Wednesday, April 30, 2008

Thoughts for the Day - 1st May 2008 (Thursday)


When an iron filing comes in contact with a magnet, the iron filing also gets the properties of a magnet. Likewise, the knower of Brahman (the Universal Absolute) becomes Brahman. You are all children of immortality, you are eternal. The relationship between you and God is eternal. The body changes through many births, but the mind and deeds continue from birth to birth. Just as an accountant totals the accounts of the day and carries the balance over onto the next day, our mind follows to the next life. You should be able to control the mind by controlling the senses, then you can merge in truth and experience oneness with God.

Ketika batangan besi bersinggungan dengan batangan magnet, maka besi tersebut juga akan memiliki sifat kemagnetan. Demikian pula, mereka yang sudah memiliki pengetahuan tentang Brahman (Sang Absolut Universal), maka dirinya juga akan menjadi Brahman. Engkau semuanya adalah anak-anak Ilahi, engkau bersifat abadi. Hubungan antara dirimu dan Tuhan bersifat eternal (abadi). Badan jasmani mengalami serangkaian perubahan melalui serangkaian banyak kelahiran & kematian, namun mind (batin) dan deeds (hasil perbuatanmu) tetap bergulir dari kelahiran yang satu ke kelahiran yang berikutnya. Sebagaimana seorang akuntan menjumlahkan semua account yang ada pada hari ini dan kemudian memindahkan saldonya ke catatan keesokan harinya; demikian pula, mind tetap mengikuti kita ke kehidupan berikutnya. Engkau harus sanggup untuk mengendalikan batinmu melalui pengendalian panca indera, dengan demikian, engkau akan bersatu di dalam kebenaran dan mencapai kemanunggalan dengan-Nya.
-BABA

Tuesday, April 29, 2008

Thoughts for the Day - 30th April 2008 (Wednesday)


Vice breeds disease. Evil thoughts and habits, bad company and unsuitable food are the main causes of ill-health. Arogya (good health) and Ananda (happiness) go hand in hand. When the mind is happy, the body too is free of disease. Evil habits, which men indulge in, are the chief causes of diseases, physical as well as mental. Greed affects the mind; disappointment makes man depressed. Man can justify his existence only by the cultivation of virtues. Only then does he become a worthy candidate for Godhood.

Sifat-sifat jahat merupakan pengumpan untuk berkembang-biaknya penyakit. Pikiran-pikiran dan kebiasaan yang negatif, pergaulan yang tidak benar serta konsumsi makanan yang tidak satwik merupakan penyebab utama berbagai macam penyakit yang menjangkiti manusia saat ini. Arogya (kesehatan yang prima) dan Ananda (kebahagiaan), kedua-duanya saling isi-mengisi. Ketika pikiran/batin kita sedang merasa senang, maka badan jasmanipun akan terbebaskan dari penyakit. Kebiasaan jelek merupakan penyebab utama berbagai ragam penyakit, baik secara jasmaniah maupun rohaniah. Keserakahan mempengaruhi batin; kekecewaan menyebabkan manusia depresi. Eksistensi sebagai manusia hanya dapat dijustifikasi/dibenarkan apabila engkau memupuk sifat-sifat/nilai-nilai yang luhur. Hanya dengan demikianlah, maka engkau baru layak untuk menjadi calon yang akan mencapai realisasi keTuhanan (Godhood).
-BABA

Monday, April 28, 2008

Thoughts for the Day - 29th April 2008 (Tuesday)


If you desire that others should honor you, you should honor them too. If others must serve you, you must serve them first. As a matter of fact, no joy can equal the joy of serving others. Be like a clock; it has no dislikes. It shows the correct time to everyone, irrespective of the person who sees the time.

Jikalau engkau ingin agar orang lain menghormatimu, maka engkau juga harus menghormati mereka. Jikalau orang lain harus melayanimu, maka engkau harus terlebih dahulu melayani mereka. Sejujurnya, tiada kebahagiaan yang bisa menyamai kebahagiaan yang diperoleh ketika memberikan pelayanan kepada orang lain. Jadilah seperti jam (clock) yang tidak mempunyai rasa suka maupun tidak suka, ia tetap memperlihatkan penunjukkan waktu yang tepat kepada siapapun juga, tanpa peduli tentang status ataupun jabatan dari orang yang melihatnya.
-BABA

Sunday, April 27, 2008

Thoughts for the Day - 28th April 2008 (Monday)


When a tree first shoots forth from the seed, it comes up as a stem with two incipient leaves. But, later, when it grows, many branches spring forth from the trunk. Each branch may be thick enough to be called a trunk; but, one should not forget that it is through that trunk that the roots feed life-giving sap to the branches. Similarly, it is the one God who feeds the spiritual hunger of all nations and all faiths through the sustenance of truth, virtue, humility and sacrifice.

