Thursday, March 31, 2011

Thought for the Day - 31st March 2011 (Thursday)

Paramatma (Supreme Divinity) has six chief characteristics: Supreme wisdom, complete renunciation, divine beauty, fullest splendour of power, undiminished fame, and inexhaustible fortune. Its nature is Sat (existence), Chit (knowledge) and Ananda (bliss). These are also related to man through the Atma in him. So all humanity has a right to realize and enjoy these characteristics and this exalted nature. It is the ordained duty. The travails of the world today are due to man not performing this ordained duty.

Paramatma (Tuhan Yang Maha Agung) memiliki enam sifat utama: kebijaksanaan tertinggi, ketidakterikatan yang sempurna, keindahan ilahi, kekuasaan penuh tanpa batas, kemasyuran, dan keberuntungan yang tiada habis-habisnya. Alam adalah Sat (eksistensi), Chit (pengetahuan) dan Ananda (kebahagiaan). Sifat-sifat ini berhubungan dengan manusia melalui Atma yang berada dalam dirinya. Jadi semua umat manusia memiliki hak untuk mewujudkan dan menikmati karakteristik dan sifat mulia ini. Ini merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan. Penderitaan yang terjadi di dunia saat ini disebabkan karena manusia tidak melaksanakan kewajiban seperti yang telah diinstruksikan.

-BABA

Wednesday, March 30, 2011

Thought for the Day - 30th March 2011

God's happiness lies in the happiness of all. God does not need anything special for Himself. If you are truly happy, God will be happy. Whatever you do, let it be for the peace, welfare and happiness of all the beings. God will surely bestow upon you happiness by correcting and forgiving your faults. You must all live in unity and love. We have learnt that there are Panchapranas (Five Vital Airs) within every living being, i.e., Prana, Apana, Vyana, Udana and Samana. In reality, the Panchapranas are nothing but Truth, Righteousness, Peace, Love and Non-Violence. Where there is truth, there will be righteousness. Where there is righteousness, there will be peace. Where there is peace, there will be love. Where truth and love coexist, everything else will be added unto that person.


Kebahagiaan Tuhan terletak pada kebahagiaan semuanya. Tuhan tidak membutuhkan sesuatu yang istimewa bagi diri-Nya sendiri. Jika engkau benar-benar bahagia, Tuhan akan senang. Apapun yang engkau lakukan, biarlah itu untuk kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan semua makhluk. Tuhan pasti akan memberikan kepadamu kebahagiaan dengan memperbaiki dan mengampuni kesalahan-kesalahanmu. Engkau semuanya harus hidup dalam kesatuan dan penuh cinta-kasih. Kita telah mempelajari bahwa ada Panchaprana dalam setiap makhluk hidup, yaitu, Prana, Apana, Vyana, Udana, dan Samana. Pada kenyataannya, Panchaprana tidak lain adalah Kebenaran, Kebajikan, Kedamaian, Cinta-kasih, dan Tanpa-Kekerasan. Dimana ada kebenaran, maka akan ada kebajikan. Dimana ada kebajikan, maka disana akan ada kedamaian. Dimana ada kedamaian, maka disana akan ada cinta-kasih. Dimana kebenaran dan cinta kasih hidup berdampingan, segala sesuatu yang lain akan ditambahkan pada orang tersebut.

-BABA

Tuesday, March 29, 2011

Thought for the Day - 29th March 2011 (Tuesday)

The Jagath or Cosmos was created by God out of Himself. Therefore, He is the originator as well as the material of the Cosmos. He is Paripoorna (Full and complete). And as a result, the Creation is also Full and the Individual Atma is also Full. However, the innate and genuine truth and wisdom of an individual may sometimes be hidden by evil thoughts and deeds. Those acts and practices that can disclose the native splendour and glory of the Atma are termed as good deeds and practices.

