Thursday, January 31, 2013

Thought for the Day - 31st January 2013 (Thursday)

God draws the individual towards Himself. It is the nature of both to have this mutual affinity; they are just like the iron and magnet. But if the iron is rusty, covered with layers of dirt, the magnet is unable to attract. Remove the impurities, then you will shine forth in your real nature and the Lord will draw you unto Him. Spiritual practices (Sadhana) should result in inner as well as external cleanliness. You do not feel refreshed if you wear unwashed clothes after your bath. Nor do you feel clean if you wear washed clothes, but skip taking bath. Hence, both are needed – the baahya (external) and the bhaava (internal). Trials and tribulations are the means by which this cleansing is done. They are like the dietary and other restrictions prescribed to supplement the effect of the drug of Namasmarana (remembrance of God).

Tuhan menarik individu menuju diri-Nya. Inilah sifat sejati, daya tarik-menarik antara keduanya; dapat diibaratkan seperti besi dan magnet. Tetapi jika besi berkarat, ditutupi dengan lapisan kotoran, magnet tidak mampu untuk menariknya. Hilangkanlah kotoran tersebut, maka engkau akan bersinar dan Tuhan akan menarik-mu menuju diri-Nya. Praktek spiritual (Sadhana) harus menghasilkan kemurnian baik kemurnian batin maupun kemurnian eksternal. Engkau tidak akan merasa segar jika engkau memakai pakaian yang belum dicuci setelah engkau mandi. Engkau juga tidak akan merasa bersih jika engkau mengenakan pakaian yang telah dicuci, tetapi engkau belum mandi. Oleh karena itu, keduanya diperlukan - baahya (eksternal) dan bhaava (internal). Cobaan dan kesengsaraan adalah sarana untuk pembersihan. Keduanya dapat diibaratkan seperti diet dan larangan lainnya yang  diresepkan sebagai suplement obat Namasmarana (mengulang-ulang Nama Tuhan).
-BABA


Wednesday, January 30, 2013

Thought for the Day - 30th January 2013 (Wednesday)

You have come into the world to realise yourselves. You come fully equipped with all the instruments needed for that endeavour - viveka, vairaagya and vichakshana (discrimination, non-attachment and skill); and the urge to enlarge your love, enrich your emotions and ennoble your actions. But you have lost your way; you are caught in a morass and are confused by mirages and dreams which you take as real; you run after false colours and cheap substitutes. Remember that everything is subordinated to that supreme task. The body should be fed and kept free from disease. Why? So that it may be fit for spiritual discipline. Spiritual discipline for what? For the realisation of the truth about oneself. The subtle is the basis for the gross; the Divine is the basis for the Human.

Engkau telah datang ke dunia ini untuk menyadari realitasmu sendiri. Engkau telah dilengkapi dengan semua perangkat yang dibutuhkan untuk usaha itu  - Viveka, vairaagya dan vichakshana (diskriminasi, tanpa-kemelekatan, dan kecakapan/keterampilan); dan dorongan untuk memperluas cinta-kasihmu, memperkaya emosimu, dan memuliakan tindakanmu. Tetapi engkau telah kehilangan jalanmu, engkau terjebak dalam rawa-rawa dan bingung dengan fatamorgana dan mimpi yang engkau anggap sebagai nyata, engkau mengejar warna palsu dan sesuatu yang rendah. Ingatlah bahwa segala sesuatu tunduk kepada Yang Tertinggi. Badan harus diberi makan dan dijaga agar bebas dari penyakit. Mengapa? Agar badan ini bisa  digunakan untuk melakukan disiplin spiritual. Untuk apa melakukan disiplin spiritual? Untuk menyadari kebenaran diri sendiri. Sadarilah bahwa yang halus  berasal dari yang kasar dan  Tuhan adalah dasar bagi semua umat manusia.
-BABA

Tuesday, January 29, 2013

Thought for the Day - 29th January 2013 (Tuesday)


The proprietor of a coffee house goes to the nearby druggist for a pill to ward off his headache, but when the druggist gets a headache he goes to the coffee house for a cup of coffee, which he thinks will cure him. Tastes differ according to temperament and the character one has earned by generations of activity in this world. The Jnaani (wiseman) says, ‘Sarvam Brahma mayam’ (Everything is Divinity); another, a yogi, says all is energy; a third, who is a devotee, says all is the play of the Lord. Each proclaims based on one’s taste and progress in the spiritual path. Do not hurry to ridicule anyone, for all of you are pilgrims, walking along the same road.

