Monday, December 31, 2012

Thought for the Day - 31st Dcember 2012 (Monday)


A mother fetching water from the well, will have a pot on her head, another on her hip and a third in her hand, and will be hurrying her way home, as she is always conscious of the infant in the cradle. If she forgets the infant, her gait slows down and she wanders around, chatting with all her friends. Similarly, if God, the Goal, is not cherished in the memory, one has to wander through many births and arrive home late. Hence keep the memory of the Lord and His glory, always with you. That will quicken your steps and you will arrive soon at the goal.

Seorang ibu mengambil air dari sumur, lalu menempatkan periuk di atas kepalanya, yang kedua di pinggulnya, dan yang ketiga di tangannya, kemudian akan bergegas berjalan pulang, karena dia menyadari bayinya ada dalam ayunan. Jikalau dia mengabaikan bayinya, jalannya melambat dan dia berkeliling di sekitarnya, mengobrol dengan semua teman-temannya. Demikian pula, jika Tuhan, yang merupakan Tujuan, tidak disimpan dalam memori, kita harus berjalan melalui banyak kelahiran dan tiba di rumah dengan terlambat. Oleh karena itu engkau hendaknya menjaga memori Tuhan dan kemuliaan-Nya, selalu denganmu. Itu akan mempercepat langkahmu dan engkau akan segera tiba di tujuan.
-BABA

Sunday, December 30, 2012

Thought for the Day - 30th December 2012 (Sunday)




The lotus in your heart pines for the Sun, the splendour of the Loving Lord. To attain Him requires effort. Withdrawal of all attachment towards the world and cultivation of Divine Love alone can win it. God is the nearest and dearest entity, but ignorance hides Him away from the eye. The stars appear as dots of light, for they are at great distances from us. Just as the stars, God appears insignificant or ineffective to many, because they are keeping themselves too far away from Him. If some believe that God is not present or visible, it only means that they are at a too great a distance to be aware of Him. The love that God bears for each and every one is unequalled.

Teratai di hatimu mendambakan Sang Mentari, yaitu kemuliaan kasih Tuhan. Untuk mencapai Beliau membutuhkan suatu usaha. Tariklah semua keterikatan duniawi dan kembangkanlah hanya Cinta-kasih Ilahi. Tuhan adalah entitas terdekat dan tersayang, tetapi kebodohan menyembunyikan-Nya jauh dari pandangan. Bintang-bintang terlihat sebagai titik-titik cahaya, karena ia berada pada jarak yang sangat jauh dari kita. Sama seperti bintang-bintang, Tuhan muncul tidak signifikan atau tidak efektif bagi beberapa orang, karena mereka membuat diri mereka terlalu jauh dari-Nya. Jika beberapa orang mempercayai bahwa Tuhan tidak ada atau tidak terlihat, itu berarti bahwa mereka berada pada jarak yang terlalu jauh untuk menyadari-Nya. Cinta-kasih Tuhan untuk setiap orang tiada bandingannya.
-BABA

Saturday, December 29, 2012

Thought for the Day - 29th December 2012 (Saturday)

Practice is the real thing that matters in spirituality. Scholarship is a burden, many times a handicap even. So long as God is believed to be far away, in temples and holy places, one will feel religion a burden and a hurdle. But instal Him in your heart and you feel light, burdenless and even strong. It is like the food basket – when carried on a shoulder, it feels heavy. You are too weak, even to carry it. But sit near a stream and eat your food from the basket – though the food weight has not decreased, you feel stronger and joyful. That is the consequence of taking the food in. Do likewise, with the idea of God. Do not carry it on the shoulder, take it ‘in’! The scriptures teach, “God is verily the Life-breath, of every soul.” So practise to live in His Glory, in His Memory, in His contemplation, every single moment of your life.