Jagath atau Cosmos (Alam semesta) diciptakan oleh Tuhan dari diri-Nya. Oleh karena itu, Beliau merupakan asal maupun material dari alam semesta ini. Beliau adalah Paripoorna (lengkap dan sempurna). Dan sebagai hasilnya, Penciptaan juga sempurna dan Atma juga sempurna. Akan tetapi, kebijaksanaan dan kebenaran yang merupakan sifat bawaan dari lahir dari seorang individu kadang-kadang mungkin tersembunyi oleh pikiran dan perbuatan buruk. Hanya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, kemuliaan dan keagungan Atma dapat diperlihatkan.


-BABA

Monday, March 28, 2011

Thought for the Day - 28th March 2011 (Monday)


“We have helped the helpless; so, our path will be smooth and safe. We have uplifted the downtrodden; so, we can avoid troubles on our path. We have busied ourselves in singing the Lord’s Glory in chorus (Bhajan); so, we are sure of Heaven”— these are the calculations of some people who engage themselves in ‘good acts’. When such people give up their bodies, their soul reaches Chandra Loka (region of the Mind) as a Deva (angel). The residence in that Loka is the reward they have secured for the good deeds done by them in the past. When the joy emanating from the good deeds is experienced and spent away, the balance of the consequences accumulated has to be suffered, and so the soul comes back to earth as a human. Then, engaging itself in acts of highest potency for merit and attaining the highest good, it can cleanse its heart and reach Brahma Loka (the region of Brahma) from where there is no coming back.

“Kita telah membantu orang-orang yang benar-benar membutuhkan; sehingga jalan kita akan lancar dan aman. Kita telah mengangkat yang tertindas, sehingga kita dapat menghindari masalah-masalah yang kita temui di jalan kita. Kita telah menyibukkan diri dalam menyanyikan Kemuliaan Tuhan dalam Bhajan, maka kita yakin akan memperoleh Surga"- ini adalah perhitungan dari beberapa orang yang melibatkan diri dalam 'perbuatan baik'. Ketika orang-orang meninggalkan badan mereka, jiwa mereka mencapai Chandra Loka sebagai Dewa (malaikat). Kediaman di Loka tersebut merupakan balasan bagi mereka yang telah melakukan perbuatan baik di masa lalu. Ketika kebahagiaan yang berasal dari perbuatan baik telah dialami dan berakhir, akibat dari perbuatan harus dialami, dan jiwa lahir kembali ke bumi sebagai manusia. Oleh karena itu, kita harus melakukan perbuatan yang baik, karena hal tersebut dapat membersihkan hati kita dan selanjutnya bisa mencapai Brahma Loka (kediaman Brahma), yang mana setelah mencapai Brahma Loka, manusia tidak akan lahir kembali ke bumi.

-BABA

Sunday, March 27, 2011

Thought for the Day - 27th March 2011 (Sunday)

The Atma is also known as Brahman, so learning the Atma Vidya (Atmic knowledge) is to be considered as the main objective by every student. Students who yearn to get this knowledge have to earn some primary qualifications. Then only do they deserve the status of studentship. They are: Viveka (discrimination), Vairagya (renunciation), and ensure all evil propensities are uprooted within themselves. Aspirants who possess good character through these qualifications can hope to attain the Atma with confidence and without much difficulty.

Atma juga dikenal sebagai Brahman, sehingga mempelajari Atma Vidya (pengetahuan Atma) merupakan tujuan utama bagi setiap siswa. Siswa yang mendambakan mendapatkan pengetahuan ini harus memperoleh beberapa kualifikasi utama. Baru setelah itu mereka layak disebut siswa. Kualifikasi tersebut adalah: Viveka (diskriminasi; kemampuan untuk membedakan), Vairagya (penolakan terhadap objek-objek duniawi), dan memastikan semua kecenderungan jahat dicabut dari dalam diri mereka. Para peminat spiritual yang memiliki karakter yang baik melalui kualifikasi ini bisa berharap untuk mencapai Atma dengan keyakinan dan tanpa mengalami banyak kesulitan.

