Thursday, October 30, 2008

Thoughts for the Day - 31st October 2008 (Friday)


Assign to your mind the task of serving the Lord and it will grow tame. You hand over only ornaments that need repair or reshaping to the goldsmith. So too, give the Lord your mind that certainly needs repair, if not complete reconstruction. The blemish that affects the mind is illusion. It is like a fierce dog that will not allow any one to approach the master. Illusion is the Lord's pet and so, it will not harm you if He orders it not to. Hence, the way to avoid the dog is by calling out to the master loudly, so that he comes to welcome you himself, that is to say by praying to the Lord to shower His grace upon you.

Tugaskanlah mind (batin/pikiran) untuk memberikan pelayanan kepada Tuhan; maka dengan demikian, ia akan menjadi jinak. Tentunya engkau hanya menyerahkan perhiasan yang perlu dipermak kepada tukang emas bukan? Nah, demikian pula, engkau perlu menyerahkan mind kepada Tuhan agar dapat diperbaiki atau bila perlu, bahkan untuk direkonstruksi ulang secara total. Penghalang yang sering menjadi penganggu bagi mind adalah illusion (ilusi). Bagaikan anjing galak yang tidak mengizinkan siapapun untuk mendekati tuannya; inilah karakter dari illusion. Namun illusion ini juga merupakan 'hewan' peliharaan Tuhan, dan apabila Beliau memerintahkannya agar tidak menganggumu, maka engkau tak akan terpengaruh lagi oleh jeratan ilusi tersebut. Oleh sebab itu, salah-satu cara untuk menghindari anjing galak tadi adalah dengan jalan memanggil nama tuannya secara lantang agar terdengar oleh-Nya (dengan perkataan lain, kita perlu berdoa kepada Tuhan guna mendapatkan rahmat & karunia-Nya).

-BABA

Wednesday, October 29, 2008

Thoughts for the Day - 30th October 2008 (Thursday)


Love is Divine. To render an act fit to be offered to God and pure enough to win His Grace, it has to be a manifestation of love. Love is not affected or modified by considerations of caste, creed, or religion; it cannot be tarnished by envy, malice or hate. Preserve love from being poisoned by these evils; endeavour to cultivate a broad mind, uncontaminated by feelings of hatred and parochialism. The root of all religions, the substance of all scriptures, the destination of all paths, the inspiration of all individuals is the Principle of Prema (Love). It is the firmest foundation for man's mission of Life. It is the Light that ensures peace and prosperity in the world.

Cinta-kasih bersifat Ilahiah. Agar hasil perbuatanmu layak untuk dipersembahkan kepada-Nya serta memenangkan rahmat karunia-Nya, maka engkau harus memastikan bahwa tindakanmu merupakan salah-satu bentuk manifestasi cinta-kasih. Ketahuilah bahwa cinta-kasih tidak terpengaruhi oleh pertimbangan kasta, ras maupun agama; cinta-kasih tidak dapat dinodai oleh keiri-hatian, keinginan jahat maupun kebencian. Jagalah agar cinta-kasih tidak diracuni oleh kejahatan-kejahatan seperti itu; berupayalah agar engkau mengembangkan wawasan berpikir yang lebih luas dan tidak terkontaminasi oleh perasaan benci maupun kepicikan. Akar dari semua ajaran agama dan inti-sari dari semua kitab suci pada hakekatnya satu adanya, yaitu prinsip Prema (cinta-kasih). Prinsip ini pula yang menjadi tujuan akhir dari setiap perjalanan spiritual dan juga merupakan sumber inspirasi setiap individu. Cinta-kasih merupakan landasan yang paling kokoh dalam misi kehidupan sebagai manusia. Ia merupakan lentera yang memastikan terwujudnya kedamaian dan kesejahteraan di dunia ini.
-BABA

Tuesday, October 28, 2008

Thoughts for the Day - 29th October 2008 (Wednesday)


The effulgence of Atma is obscured by Ahamkara (ego). Therefore when Ahamkara is destroyed, all troubles end, discontent vanishes and bliss is attained. One should constantly practise the great lesson that the body and the Atma are separate. Such Viveka or discrimination is necessary for all aspects of life, secular as well as spiritual. It is indispensable for realising the Truth, which is God Himself.

Kemuliaan Atma selama ini terhalangi oleh Ahamkara (sang ego). Oleh sebab itu, ketika Ahamkara berhasil diatasi/disingkirkan, maka segala bentuk persoalan dan ketidak-puasan juga akan sirna dan sebagai gantinya, tercapailah bliss. Engkau harus secara kontinu mempraktekkan serta menyadari bahwa badan fisik dan Atma adalah saling terpisah. Viveka atau kemampuan diskriminatif seperti demikian diperlukan dalam setiap aspek kehidupan ini, baik secara sekuler maupun spiritual serta juga dibutuhkan dalam mencapai realisasi atas kebenaran, yaitu Sang Divine sendiri.
-BABA

Monday, October 27, 2008

Thoughts for the Day - 28th October 2008 (Tuesday)


What is the meaning of the word 'Bha-ga-waan'? 'Bha' represents the divine effulgence. 'Ga' represents the quality of spreading and pervading. 'Waan' means the capacity and ability to spread and pervade. Hence, 'Bhagawan' means the only being with the capacity and ability to spread this brilliant effulgence. In fact, the Atma inside us is of this nature. However, man is unaware of this. Hence, the prayer "Thamaso Maa Jyotirgamaya" (lead us from the darkness of ignorance into the light of wisdom). This light of wisdom is essential for all humans.

