Date: Sunday, December 09, 2012
The
ancient sages who decided upon the many festivals that we celebrate today, had
a high purpose in mind when they did so. They want us to imbibe the inner
meaning and use each such day as a step in saadhana (spiritual efforts), as a
reminder of the journey which each person has to undertake alone to the feet of
the Lord. The festival of Dasara for instance, celebrates the victory of the
forces of good over the evil ones which resist one’s progress towards love and
light. You must remind yourself that the forces of good are combating the
forces of evil in every living being, and if they only rely on the great Divine
Force that fosters and fends the Universe, they can easily win and reach the
goal.
Orang bijak zaman
dahulu kala, yang telah menetapkan banyak festival/hari raya yang kita rayakan saat
ini, memiliki tujuan yang tinggi ketika mereka melakukannya. Mereka menginginkan
agar kita menyerap makna batin dan menggunakannya setiap hari sebagai langkah dalam
saadhana, sebagai pengingat perjalanan yang setiap orang harus melakukannya
sendiri menuju ke kaki Tuhan. Misalnya Perayaan Dasara, yang bermakna merayakan
kemenangan kekuatan baik atas yang jahat yang menentang kemajuan seseorang
terhadap cinta dan cahaya. Engkau harus mengingatkan dirimu bahwa kekuatan yang
baik memerangi kekuatan jahat dalam setiap makhluk hidup, dan jika mereka hanya
bergantung pada Kekuatan Ilahi, maka mereka dengan mudah bisa menang dan
mencapai tujuan.
-BABA
Date: Monday, December 10, 2012
"God
resides in the heart of all beings" says Lord Krishna in the Gita. He is
not to be found specially in cities like Amarnath, Kashi, Tirupati, Kedar or
Gokarna alone. Just as every drop of the ocean has the salty taste, the
composition and the name of the ocean, so too every single being has the divine
taste, composition, and the name of the Lord. Only you do not realise it so
clearly. The river realises itself by reaching the sea; man realises himself by
merging in the Absolute. The space encased in the pot must become one with the
space that traverses the entire Universe. This can be achieved by the negation
of the attachment, which is just an artificial creation of the deluded mind.
The inferior status of manhood that now satisfies you, must give place to the
status of Reality of God which is the true status.
Dalam Bhagawad Gita,
Sri Krishna bersabda, "Tuhan bersemayam dalam hati semua makhluk.". Beliau
tidak hanya bisa ditemukan khususnya di kota-kota seperti Amarnath, Kashi,
Tirupati, Kedar, atau Gokarna saja. Sama seperti setiap tetes air laut memiliki
rasa asin, komposisi, dan nama dari laut, demikian juga setiap makhluk memiliki
rasa Ilahi, komposisi, dan nama Tuhan. Hanya saja engkau tidak menyadarinya dengan
jelas. Sungai menyadari dirinya dengan mencapai laut; demikian pula manusia hendaknya
menyadari dirinya dengan menyatu dengan yang Absolut. Ruang yang terbungkus
dalam pot harus menjadi satu dengan ruang yang melintasi seluruh Semesta. Hal
ini dapat dicapai dengan meniadakan kemelekatan, yang merupakan ciptaan buatan
dari pikiran yang terdelusi. Status/keadaan sementara yang saat ini memuaskan
engkau, harus memberikan tempat untuk status Realitas Tuhan yang merupakan
status yang benar.
-BABA
No comments:
Post a Comment