-BABA

Thought for the Day - 26th March 2011 (Saturday)

The Vedas have infinite depth of meaning. All may not be able to comprehend the inner meaning of the Vedic teachings. The earth's gravitational force existed even before it was discovered by Newton after rigorous experimentation. Similarly, the eternal truths hidden in the Vedas were perceived by the Rishis (seers) after intense penance and Sadhana (spiritual austerities). Unless one practices their teachings, one can never get happiness or peace. In order to realize the Divine, you have to practice the precepts prescribed in the Vedas. No doubt, even listening to the recitation of the Vedas is itself capable of purifying your mind and elevating you to a higher level. For, it is Shabdha Brahman (God embodied as sound). If you ruminate over it and practice it in your life, you can imagine the magnitude of the bliss you will attain.

Weda memiliki kedalaman makna yang tidak terbatas. Semuanya tidak mungkin bisa memahami makna batin dari ajaran Weda. Gaya gravitasi bumi itu ada bahkan sebelum ditemukan oleh Newton setelah melakukan eksperimen yang teliti. Demikian pula, kebenaran abadi yang tersembunyi dalam Weda dirasakan oleh para Resi setelah melakukan penebusan dosa dan Sadhana (pertapaan spiritual) secara intens. Seseorang tidak akan pernah bisa mendapatkan kebahagiaan atau kedamaian, kecuali jika seseorang mempraktekkan ajaran-ajaran Weda. Untuk menyadari Tuhan, engkau harus mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam Weda. Tidak diragukan lagi, bahkan mendengarkan pembacaan Weda itu sendiri mampu memurnikan pikiranmu dan mengangkatmu ke tingkat yang lebih tinggi. Karena itu merupakan Shabdha Brahman (Tuhan yang diwujudkan sebagai suara). Jika engkau merenungkannya lebih dalam dan mempraktekkannya dalam kehidupanmu, engkau bisa membayangkan besarnya kebahagiaan yang akan engkau capai.

-BABA

Thought for the Day - 25th March 2011 (Friday)

People are engaged in various forms of cultivation, but the most important of these is cultivation of spiritual experiences. All cultivation is based on spiritual cultivation. It is the king of cultures. The king makes laws, but he is above and beyond them. So too, all rules and laws, all distinctions of right and wrong, of sin and virtue, of joy and sorrow affect only the Jivi (individualized soul) that attaches importance to the inexperienced Manas (mind) and Buddhi (intellect) and not to the Atma. So, cultivation of the Atmic experience, which is pure, convincing, and transcendental, is essential for all. It is also easy, for the Atma is as the mother of all, and listening to the Atma is like the child listening to its mother. Everyone is competent to have that experience; in fact, it is everyone’s right to have it!

Orang-orang disibukkan dengan berbagai pengembangan diri, tetapi yang paling penting adalah pengembangan pengalaman spiritual. Semua peradaban didasarkan pada pengembangan spiritual. Inilah raja kebudayaan. Raja membuat hukum, tetapi ia berada di atas dan di luar jangkauan mereka. Demikian juga, semua peraturan dan hukum, segala perbedaan benar dan salah, dosa dan kebajikan, sukacita dan kesedihan hanya mempengaruhi Jivi (jiwa individual) yang melekat pada Manas (pikiran) dan Buddhi (intelek) dan tidak mempengaruhi Atma. Oleh sebab itu, pengembangan dari pengalaman Atma, yang murni, meyakinkan, dan transendental (yang sukar dipahami), sangatlah penting bagi semuanya. Hal ini sangat mudah, karena Atma diibaratkan sebagai ibu dari semuanya, dan mendengarkan Atma diibaratkan seperti anak mendengarkan ibunya. Setiap orang layak untuk mendapatkan pengalaman tersebut, bahkan itu adalah hak setiap orang untuk mendapatkannya!