Praktik adalah hal yang nyata yang penting dalam spiritualitas. Ilmu pengetahuan adalah beban, bahkan suatu waktu bisa sebagai rintangan. Selama Tuhan diyakini berada di tempat yang jauh, di kuil-kuil dan di tempat-tempat suci, orang akan merasakan bahwa agama merupakan suatu beban dan rintangan. Tetapi installah Beliau dalam hatimu dan engkau akan merasa ringan, tanpa beban dan bahkan menjadi kuat. Hal ini seperti keranjang makanan - ketika dipanggul pada bahu, rasanya berat. Engkau terlalu lemah, bahkan untuk membawanya. Tetapi duduklah di dekat sungai dan makanlah makanan dari keranjang tersebut - meskipun berat makanan tidak berkurang, engkau merasa lebih kuat dan bahagia. Itu adalah konsekuensi dari engkau memakan makanan tersebut. Demikian juga, dengan Tuhan. Jangan membawa-Nya pada bahu, bawalah 'di dalam dirimu'! Kitab-kitab suci mengajarkan, "Tuhan sesungguhnya nafas kehidupan, setiap jiwa." Jadi praktikkanlah untuk hidup dalam kemuliaan-Nya, dalam memori-Nya, dalam perenungan-Nya, setiap saat.
-BABA

Friday, December 28, 2012

Thought for the Day - 27th & 28th December 2012



Date: Thursday, December 27, 2012

There are learned scholars who spend a good deal of time in arguing that this form of God is superior to the other. This delusion has caused great harm. The truth is that each reveals a certain phase of Divinity. The comparison itself diminishes the integrity of any scholar! Anyone who has reverence for God, would not attempt at intellectually estimating the power of the Lord, they would, in fact, earnestly try to get an intuitive experience of the Divine! Harmony is the test of any religious outlook; if it breeds hate or faction or pride, the outlook is definitely evil. Keep away from these, if you are interested in your spiritual practice.

Para terpelajar ada yang menghabiskan banyak waktu mereka dalam memperdebatkan bahwa Wujud Tuhan yang satu lebih superior dibandingkan dengan yang lainnya. Keyakinan yang keliru ini , telah menimbulkan kesalahan besar. Kebenarannya adalah bahwa setiap kemunculan Wujud Tuhan tertentu adalah merupakan suatu fase/tahapan tertentu Divinity. Membandingkan hal tersebut, dapat mengurangi integritas! Siapapun yang memiliki rasa hormat pada Tuhan, tidak akan mencoba untuk menilai berapa besar kekuatan Tuhan, mereka akan berusaha dengan sungguh-sungguh mencoba untuk mendapatkan pengalaman intuitif Ilahi! Harmony adalah ujian dari setiap pandangan agama, jika itu melahirkan kebencian atau faksi/ketidaksepahaman atau kebanggaan, maka pandangan tersebut adalah tidak baik. Jika engkau tertarik dalam praktik spiritual, maka engkau hendaknya menjauhkan dirimu dari hal ini.
-BABA

Date: Friday, December 28, 2012

The body is a house, given to you for rent. The owner is God. Live there, so long as He wills, thanking Him for it, and paying Him the rent of Faith and Devotion. A strong will is the best tonic you can intake; the will becomes strong when you know that you are a child of immortality or a person who has earned the Grace of the Lord. In the epic Mahabharatha, the Pandavas are wonderful shining examples of faith and devotion. They won the Grace of the Lord and successfully defeated every single one of the wily strategy of their foes. The reinforcement of Grace from the Lord is the most reliable means of support. When you win the Grace of Lord, dishonour, defeat and despair fade away like fog evaporates before the Sun. Even disease cannot touch you. Hence, I advise you to face life by strengthening your spiritual urges and invoking the Grace of the Lord.

Badan fisik ini bagaikan rumah yang dikontrakkan kepadamu. Pemiliknya adalah Tuhan. Hiduplah di sana selama dikehendaki oleh-Nya, sembari berterima-kasih kepada Tuhan dengan cara membayar kontrakan itu dalam bentuk keyakinan dan bhakti. Kemauan yang kuat adalah tonik yang terbaik bagimu, dan engkau akan menjadi kuat ketika engkau mengetahui bahwa engkau adalah anak keabadian atau orang yang telah menerima Berkat Tuhan. Dalam epik Mahabharatha, Pandawa adalah contoh dalam hal keyakinan dan bhakti. Mereka memenangkan Berkat Tuhan dan berhasil mengalahkan setiap musuh-musuh mereka dengan strategi yang cerdik. Penguatan Rahmat Tuhan adalah cara yang paling dapat diandalkan. Ketika engkau memenangkan Berkat Tuhan, penghinaan, kekalahan, dan keputusasaan memudar seperti kabut menguap di hadapan Matahari. Bahkan penderitaan tidak bisa menyentuhmu. Oleh karena itu, Aku menyarankan kepadamu untuk menghadapi kehidupan ini dengan memperkuat dorongan spiritual-mu dan memohon berkat Tuhan.
-BABA

