Saturday, November 30, 2013

Thought for the Day - 30th November 2013 (Saturday)


Spiritual Practice (Sadhana) must be done in a disciplined and systematic manner, in an atmosphere filled with virtues. Just as fans in a large hall cool the atmosphere and provide soothing breeze to the people gathered there, so too, the fans of Truth, Right Conduct, Peace and Love (Sathya, Dharma, Shanthi, and Prema) are necessary to reduce the sweltering heat of ignorance, falsehood, injustice and indiscipline (Ajnaana, Asathya, Anyaaya and Akrama). In a world where noble conduct is being insulted and denied at every turn, peace and tolerance are the only means through which you can save yourself. This is the most important aspect that I ask you to cultivate. In every act, have tolerance and patience with a mutual helping attitude. In the family, cultivate patience and mutual respect; in the community, have righteousness and justice.

Praktik spiritual (Sadhana) harus dilakukan secara disiplin dan sistematis, dalam suasana yang penuh dengan kebajikan. Dapat diibaratkan seperti kipas angin di sebuah aula besar yang mendinginkan suasana dan memberikan angin yang bisa menenangkan bagi orang-orang yang sedang berkumpul di sana, demikian juga, kipas Kebenaran, Kebajikan, Kedamaian, and Cinta-kasih (Sathya, Dharma, Shanthi, dan Prema) diperlukan untuk mengurangi panasnya kebodohan, kebohongan, ketidakadilan, dan ketidakdisiplinan (Ajnaana, Asathya, Anyaaya, dan Akrama). Di dunia di mana perilaku yang mulia sedang dihina dan ditolak di setiap kesempatan, kedamaian dan toleransi adalah satu-satunya cara di mana engkau dapat menyelamatkan diri. Inilah aspek yang paling penting yang Aku minta padamu untuk dikembangkan. Dalam setiap tindakan, engkau hendaknya memiliki toleransi dan kesabaran dengan sikap saling membantu. Dalam keluarga, pupuklah kesabaran dan saling menghormati; dan di masyarakat peganglah kebenaran dan keadilan. (Divine Discourse, Jun 25, 1960)

-BABA

Friday, November 29, 2013

Thought for the Day - 29th November 2013 (Friday)

Often you are aware that there is something behind and beyond all the fleeting fantasy; something that persists through all the successes and defeats, the tears and smiles, the mirth and moan - but you are unable to grasp it and realize that it is the same Entity that underlies the entire Universe. You are indeed one with the most distant star and the least little blade of grass – you shine as dew on the petal of the rose, you are part and parcel of all this manifestation! The scriptures teach you this truth through many a parable, and even directly through the experience of saints and mystics. Through meditation and practice of spiritual discipline, you can be aware of yourselves as all this. Hanuman may have the form of a monkey, but do not get carried away by the outer casement (Upadhi). The Lord was His very breath; every hair-end of Hanuman echoed with Lord Rama’s Name.

Sering kali engkau menyadari bahwa ada sesuatu yang melampaui semua fantasi yang bersifat sementara ini; sesuatu yang terus ada melalui semua keberhasilan dan kekalahan, air mata dan senyuman, kebahagiaan dan kesedihan - tetapi engkau tidak dapat memahami dan menyadari bahwa itu adalah entitas yang sama yang mendasari seluruh alam semesta. Engkau sebenarnya satu dengan bintang yang paling jauh dan setidaknya dengan sehelai rumput - engkau bersinar seperti embun di kelopak mawar, engkau adalah bagian tak terpisahkan dari semua manifestasi ini! Kitab suci mengajarkan kebenaran ini melalui banyak perumpamaan, dan bahkan langsung melalui pengalaman orang-orang suci. Melalui meditasi dan mempraktikkan disiplin spiritual, engkau dapat menyadari dirimu sendiri. Hanuman berwujud kera, tetapi jangan terpengaruh oleh tampilan luar (upadh). Setiap tarikan nafas dan setiap helai bulu Hanuman bergema dengan Nama Sri Rama. (Divine Discourse, 25 Nov 1964)

-BABA

Thursday, November 28, 2013

Thought for the Day - 28th November 2013 (Thursday)