-BABA

Thursday, March 24, 2011

Thought for the Day - 24th March 2011 (Thursday)

We cannot think without words. Words are the essential material for thought. When the individual drops the body, the words enter the mind; the mind enters the Prana or the life force and the Prana merges in the Atma. The Atma (individualized in the body) when it liberates itself, it rushes to the Surya Loka, the region of the Solar Principle. From there, it reaches the Brahma Loka, the region of Brahma. Having reached that region, the Jivatma (individualized Atma) has no more concern with Prakriti, or the objective World. It will exist there till the end of time. It will experience boundless delight. It will have all powers except the powers of creation.

Kita tidak bisa berpikir tanpa kata-kata. Kata-kata merupakan material penting untuk berpikir. Ketika jiwa masuk ke dalam badan, kata-kata masuk ke pikiran; pikiran memasuki Prana atau kekuatan hidup dan Prana menyatu dengan Atma. Ketika Atma (jiwa individu) membebaskan dirinya dari badan, ia segera menuju ke Surya Loka, wilayah dari Surya. Dari sana akan mencapai Brahma Loka, wilayah Brahma. Setelah mencapai daerah itu, Jivatma (Atma) tidak memiliki perhatian lagi dengan Prakriti, atau objek-objek duniawi. Jivatma akan ada di sana sampai akhir zaman. Jivatma akan mengalami kebahagiaan tanpa batas dan akan memiliki semua kekuatan kecuali kekuatan penciptaan.

-BABA

Wednesday, March 23, 2011

Thought for the Day - 23rd March 2011 (Wednesday)


Dhyana (meditation) is the very basis of all Sadhana (spiritual practice). Meditation gives you the first inkling of the Divine Bliss. With this Bliss as the ideal, you must carry on meditation and mental repetition of the Divine Name from then on. The step immediately after meditation is Samadhi (total absorption in the Self). Meditation is the seventh of the eight-fold path of Yoga. Do not give up this royal road that leads you on to that sacred goal!

Dhyana (meditasi) adalah dasar dari semua Sadhana (latihan spiritual). Meditasi memberimu firasat pertama dari Kebahagiaan Ilahi. Dengan Kebahagiaan Ilahi ini sebagai ideal, engkau harus melakukan meditasi dan pengulangan Nama Tuhan mulai saat itu. Langkah selanjutnya setelah meditasi adalah Samadhi (perhatian total pada Atma). Meditasi adalah langkah ketujuh dari delapan jalan Yoga. Janganlah meninggalkan jalan raya yang akan membawamu ke tujuan suci itu!


-BABA

Tuesday, March 22, 2011

Thought for the Day - 22nd March 2011 (Tuesday)

God is not responsible for the grief and the pain that one experiences. The sins one commits are the progenitors of the grief one suffers. Joy and sorrow are the consequences of the good and the evil that one perpetrates. God is merely a witness. He does not punish, nor does He cause grief. The Jivi is beginningless, that is to say, it has no birth; but it involves itself in incessant activity and so it has to go through the inevitable consequences of that activity. This is the unbreakable law of the objective world. Grief or joy is the image of the activity one engages in; it is the resound, the reflection, and the reaction. One can be the witness without concerning oneself with the good and the bad of the activity. When involvement happens, good will have to be experienced when good is done, and evil will have to be experienced when evil is done.


Tuhan bukanlah merupakan penyebab atas kesedihan dan penderitaan yang kita alami. Dosa-dosa yang kita perbuatlah yang merupakan penyebabnya. Kebahagiaan dan penderitaan yang dialami merupakan akibat dari perbuatan baik dan perbuatan buruk yang kita lakukan. Tuhan semata-mata hanyalah sebagai saksi. Beliau tidak menghukum, dan Beliau-pun tidak menyebabkan penderitaan. Jivi adalah tanpa awal, yakni tidak lahir; tetapi melibatkan dirinya dalam setiap perbuatan sehingga Jivi harus mengalami akibat yang tak terelakkan dari perbuatan yang dilakukan tersebut. Inilah hukum duniawi yang tidak bisa dipatahkan. Penderitaan atau kebahagiaan merupakan gambaran dari perbuatan yang dilakukan; itu merupakan gema, cerminan, dan reaksi dari perbuatan yang dilakukan. Seseorang dapat menjadi saksi tanpa melibatkan dirinya dalam perbuatan baik dan buruk. Ketika hal tersebut terjadi, kebaikan harus dialami ketika perbuatan baik dilakukan, dan keburukan harus dialami ketika perbuatan buruk dilakukan.