Apakah yang dimaksud dengan istilah/sebutan 'Bha-ga-waan'? 'Bha' diartikan sebagai kecemerlangan/kemuliaan Ilahiah. 'Ga' artinya kualitas untuk menyebarkan atau memancarkan. Sedangkan 'Waan' artinya Ia yang memiliki kemampuan atau kapabilitas untuk memancarkan atau menyebarkan. Jadi, istilah 'Bhagawan' diartikan sebagai satu-satunya orang yang memiliki kemampuan untuk memancarkan/menyebarkan kecemerlangan Ilahiah. Sebenarnya Atma yang ada di dalam diri kita masing-masing memiliki kemampuan seperti itu. Namun pada umumnya manusia tidak menyadari kekuatannya tersebut. Oleh sebab itulah kita mempunyai doa "Thamaso Maa Jyotirgamaya" (tuntunlah kami dari kegelapan batin menuju kepada cahaya kebijaksanaan). Sinar kebijaksanaan ini penting bagi kita semuanya.

-BABA

Sunday, October 26, 2008

Thoughts for the Day - 27th October 2008 (Monday)


God, who is the embodiment of love, can be attained only through love, just as the effulgent Sun can be seen only through its own light. There is nothing more precious in this world than Divine love. God is Gunaatheetha (beyond all attributes). Hence, His love also is beyond attributes. But, human love governed by Gunas (attributes) results in attachment and aversion. Love should not be based on expectations of reward or return. Love based on such expectations makes it a business deal. Love is not an article of commerce. It is not like a lending a loan and getting it back. It is a spontaneous offering. Pure love of this kind can emanate only from a pure heart.

Tuhan adalah perwujudan cinta-kasih, dan Beliau hanya bisa direalisasikan melalui jalan cinta-kasih; persis seperti halnya matahari hanya bisa terlihat melalui cahayanya sendiri. Tiada yang lebih berharga di dunia ini selain cinta-kasih Ilahi. Tuhan dijuluki sebagai Gunaatheetha (yang attributeless - yang tidak terikat oleh atribut-atribut tertentu). Dengan demikian, maka cinta-kasih-Nya juga bersifat demikian. Lain halnya dengan manusia, cinta-kasihnya terikat atau diatur oleh atribut-atribut tertentu, sehingga hasilnya timbullah kemelekatan dan ketidak-sukaan. Dalam memberikan cinta-kasih, janganlah ada unsur harapan/imbalan. Cinta-kasih seperti itu bagaikan kesepakatan bisnis, dan menjadikannya sebagai barang perdagangan. Cinta-kasih tak ada kaitannya dengan pinjam meminjam, ia adalah pemberian secara spontan. Cinta-kasih murni hanya bisa dicurahkan dari hati yang murni pula.

-BABA

Saturday, October 25, 2008

Thoughts for the Day - 26th October 2008 (Sunday)


The senses have to be controlled, primarily because they pursue deleterious influences that harass man and lead him into ruin. Inner peace is lost when the senses feed man on inciting wants and infructuous desires. For the Sadhaka (spiritual aspirant), what the senses imbibe must always be pure and Sathwic in nature, that which promotes humility, equanimity and simplicity. If the impressions are Rajasic (inducing passion), the mind will get agitated and vengeful. If they are Tamasic (inducing dullness of mind), the mind will not even be aroused into the awareness of its own shortcomings. It is only the Sathwic impulses that will keep the mind on an even keel, fully concentrated on the Atma on which one must contemplate in order to attain peace.

Panca-inderamu hendaknya dikendalikan/dikontrol, sebab indra-indra tersebut cenderung suka membujukmu dan mengarahkanmu menuju kepada kehancuran. Kedamaian batinmu akan terganggu dan rentan sirna apabila panca inderamu terus-menerus merongrongmu dengan keinginannya yang tak berkesudahan. Sebagai aspiran spiritual, seyogyanyalah engkau menjaga agar panca-inderamu senantiasa terekspose dengan hal-hal yang suci atau Sathwic, yaitu yang akan membuahkan kerendahan hati, keseimbangan batin dan kesederhanaan. Jikalau impresi panca inderamu lebih banyak paparan yang bersifat Rajasic, maka pikiranmu akan selalu terangsang dan memiliki sifat dendam. Sebaliknya, jikalau eksposurenya lebih banyak ke sifat Thamasic, maka pikiranmu menjadi kurang waspada dan malas. Hanya Sathwic impuls sajalah sebagai satu-satunya dorongan/impuls yang akan membuat mind senantiasa mawas diri dan penuh konsentrasi terhadap Atma; sehingga dengan melalui kontemplasi terhadapnya, engkau akan memperoleh kedamaian batin.
-BABA

Friday, October 24, 2008

Thoughts for the Day - 25th October 2008 (Saturday)


The relationship between the Jiva (individual) and the Lord can be grasped by any one who acquires three chief characteristics - mind unsullied by attachment and hatred, speech unsullied by falsehood, and body unsullied by violence.