Wednesday, December 26, 2012

Thought for the Day - 26th December 2012 (Wednesday)




Repetition of God’s Name is the process by which the dedicatory attitude can be cultivated and grown. When confronted by a calamity, you must attach yourself to this spiritual practice, even more firmly, instead of losing faith in it and getting slack. Do not give up the medicine, when you need it the most! The pity is that when most people face the first disappointment, they lose courage and confidence, and give up their Lord! There are also others, who call out the Names of the Lord, when they are displeased with some happenings, or when they are depressed, in a tone indicative of disgust, uttering it with a sigh or a groan. This is very incorrect. The Name of the Lord must always be pronounced with joy, gratitude, exultation and remembering Him in all splendour. Call Him with Love, call Him with a heart full of sincere yearning.

Pengulangan Nama Tuhan adalah proses dimana sikap pengabdian pada Tuhan dapat dikembangkan dan ditanamkan. Ketika dihadapkan pada suatu bencana, engkau harus mendekatkan dirimu pada praktik spiritual, bahkan dengan lebih sungguh-sungguh, bukannya kehilangan kepercayaan dan melemah. Jangan meninggalkan obat, ketika engkau membutuhkannya! Sangat disayangkan sekali, ketika kebanyakan orang menghadapi kekecewaan pertama kalinya, mereka kehilangan keberanian dan kepercayaan diri, dan meninggalkan Tuhan! Ada juga yang lainya, yang memanggil Nama Tuhan, ketika mereka tidak senang dengan beberapa kejadian, atau ketika mereka mengalami depresi, dengan nada yang menunjukkan kebencian, mengucapkan dengan mengeluh. Ini sangatlah tidak benar. Nama Tuhan harus selalu diucapkan dengan sukacita, rasa syukur, kegembiraan dan mengingat-Nya dalam semua kemuliaan-Nya. Panggillah Beliau dengan penuh Cinta-kasih, dengan hati yang penuh dengan kerinduan yang tulus.
BABA

Tuesday, December 25, 2012

Thought for the Day 23rd - 25th December 2012



Date: Sunday, December 23, 2012

Live in truth, you will then experience Divine Bliss. Faith in God promotes love. Love leads to peace. Peace prepares the way for truth. Where there is faith there is Love, Where there is Love there is Peace, Where there is Peace there is Truth. Where there is Truth there is Bliss, Where there is Bliss there is God. The Divine manifests Himself in many forms and is worshipped as such, for the joy to be derived from it. Truth is one, regardless of nation or religion. The names and forms of human beings may vary, but the Supreme in them (Sath-chith-ananda) does not vary. It is eternal and changeless. Embodiments of Divine Love! Strike down the walls that separate man from man. Get rid of differences based on caste and creed. Develop firm faith in the oneness of Humanity. Cultivate love in your hearts. Then nations will be united, prosperous and happy.
Jalanilah kehidupan dalam kebenaran, maka engkau akan mengalami Divine Bliss (kebahagiaan Ilahi). Keyakinan pada Tuhan dapat meningkatkan cinta-kasih. Cinta-kasih mengarah pada kedamaian. Kedamaian mempersiapkan jalan bagi kebenaran. Di mana ada keyakinan disana ada Cinta-kasih, Di mana ada Cinta-kasih disana ada Kedamaian, Di mana ada Kedamaian disana ada Kebenaran. Di mana ada kebenaran disana ada Bliss, Di mana ada Bliss disana ada Tuhan. Tuhan memanifestasikan diri-Nya dalam berbagai wujud dan Beliau dipuja dalam berbagai Wujud, untuk kebahagiaan para pemuja-Nya. Kebenaran adalah satu, terlepas dari bangsa atau agama apapun. Nama dan bentuk manusia dapat bervariasi, tetapi yang bersemayam didalam diri mereka (Sath-chith-ananda) adalah sama, abadi dan tidak berubah. Perwujudan kasih Ilahi! Dobraklah tembok yang memisahkan manusia dengan manusia. Singkirkan perbedaan berdasarkan kasta dan keyakinan. Kembangkan keyakinan yang teguh dalam kesatuan Kemanusiaan. Pupuklah cinta-kasih di dalam hatimu. Kemudian bangsa akan bersatu, makmur dan bahagia.
-BABA