Para pemilik kedai kopi menuju ke apoteker terdekat untuk membeli tablet untuk menangkal sakit kepalanya, tetapi ketika si apoteker menderita sakit kepala, dia pergi ke kedai kopi untuk membeli secangkir kopi, yang menurutnya akan menyembuhkan sakit kepalanya. Selera-nya berbeda sesuai dengan temperamen dan karakter seseorang yang telah diterimanya untuk melaksanakan kegiatan di dunia ini. Para Jnaani (orang yang bijaksana) mengatakan, 'Sarvam Brahma mayam' (Semuanya adalah Divinity); yang lainnya, seorang yogi, mengatakan semuanya adalah energi,  dan yang ketiga, seorang devotee (pemuja/bhakta), mengatakan bahwa semuanya adalah permainan Tuhan. Masing-masing menyatakan berdasarkan selera-nya dan kemajuannya di jalan spiritual. Janganlah terburu-buru untuk mencemooh orang lain, karena kalian semua adalah peziarah, yang berjalan di sepanjang jalan yang sama.
-BABA

Monday, January 28, 2013

Thought for the Day - 28th January 2013 (Monday)

You are the Formless (Niraakaaram) come in the form of Man (Naraakaaram), the Infinite, come in the role of the finite, the Formless Infinite appearing as the formful infinitesimal, the Absolute pretending to be the Relative, the Atma behaving as the body, the Metaphysical masquerading as the merely physical. The Universal Self is the basis of all being. The sky was there before houses were built under it; it penetrated and pervaded them for some time; then, the houses crumbled and became heaps and mounds; but, the sky was not affected at all. So too, the Atma pervades the body and subsists even when the body is reduced to dust.

Engkau berasal dari yang Tidak berwujud (Niraakaaram) menjadi Manusia (Naraakaaram), dari yang Infinite (Tidak terbatas), menjalankan peran yang terbatas. Formless Infinite muncul sebagai bentuk infinitesimal, yang Absolute menganggap dirinya sebagai Relatif, Atma berperilaku sebagai badan, dan dari Metafisik menganggap sebagai fisik belaka. Universal Self (Atma) adalah dasar dari seluruh keberadaan. Langit sudah ada bahkan sebelum rumah-rumah dibangun di bawahnya, langit melindunginya untuk beberapa waktu, lalu rumah-rumah hancur dan menjadi tumpukan serta gundukan, tetapi, langit tidak terpengaruh sama sekali. Demikian juga, Atma menutupi badan dan ada dalam badan bahkan ketika badan menjadi debu. -BABA

Sunday, January 27, 2013

Thought for the Day -27th January 2013 (Sunday)

Live with the consuming conviction that you are the Divine Self (Atma). This is the hard core eternal truth. The Atma it is, that sees through your eyes, hears through your ears, works through your fingers and moves through your feet. This true ‘you’ will not be elated by praise or deflated by blame. If someone carps at you, reason out thus within yourself: “Is he or she casting aspersions on my body? Well, why should I be worried then? Or are the abuses being addressed to the Atma? Nothing can affect its purity, or tarnish its glory. So remain calm and unperturbed.” You may ask, what happens then to the strings of abuse? Like the letter sent by post and refused by the addressee, it returns to the sender.

Jalanilah kehidupan dengan keyakinan bahwa engkau adalah Divine Self (Atma). Inilah inti kebenaran yang sesungguhnya. Atma itu adalah yang melihat melalui mata-mu, mendengar melalui telinga-mu, bekerja melalui jari-jari-mu, dan bergerak melalui kaki-mu. Inilah sifat-"mu" yang sejati, tidak akan merasa gembira dengan pujian atau sedih ketika menerima hinaan. Jika seseorang menghinamu, pikirkanlah dari dalam dirimu sendiri: "Apakah ia menghina badanmu? Lalu, mengapa saya harus khawatir tentang itu? Atau apakah penghinaan tersebut ditujukan kepada Atma? Tidak ada yang dapat mempengaruhi kemurniannya, atau menodai kemuliaannya. Jadi tetaplah tenang dan jangan gelisah. "Engkau mungkin bertanya, Apa yang terjadi kemudian dengan untaian penghinaan tersebut? Dapat diibaratkan seperti surat yang dikirim melalui pos dan ditolak oleh penerimanya, maka surat itu kembali kepada si pengirim.
-BABA

Saturday, January 26, 2013

Thought for the Day - 26th January 2013 (Saturday)

The Lord’s Grace is like rain - pure water, falling equally and consistently everywhere. However, the same rainwater’s taste gets changed according to the soil through which it flows, and the container which holds it. So also, the Lord’s words are sweet to some, bitter to others. The Lord’s ways are mysterious. You do not know the real reasons behind the actions of the Lord. You cannot understand the motives of another man who like you has intentions, likes and dislikes. But yet, how easily you decide the motives of One who is far above your level! How glibly you talk and judge something that is as strange to you, as atmosphere is to a fish! All you must remember is that God is your eternal companion and watchman – Live with this steady faith in Him, adore Him, and seek His ever comforting creative presence always.