Hubungan antara Jiva (individu) dengan Sang Ilahi akan dapat terjalin secara harmonis bagi siapapun juga yang telah berhasil memupuk tiga jenis karakter utama di dalam dirinya, yaitu mind (batin) yang tidak ternoda oleh kemelekatan dan kebencian, ucapan yang bebas dari ketidak-benaran serta badan jasmani yang jauh dari tindakan kekerasan.
-BABA

Thursday, October 23, 2008

Thoughts for the Day - 24th October 2008 (Friday)


What we see is nothing but our own creation. The experience of the world is but a projection of our mind and the reflection of our own inner thoughts. As is the thought, so is the vision. The colour of the glasses you wear determines the colour in which things appear to you. If you wear red glasses, everything will appear red. If you wear green glasses, everything will appear green. Pure thoughts make the world appear as pure. If you view things with Prema (love), with a loving heart, the whole creation will appear to you as a reflection of Prema.

Segala sesuatu yang engkau lihat tiada lain adalah merupakan hasil kreasimu sendiri. Pengalaman-pengalaman yang engkau alami di dunia ini adalah hasil proyeksi batinmu dan merupakan cerminan dari pemikiranmu sendiri. Sebagaimana buah pikiranmu, maka demikianlah vision yang akan engkau dapatkan. Jenis warna pada kaca-mata yang engkau kenakan akan menentukan jenis warna atas barang atau hal yang engkau lihat. Jikalau engkau mengenakan kaca-mata merah, maka segalanya akan tampak berwarna merah. Demikian pula halnya bila engkau mengenakan kaca-mata hijau, segalanya akan tampak dalam warna hijau. Pemikiran yang suci & murni akan membuat dunia ini tampak murni. Apabila engkau melihat segala sesuatu dengan Prema (cinta-kasih) serta dengan hati yang penuh kasih-sayang; maka seisi dunia ini akan terlihat olehmu sebagai pantulan cinta-kasih (prema) juga.

-BABA

Wednesday, October 22, 2008

Thoughts for the Day - 23rd October 2008 (Thursday)


In the spiritual field, the sprouting of intense interest represents the beginners stage. But interest alone is not enough. Efforts to realize the spiritual objective have to be made. The aspirant has to recognise the basic truths of the spiritual quest, and those truths have to be practised. Only then, the fruit of knowledge in the form of realization of the Divine can be secured. The pursuit of supreme knowledge calls for devotion, and supreme bliss is its reward.

Dalam bidang spiritual, munculnya ketertarikan yang begitu kuat (untuk mengikuti jalan spiritual) merupakan suatu pertanda pemula. Namun dengan hanya bermodalkan ketertarikan saja belumlah cukup. Diperlukan upaya-upaya yang betul-betul ulet & tekun untuk merealisasikan tujuan spiritual tersebut. Para aspiran harus mengenali kebenaran hakiki dalam perjalanan spiritual, dan nilai-nilai kebenaran itu haruslah dipraktekkan. Sebab hanya dengan demikianlah, realisasi Divine baru bisa tercapai. Untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan devotion (bhakti) yang kelak akan membuahkan supreme bliss (kebahagiaan tertinggi).
-BABA

Tuesday, October 21, 2008

Thoughts for the Day - 22nd October 2008 (Wednesday)


Love is the form of the Divine. The first impulse that emanated from man was Prema (Divine love). All other things came thereafter. Every child that is born, immediately develops love for the mother. Every child tries to recognize at the outset its mother and father. In the same manner, every individual should recognise the land of his birth and his Samskrithi (cultural heritage). One's nation and one's culture should be revered as one's parents. The nation is one's mother. One's culture is the father. This profound truth was proclaimed by Lord Rama when He declared: "Mother and the Motherland are greater than Heaven itself."

Cinta-kasih adalah wujud Sang Ilahi. Impuls/dorongan awal yang muncul di dalam diri setiap orang adalah Prema (Divine love/cinta-kasih Ilahiah). Barulah setelah itu, muncul kebutuhan/hal-hal lainnya. Pada saat baru terlahir, setiap bayi akan langsung menjalin cinta-kasih dengan ibunya. Sejak awal, bayi-bayi akan mencoba untuk mengenali ayah dan ibunya. Demikian pula, setiap individu haruslah mengenali tanah-airnya dan Samskrithi-nya (warisan budayanya). Hendaknya kita menghormati bangsa dan budaya bagaikan orang-tua kita sendiri. Bangsa/tanah-air adalah sang ibu, dan kebudayaan sebagai bapak. Kebenaran ini telah diproklamirkan oleh Batara Rama melalui ucapan-Nya sebagai berikut: "Ibunda dan Ibu pertiwi memiliki kedudukan/nilai yang jauh lebih besar & berharga daripada surga sekalipun!"
-BABA

Monday, October 20, 2008

Thoughts for the Day - 21st October 2008 (Tuesday)


Consider the reality of the objects from which one derives joy. Each one of them is saturated with the Divine Essence. The rain that falls, the sun that shines, the moon that cools, the rivers that flow are equally available to all. Therefore, no one has the right to claim them exclusively for themselves or to prevent others from enjoying these gifts. The Divine is the basis for everything. The eye cannot see nor the ears hear unless the life-principle is active through the grace of the Divine Atma or Brahman. Man can become aware of the Atmic truth when he casts off the trammels of egotism and possessiveness.