Ketika sebatang pohon baru pertama kali muncul dari dalam tanah (dari benih), maka ia akan keluar sebagai sebatang tangkai dengan dua daun kecil. Namun kemudian, setelah tumbuh besar, akan terdapat banyak cabang-cabang pohon yang bermunculan dari batang pokoknya. Setiap cabang/dahan itu akan menjadi cukup tebal untuk disebut sebagai trunk (batang pokok); namun janganlah lupa bahwa substansi kehidupan sang pohon dipasok dari akar pohon melalui batang-batang tersebut. Demikian pula analoginya dengan Tuhan yang Maha Esa yang merupakan sumber pemasok utama bagi setiap insan yang lapar secara spiritual di setiap bangsa dan di setiap jenis keyakinan melalui nilai-nilai kebenaran, keluhuran, kerendah-hatian dan pengorbanan.
-BABA

Saturday, April 26, 2008

Thoughts for the Day - 27th April 2008 (Sunday)


Godhead expressed itself initially as the five elements, the sky, the wind, the fire, the water and the earth. All creation is but a combination of two or more of these in varying proportions. The characteristic natures of these five elements are: sound, touch, form, taste and smell; cognised by the ear, the skin, the eye, the tongue and the nose. Now, since these are saturated with the divine, one has to use them reverentially and with humility and gratitude. Use them intelligently, to promote the welfare of others and yourself; use them with moderation and in the loving service of the community.

Divinity diekspresikan sebagai lima unsur atau elemen, yaitu: ether, angin, api, air dan tanah. Semua kreasi (obyek di dunia ini) adalah kombinasi dari dua atau lebih unsur-unsur tersebut dalam berbagai proporsi. Sifat dasar dari kelima unsur tersebut adalah suara, sentuhan, wujud, rasa dan (indera) penciuman; yang diidentifikasi melalui telinga, kulit, mata, lidah dan hidung. Oleh karena panca indera dijiwai oleh Divine, maka engkau harus menggunakannya secara penuh rasa hormat dan rendah hati serta ungkapan syukur. Gunakanlah indera-indera tersebut secara intelligent untuk keperluan mempromosikan kesejahteraan orang lain dan juga untuk dirimu sendiri; manfaatkanlah indera-inderamu secara moderat dan demi untuk pelayanan penuh cinta-kasih kepada komunitas (masyarakat luas).
-BABA

Friday, April 25, 2008

Thoughts for the Day - 26th April 2008 (Saturday)


Spread out on a flat surface there may be gold, silver, copper, iron filings, diamond, rubies, silks, and other things of value. The magnet pays no attention to all these, it selects only the iron filings. It is the same with devotees; God does not select them on the basis of wealth. He looks for the purity of heart.

Walaupun di atas meja terdapat bermacam-macam logam seperti: emas, perak, tembaga, besi, berlian, ruby dan beberapa barang berharga lainnya seperti kain sutera dan sebagainya. Namun sang magnet tidak akan peduli terhadap semuanya itu, ia hanya akan menarik logam dari zat besi saja. Nah demikian pula halnya dalam kaitannya dengan para bhakta; Tuhan tidak akan memilih-milih bhakta dengan hanya berdasarkan status kekayaannya. Yang diperhatikan oleh-Nya adalah murni/tidaknya hati yang bersangkutan.
-BABA

Thursday, April 24, 2008

Thoughts for the Day - 25th April 2008 (Friday)


If a lamp is kept burning in a room, it may go out when winds blow in from the open windows. The Indhriyas (sense organs) are the windows and when they are open, the lamp of the Divine Name will not burn steadily. So keep the outgoing senses closed to the influences that distract, and concentrate on the Name of the Lord and its beauty and sweetness. By simply shouting Shivoham (I am Shiva), you cannot become Lord Shiva; develop the qualities of Divinity like Universal Love, absence of attachment, etc. Then, you will be entitled to assert "Shivoham", for you will have no Aham (ego) then!

Jikalau lampu (lilin) dibiarkan menyala di dalam suatu ruangan, maka lampu itu beresiko menjadi padam di kala angin sedang berhembus melalui jendela-jendela yang terbuka. Panca indera kita adalah bagaikan jendela-jendela itu dan ketika sedang terbuka, maka lampu nama Ilahi tidak bisa menyala dengan mantap. Oleh sebab itu, kendalikanlah panca inderamu agar ia selalu tertutup terhadap pengaruh-pengaruh yang bersifat menganggu, dan konsentrasikanlah perhatianmu kepada nama-nama Tuhan disertai dengan keindahan-Nya. Dengan hanya sekedar menjerit-jerit nama Shivoham (aku adalah Shiva), itu bukan berarti bahwa engkau secara otomatis akan menjadi Lord Shiva; sebab yang terpenting adalah bahwa engkau harus terlebih dahulu mengembangkan kualitas-kualitas keilahian seperti cinta-kasih universal, ketidak-melekatan dan sebagainya. Barulah setelah itu, engkau layak untuk mengkidungkan "Shivoham", sebab ketika itu, engkau sudah tidak memiliki Aham (ego)!
-BABA

Wednesday, April 23, 2008

Thoughts for the Day - 24th April 2008 (Thursday)





What is Jnana or wisdom? It is to know your own true self, that is, self knowledge. Self knowledge is Self realization. Jnana calls for the control of thoughts by appropriate efforts. Constant contemplation on the Self is the means of experiencing the direct vision of God, and Bhakthi (devotion) is the means to achieve it. Whether one takes to the Jnana-Marga (the path of wisdom) or the Bhakti Marga (the path of Devotion), the goal is the same, illumination.