Rahmat Tuhan dapat diibaratkan seperti hujan - air yang murni, jatuh sama dan konsisten di mana-mana. Namun, rasa air hujan yang sama itu akan berubah sesuai dengan tanah dimana ia mengalir, dan wadah dari air tersebut. Demikian juga, kata-kata Tuhan yang manis bagi sebagian orang, barangkali akan terasa pahit bagi orang lain. Tuhan itu misterius. Engkau tidak mengetahui alasan sebenarnya di balik tindakan Tuhan. Engkau tidak dapat memahami motif dari orang lain yang menyukaimu seperti niat, suka dan tidak suka. Sekalipun demikian, betapa mudahnya engkau mengambil kesimpulan motif dari Beliau yang jauh di atas tingkatan-mu! Bagaimana dengan fasihnya engkau mengatakan dan menilai sesuatu yang sesungguhnya tidak engkau kenal! Yang harus engkau ingat adalah bahwa Tuhan adalah penjaga dan teman sejatimu - Hiduplah dengan keyakinan yang mantap dengan-Nya, pujalah Dia, dan carilah Beliau yang kehadiran-Nya selalu menenangkan.

-BABA

Friday, January 25, 2013

Thought for the Day - 25th January 2013 (Friday)

Once, Krishna and Arjuna were walking together, along a beautiful path. Seeing a bird in the sky, Krishna asked Arjuna, “Is that a dove?” Arjuna replied instantly, “Yes, it is a dove.” A few seconds later, Krishna asked, “Arjuna, is that bird an eagle?” Arjuna responded, “Yes Krishna, it is an eagle.” A few seconds later, Krishna asked, “Arjuna, this does not look like an eagle – it looks like a crow to me. Is it not?” Arjuna replied, “Yes Krishna, it is a crow beyond doubt!” Krishna laughed and chided him for agreeing with whatever suggestions He gave. Arjuna responded, “Krishna, for me, your words are far more trustworthy than the evidence of my eyes. When you say something, you have the power to make it so – be it a crow, dove or eagle. Hence, if you said it is a crow, it must be so!” Implicit Faith is the secret to spiritual success. Always remember that the Lord loves, not the devotee but the devotion.

Suatu ketika, Sri Krishna dan Arjuna berjalan bersama-sama, di sepanjang jalan yang indah. Saat melihat burung di langit, Krishna bertanya kepada Arjuna, "Apakah itu burung merpati?" Arjuna langsung menjawab, "Ya, itu adalah burung merpati." Beberapa detik kemudian, Krishna bertanya, "Arjuna, apakah itu burung elang?" Arjuna menjawab, "Ya Krishna, itu adalah burung elang." Beberapa detik kemudian, Krishna bertanya, "Arjuna, ini tidak terlihat seperti elang - itu tampak seperti gagak bagi-Ku. Bukankah demikian? "Arjuna menjawab," Ya Krishna, itu adalah gagak, tidak diragukan lagi!” Krishna tertawa dan menegur Arjuna karena setuju dengan apa pun yang Dia katakan. Arjuna menjawab, "Krishna, bagi-Ku, kata-kata yang Engkau ucapkan jauh lebih bisa dipercaya daripada bukti yang terlihat oleh mataku. Ketika Engkau mengatakan sesuatu, Engkau memiliki kekuatan untuk membuatnya begitu - baik itu gagak, burung merpati, atau elang. Oleh karena itu, jika Engkau mengatakan itu adalah seekor burung gagak, maka demikianlah jadinya!” Keyakinan implisit adalah rahasia sukses spiritual!. Ingatlah bahwa Tuhan tidak sekedar menyukai bhakta-Nya, tetapi adalah pengabdian (bhakti).
-BABA

Thursday, January 24, 2013

Thought for the Day - 24th January 2013 (Thursday)

Often, in your ignorance, you feel small, you feel miserable, you feel that the wicked, greedy and cruel people are all happier than you and unjustifiably so. You are hurt and feel that it is unjust that you, who are so truthful, so loving, so virtuous, should suffer. Just ponder over this. Are they as happy as you imagine and is your condition, as bad as you portray it to be? Investigate for a minute, and you will know the truth yourself. External appearances are often like painted pots of poison. The hearts of people not adhering to Right Conduct know no peace – they are probably as miserable as you, if not more. Believe that Righteousness will never play false; it will ensure greater joy than can be gained through all other means.

