; when you move away from the light, you have to follow your own shadow. Go every moment one step nearer to the Lord and then Maya, the shadow, will fall behind you and will not delude you at all.

Keempat elemen halus consciousness (kesadaran) terdiri atas: Manas (batin), Buddhi (intellek), Chittha (kehendak) dan Ahamkara (sang ego). Semuanya ini adalah Maya (delusi). Apakah yang dimaksud dengan Maya? Maa (tidak) ya (eksis). Sesuatu yang tidak eksis namun tampak seolah-olah eksis, nah inilah yang disebut sebagai Maya. Maya membuat sesuatu yang tidak real tampak seolah-olah menjadi real (nyata) dan sebaliknya, yang real menjadi tidak real. Nama lain dari Maya adalah Ajnana (kebodohan batin). Ajnana menyembunyikan realitas sebenarnya dan mengelabuimu sedemikian rupa sehingga engkau mengangap sesuatu yang non-existing sebagai existing. Ia membuat sesuatu yang tidak benar menjadi benar. Ketika engkau melangkah menuju ke suatu sumber cahaya, maka bayanganmu akan jatuh di belakang dirimu; tetapi jikalau engkau berjalan justru menjauhi sumber cahaya itu, maka engkau akan mengikuti bayanganmu sendiri. Ambillah langkah untuk mendekati Tuhan, maka Sang Maya (bayangan) akan jatuh di belakang dirimu dan tidak akan menimbulkan delusi bagimu.

-BABA

Thoughts for the Day - 2nd January 2008 (Wednesday)

People should know that there is nothing closer to them than the Divine. Each one must strive to recognise this indwelling Divinity. Most people waste their time in observance of external rituals and forms of worship. Along with external observances, people should try to achieve internal purity. The human being is a composite of man, beast and God, and in the inevitable struggle among the three for dominance, you must ensure that God wins.

Orang-orang hendaknya menyadari bahwa tiada yang lebih dekat kepada diri mereka selain Divine. Setiap orang haruslah berusaha untuk mengenali Divinity yang ada di dalam diri masing-masing. Kebanyakan orang hanya membuang-buang waktu melakukan ritual-ritual maupun bentuk-bentuk ibadah lainnya yang cenderung hanya bersifat eksternal belaka. Di samping melakukan praktek-praktek eksternal seperti itu, hendaknya engkau juga mencoba untuk mencapai kemurnian (purity) secara internal. Ketahuilah bahwa manusia adalah perpaduan antara unsur kemanusiaan, kebinatangan dan keTuhanan; dan dalam pergulatan di antara ketiga aspek itu, pastikanlah bahwa Tuhan yang memenangkannya.

-BABA

Thoughts for the Day - 1st January 2008 (Tuesday)

Man expects the New Year to confer on him and the world at large peace, happiness and prosperity. But the welfare of the world depends on man's conduct and behaviour. Man's conduct depends on his mind. The nature of the mind depends on thoughts. Only when man's thoughts are based on truth will the world flourish. One who aspires for the welfare of the world should see to it that his thoughts and actions are in accordance with his aspirations. The New Year brings with it neither happiness nor misery. Man attains happiness or misery based on the actions he performs. So, he should perform righteous deeds.

Manusia berharap bahwa dengan datangnya tahun yang baru, agar dirinya dan dunia akan menjadi semakin damai, senang dan makmur. Tetapi kesejahteraan dunia ini sebenarnya tergantung pada tindakan dan pola kebiasaan manusia. Pola perilaku manusia tergantung pada kondisi batinnya. Batin (mind) tergantung pada thoughts (buah-buah pikiran). Dengan perkataan lain, dunia ini baru akan makmur & sejahtera hanya apabila pikiran-pikiran manusia sudah berpijak pada nilai-nilai kebenaran. Seseorang yang beraspirasi untuk mensejahterakan dunia ini haruslah terlebih memastikan bahwa pikiran dan perbuatannya sudah sesuai dengan aspirasinya tersebut. Tahun yang baru tidak membawa serta kesenangan maupun penderitaan. Kebahagiaan atau penderitaan adalah merupakan buah-akibat dari perbuatan manusia sendiri. Oleh sebab itu, engkau harus melakukan perbuatan bajik.

-BABA

Thoughts for the Day - 31st December 2007 (Monday)


What is Mano-Nigraham (control of the mind)? Nigraham (control) really means being indifferent to the vagaries of the mind. It is difficult to control the mind, just as it is difficult to confine air in one's grasp. How can anyone control the mind which is all-pervading in the vastness of its range and comprehension? When it is realised that the mind is made up of thoughts and doubts, the elimination of the thoughts is the means of restraining the mind. Thoughts are associated with desires. As long as desires remain, one cannot have Vairagya (detachment). It is necessary to limit desires. When there is no restraint, excessive desire becomes an evil. It leads to misery. When we strive to control desire, in due course, it develops into Vairagya (non-attachment or renunciation).