-BABA

Sunday, March 20, 2011

Thought for the Day - 21st March 2011 (Monday)

Dhyana (meditation) gives you the first inkling of the Divine Bliss. Every one of you must strengthen your mind and make it be aware of that happy moment of bliss. Otherwise, there is a likelihood of the mind discarding all effort to reach what is now dismissed as ‘empty’ and ‘useless’. But once your mind is convinced that the moment of attunement with Chaitanya (Divine Consciousness) is a moment of complete divine power, then the effort will not be slackened; you will most certainly reach the Atmic realization without further interruption.

Dhyana (meditasi) memberimu firasat pertama Kebahagiaan Ilahi. Masing-masing darimu harus memperkuat pikiranmu dan membuatnya menyadari saat kebahagiaan Ilahi. Sebaliknya, ada kemungkinan pikiran membuang segala upaya untuk mencapai apa yang sekarang dianggap sebagai 'hampa' dan 'tidak berguna'. Tetapi suatu waktu ketika pikiranmu diyakinkan bahwa saat menyesuaikan diri dengan Chaitanya (Kesadaran Ilahi) adalah saat sempurnanya kekuatan Ilahi, maka usaha tersebut tidak akan dikurangi; engkau pasti akan mencapai kesadaran Atma tanpa ada halangan lagi.

-BABA

Thought for the Day - 20th March 2011 (Sunday)

Jivi (an individualized soul) can discard as many gross bodies in which it takes temporary residence, as the number of times one pares one’s nails. But the subtle body cannot be changed. It lasts and persists. This is the most secret doctrine of Bharathiya spiritual thought. Going further along this line of discovery, it can be known that man means a complex of the gross body, the subtle body and the Jivi. The Vedantic philosophy declares that the Jivi shares the quality of Nithya (Eternal Unchanging Everlastingness) with the Brahman.

Jivi (jiwa individual) dapat meninggalkan badan kasar yang mengambil kediaman sementara, pada kurun waktu tertentu. Tetapi badan halus tidak dapat diubah; ia abadi. Ini adalah ajaran paling rahasia dari pemikiran spiritual Bharathiya. Melangkahlah lebih lanjut sepanjang garis penemuan ini, maka akan dapat diketahui bahwa manusia berarti badan kasar yang kompleks, badan halus, dan Jivi. Filsafat Vedanta menyatakan bahwa Jivi mendiami Nithya (Abadi, Tidak Berubah-ubah, Kekal) dengan Brahman.

-BABA

Thought for the Day - 13th March 2011 (Sunday)

Some try to be devoid of Gunas (qualities), but they achieve only living death. Their pale faces reveal only lack of zest and interest. This is the result of unreasoned haste in one’s spiritual discipline. Though one should ultimately transcend qualities, there should be no hurry to reach the goal. Many stalwart aspirants have lost their way and not regained it in spite of years of effort because they evinced no interest in earning this qualification! Even though a person may have the ardour, it very often leads to dilemmas, which many solve by means of drastic measures! Hence, first, one must accumulate the wealth of character.

Beberapa orang mencoba untuk bebas dari Gunas (kualitas), tetapi mereka hanya mencapai kematian. Wajah pucat mereka hanya mengungkapkan kurangnya semangat dan perhatian. Ini adalah akibat dari terlalu tergesa-gesa dalam disiplin spiritual. Meskipun seseorang akhirnya harus melewati Gunas, janganlah terburu-buru untuk mencapai tujuan. Banyak para pencari spiritual telah kehilangan jalan mereka dan tidak memperolehnya kembali, meski bertahun-tahun berusaha karena mereka tidak sungguh-sunguh berminat untuk memenuhi kualifikasi ini! Meskipun seseorang mungkin memiliki antusiasme tersebut, hal itu sering kali akan mengarah ke dilema, yang banyak menyelesaikan masalah dengan langkah-langkah drastis! Oleh karena itu, pertama-tama, seseorang harus menumpuk kekayaan karakter.