Pertimbangkanlah realitas yang ada di balik semua obyek yang selama ini menjadi sumber kesenangan manusia. Ketahuilah bahwa obyek-obyek tersebut diliputi/dicakupi oleh Esensi Ilahiah. Setiap orang berhak untuk memetik manfaat dari air hujan yang turun, mentari yang bersinar, cahaya rembulan yang menyejukkan sereta aliran sungai yang terus mengalir. Oleh sebab itu, tak ada seorangpun yang berhak untuk mengklaim bahwa sumber daya alam tersebut sebagai hak milik eksklusif mereka dan mereka juga tidak berhak untuk menghalangi pihak lain dalam menikmati berkah Tuhan yang berlimpah-ruah itu. Divine adalah dasar/landasan dari segala-galanya. Tanpa adanya life-principle (prinsip kehidupan) yang aktif melalui rahmat Ilahi (Atma/Brahman), maka tidaklah mungkin bagi panca indera kita untuk menjalankan fungsi-fungsinya. Kesadaran atas kebenaran Atmic ini hanya bisa direalisasikan oleh manusia setelah ia sanggup menyingkirkan perangkap egoisme dan kemelekatan (kepemilikan).

-BABA

Friday, October 17, 2008

Thoughts for the Day - 20th October 2008 (Monday)


It is to clear the path of spiritual progress of man that the Avatar (Divine incarnation) has come. The Ashanti (unrest) in which man is immersed has to be removed. That is what is meant by "Parithraanaaya sadhoonam" or protection of the virtuous as declared in Bhagavad Gita; saving good individuals from the tentacles of Ashanti or grief caused by ignorance of the unimportance of worldly things. All individuals must get Shanti (peace) and Santhosha (happiness), that is the mission on which the Lord comes again and again on Earth. He takes on a human form so that you may meet Him and talk to Him, understand and appreciate, listen and follow, experience and benefit.

Kedatangan Avatar adalah untuk membersihkan jalan bagi kemajuan spiritual manusia. Ashanti (ketidak-tenangan) yang selama ini membebani umat manusia haruslah disingkirkan. Inilah yang dimaksud dengan kalimat dalam Bhagavad Gita: "Paraithraanaaya sadhoonam" atau perlindungan bagi mereka yang luhur; dengan perkataan lain, kehadiran Avatar adalah demi untuk menyelamatkan insan yang berjiwa luhur dari jeratan Ashanti ataupun penderitaan yang diakibatkan oleh kebodohan batin. Shanti (kedamaian) dan Santhosa (kebahagiaan) adalah hak setiap individu; dan untuk misi itulah, Tuhan datang berulang kali ke muka bumi ini. Beliau mengambil wujud sebagai manusia agar engkau dapat bertemu dan berbicara dengan-Nya serta memahami, menghargai, mendengarkan, mengikuti serta mengalami sendiri ajaran-ajaran-Nya.
-BABA

Thoughts for the Day - 19th October 2008 (Sunday)


The dominion of God is horizonless; it envelops space and goes even beyond it. So, do not allow the needs of worship to put blinkers on your eyes. Do not hate other names or manifestations of the one Supreme Being. For, hate breeds fear, hate is the seedbed of anxiety, scandal and falsehood. It drains your mind of peace. Unless you are at peace with yourself and with those around you, your mind will be agitated and your blood will be boiling in rage and rancour. Love alone can alleviate anxiety and allay fear.

Teritori yang dimiliki Tuhan adalah tanpa batas (mencakupi seisi alam semesta). Oleh sebab itu, dalam menjalankan ibadahmu, janganlah engkau menggunakan kaca-mata kuda. Artinya, janganlah engkau membenci nama maupun manifestasi Tuhan yang dipuja dalam agama ataupun kepercayaan lain. Ingatlah bahwa kebencian akan menghasilkan rasa takut, sebab kebencian adalah benih kegelisahan, skandal maupun bentuk-bentuk kesalahan lainnya. Ketenangan batin hanya dapat terwujud apabila engkau berdamai dengan dirimu dan juga dengan orang-orang di sekitarmu. Cinta-kasih merupakan satu-satunya jalan untuk mengatasi kegelisahan serta ketakutan.
-BABA

Thoughts for the Day - 18th October 2008 (Saturday)


Mankind has progressed much in exploiting the material resources of the earth in order to promote the standard of life. But, he has not learnt the way to inner peace and contentment. Envy and greed have fouled the relations between persons and nations, suppressing the awareness of the Unity that underlies all Creation. The main cause of this calamitous situation is rank egoism; each one tries to grab for himself whatever adds to his power and comfort. The mind has desires as its warp and woof. When desires are ego-oriented, time and effort are wasted; duty is neglected; the body and its skills are misused. In order to restore peace to the individual and in society, the mind has to be purged of its attachment to the self.

Umat manusia telah mencapai kemajuan melalui tindakan eksploitasinya atas sumber daya alam demi untuk meningkatkan standar kehidupannya. Namun walaupun begitu, manusia belum juga belajar cara-cara untuk memperoleh kedamaian serta ketenangan batinnya. Sikap-sikap yang serakah dan iri-hati telah mencemari hubungan antar manusia dan bangsa, dan sebagai akibatnya, prinsip Unity yang melandasi seisi alam ciptaan ini juga menjadi semakin sirna. Penyebab utama situasi yang menyedihkan ini adalah oleh karena egoisme yang dibiarkan merajalela; dimana setiap orang berusaha untuk mengakumulasi sebanyak-banyaknya kekuasaan dan harta benda duniawi. Mind (pikiran) manusia penuh dengan keinginan yang tak terkendali. Apabila keinginan-keinginanmu lebih banyak terdorong oleh sang ego, maka waktu dan upayamu akan menjadi sia-sia; kewajibanmu menjadi terabaikan; badan jasmani ini serta ketrampilanmu berpotensi untuk disalah-gunakan. Untuk mengembalikan kedamaian bagi individu dan masyarakat, maka prasyaratnya adalah bahwa kemelekatan haruslah disingkirkan terlebih dahulu.
-BABA

Thursday, October 16, 2008

Thoughts for the Day - 17th October 2008 (Friday)


The object of all Sadhanas (spiritual exercises) is the destruction of the mind, and some day some one good deed will succeed in destroying it. For this triumph, all the good deeds done in the past will have contributed. Each little thing counts. No good deed is a waste.