There are four questions that every person must interest oneself with : “Who am I?”, ”Where have I come from?”, “Where am I going?” and “How long will I remain here?”. These questions have been answered clearly in the Vedas. All spiritual inquiry begins with these questions and attempts to find answers to them. If you drop a letter in the post box without writing the ‘From’ or ‘To’ address, it will go nowhere but to the ‘dead letter office’. In fact it is a waste of time writing that letter, is it not? So too, if you do not know the purpose of your life in this world, you will get caught in the cycle of birth and death, and will never reach your destination. To find answers to these key questions, you must begin enquiry about the Self. To get the answers, you must practice spiritual discipline. Then, you will find that the answers become part of your daily living experiences!

Ada empat pertanyaan yang seharusnya mendapatkan perhatian: "Siapakah aku?", "Darimana aku berasal?", "Ke mana aku akan pergi?" Dan "Berapa lama aku akan tinggal di sini?" Pertanyaan-pertanyaan ini telah dijawab dengan jelas dalam Weda. Semua pertanyaan spiritual dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan ini dan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut. Jika engkau menaruh surat di kotak pos tanpa menulis alamat 'Dari' atau 'Kepada', surat itu tidak akan ke mana-mana tetapi akan 'tinggal di kantor pos' . Bukankah membuang-buang waktu untuk menulis surat tersebut? Demikian juga, jika engkau tidak mengetahui tujuan hidupmu di dunia ini, maka engkau akan terjebak dalam siklus kelahiran dan kematian, dan tidak akan pernah mencapai tujuanmu. Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kunci tersebut, engkau harus memulai penyelidikan tentang Diri sejati. Untuk mendapatkan jawabannya, engkau harus mempraktikkan disiplin spiritual. Kemudian, engkau akan menemukan bahwa jawabannya menjadi bagian dari pengalaman hidupmu sehari-hari! (Divine Discourse, June 25, 1960)

-BABA

Wednesday, November 27, 2013

Thought for the Day - 27th November 2013 (Wednesday)

A bullock cart cannot move on rails nor a locomotive on the road. Each type of vehicle has its own type of road. But all move forward and reach the goal in their own good time. Same is the case, whatever be your functional role (Varna) in the society. Each Varna has its own set of rules, regulations and restrictions. Be it the Varnas or Ashramas (the various stages of life with their fixed duties), they are merely convenient arrangement for the conduct of worldly affairs and paths to attain supra-worldly joy. Whether head or heels, it is the same blood that circulates through each; it is the same body which claims them as limbs. Each limb has to perform its task, the task for which it has specialised. You cannot walk on your head or think with the feet. Whichever section of society you may belong to, the Lord is revealed when the heart is pure.


Sebuah gerobak tidak bisa bergerak pada rel kereta api demikian juga lokomotif/kereta api tidak bisa bergerak di jalan. Setiap jenis kendaraan memiliki tipe jalan masing-masing. Tetapi semua bergerak maju dan mencapai tujuan sesuai dengan waktunya dengan baik. Demikian juga, apapun peran fungsional-mu (Varna) di masyarakat, setiap Varna telah menetapkan sendiri aturan, peraturan dan pembatasan. Baik itu varna atau Ashramas (berbagai tahapan kehidupan dengan tugas yang telah ditetapkan pada mereka), itu hanyalah pengaturan yang sesuai untuk pelaksanaan urusan duniawi dan jalan untuk mencapai supra kebahagiaan duniawi. Apakah itu kepala atau tumit (kaki), mengalir darah yang sama dan merupakan anggota badan dari badan yang sama. Setiap anggota badan harus melakukan tugasnya masing-masing, tugas spesifik yang telah diberikan padanya. Engkau tidak bisa berjalan dengan menggunakan kepalamu atau berpikir dengan menggunakan kakimu. Menjadi apapun engkau dalam masyarakat, Tuhan akan nampak ketika hatimu murni.  (Divine Discourse, Nov 25, 1964)


-BABA


Tuesday, November 26, 2013

Thought for the Day - 26th November 2013 (Tuesday)


A person driving a car may concentrate on the road, anxious to save oneself and others from accident. Fear is what induces single-mindedness in this case. But Love is a greater force to aid concentration. Steady and resolute love makes one’s concentration become intense and unshakeable. Faith develops into love and love results in concentration. Prayer is possible and begins to yield fruit, under such conditions. Pray, using the Name as a symbol of the Lord; pray keeping all the waves of the mind stilled. Pray, as the performance of a duty for your very real existence, as the only justification for your coming into the world, as man.