Apakah yang dimaksud dengan Jnana atau kebijaksanaan? Ia diartikan sebagai kemampuan unuk mengenali jati dirimu yang sejati, atau disebut juga sebagai self knowledge (pengetahuan tentang diri sendiri). Self knowledge adalah Self realization (pencerahan diri). Jnana membutuhkan pengendalian pikiran melalui upaya-upaya yang sepadan. Melakukan kontemplasi secara konstan terhadap Atma merupakan jalan untuk mendapatkan direct vision Tuhan, dan Bhakti (devotion) merupakan cara praktis untuk memperolehnya. Jnana Marga (jalan kebijaksanaan) maupun Bhakti Marga (jalan devotion), kedua-duanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu pencerahan diri.
-BABA

Tuesday, April 22, 2008

Thoughts for the Day - 2008-04-23 (Wednesday)


When a plane flies across the sky, it leaves no mark on it, no streak that lasts, no furrow or pothole that interferes with further traffic. So too, witness all the feelings and emotions as they cross your mind, but, do not allow them to make an impression on you. This can be done by inquiry, by quiet reasoning within oneself, more than by listening to lectures or study of books.
Ketika kapal udara terbang melintasi angkasa, maka ia tidak meninggalkan jejak ataupun sisa-sisa lainnya yang berpotensi untuk menganggu lalu lintas udara bagi kapal-kapal lainnya. Nah demikian pula halnya yang harus engkau lakukan, yaitu ketika engkau menyaksikan segala bentuk perasaan dan emosi melintasi batinmu; janganlah membiarkan mereka meninggalkan impresi tertentu terhadap dirimu. Hal ini dapat dimungkinkan melalui inquiry (kontemplasi) secara hening di dalam dirimu sendiri, yang mana metode ini jauh lebih efektif dibandingkan dengan mendengarkan begitu banyak ceramah/khotbah maupun melalui pembelajaran melalui buku-buku.
-BABA

Monday, April 21, 2008

Thoughts for the Day - 22nd April 2008 (Tuesday)

How to keep in constant contact with the Higher Self within us? The best means is the simple exercise of Naamasmarana, the repetition of any one of the glorious Names of the Lord. People indulge in all types of purposeless gossip and scandal; they find time and interest in these degrading pursuits; but, they have no inclination to awaken the Divine in them by constant dwelling on the splendour of Creation and the Creator. See only such scenes as will foster this discipline; speak only of elevating subjects; listen only to ennobling topics; think and feel only pure thoughts and emotions. That is the way to develop the Divinity inherent in each one.
Bagaimanakah caranya untuk senantiasa menjalin hubungan yang berkesinambungan dengan Higher Self (Divine) yang ada di dalam diri kita? Cara yang terbaik adalah melalui latihan sederhana berupa Naamasmarana, yaitu pengulangan salah-satu nama mulia Tuhan. Ironisnya, kebanyakan orang justru lebih suka menyibukkan dirinya dalam gosip dan skandal yang tak berguna, mereka gemar menghabiskan waktu dan menaruh minat dalam kebiasaan yang buruk seperti itu; mereka sama sekali tidak berminat untuk membangkitkan/membangun Divine yang ada di dalam diri mereka. Untuk itu, pastikanlah bahwa engkau hanya melihat hal-hal yang bisa membantumu untuk menegakkan disiplin ini, ucapkanlah/bicarakanlah hal-hal yang bersifat membangun; dengarkanlah topik-topik yang membangkitkan semangat positif; pikirkan dan rasakanlah pemikiran-pemikiran serta emosi yang suci & murni. Sebab inilah jalan untuk dapat mengembangkan Divinity yang laten ada di dalam diri kita masing-masing.
-BABA

Sunday, April 20, 2008

Thoughts for the Day - 21st April 2008 (Monday)


Man is not aware of the grand goal of his pilgrimage. He is straying into wrong roads which lead him only to disaster. He places his faith in objects outside himself and strives to derive joy from and through them. He does not know that all the joys spring forth from inside him; he only invests the outer objects with his own joy drawn from inside him. He envelopes the outer objects with his inner joy and then, experiences it as though it is from that outer object.

Manusia tidak menyadari tujuan utama dari perjalanannya. Manusia telah tersesat di jalan salah yang akan membawanya menuju malapetaka. Ia terlalu banyak menaruh kepercayaan terhadap obyek-obyek luar (yang bersifat duniawi) serta berupaya untuk memetik kebahagiaan daripadanya. Manusia tidak menyadari bahwa sumber kebahagiaan berasal dari dalam dirinya sendiri. Selama ini ia banyak melakukan proyeksi kesenangan terhadap obyek-obyek eksternal dengan berdasarkan pada sumber kebahagiaan yang sebenarnya justru ada di dalam dirinya sendiri.

-BABA

Saturday, April 19, 2008

Thoughts for the Day - 20th April 2008 (Sunday)


The refinement of life calls for continuous spiritual practice. Without such practice, life gets degraded. For instance, a diamond gets enhanced in value when it goes through the process of cutting and faceting. Likewise, gold, taken out as ore from the earth, becomes pure and valuable after refinement. In the same manner, Sadhana (spiritual practice) is necessary to elevate life from the trivial to the sublime.