Date: Monday, December 24, 2012

In the world today all those who are held in high esteem as great personages, have earned their good name only by their character and conduct. To accomplish anything, one should have a firm determination. All religions and scriptures agree that helping fellow-beings in times of need and saving them from distress is the greatest virtue. Every human being has equal rights in the world, for Divinity is present in all. To enjoy peace of mind, it is essential to practice forbearance and equanimity. Good and bad, rich and poor, educated and uneducated exist in every country. Even though born in the same family, some are narrow minded and have crooked ideas and indulge in selfish deeds, while others are noble and selfless. To be friendly towards all beings and do good with love is the primary duty of all.
Di dunia saat ini, orang-orang yang dihormati sebagai tokoh besar, telah mendapatkan nama baik mereka, hanya karena perbuatan dan perilaku mereka yang baik. Untuk mencapai apapun, seseorang harus memiliki tekad yang kuat. Semua agama dan kitab suci menyatakan bahwa membantu sesama makhluk yang membutuhkan dan mengurangi kesedihan/penderitaan mereka adalah merupakan perbuatan yang mulia. Setiap makhluk di dunia ini, memiliki hak yang sama, karena Divinity/ketuhanan ada dalam setiap makhluk. Agar dapat mengalami kedamaian/ketenangan pikiran, adalah penting untuk berlatih kesabaran dan keseimbangan batin. Baik dan buruk, kaya dan miskin, berpendidikan dan tidak berpendidikan, semuanya itu, ada dalam setiap bangsa. Meskipun terlahir dalam keluarga yang sama, beberapa ada kemungkinan berpikiran sempit dan mementingkan diri sendiri, sementara yang lainnya memiliki sifat mulia dan tanpa pamrih. Bersikap ramah dan berbuat baik terhadap semua makhluk, adalah kewajiban utama setiap orang.
-BABA

Date: Tuesday, December 25, 2012

Embodiments of Love! In all religions and countries, birthdays of great personalities are celebrated, but the ideals for which they lived are not remembered and followed. This turns celebrations into artificial observances. Christ taught people to love all beings and serve all with compassion. It is only by practising these ideals that one can truly celebrate Jesus Christ’s birthday. The Divinity within should be reflected in your every action. The seat of Truth is in your heart. Worshipping God means loving others with your full heart. You must live in love and lead a life of selfless service based on love. This is the best way to celebrate the birth of Jesus Christ.

Perwujudan kasih! Dalam setiap agama dan negara, ulang tahun/perayaan hari kelahiran para tokoh besarnya dirayakan, namun ideal/teladan yang mereka tinggalkan, tidak diingat dan tidak diikuti. Kristus mengajarkan orang-orang untuk mencintai semua makhluk dan melayani semuanya dengan penuh kasih sayang. Hanya dengan mempraktikkan ideal/teladan dari Yesus Kristus, itulah cara untuk merayakan ulang tahun/hari kelahiran Yesus Kristus dengan benar. Divinity/keilahian di dalam dirimu harus tercermin dalam setiap tindakanmu. Pusat Kebenaran ada dalam hatimu. Memuja Tuhan berarti mencintai orang lain dengan sepenuh hatimu. Engkau harus hidup dalam kasih dan menjalani kehidupan pelayanan tanpa pamrih berdasarkan cinta-kasih. Inilah cara terbaik untuk merayakan kelahiran Yesus Kristus.
-BABA