Seorang yang mengendarai mobil dapat berkonsentrasi pada jalan, mencemaskan keselamatan diri sendiri dan orang lain dari kecelakaan. Ketakutanlah yang menyebabkan kesatuan pikiran dalam hal ini. Tetapi Cinta-kasih adalah kekuatan yang lebih besar untuk membantu konsentrasi. Cinta-kasih yang mantap dan terus-menerus akan membuat konsentrasi seseorang menjadi kuat dan tak tergoyahkan. Keyakinan berkembang menjadi cinta-kasih dan cinta-kasih menghasilkan konsentrasi. Dalam keadaan yang demikian, doa dapat membuahkan hasil. Berdoa, menggunakan Nama sebagai simbol Tuhan; berdoa menjaga semua gelombang pikiran terhenti. Berdoalah, sebagai kewajiban untuk menunjukkan keberadaanmu, sebagai satu-satunya dasar kebenaran bagimu untuk lahir ke dunia, sebagai manusia. (Divine Discourse, Nov 23, 1961)
-BABA

Monday, November 25, 2013

Thought for the Day - 25th November 2013 (Monday)


Just like a fish which can live only when it is immersed in water, when it feels the element all around it, so too man is a being that can live only when immersed in ananda (bliss); one must have ananda not merely at home, in society and in the world but more than all, in the heart. As a matter of fact, the ananda in the heart produces ananda all around; the heart is the spring of joy. That spring has to be touched by constant meditation, recitation and the intermittent dwelling on the glory, the grace and the inexhaustible manifestations of the Lord, that is, smarana, chethana and manana. Hold fast to the goal; the devotee should never turn back. Never give way to doubt or despair.

Sama seperti ikan yang hanya bisa hidup bila dibenamkan ke dalam air, ketika ikan itu merasakan elemen di sekitar itu, demikian juga manusia adalah makhluk yang hanya bisa hidup bila direndam dalam ananda (kebahagiaan); seseorang harus memiliki ananda tidak hanya di rumah, di masyarakat dan di dunia tetapi lebih dari semuanya itu yaitu di dalam hati. Sesungguhnya, ananda dalam hati memproduksi ananda di sekelilingnya, hati adalah sumber kebahagiaan. Sumber kebahagiaan ini harus disentuh dengan melakukan meditasi secara terus-menerus, pengulangan Nama Tuhan dan merenungkan kemuliaan Tuhan, yaitu smarana, chethana dan manana. Berpegang teguhlah pada tujuan; para bhakta hendaknya tidak pernah mundur. Jangan pernah memberikan jalan bagi keragu-raguan atau keputusasaan. (Divine Discourse, Nov 23, 1961)
-BABA

Sunday, November 24, 2013

Thought for the Day -24th November 2013 (Sunday)


Shed the feeling of ‘mine’ and ‘yours!’ - these attitudes are only for temporary identification. Everything is ‘His’ - that is the eternal truth. Be like the headmaster of a school who takes temporary charge of the furniture in the school. The headmaster treats the furniture with diligence and hands over the items when he is transferred or retired. Treat all people and objects, entrusted and endowed to you with due care and diligence as the headmaster treats the furniture. Be always aware that they do not belong to you! Be always aware that the final checking-up is imminent. Have your accounts ready for inspection and handover, and be ready; wait for that moment with joy!