Proses pemurnian (refinement) kehidupan ini membutuhkan praktek spiritual yang dilakukan secara kontinu. Tanpa adanya praktek spiritual, kehidupan ini akan mengalami degradasi. Sebagai contoh, bongkahan berlian akan menjadi bernilai setelah ia melalui serangkaian proses pemotongan dan pembentukan. Demikian pula halnya dengan bongkahan emas, yang ketika baru digali dari bumi masih berbentuk biji-bijian emas; namun setelah menjalani proses pemurnian, ia akan menjelma menjadi benda yang murni & bernilai. Nah, analogi yang serupa dapat diterapkan dalam hal Sadhana, yang merupakan praktek penting guna meningkatkan derajat kehidupan ke level yang lebih mulia.
-BABA

Friday, April 18, 2008

Thoughts for the Day - 19th April 2008 (Saturday)


Engage yourselves in selfless service. The reward for it will come of its own accord. Do not have any doubts on this score. Whatever you undertake, do it with all your heart and to your full satisfaction. That satisfaction is all the reward and recompense that you will need. It will confer great strength on you. This is the virtue that you have to cultivate. Acquire this true wealth. Without goodness, all other riches are of no avail.
Libatkanlah dirimu secara aktif di dalam tindakan pelayanan tanpa pamrih (seva). Engkau akan memetik hasilnya yang setimpal. Janganlah engkau meragukan tentang hal ini. Apapun juga tindakan yang akan engkau lakukan, maka lakukanlah dengan sepenuh hati dan sepuas hatimu. Kepuasan yang engkau peroleh merupakan anugerah tersendiri yang engkau butuhkan. Ia akan memberimu kekuatan dan inilah virtue (sikap luhur) yang harus engkau kembangkan. Inilah kekayaan yang sebenarnya, sebab tanpa adanya perilaku yang bajik, maka semua bentuk kekayaan lainnya menjadi tidak berguna sama sekali.
-BABA

Thursday, April 17, 2008

Thoughts for the Day - 18th April 2008 (Friday)


Dharma is universal. There is a test that may be applied to any action to determine if it is according to Dharma. Let not your deeds harm or injure another. This flows from the recognition that the divine spark is the same in every form, and if you injure another you are injuring the same divinity that is in yourself. Dharma enables you to come to the recognition that anything that is bad for another form is also bad for you. The test of Dharmic action is stated very clearly in saying: "Do unto others as you would have them do unto you".
Dharma bersifat universal. Terdapat sejenis ujian yang bisa diaplikasikan terhadap segala bentuk tindakan guna menentukan apakah tindakan tersebut sesuai dengan Dharma atau tidak. Pastikanlah agar perbuatanmu tidak melukai ataupun mencederai siapapun juga. Hal ini didasari oleh pengertian bahwa percikan Ilahi yang terdapat di dalam setiap wujud/mahluk adalah sama adanya; sehingga apabila engkau melukai pihak lain, maka itu sama saja berarti bahwa engkau melukai divinity yang ada di dalam dirimu sendiri. Dharma akan membekalimu dengan pengertian bahwa segala sesuatu yang tidak baik bagi wujud/pihak lain tentunya juga tidak akan baik bagi dirimu. Barometer bagi tindakan Dharmic telah dinyatakan secara jelas, yaitu "Perlakukanlah orang/pihak lain sebagaimana engkau ingin diperlakukan oleh mereka."
-BABA

Wednesday, April 16, 2008

Thoughts for the Day - 17th April 2008 (Thursday)


Spiritual progress is not merely an intellectual exercise. It is right living, good conduct and moral behaviour. It is the natural outcome of belief in a good, just and compassionate God who is watching and witnessing every act. So faith in an Omnipresent, Omniscient, Omnipotent God is the first requisite for a good life.
Kemajuan spiritual bukanlah semata-mata latihan intellektual. Ia mencakup pola kehidupan, perilaku serta kode etik moral yang benar. Semua nilai-nilai tersebut merupakan buah hasil dari kepercayaan/keyakinan atas Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Adil; yang mana Beliau selalu memperhatikan dan menyaksikan setiap bentuk perbuatan kita. Oleh sebab itu, keyakinan terhadap Tuhan yang Omnipresent, Omniscient dan Omnipotent merupakan prasyarat utama untuk menjalani kehidupan yang benar.
-BABA

Monday, April 14, 2008

Thoughts for the Day - 15th April 2008 (Tuesday)


The shadow that you cast is reduced bit by bit with every step that you take towards the Sun until the Sun shines right on the top of your head and the shadow crawls under your feet and disappears. So too, Maya (illusion) becomes lesser and lesser effective as you march towards Jnana (wisdom). When you are well established in your understanding, Maya falls at your feet and is powerless to deceive you any further; it disappears, as far as you are concerned. Though you cannot know while in this dual world, how Maya originated, you can know how it can be terminated and can succeed in exterminating its effects. Maya has no beginning but it has an end, for him who wins the light by which the darkness can be negated.
Bayanganmu akan semakin berkurang selangkah demi selangkah sesuai dengan langkah yang engkau ambil (dalam mendekati) cahaya mentari, dan ketika matahari sedang bersinar di atas kepalamu, maka bayanganmu juga akan merangkak di bawah kakimu dan menghilang. Demikian juga, Maya (ilusi) akan semakin kurang daya cengkeramannya ketika engkau berbaris menuju kepada Jnana (kebijaksanaan). Ketika pemahamanmu sudah mantap, maka Maya akan jatuh di hadapanmu dan menjadi tak berdaya untuk mengelabuimu lebih lanjut; artinya Sang Maya sudah hilang & lenyap. Walaupun engkau tidak tahu bagaimana Maya tercipta di dunia dualisme ini, namun engkau bisa tahu bagaimana cara untuk menghentikannya dan sukses dalam mengatasi dampak-dampak yang ditimbulkannya. Bagi mereka yang sudah berhasil menemukan cahaya terang, maka (Maya yang tak berawal) akan segera berakhir.