-BABA

Friday, March 18, 2011

Thought for the Day - 19th March 2011


When things are placid, calm, and unruffled, people can merge themselves in the atmosphere of Supreme Consciousness, which is the highest they can reach. The Shanti (peace) they taste there is subtler than the subtlest. They must ascend to it through effort guided by reason, through meditation. When the enjoyment is full and complete, it is no other than the Divine status, the coveted goal of life! People do not generally strive for it, because they know nothing of its supreme attraction.

Ketika segala sesuatu tenang dan damai, kita dapat menggabungkan diri kita dalam suasana Kesadaran Agung, yang merupakan Kesadaran tertinggi yang dapat dicapai. Shanti (kedamaian) yang mereka rasakan lebih halus daripada yang terhalus. Mereka harus melakukan pendakian melalui berbagai upaya yang dipandu oleh akal budi, melalui meditasi. Ketika kebahagiaan telah sempurna dan lengkap, itu tidak lain adalah kesadaran Ilahi, tujuan hidup yang didambakan! Orang umumnya tidak berusaha untuk mencapai hal itu, karena mereka tidak mengetahui daya tarik tertinggi ini.

-BABA

Thought for the Day - 18th March 2011 (Friday)

When faults are found in anyone, you will have to conclude that there are deficiencies in his/her behaviour, that is all. Do not conclude that there is no Divine Atma in them. As a result of the company they keep or the inefficiency of the society in which they grew up, faults have grown in them. They are not native to their nature, which is Atmic. You will have to provide them with good company and beneficial surroundings and persuade him/her to enter them. You should on no account condemn them as a born incorrigible, and keep them aloof.

Ketika kesalahan ditemukan pada seseorang, engkau akan mempunyai kesimpulan bahwa ada kekurangan dalam perilaku mereka. Janganlah menyimpulkan bahwa tidak ada Atma di dalam diri mereka. Sebagai hasil dari pergaulan mereka atau ketidakberdayaan dari masyarakat di mana mereka tumbuh, kesalahan telah tumbuh di dalamnya. Itu bukanlah sifat sejati mereka, seperti sifat-sifat Atma. Engkau harus menyediakan mereka dengan pergaulan yang baik dan lingkungan sekitar yang bermanfaat dan mengajak mereka untuk masuk ke dalam lingkungan tersebut. Engkau seharusnya tidak memperhitungkan kesalahan mereka sebagai kesalahan yang tidak bisa diperbaiki yang dibawa sejak lahir, dan tidak menyisihkan mereka dari pergaulan.

-BABA

Thursday, March 17, 2011

Thought for the Day - 17th March 2011 (Thursday)

When your mind matures and attains fruition, it easily becomes free of all qualities. It becomes placid, calm, and pure. It easily merges in the one and only Atma. Each person has the unique chance to taste the inner peace that such a mind can grant, but, unfortunately, most are strangers to the unshakable joy and equanimity that is their birthright. Meditation is the only island of refuge in the ocean of life for all beings tossed on the waves of desire, doubt, dread, and despair. This Vedantic truth must be present in the mind even while being engaged in the mundane material world!