Apakah yang dimaksud dengan Mano-Nigraham (pengendalian batin)? Nigraham (pengendalian) diartikan sebagai kestabilan di tengah-tengah gejolak batin. Memang tidaklah mudah untuk mengendalikan mind. Tetapi apabila kita menyadari bahwa batin (mind) adalah terbentuk dari buah-buah pikiran (thoughts) dan keragu-raguan (doubts), maka dengan sendirinya kita menjadi tahu bahwa eliminasi thoughts (pikiran) merupakan satu-satunya jalan untuk mengendalikan mind. Pikiran berkaitan dengan keinginan (desires). Selama seseorang masih memiliki desires, maka ia tak akan mempunyai Vairagya (ketidak-melekatan). Sangatlah penting untuk membatasi keinginan. Apabila tidak dikendalikan maka keinginan yang berlebihan justru akan menjelma menjadi kejahatan sehingga akan membuahkan penderitaan. Tetapi jikalau kita berjuang untuk mengendalikan keinginan, maka pada waktunya nanti, ia akan menghasilkan Vairagya (ketidak-melekatan).

-BABA

Thoughts for the Day - 30th December 2007 (Sunday)


Illness, both physical and mental, is a reaction on the body caused by poisons in the mind. An uncontaminated mind alone can ensure continuous good health. Vices breed disease. Bad thought, bad habits and bad company are fertile grounds in which disease thrives. A sense of elation and exultation keeps the body free from ill-health. The evil habits in which people indulge, are the chief causes of disease, physical as well as mental. Greed affects the mind; disappointments make people depressed. You can justify your existence as a human being only by the cultivation of virtues. Then you can become a worthy candidate for Godliness. It is progress in virtue that announces the progress of man towards divinity. Virtues also confer freshness, skill and long years of youthfulness.

Penyakit, baik jasmani maupun rohani, merupakan hasil reaksi yang ditimbulkan oleh batin terhadap badan jasmani. Kesehatan yang prima hanya bisa terwujud apabila batin kita tidak terkontaminasi. Sifat-sifat atau perilaku yang jelek akan menimbulkan penyakit. Pikiran, perilaku dan pergaulan yang negatif merupakan ladang subur bagi tumbuh berkembangnya penyakit-penyakit. Perasaan senang dan gembira akan menjaga badan ini agar senantiasa terhindar dari penyakit. Sumber penyebab utama penyakit jiwa dan raga adalah disebabkan oleh karena manusia suka mengikuti kebiasaan-kebiasaan buruknya. Keserakahan mempengaruhi batin; ketidak-puasan menimbulkan depresi. Eksistensimu sebagai manusia hanya dapat dibenarkan apabila engkau memupuk sifat-sifat luhur yang mulia. Dengan demikian, maka engkau akan menjadi calon atau kandidat yang pas untuk mencapai Godliness (ke-Tuhan-an). Kemajuan manusia melangkah menuju divinity ditentukan oleh ada/tidaknya kemajuan dalam pemupukan nilai-nilai luhur tersebut. Di samping itu, dengan berbekalkan virtues (keluhuran), maka engkau juga akan memetik manfaat lain berupa: kebugaran dan awet muda.

-BABA

Thoughts for the Day - 29th December 2007 (Saturday)





Man did not come to this world to eat, sleep and indulge in sensory pursuits. He has come to manifest the Divine in Him. That is why he is called 'Vyakthi', one who manifests (Vyaktha) the latent Shakti (Power) in him. For this purpose, he has come endowed with body, mind and the intelligence needed to control it and divert it to useful channels of activity. You must achieve this by steady pursuit of Dharma (morality) and Karma (good deeds).

Manusia datang ke dunia ini bukanlah hanya sekedar untuk makan, tidur dan terbuai dalam kenikmatan sensual. Kedatangannya bertujuan untuk memanifestasikan Divine yang ada di dalam dirinya. Itulah sebabnya ia dijuluki sebagai ‘Vyakthi’ – yaitu mahluk yang memanifestasikan (Vyaktha) kekuatan Shakti di dalam dirinya. Untuk itu, ia telah dibekali dengan badan jasmani, batin dan intellek (buddhi) guna mengendalikan kekuatan tersebut serta mengarahkannya ke saluran-saluran kegiatan yang bermanfaat. Untuk mencapainya, maka engkau perlu berpegang teguh pada prinsip Dharma (moralitas) dan Karma (perbuatan bajik).


-BABA