Tujuan utama dari segala bentuk Sadhana adalah untuk menghancurkan mind (pikiran), dan suatu hari kelak, salah-satu perbuatan bajik yang dilakukan pasti akan berhasil dalam proses penghancuran itu. Atas kemenangan ini, semua perbuatan bajik yang pernah dilakukan terdahulu juga ikut berperan. Setiap hal-hal kecil yang dilakukan juga ikut diperhitungkan. Tak ada perbuatan bajik yang berakhir dengan sia-sia.
-BABA

Thoughts for the Day - 16th October 2008 (Thursday)


Be equal-minded in fortune and misfortune, in happiness and sorrow, loss and gain. The ups and downs of life have lessons to teach us. In fact, without reverses in our life, we will not be able to experience Divinity. Without darkness, we cannot appreciate light. Without experiencing difficulties, we will not value the pleasures we enjoy. It is lack of peace of mind which compels us to seek the means to realize everlasting peace. The Upanishads have declared that through renunciation alone can immortality be attained. Man should learn to practice renunciation so as to discover the secret of enduring peace and bliss.

Milikilah keseimbangan batin baik di kala senang maupun susah. Pasang-surut kehidupan ini mengandung makna yang bisa dipetik sebagai ajaran. Ketahuilah bahwa tanpa adanya kesulitan hidup, maka kita tidak akan bisa merealisasikan Divinity. Tanpa adanya kegelapan, kita tidak menghargai terang. Tanpa mengalami kesulitan (hidup), maka kita tidak pernah menghargai kesenangan yang pernah dirasakan. Sebagai akibat tidak adanya ketenangan batin, kita selalu terus-menerus mencari-cari cara untuk merealisasikan kedamaian (abadi). Kitab Upanishad telah menyatakan bahwa immortalitas (ke-Tuhanan) hanya bisa tercapai melalui praktek pengendalian diri (renunciation). Oleh sebab itu, pelajarilah cara-cara untuk mempraktekkan renunciation (pengendalian diri) ini agar engkau berhasil dalam menemukan rahasia kedamaian dan kebahagiaan sejati.
-BABA

Tuesday, October 14, 2008

Thoughts for the Day - 15th October (Wednesday)


Man has been engaged in exploring the infinite, wonderful secrets of nature in this marvellous creation in all possible ways. But, due to the vagaries of his mind, intellect and ego, man has failed to understand the true, eternal and spiritual basis underlying everything in the Universe and has lost himself in the pursuit of the external phenomenal world as if it were the only reality. In the process, he has failed to realize his own true nature and has totally perverted his mind. The simple truth that everything is permeated by the One has been lost sight of.

Melalui berbagai macam cara, manusia telah melakukan eksplorasi terhadap alam semesta yang maha luas dan luar biasa ini. Namun oleh karena sifat 'kebinalan' dari mind, intellect dan egonya, ia belum memahami landasan spiritual yang mendasari segala sesuatu yang eksis di alam semesta ini. Sebagai akibatnya, eksplorasi yang dilakukan olehnya masih hanya sebatas fenomena eksternal dan ironisnya ia menganggapnya sebagai realitas sebenarnya. Manusia masih belum juga berhasil menyadari jati dirinya yang sebenarnya. (Pada intinya, kita perlu melatih diri (mind) untuk menyadari bahwa Tuhan Yang Maha Esa merupakan fondasi dari segala sesuatu yang termanifestasi di alam semesta ini - penterj.).
-BABA

Monday, October 13, 2008

Thoughts for the Day - 14th October 2008 (Tuesday)



It is not the nature of an aspirant to search for faults in others and hide his own. If your faults are pointed out by anyone, do not try to argue and prove that you are right. Do not bear a grudge against that person for it. Instead, reason out within yourself how you are at fault, and set right your own behaviour.

Seorang aspiran (spiritual) yang sejati tidak mungkin mencari-cari kesalahan orang lain dan sebaliknya malah menyembunyikan kesalahannya sendiri. Apabila kesalahanmu diungkapkan oleh orang lain, janganlah engkau mencoba untuk berargumentasi maupun mencoba membuktikan bahwa dirimu benar. Janganlah engkau menjadi kesal terhadap orang tersebut. Sebaliknya, cobalah untuk merenungkan sendiri jenis kesalahanmu dan mencoba untuk mengoreksinya.
-BABA

Sunday, October 12, 2008

Thoughts for the Day - 13th October 2008 (Monday)

Of what use are wealth and position if one has no peace of mind? A quiet conscience is man's most precious possession. To achieve inner peace, desires have to be subdued and all thoughts should be centred on God. Engage yourselves in service activities in a spirit of dedication. True service consists in helping the poor and the forlorn in the society with humility and dedication. This is service to the Divine. Practise the saying - "Dil me Ram, Hath me Kaam." (Serve with your hands having installed God in the heart). Do not hanker after power and pelf.