Lepaskanlah perasaan 'milikku' dan 'milikmu!' - sikap ini hanya untuk identifikasi sementara. Semuanya adalah 'milik-Nya' - itulah kebenaran abadi. Engkau hendaknya menjadi seperti kepala sekolah yang mengambil alih sementara furnitur di sekolah. Kepala sekolah memperlakukan furnitur tersebut dengan baik dan menyerahkan barang-barang tersebut ketika ia dipindahkan atau ketika pensiun. Perlakukanlah semua orang dan benda-benda, yang dipercayakan dan diberikan kepadamu dengan hati-hati dan dengan baik seperti kepala sekolah tersebut memperlakukan furnitur sekolah. Sadarilah bahwa itu bukan milikmu! Sadarilah bahwa  pemeriksaan  akhir sudah dekat. Engkau hendaknya memiliki rekening yang siap untuk diperiksa dan siap untuk diserahkan, menunggu saat itu dengan penuh sukacita! (Divine Discourse, Nov 23, 1961)
-BABA

Saturday, November 23, 2013

Thought for the Day - 23rd November 2013 (Saturday)


Service is the highest penance and serving any living being is to serve Him. Many do acts of service as 'social service’, not as a Sadhana (spiritual act). Through Seva Sadhana, Hanuman attained identity with Rama, just as the river attains identity with the sea. Arjuna too considered his every act as Sadhana to attain Lord Krishna’s grace. He followed Krishna’s counsel, “Mamanusmara Yuddhyacha - fight, ever keeping Me in mind.” You too should keep God ever in your mind as the pace-setter for every task you do. Serve anyone in need with a full heart and experience the resultant joy. It may be small and even unnoticed by others, but must be done to please the God within you. Every act of genuine Seva attracts the Grace of God.

Pelayanan adalah penebusan dosa tertinggi dan melayani setiap makhluk hidup sama artinya dengan melayani Tuhan. Banyak melakukan tindakan pelayanan sebagai 'pelayanan sosial', bukanlah sebagai Sadhana. Melalui Seva Sadhana, Hanuman menyatu dengan Sri Rama, seperti sungai menyatu dengan laut. Arjuna juga mendapatkan berkat Tuhan (Sri Krishna) dengan melakukan Sadhana. Ia mengikuti nasihat Krishna, "Mamanusmara Yuddhyacha - berperanglah, dengan Aku selalu ada dalam pikiranmu." Engkau juga harus selalu menyimpan Tuhan selalu dalam pikiranmu menjadikan Tuhan sebagai yang terpenting untuk setiap tugas yang engkau lakukan. Engkau hendaknya melayani siapapun yang membutuhkan dengan penuh ketulusan hati  dan mengalami sukacita yang dihasilkan dari melakukan tindakan pelayanan terebut. Ini mungkin kecil dan bahkan tidak diketahui oleh orang lain, tetapi harus dilakukan untuk menyenangkan Tuhan di dalam dirimu. Setiap tindakan Seva yang dilakukan dengan ikhlas akan dapat menarik berkat Tuhan. (Divine Discourse, Nov 19, 1981)
-BABA

Friday, November 22, 2013

Thought for the Day - 22nd November 2013 (Friday)



What is education? It is of two types: The first type is collection of facts and knowledge about the external world, and sharing them with students. The second type is educare. Educare involves the deep understanding of the knowledge that springs from within, and imparting it to students. But today’s education gives knowledge only about the external world. Only culture or refinement can develop good personality and not this type of education. So only if education is blended with culture, it will shine forth as true education. What is culture? It is the cultivation of discrimination between good and evil, sin and merit, and truth and untruth that we experience in our daily life. It is also removal of one’s evil thoughts, feelings and qualities, and cultivation of good thoughts, feelings and qualities. Not only this, culture makes one broad-minded.

Apa itu pendidikan? Ada dua jenis pendidikan: Tipe yang pertama: mengumpulkan fakta dan pengetahuan tentang dunia luar, dan memberikan semuanya itu kepada siswa. Tipe kedua adalah educare. Educare membawa pemahaman yang mendalam tentang pengetahuan yang bersumber dari dalam, dan menyampaikannya kepada siswa. Tetapi pendidikan saat ini memberi pengetahuan hanya tentang dunia luar. Hanya budaya atau peradaban yang dapat mengembangkan kepribadian yang baik dan bukan tipe pendidikan ini (pengetahuan tentang dunia luar). Jadi hanya jika pendidikan dipadukan dengan budaya, ia akan bersinar sebagai pendidikan sejati. Apa itu budaya? Budaya adalah menanamkan diskriminasi (kemampuan untuk membedakan) antara baik dan buruk, dosa dan pahala, serta kebenaran dan ketidakbenaran yang kita alami dalam kehidupan kita sehari-hari. Juga menyingkirkan pikiran, perasaan, dan sifat-sifat yang buruk dan mengembangkan pikiran, perasaan, dan sifat-sifat yang baik. Tidak hanya itu, budaya membuat orang berpikiran luas. (Divine Discourse, Nov 20, 2001)
-BABA