Sunday, April 13, 2008

Thoughts for the Day - 14th April 2008 (Monday)


Love is the only path that can take you to God. When you develop love, God will give Himself up to you and will protect you always. There is an intimate and inseparable relationship between the love of a devotee and the grace of God. Only love can win divine grace. You have to practise righteousness and tread the path of sacrifice to experience everlasting happiness. The name and principle of Rama will give you tremendous strength and power. The divine principle underlying the Avatars of Rama and Krishna can neither be explained in words nor understood with the help of worldly education. Only through love can one understand them. Fill your heart with love and chant the name of Rama.

Cinta-kasih adalah satu-satunya jalan yang akan membawamu kepada Tuhan. Apabila engkau mengembangkan cinta-kasih, maka Tuhan akan menyerahkan diri-Nya bagimu serta senantiasa melindungimu. Terdapat hubungan yang erat dan tak dapat dipisahkan antara cinta-kasih seorang bhakta dengan rahmat Ilahi. Hanya cinta-kasih sajalah yang bisa memenangkan karunia Ilahi. Untuk itu, engkau harus mempraktekkan kebajikan dan mengikuti jalan pengorbanan guna mencapai kebahagiaan abadi. Nama dan prinsip yang dijunjung oleh Batara Rama akan membekalimu dengan kekuatan yang luar biasa. Prinsip Ilahi yang melandasi Avatara Rama dan Krishna tidak bisa dijelaskan melalui kata-kata saja dan ia juga tidak bisa dipahami melalui pendidikan sekuler (duniawi). Upaya pemahamannya hanya akan berhasil melalui cinta-kasih. Isilah hatimu dengan cinta-kasih dan kidungkanlah nama-nama Rama.

-BABA

Saturday, April 12, 2008

Thoughts for the Day - 13th April 2008 (Tamil New Year)


Today is a sacred day which has to be spent in sacred thoughts and deeds and not in cheap debilitating sensual pleasures and pastimes. Of course, people in their ignorance resort to these hollow hilarities, urged by their innate and inescapable urge for Ananda (supreme bliss). The Ananda within seeks Ananda pure and undefiled. It can be secured only through the satisfaction of higher and more sublime desires like realizing the Ultimate. Each festival has been designed by the sages as a step in the progress of man towards this goal. Nevertheless, we are casting many a New Year Day behind us, unmindful of its significance. Year after year is wasted in misdirected effort at attaining Ananda, and in the consequent misery and despair.

Hari ini adalah hari suci yang seharusnya dimanfaatkan untuk pemikiran-pemikiran yang luhur serta melakukan tindakan kebajikan. Janganlah engkau menyia-nyiakannya dengan terlarut dalam pemuasan kesenangan indriawi serta hal-hal lainnya yang tak berguna. Diakibatkan oleh karena kebodohan batinnya, banyak orang yang menjalani kesenangan yang serba semu dalam upayanya untuk mencari Ananda (kebahagiaan tertinggi). Jenis Ananda yang hendaknya kita cari adalah Ananda yang murni dan tanpa cela, dan itu hanya akan bisa diperoleh melalui pemuasan terhadap keinginan yang luhur seperti keinginan untuk merealisasikan Sang Atma. Setiap festival/perayaan hari-hari besar telah dirancang sedemikian rupa oleh para rishi sebagai salah satu langkah bagi manusia untuk mencapai tujuan akhirnya. Namun walaupun begitu, engkau telah melewatkan begitu banyak tahun baru sebelumnya dan ternyata engkau tidak/belum menyadari pengertiannya yang sebenarnya. Tahun demi tahun telah disia-siakan dalam upaya yang tidak terarah untuk mencapai Ananda, dan sebagai konsekuensinya penderitaan dan kesusahan masih tetap menghantuimu.
-BABA

Friday, April 11, 2008

Thoughts for the Day - 12th April 2008 (Saturday)


The main thing is the control and the sublimation of the senses. The conquest of the senses and of the passions and emotions is a slow and difficult process, which will be crowned by success only by systematic endeavour. How can man serve others or the Lord who is resident in all when the senses drag him away from that service or when passions peep in to tarnish the love that inspires the service? The Lokesha (Lord of the world) is engaged in spreading Ananda (bliss) in the Loka (world); man should be engaged in spreading Ananda around him. That is the way to co-operate and share in the task of the Lord.