Apalah gunanya memiliki kekayaan dan kedudukan tinggi jikalau engkau tak memiliki batin yang damai? Hati yang tenang dan tenteram adalah harta milik manusia yang paling berharga. Untuk memperolehnya, maka terlebih dahulu engkau harus bisa mengendalikan keinginan serta gejolak pikiranmu. Pusatkanlah perhatianmu kepada Tuhan dan libatkanlah dirimu dalam aktivitas-aktivitas pelayanan disertai oleh semangat dedikasi. Adapun bentuk pelayanan sejati diantaranya adalah - secara rendah hati dan penuh dedikasi - memberikan pertolongan /bantuan bagi mereka yang miskin dan melarat. Inilah pelayanan kepada Divine. Praktekkanlah slogan - “Dil me Ram, Hath me Kaam.” (Berikanlah pelayanan sembari mengingat Tuhan di dalam hatimu). Janganlah hanya mengejar kedudukan dan kekayaan.

-BABA




Saturday, October 11, 2008

Thoughts for the Day - 12th October 2008 (Sunday)


The essence of Bhakti (devotion) as well as Jnana (wisdom) is Prasanthi, supreme and unruffled peace. As the sky's clear blue is not affected by the clouds or rainstorms, lightning or thunder, but, remains the same in spite of these temporary disturbances, the mind of man too must be clear and calm, in spite of all the storms and stress of life.


Dasar utama Bhakti (devotion) dan Jnana (kebijaksanaan) adalah Prasanthi, yaitu kedamaian yang tertinggi. Seperti halnya langit biru yang sama sekali tidak terpengaruh oleh gumpalan awan, hujan badai, kilat maupun guntur; maka demikian pula seharusnya dengan batinmu. Jagalah agar mind tetap jernih dan tenang walaupun engkau menjalani kehidupan yang penuh dengan dinamika (stress).

-BABA

Friday, October 10, 2008

Thoughts for the Day - 11th October 2008 (Saturday)


Man can achieve Shanti (peace) only through Love. Shanti is the fruit of the tree of life without which the tree is but a barren stump; it has no value or validity. The fruit is encased in a bitter skin so that the sweet juice may be preserved and guarded against marauders. One has to remove the skin before tasting the sweetness within. The thick rind is symbolic of the six evil qualities that enshroud the loving heart of man: lust, anger, greed, attachment, pride and hate. Those who can remove the rind and experience the sweetness within through rigorous and consistent discipline, attain everlasting peace that everyone aspires for.

Shanti (kedamaian) hanya bisa tercapai melalui cinta-kasih. Shanti adalah bagaikan buah pohon kehidupan. Kehidupan tanpa rasa damai adalah bagikan sebatang pohon kering yang tak ada nilainya. Buah-buahan memiliki kulit yang pahit agar sari buah manis yang ada di dalamnya tetap terpelihara dan terlindungi dari serangan hama/serangga. Untuk mencicipi manisnya sari buah itu, maka terlebih dahulu engkau harus mengupas kulitnya. Selanjutnya (pada buah-buah tertentu) juga terdapat lapisan tebal yang menyelimuti sari di bagian dalamnya; dimana lapisan ini merupakan representasi dari keenam sifat jelek yang membungkusi hati manusia, yakni: nafsu, kemarahan, keserakahan, kemelekatan, kesombongan dan kebencian. Melalui disiplin yang ketat dan konsisten, engkau akan mampu untuk menyingkirkan kualitas negatif itu dan akhirnya berhasil merasakan manisnya sari buah yang manis (tercapailah kedamaian abadi yang merupakan aspirasi setiap insan).
-BABA

Thursday, October 9, 2008

Thoughts for the Day - 10th October 2008 (Friday)


Joy in times of good fortune and sorrow in times of bad, mistaking the pain of the body and senses as one's own, such a dualistic attitude and feeling must be overcome. Gradually, the identification with the body has to be given up. This is the very foundation of Jnana Yoga (path of wisdom).

Perasaan senang pada saat sedang menikmati keberuntungan dan sebaliknya perasaan sedih di kala sedang dirundung kemalangan. Sikap dan perasaan dualistik yang menganggap rasa senang dan sedih itu sebagai hal yang realistik (nyata/milikmu) haruslah bisa engkau atasi. Secara perlahan-lahan, identifikasi terhadap badan jasmani ini akan kita tinggalkan. Sebab inilah landasan utama bagi Jnana Yoga (jalan spiritual yang berazaskan kebijaksanaan).
-BABA

Wednesday, October 8, 2008

Thoughts for the Day - 9th October 2008 (Thursday)


Bharatiyas have been celebrating the Navarathri festival from ancient times as a mode of worship of Devi, the Divine as mother. They worship the goddesses Durga, Lakshmi, and Saraswati during these nine days. The significance of Durga, Lakshmi, and Saraswati has to be rightly understood. The three goddesses represent the three kinds of potencies in man: Ichchaa Shakti (will power), Kriya Shakti (the power of purposeful action), and Jnana Shakti (the power of discernment). Saraswati is manifest in man as Vaak (the power of speech). Durga is present in the form of energy and dynamism. Lakshmi is manifest in the form of will power. The body indicates purposeful action - Kriya Shakti. The mind is the repository of will power - Ichchaa Shakti. The Atma is the power of discernment - Jnana Shakti.