Seringkali, dalam ketidaktahuanmu, engkau merasa kecil, engkau merasa sedih, engkau merasa bahwa orang-orang yang berkelakuan buruk, serakah dan kejam semuanya lebih berbahagia daripada engkau. Engkau terluka dan engkau merasakan bahwa itu tidak adil bagimu, yang begitu jujur​​, begitu penuh kasih, begitu berbudi luhur, harus menderita. Renungkanlah hal ini. Apakah mereka se-bahagia seperti yang engkau bayangkan dan apakah keadaanmu, seburuk yang engkau gambarkan? Selidikilah dengan terperinci, dan engkau akan mengetahui kebenarannya sendiri. Penampilan eksternal acap kali seperti pot yang dicat racun. Hati orang-orang yang tidak mengikuti Kebajikan tidak mengenal kedamaian - mereka mungkin menderita seperti engkau, bahkan bisa lebih menderita. Percayalah bahwa Kebenaran tidak akan pernah memainkan kepalsuan, melainkan akan memastikan sukacita yang lebih besar daripada yang dapat diperoleh melalui segala cara lainnya.

-BABA

Wednesday, January 23, 2013

Thought for the Day - 23rd January 2013 (Wednesday)

When I sang the bhajan ‘Manasa Bhajare...’ I called on all those suffering in the endless round of birth and death to worship the feet of the Guru, the Guru that was announcing Himself, Who had come again for taking upon Himself the burden of those who find refuge in Him. That was the very first message of Mine to humanity! I said, ‘worship in your mind’. I do not need your flowers and fruits that you purchase for a small price. They are not genuinely yours. Give Me something that is yours, something which is clean, fragrant with the perfume of virtue and innocence, washed in tears of repentance. Garlands, fruits, etc. are an exhibition of your devotion. Some can afford it, the poor feel sorry that they cannot. Install the Lord in your heart and offer Him the fruits of your actions and the flowers of your innermost thoughts and feelings. That is the worship and expression of devotion God likes the most!

Ketika Aku menyanyikan bhajan 'Manasa Bhajare ... "Aku menyerukan kepada kalian semua yang mengalami penderitaan lingkaran kelahiran dan kematian untuk menyembah kaki Guru, Guru yang telah mengumumkan keberadaan-Nya, Dia yang datang kembali untuk mengambil beban mereka yang mencari perlindungan pada-Nya. Itulah pesan pertama dari-Ku bagi seluruh umat manusia! Aku berkata, 'memuja-lah di dalam batinmu'. Aku tidak memerlukan bunga-bunga dan buah-buahan yang engkau beli dengan harga yang murah. Itu semua bukanlah milikmu yang sejati. Berikanlah kepada-Ku sesuatu yang merupakan milikmu, sesuatu yang murni, harum dengan parfum kebajikan dan kepolosan, dicuci dalam air mata penyesalan. Garlan (karangan bunga), buah-buahan, dll hanyalah sesuatu yang bisa engkau perlihatkan dari pengabdianmu. Beberapa orang barangkali mampu membelinya, sementara yang lainnya, yang tidak mampu, merasa menyesal bahwa mereka tidak bisa membelinya. Pasanglah Tuhan dalam hatimu dan persembahkan kepada-Nya buah dari tindakanmu dan bunga-bunga dari pikiran dan perasaan terdalammu. Itulah pemujaan dan ekspresi pengabdian Tuhan yang paling disukai Tuhan!
-BABA

Tuesday, January 22, 2013

Thought for the Day - 22nd January 2013 (Tuesday)

One may know the 700 verses of the Bhagavad Gita by heart, but trust Me, the time that was spent in learning by rote and reciting it, is all a waste, if one does not resolutely act upon even a single verse. It is not the resolution that matters; it is resoluteness. Resolution is just a string of words. In fact, that learning might even be a handicap as that skill can affect the head and make one swell with pride. The price of sugarcane is fixed according to the sugar content in it. You evaluate oranges in proportion to the juice they contain, is it not? So too, one is worthy of honour in proportion to the knowledge of the Self acquired. This knowledge alone can confer steadiness, strength and real happiness.

Seseorang barangkali mengetahui 700 ayat dari Bhagawad Gita dengan intisarinya, tetapi percayalah pada-Ku, waktu yang dihabiskan dalam belajar dengan cara menghafal dan membaca semuanya itu, semuanya akan sia-sia, jika seseorang tidak melakukan tindakan berdasarkan Bhagawad Gita tersebut, bahkan hanya satu ayat. Bukanlah resolusi yang terpenting, melainkan keteguhan/ketepatan hati untuk melaksanakannya. Resolusi hanyalah serangkaian kata-kata. Bahkan, pelajaran itu mungkin bisa memberatkan karena skill/kepandaian itu dapat mempengaruhi kepala dan membuat seseorang menjadi bangga/sombong. Harga jus tebu sesuai dengan kandungan gula yang ada di dalamnya. Demikian juga, bukankah engkau menilai jeruk sebanding dengan jus yang dikandungnya? Demikian juga, seseorang layak mendapatkan kehormatan sebanding dengan pengetahuan (Self-knowledge) yang dipelajarinya. Hanya pengetahuan inilah yang dapat memberikan kemantapan, kekuatan, dan kebahagiaan sejati.
-BABA