Yang terpenting adalah pengendalian serta sublimasi (penghalusan) panca indera. Menaklukkan panca indera dan passion (nafsu) serta emosi merupakan proses yang lamban dan sulit. Hal itu hanya akan berhasil melalui serangkaian usaha yang dilakukan secara sistematik. Seandainya panca indera telah menyeretmu menjauhi tindakan pelayanan atau ketika cinta-kasih yang melandasi praktek pelayanan telah dinodai oleh hawa-nafsu, maka bagaimanalah mungkin seseorang akan bisa melayani orang lain atau Tuhan yang merupakan penghuni hati setiap insan? Sang Lokesha (penguasa dunia ini) telah terjun dalam upaya penyebaran Ananda (bliss) di tengah-tengah Loka (dunia); oleh sebab itu, manusia juga hendaknya aktif dalam menyebarkan Ananda di sekelilingnya. Inilah cara untuk bekerja-sama serta saling berbagi dalam tugas Sang Ilahi.
-BABA

Thursday, April 10, 2008

Thoughts for the Day - 11th April 2008 (Friday)


Bliss has to be sought not through accumulation of material wealth, but through sacrifice and promotion of the welfare of one's fellow beings. Thyaga (sacrifice) is recommended by the Vedas as the only path to immortality. Give in plenty, give gladly, and with gratitude to God. Selfishness is the canker that destroys charity. Though one is aware that a certain act is wrong, selfishness does not allow him to desist. But, this weakness can be overcome by steady determination. Share with others the knowledge and skills you have earned, the ideas and ideals you have benefited from and the joy you have won by discipline and dedication. Sharing will not diminish them or devalue them. On the other hand, they will shine with added splendour.

Bliss tidak bisa diperoleh melalui akumulasi harta kekayaan, tetapi hanya melalui pengorbanan dan upaya ikut meningkatkan taraf kesejahteraan sesama manusia. Kitab-kitab suci Veda merekomendasikan praktek Thyaga (pengorbanan) sebagai satu-satunya jalan untuk menuju immortality. Berilah secara tulus dan penuh ungkapan syukur kepada-Nya. Selfishness (sikap picik/congkak) adalah bagaikan benalu/hama yang menghancurkan sikap kedermawanan. Walaupun engkau mengetahui bahwa terdapat suatu tindakan yang kurang benar, namun sikap congkak tidak mengizinkanmu untuk menolaknya. Kelemahan seperti ini sebenarnya bisa diatasi dengan kebulatan tekad. Berbagilah dengan sesamamu pengetahuan dan ketrampilan yang telah engkau peroleh, demikian pula idealisme dan kebahagiaan yang telah engkau dapatkan melalui praktek disiplin dan dedikatif. Bila engkau melakukannya, maka engkau tiada kekurangan apapun juga, bahkan justru sebaliknya, kecemerlanganmu akan semakin bertambah bersinar.
-BABA

Wednesday, April 9, 2008

Thoughts for the Day - 10th April 2008 (Thursday)


The tree of life has to be watered at the roots, but now, people water the branches, the leaves and the blossoms, neglecting the roots. The roots are the virtues; they have to be fostered so that the flowers of actions, words and thoughts may bloom in fragrance and yield the fruit of Seva (service), full of the sweet juice of Ananda (bliss).

Pohon kehidupan seharusnya di-airi di bagian akar-akarnya, namun orang-orang sekarang cenderung lebih suka mengairinya di bagian cabang, daun dan bagian bunganya saja (dengan perkataan lain: akar-akarnya telah terabaikan). Padahal nilai-nilai luhur merupakan akar dari suatu kehidupan; mereka harus dijaga & dipelihara dengan baik agar bunga rampai dalam wujud perbuatan, ucapan dan pikiran (bajik) bisa bermekaran nan semerbak sembari menghasilkan buah (hasil) dalam bentuk Seva (pelayanan) yang penuh dengan Ananda (bliss).
-BABA

Tuesday, April 8, 2008

Thoughts for the Day - 9th April 2008 (Wednesday)


Have faith in yourself, your own capacity to adhere to a strict time-table of Sadhana (spiritual exercises) and your ability to reach the goal of realisation. Obstacles that come in the way are often treated with a certain amount of resentment by the pilgrims on the spiritual path; but these tests are to be treated as ensuring safety. You drive a nail into the wall to hang a picture thereon; but before hanging the picture, you try to see whether the nail has been well driven by shaking it; when you are certain it does not shake even when all your strength is used, you become bold enough to hang the picture on it. You must welcome tests because it gives you confidence and hastens your promotion.

Milikilah kepercayaan dan keyakinan terhadap dirimu sendiri dan juga atas kemampuanmu dalam mentaati jadwal waktu yang ketat dalam melaksanakan Sadhana (latihan spiritual); guna mencapai tujuan realisasi. Hambatan-hambatan yang timbul dalam perjalananmu biasanya suka ditanggapi dengan sikap enggan (penolakan) oleh sebagian besar peminat spiritual; padahal seharusnya cobaan-cobaan itu justru hendaknya dianggap sebagai batu ujian untuk memastikan keselamatan dalam perjalananmu. Sebagai contoh, engkau menancapkan paku ke tembok untuk menggantung sebuah gambar; namun sebelum engkau mulai menggantungkan gambar itu, tentunya engkau akan mencoba menggoyang-goyangkan paku itu guna memastikan bahwa ia sudah menancap dengan kuat. Barulah setelahnya, engkau berani yakin untuk mengantung gambar tersebut. Artinya adalah bahwa engkau harus siap untuk menyambut datangnya hambatan maupun cobaan sebagai bekal untuk membangkitkan rasa percaya dirimu dan untuk mempercepat promosimu ke tingkat yang lebih tinggi.
-BABA

Monday, April 7, 2008

Thoughts for the Day - 8th April 2008 (Tuesday)


Namasmarana (chanting God's Name) is the process by which an attitude of dedication can be cultivated and confirmed. When confronted by calamity, you must attach yourself to this Sadhana (spiritual practice) even more firmly, instead of losing faith in it and getting slack. The drug should not be given up when it is most needed. The pity is that, when the first disappointment confronts you, you lose courage and confidence, and give up the name of God.