Bharatiyas telah merayakan festival Navarathri dari sejak zaman dahulu sebagai salah satu bentuk ibadah terhadap Dewi, the Divine mother. Mereka menghormati dewi Durga, Lakshmi dan Saraswati selama sembilan hari. Engkau harus memiliki pemahaman yang benar tentang Dewi Durga, Lakshmi dan Saraswati. Ketiga dewi tersebut merupakan representasi dari ketiga jenis potensi yang ada di dalam diri manusia, yaitu: Ichchaa Shakti (will power/kekuatan kehendak), Kriya Shakti (kekuatan perbuatan bajik), dan Jnana Shakti (kekuatan pemahaman). Saraswati termanifestasikan di dalam diri manusia sebagai Vaak (kekuatan ucapan/power of speech). Durga dalam wujud sebagai energi dan dinamika, sedangkan Lakshmi termanifestasi sebagai kekuatan kehendak (will power). Badan fisik/badan jasmani ini merupakan representasi Kriya Shakti, mind (batin) merupakan tempat terdapatnya will power (Ichchaa Shakti) sedangkan Jnana Shakti mewakili kekuatan pemahaman (Jnana Shakti).

-BABA


Tuesday, October 7, 2008

Thoughts for the Day - 8th October 2008 (Wednesday)


What all Sadhakas (spiritual aspirants) have to do is this: first, Viveka is to be developed, that is to say, the capacity to distinguish between the eternal and the transitory, and to decide which is worthy. Second, a sincere attempt has to be made to experience what is chosen as worthy and true. Third, that effort should not be given up, whatever be the obstacles that come in the way. These three constitute genuine Tapas (penance). From this Tapas alone, real Shanti (peace) and Ananda (joy) is born.


Yang pertama kali perlu dilakukan oleh para sadhaka (aspiran spiritual) adalah sebagai berikut: pertama, engkau harus memupuk Viveka, yaitu kemampuan untuk membedakan antara yang abadi dan yang bersifat temporer, atau dengan perkataan lain, yaitu kemampuan untuk menentukan mana yang bermanfaat dan mana yang tidak. Kedua, engkau harus melakukan upaya yang tulus untuk mengimplementasikan hal-hal yang sudah diputuskan oleh Viveka. Dan yang ketiga adalah bahwa upaya yang dilakukan tersebut haruslah mantap dan tidak terpengaruh oleh hambatan maupun rintangan yang ada. Ketiga aspek ini merupakan unsur utama dari Tapas (praktek tapa brata). Dari praktek tersebut, engkau akan memiliki Shanti (kedamaian) dan Ananda (kebahagiaan).

-BABA


Monday, October 6, 2008

Thoughts for the Day - 7th October 2008 (Tuesday)


All religions have taught what is good, and everyone should lead a righteous life based on this knowledge. If the minds are pure, how can any religion be bad? All the religions are different paths leading to one and the same destination. All devotees should experience this truth and live up to it in their daily lives. They should lead righteous lives and thereby experience enduring bliss. Only then will their spiritual effort be fruitful. Listen to the words of the wise, purify your thoughts and concentrate your mind on God. God can be installed only in a pure heart. The aim of all Sadhana (spiritual practices) should be to purify the heart.


Semua ajaran agama mengajarkan hal-hal yang baik dan tugas setiap orang adalah menjalani kehidupan yang bajik berdasarkan pengetahuan itu. Jikalau batinmu suci dan murni, bagaimanalah mungkin ada agama yang jahat? Agama-agama yang ada hanya berbeda dalam rute perjalanan yang ditempuh masing-masing, namun tujuannya sama dan satu adanya. Semua bhakta haruslah menyadari kebenaran ini dan menjalaninya dalam kehidupannya sehari-hari. Jalanilah kehidupan yang bajik dan berbahagialah. Dengan demikian, semua upaya spiritualmu akan membuahkan manfaat. Dengarkanlah nasehat-nasehat dari mereka yang bijak serta murnikanlah pikiranmu serta konsentrasikanlah batinmu terhadap Tuhan. Beliau hanya bisa bermukim di dalam hati yang murni. Tujuan dari segala bentuk sadhana adalah untuk memurnikan hatimu.

-BABA


Sunday, October 5, 2008

Thoughts for the Day - 6th October 2008 (Monday)


Every single unselfish act which prepares the ground for the merging of the soul with the Higher Soul, which broadens the vision towards the Brahman (Divinity) immanent everywhere, is a Dharmic (righteous) act. Each such act is a tiny stream rushing towards the sea of Brahmajnana, the supreme knowledge of the Self. Whatever is done in an attitude of dedication and surrender is a Dharmic act which leads to Self-realisation.


Setiap bentuk tindakan yang dilakukan secara tanpa pamrih sebagai persiapan untuk bersatunya jiwa (individu) dengan Higher Soul (Paramatma/Tuhan), dapat dikategorikan sebagai perbuatan Dharmic. Demikian pula halnya dengan tindakan/perbuatan yang semakin memperluas wawasan (cara pandang) bahwa Brahman (Divinity) ada dimana-mana. Setiap bentuk tindakan tersebut bagaikan aliran sungai kecil yang bergegas menuju ke samudera Brahmajnana (pengetahuan tertinggi tentang Self/Atma). Segala bentuk perbuatan yang dilakukan dengan semangat dedikasi dan pasrah-diri merupakan perbuatan Dharmic yang akan menuntun kepada Self-realisation (pencerahan diri).