Ketika pikiranmu masuk akal dan mencapai hasil dengan baik, sangatlah mudah menjadi tidak terikat dari semua kualitas. Pikiran menjadi tidak terganggu, tenang, dan murni, dan sangat mudah menyatu dengan Atma. Setiap orang memiliki kesempatan yang unik untuk merasakan kedamaian batin seperti pikiran dapat memberikannya, tetapi sayangnya, sebagian besar memiliki perasaan sukacita tak tergoyahkan dan ketenangan hati yang telah diwariskan kepadanya. Meditasi adalah satu-satunya pulau perlindungan dalam lautan kehidupan bagi semua makhluk melemparkan gelombang keinginan, keraguan, ketakutan, dan putus asa. Kebenaran Vedanta ini harus ada dalam pikiran bahkan ketika disibukkan dengan dunia material!

-BABA

Wednesday, March 16, 2011

Thought for the Day - 16th March 2011 (Wednesday)

We have much to learn from others. There is no need to doubt this fact. Those who refuse to learn thus, declare themselves fools. You can learn from others whatever can promote your spiritual advancement and imbibe them to the full, according to the lines laid down for your own progress in your own moral path or Dharma. You must live as you, not as someone else. Be immersed in your God, in your own beliefs and feelings, in the bliss that springs from your own heart, and in the delight derived from your Sadhana (spiritual practice). If others try to prevent you from doing this, whatever plans they weave or contrivances they employ, resist them. Do not deny yourself the Divine Awareness and the Divine Ecstasy. Pull down the barriers that stand in the way and obstruct the free flow of divinity, sweetness and strength from the depth of your heart.

Kita harus banyak belajar dari orang lain. Tidak perlu meragukan fakta ini. Mereka yang menolak untuk belajar, dengan demikian menyatakan diri mereka bodoh. Engkau dapat belajar dari orang lain tentang apapun yang dapat meningkatkan kemajuan spiritualmu dan menyerapnya sepenuhnya, menurut garis-garis yang ditetapkan untuk kemajuanmu sendiri di jalan moral atau Dharma. Engkau harus hidup sebagai dirimu sendiri, bukan sebagai orang lain. Tenggelamkanlah dirimu pada Tuhan, dengan kepercayaan dan perasaanmu sendiri, dalam kebahagiaan yang muncul dari hatimu sendiri, dan dalam kenikmatan yang berasal dari Sadhanamu (latihan spiritual). Jika orang lain mencoba untuk mencegahmu melakukan hal ini, apa pun rencana mereka, tolaklah mereka. Janganlah mengingkari dirimu sendiri sebagai Kesadaran Tuhan. Keluarkanlah hambatan yang menghalangi jalanmu dan menghambat aliran bebas dari ketuhanan, kebahagiaan dan kekuatan dari kedalaman hatimu.

-BABA

Tuesday, March 15, 2011

Thought for the Day - 15th March 2011 (Tuesday)

How do you accumulate the wealth of character? You cannot exist without activity, so you must, of necessity, act through good qualities. You must curb all desires and become free. The mind filled with good qualities will help you in this process, for it will bear other’s prosperity gladly. It will give up doing injury; it will seek opportunities to help, heal, and foster. It will not only suffer; it will also pardon. It will not incline towards the false; it will be on the alert to speak the truth. It will remain unruffled by lust, greed, anger, and conceit; it will be free from delusion. It will always seek the welfare of the world. From such a mind, will flow an uninterrupted stream of love.

Bagaimana engkau mengumpulkan kekayaan karakter? Engkau tidak akan bisa hidup tanpa aktivitas, sehingga merupakan suatu kebutuhan, engkau harus bertindak sesuai dengan kualitas yang baik. Engkau harus mengekang segala keinginan dan menjadi tidak terikat. Pikiran dipenuhi dengan kualitas yang baik yang akan membantumu dalam proses ini, karena akan melahirkan kemakmuran bagi orang lain. Pikiran dapat menghentikan luka; ia akan mencari peluang untuk membantu, menyembuhkan, dan memelihara. Ia tidak hanya menyakiti, tetapi juga akan mengampuni. Tidak akan cenderung mengarah pada kepalsuan; ia akan selalu siap untuk berbicara kebenaran. Akan tetap tenang oleh nafsu, keserakahan, kemarahan, dan kesombongan; ia akan bebas dari khayalan. Ia akan selalu mencari kesejahteraan dunia. Dari pikiran yang seperti itu, akan mengalir aliran cinta-kasih yang tiada henti.