Namasmarana (pengkidungan nama Tuhan) merupakan suatu proses untuk memupuk semangat dedikasi. Ketika engkau dikonfrontasi oleh kesusahan, maka seharusnya engkau semakin mengintensifkan Sadhana ini dan bukannya malah kehilangan keyakinan dan mengalami kemunduran. Janganlah engkau menyingkirkan obat-obatan di kala ia benar-benar sangat dibutuhkan. Hanya saja yang patut disayangkan adalah bahwa kebanyakan orang langsung kehilangan keberaniannya dan keyakinannya pada saat ia menghadapi kekecewaan untuk yang pertama kalinya sekalipun. Alhasil, sadhana pengulangan nama-nama Tuhan juga ditinggalkannya.
-BABA

Sunday, April 6, 2008

Thoughts for the Day - 7th April 2008 (Monday)


Manava (man) is the very embodiment of divinity. ‘Ma’—not, ‘Nava’—new, i.e., man is not new. He is Purathana (ancient) and Sanathana (eternal). Man has been in existence for countless number of years. Every second of life is new. Thus, there is no particular sanctity about the beginning or ending of a year. The time or date is not the cause of your happiness or misery. Your own Karma (actions) in the past is the cause of both your happiness and misery. As is the seed, so are the plant and fruit; they cannot be different. Do not waste your mental energy in speculations of this or that happening.

Manava (manusia) adalah perwujudan divinity. 'Ma' artinya 'tidak' dan 'Nava' artinya 'baru', jadi Manava mempunyai arti bahwa manusia bukanlah sesuatu yang baru. Manusia adalah Purathana (ancient/kuno) dan Sanathana (abadi). Manusia sudah eksis untuk selama waktu yang tak terhingga. Setiap momen/detik kehidupan adalah momen yang baru. Oleh sebab itu, sebenarnya tidak ada sesuatu yang spesial di awal maupun di akhir tahun. Waktu ataupun tanggal tertentu bukanlah faktor penyebab dari kebahagiaan maupun kesedihanmu. Yang bertanggung jawab adalah justru karena Karma (perbuatanmu di masa yang lampau). Sebagaimana halnya benih yang engkau tanamkan, maka demikian pula tanaman dan buah yang akan engkau peroleh; ketiga-tiganya tidak mungkin berbeda satu sama lainnya. Oleh sebab itu, janganlah engkau membuang-buang energi batinmu hanya untuk berspekulasi tentang hal-hal yang akan terjadi (di tahun yang baru ini).
-BABA

Saturday, April 5, 2008

Thoughts for the Day - 6th April 2008 (Sunday)


You must strive to diagnose your own character and discover the faults that are infesting it; do not try to analyse the character of others and seek to spot their defects. This self-examination is very necessary to bring to light the defects that might undermine one's spiritual career. Man differs from man in this struggle against the inner foes. Each gets the result that his Sadhana (spiritual exercise) deserves, that his acts in this and previous births deserve. In the spiritual path, each one has to move forward from where he already is, in his own pace, in the light of the lamp which each one holds in his own hand.

Engkau harus berjuang untuk mendiagnosa karaktermu serta menemukan jenis-jenis kesalahan yang selama ini bersarang di dalam dirimu. Sebaliknya, janganlah engkau mencoba-coba untuk menganalisa karakter orang lain serta sengaja mencari-cari kelemahan/kekurangan mereka. Praktek evaluasi diri ini sangatlah penting dalam mengidentifikasikan jenis kesalahan yang selama ini menghalangi karir spiritualmu. Setiap orang saling berbeda dalam keuletannya untuk menghadapi musuh-musuh di dalam dirinya sendiri. Masng-masing orang memetik hasil sesuai dengan Sadhana yang dilakukannya melalui perbuatannya baik dalam kehidupan sekarang maupun di kehidupan yang lampau. Dalam jalan spiritual, gerak maju setiap orang ditentukan oleh titik awal perjalanannya, kecepatan derap langkahnya serta dipengaruhi pula oleh seberapa terang cahaya lampu yang sedang dipegang olehnya.
-BABA

Friday, April 4, 2008

Thoughts for the Day - 5th April 2008 (Saturday)


Dharma (righteousness) purifies the mind and leads you to God. It creates a taste for the Name and Form of God. When you love the Name and Form of God, you will naturally respect and obey the command of God. Have the Name on the tongue and Form in the eye; and the demon of unending desire will fly away from your mind, leaving joy and contentment within. This kind of constant contemplation on the indwelling God will promote love for all beings. You will then see good in others and you will strive to do good to others.