-BABA


Saturday, October 4, 2008

Thoughts for the Day - 5th October 2008 (Sunday)


In all worldly activities, you should be careful not to wound propriety, or the canons of good conduct. You should not play false to the promptings of the Inner Voice. You should be prepared at all times to respect the dictates of your conscience. You should watch your steps to see whether you are in some one else's way. You must be ever vigilant to discover the unifying Truth behind all the scintillating variety.


Dalam kegiatan sehari-hari, engkau harus berhati-hati agar tidak melanggar norma-norma kesopanan. Disamping itu, engkau juga perlu waspada agar tidak mengingkari suara hatimu dan sebaliknya harus senantiasa tanggap terhadap panggilan-Nya. Perhatikanlah setiap langkahmu guna memastikan bahwa engkau tidak menghalangi jalan orang lain. Engkau harus selalu berupaya untuk menemukan kebenaran hakiki yang ada di belakang segala kegemerlapan dunia ini.

-BABA


Friday, October 3, 2008

Thoughts for the Day - 4th October 2008 (Saturday)


Date: Saturday, October 04, 2008

THOUGHT FOR THE DAY

Live in the constant contemplation of your kinship with others and with the Universe. Do good to others, treat all nature kindly, speak soft and sweet words, become like a child devoid of envy, hate and greed. When your love crosses the boundaries of your family and community, and expands to those beyond, you have taken the first step to cross the threshold of Maya (delusion).


Hiduplah dalam semangat persaudaraan dengan setiap orang dan dengan seisi alam semesta. Berbuat kebajikan, perlakukan alam sekitar dengan baik, berbicara secara sopan dan santun, jadilah seperti seorang anak yang tak memiliki sikap iri-hati, benci maupun serakah. Ketika cinta-kasihmu sudah menjangkau batasan-batasan di luar dari keluarga dan komunitasmu, maka itu berarti engkau sudah mengambil langkah pertama dalam mengatasi jeratan Maya (delusi).

-BABA

Thursday, October 2, 2008

Thoughts for the Day - 3rd October 2008 (Friday)


Date: Friday, October 03, 2008

THOUGHT FOR THE DAY

The best way to get rid of weakness is to strike it at its very root - the mistaken belief that you are the body, that you have a name and a form, these senses, this intelligence and this mind. These are all the luggage you carry. Don't you say, "my mind", "my hand", just as you say, "my book", "my umbrella"? Who is this 'I' that calls all these "mine"? That is the real 'you'. It was there when you were born, when you were sleeping forgetful of all else, forgetful even of your body with all its equipment, internal and external. That 'I' cannot be harmed; it does not change, it knows no death or birth. Learn the discipline that makes you aware of this truth and you will be ever free and bold. That is real Vidya (knowledge), the Atma Vidya (knowledge of the Self).


Cara yang terbaik untuk menyingkirkan kelemahan (diri) adalah dengan cara mengatasinya mulai dari akar penyebabnya, yaitu kepercayaan yang keliru bahwa seolah-olah dirimu adalah badan jasman ini, bahwa engkau memiliki nama dan rupa, dan 'tipuan-tipuan' lain yang ditimbulkan oleh panca inderamu, kecerdasan (intelligence) serta mind (batin). Semuanya itu adalah bagikan koper/barang bawaan yang engkau jinjing (dalam perjalanan hidup ini). Bukankah engkau mengatakan, “ini adalah pikiranku”, “ini tanganku”, persis seperti halnya ketika engkau mengatakan bahwa “ini adalah buku milikku”, “payung-ku”? Lalu, siapakah “Aku” yang menyebutkan bahwa semuanya itu adalah “milikku”? Nah, itulah 'dirimu' yang sebenarnya. Ia sudah ada di sana sejak engkau terlahirkan, bahkan ketika engkau sedang tertidur dan melupakan segala-galanya (termasuk lupa terhadap badan jasmanimu beserta dengan perangkat-perangkatnya). Sang “aku” tersebut tidak bisa dicederai; ia tak mengalami perubahan, ia tak mengenal kematian maupun kelahiran. Pelajarilah disiplin yang akan membuatmu menjadi sadar atas kebenaran ini, maka kelak engkau akan terbebaskan. Inilah Vidya (pengetahuan) yang sebenarnya, atau yang dikenal juga sebagai Atma Vidya (pengetahuan tentang jati diri sejati/Self).

-BABA



Wednesday, October 1, 2008

Thoughts for the Day - 2nd October 2008 (Thursday)


THOUGHT FOR THE DAY

One's selfish needs have to be sacrificed. There must be constant effort to do good to others. One's desire should be to establish the welfare of the world. With such feelings in one's heart, one must meditate on the Lord. This is the right path.


Keinginan-keinginan pribadimu perlu dikorbankan. Engkau juga perlu melakukan upaya-upaya secara terus-menerus untuk berbuat baik terhadap orang lain. Keinginanmu haruslah demi untuk membangun kesejahteraan bagi seluruh dunia. Dengan perasaan seperti itu di dalam hatimu, bermeditasilah terhadap-Nya. (Sebab) inilah jalan yang benar.

-BABA