-BABA

Monday, March 14, 2011

Thought for the Day - 14th March 2011 (Monday)

Imitation is a sign of cowardice, not a quality that can ensure progress. How can you draw inspiration for uplifting yourself if you are engaged in hating yourself and devaluing your achievements? You should feel no sense of shame when you bring back to memory your forefathers and the teachers of the past who built the culture that nurtured you. Instead, you ought to feel proud of them. Like them, manifest the power that lies in self-exertion! Do not resort to the weak stratagem of imitating others. Instead absorb the good qualities that others may possess. We plant a seed in the soil. Then we supply it with the ingredients it needs—water, air, and manure. The seed sprouts. It grows into a sapling. It becomes at last a huge tree. You will notice that it does not become either soil or manure, or air or water. These it makes use of, but it sticks to its own nature and grows into a tree. May you too live like that tree!

Meniru adalah tanda pengecut, bukan kualitas yang dapat menjamin kemajuan (spiritual). Bagaimana engkau memberikan inspirasi untuk membangkitkan semangat dirimu sendiri jika engkau membenci dirimu sendiri dan telah kehilangan nilai pencapaianmu? Engkau seharusnya tidak malu ketika engkau membawa kembali ke memori nenek moyangmu dan para guru dari masa lalu yang membangun budaya yang telah memeliharamu. Sebaliknya, engkau harus merasa bangga terhadap mereka. Seperti mereka, mewujudkan kekuatan yang terletak pada usaha sendiri! Janganlah mengambil jalan dengan strategi lemah yaitu meniru orang lain. Sebaliknya seraplah sifat-sifat baik yang mungkin dimiliki oleh orang lain. Kita menabur benih di tanah. Kemudian kita menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan, yaitu - air, udara, dan pupuk. Benih tumbuh menjadi tunas, menjadi pohon kecil, dan akhirnya menjadi sebuah pohon besar. Engkau akan melihat bahwa benih tidak menjadi tanah ketika ditempatkan di tanah, ia tidak menjadi pupuk ketika ia diberi pupuk, tidak pula menjadi air ketika disiram air, atau tidak pula menjadi udara ketika mendapatkan udara. Inilah fungsinya tanah, air, udara, dan pupuk digunakan untuk tujuan supaya benih bisa tumbuh menjadi pohon besar. Semoga engkau juga hidup sedemikian!

-BABA

Saturday, March 12, 2011

Thought for the Day - 12th March 2011 (Saturday)

There is only One; it is described by the learned ones in myriad ways. The same thing is seen and experienced in different ways by different people, according to the angle of vision and the level of intelligence and awareness. Different persons describe the same thing differently. How can anyone declare that they should not do so? Or that what they describe is wrong? No one has the right to disparage or deny. Only those who strive to rise above the here and now and become aware of the Transcendental Principle of Godhead deserve to be called true devotees. Those who revel in hurting others do not justify to be called devotees.


Hanya ada satu Tuhan, Beliau digambarkan oleh para bijaksana dengan berbagai cara. Beliau dilihat dan dialami dengan berbagai cara oleh orang yang berbeda, sesuai dengan sudut pandang mereka serta sesuai dengan tingkat kecerdasan dan kesadaran mereka. Orang yang berbeda bisa menggambarkan suatu hal yang sama dengan cara yang berbeda. Bagaimana orang menyatakan bahwa mereka tidak melakukannya? Atau apakah yang mereka gambarkan salah? Tidak seorang pun memiliki hak untuk meremehkan atau menyalahkan. Hanya mereka yang berusaha untuk naik ke level yang lebih tinggi, dan menyadari Prinsip Transendental Ketuhanan layak disebut sebagai bhakta sejati. Mereka yang gemar menyakiti orang lain tidaklah pantas disebut bhakta sejati.

-BABA