Dharma (kebajikan) akan memurnikan batin serta menuntunmu kepada-Nya. Ia akan menciptakan kerinduan atas nama dan rupa Tuhan. Apabila engkau mencintai nama dan wujud-Nya, maka secara alamiah, engkau juga akan menghormati serta mematuhi perintah-perintah-Nya. Milikilah nama Tuhan di lidahmu dan wujud-Nya di matamu; maka dengan demikian setan keinginan yang tak berkesudahan akan pergi meninggalkanmu, sehingga yang tersisa di dalam batinmu adalah keceriaan dan kepuasan batin. Kontemplasi yang dilakukan secara konstan terhadap Divine yang ada di dalam dirimu itu akan membangkitkan sikap cinta-kasih terhadap semua mahluk. Engkau hanya melihat kebaikan di dalam diri orang lain dan engkau juga akan berupaya untuk berbuat bajik terhadapnya.
-BABA

Thursday, April 3, 2008

Thoughts for the Day 4th April 2008 (Friday)


By imbibing the teachings of the Bhagavatham (epic containing the stories of the Lord), your Tamo guna (quality of inertia) will be raised into Rajo guna (quality of incessant activity) and purified into Sathwa guna (quality of poise and serenity). It is like the fruit growing by the combined influence of the earth and sun, first into full sourness, then to partial sweetness and finally complete sweetness, in three gradual stages. Man too by the twin forces of the divine grace from without and the yearning from within, grows into complete sweetness of Ananda and Prema (love).

Dengan berpegang dan mengikuti ajaran-ajaran Bhagavatham (cerita epic yang mengandung nilai-nilai moral ke-Tuhanan), maka engkau akan dapat mentransformasikan Tamo guna (kualitas kelembaman/kemalasan) menjadi Rajo guna (kualitas kecekatan/ketangkasan) dan selanjutnya kelak ia akan ditransformasikan/dimurnikan menjadi Sathwa guna (kualitas suci dan murni). Ibaratnya seperti buah-buahan - yang berkat pengaruh tanah dan matahari - dimulai dari buah yang terasa pahit, secara perlahan ia akan berubah menjadi setengah manis dan akhirnya menjadi manis seutuhnya. Analogi yang sama juga berlaku untuk manusia yang berkat kerinduan batinnya, secara perlahan Ananda (kebahagiaan tertinggi) dan Prema (cinta-kasihnya) akan tercapai secara sempurna.
-BABA

Wednesday, April 2, 2008

Thoughts for the Day - 3rd April 2008 (Thursday)


The body is but a boat for crossing the sea of Samsara (worldly existence), that you have earned through the merit of many lives. When you have crossed the sea, you realise that the Lord is the indweller of the body. That is the purpose of the body. So, when the body is strong and skilled, the intellect is sharp and the mind is alert, all efforts must be made to seek the Dehi (indweller) in the Deha (body).

Badan fisik ini tiada lain adalah berupa perahu yang dapat digunakan untuk menyeberangi samudera Samsara. Wadah ini berhasil engkau peroleh berkat jasa-jasa bajik yang telah engkau pupuk melalui serangkaian banyak kehidupan yang lampau. Setelah engkau berhasil mengarungi samudera Samsara, maka engkau akan menyadari bahwa Tuhan adalah penghuni setiap badan jasmani. Inilah fungsi utamanya. Jadi, ketika badanmu masih kuat dan terampil, intellect (buddhi) masih tajam dan batinmu masih penuh dengan kewaspadaan, maka di momen-momen seperti inilah, hendaknya engkau melakukan upaya untuk mencari Dehi (penghuni) dari Deha (badan jasmani).
-BABA

Tuesday, April 1, 2008

Thoughts for the Day - 2nd April 2008 (Wednesday)


If only the agony and toil now being experienced by man to accumulate the symbols of wealth and power are directed towards God, man can be infinitely more happy. The veil of Maya (illusion), however, hides from him the face of God which is shining from every being and thing around him. Maya is of the nature of Tamas (darkness and ignorance). In deep, dreamless sleep, the Self alone exists, but it is supervened by Maya or Ajnana (ignorance). You are not aware then that you are Brahman (God); that is the difference between the state of Jnana (spiritual realization) and the Sushupti (deep sleep) stage. The Jnani knows that he is One with Brahman, but the person in deep, dreamless sleep is not aware of it.

Seandainya saja upaya keras yang dilakukan oleh manusia untuk mengakumulasi simbol-simbol kekayaan dan kekuasaan dapat diarahkan demi untuk Tuhan, maka manusia akan sanggup untuk mencapai kebahagiaan tertinggi. Akan tetapi, sayangnya, selubung Maya (ilusi) justru sedang menyembunyikan wajah Tuhan yang bersinar dalam diri setiap mahluk dan obyek di sekitarmu. Maya adalah sifat alamiah dari Tamas (kegelapan dan kebodohan batin). Dalam keadaan tertidur lelap (tidur tanpa mimpi), hanya Self (Atma) saja yang eksis, namun ia terselubung oleh Maya atau Ajnana (kebodohan batin). Engkau tidak menyadari bahwa dirimu adalah Brahman (Tuhan); di sinilah letak perbedaan antara kondisi Jnana (pencapaian/realisasi spiritual) dan kondisi Sushupti (deep sleep). Kaum Jnani mengetahui & menyadari bahwa dirinya adalah satu adanya dengan Brahman; sedangkan mereka yang berada dalam kondisi tertidur lelap (dreamless sleep) tidak menyadari tentang hal ini.