Thursday, November 21, 2013

Thought for the Day -- 21st November 2013 (Thursday)


May you all develop Divine Love and stand out as the harbingers of a new age, free from selfishness, greed, hatred and violence. Let each of you be light unto yourself and thereby be a light unto others. There should be no differences or quarrel amongst devotees. When you come together and work on a common cause, there should be no scramble for power or position. What matters is the purity, intensity and sincerity of the devotion and the spirit of selfless sacrifice in which each devotee renders service to the needy and the suffering. God is always with you, in you and around you. When all differences are eradicated and devotees unite and conduct themselves with selfless devotion, each one of you will realise that God and you are one. I bless you so you may attain that bliss. This is Sai's Message to you all.

Semoga engkau semua mengembangkan Cinta-kasih Tuhan dan menjadi orang yang lebih baik sebagai pertanda kedatangan era baru, bebas dari egoisme, keserakahan, kebencian dan kekerasan. Kalian hendaknya menjadi cahaya bagi diri sendiri dan dengan demikian menjadi cahaya bagi orang lain. Seharusnya tidak ada perbedaan atau perselisihan di antara para bhakta. Ketika engkau datang bersama-sama dan bersatu untuk mencapai tujuan bersama, seharusnya tidak ada perebutan kekuasaan atau posisi. Yang penting adalah kemurnian, intensitas dan ketulusan pengabdian dan semangat pengorbanan tanpa pamrih di mana setiap bhakta melakukan pelayanan kepada orang miskin dan mereka yang menderita. Tuhan selalu bersamamu, di dalam dirimu, dan di sekitarmu. Ketika semua perbedaan dihancurkan dan semua umat bersatu dan melakukan sendiri dengan pengabdian tanpa pamrih, engkau akan menyadari bahwa Tuhan dan engkau adalah satu. Aku memberkatimu sehingga engkau bisa mencapai kebahagiaan itu. Inilah pesan Sai bagi kalian semua. (Divine Discourse, Aug 1981)

-BABA

Wednesday, November 20, 2013

Thought for the Day - 20th November 2013 (Wednesday)


Have you ever visualised Viswa Virata Swarupa (the Cosmic Form)? Earth, water, sky, etc., can be seen in it. The universe is made of five elements, and the same five elements are present in you too. So, you are Viswa Virata Swarupa. God is in you and in everybody. So hurting others amounts to hurting God. Do not criticize and find fault with others. Love all, Serve all. First of all respect, adore, and worship your parents. They constitute the real wealth of your life. The blessings of your parents will confer health and wealth on you. God comes to you on His own when you love and serve your parents. We need not go to God but should make God come to us. One can select one’s wife, but not one’s parents. Only God (when He comes in human form) selects His parents. I wish that you obtain the blessing of your parents and set an ideal for the rest of the world.

Pernahkah engkau membayangkan Viswa Wirata Swarupa (Wujud Cosmic)? Bumi, air, langit, dll, bisa dilihat di dalamnya. Alam semesta ini terbuat dari lima unsur, dan  lima unsur yang sama juga ada dalam dirimu. Jadi, engkau adalah Viswa Wirata Swarupa. Tuhan ada dalam dirimu dan semua orang. Jadi menyakiti orang lain sama artinya dengan menyakiti Tuhan. Janganlah meng-kritik dan mencari kesalahan orang lain. Cintai semua, layani semua. Pertama-tama hormati dan sayangi orang tuamu. Mereka merupakan kekayaan riil kehidupan-mu. Berkat dari orang tuamu akan menganugerahkan kesehatan dan kekayaan pada-mu. Tuhan sendiri datang padamu ketika engkau mengasihi dan melayani orang tua-mu. Kita tidak perlu pergi kepada Tuhan tetapi harus membuat Tuhan sendiri yang datang kepada kita. Seseorang dapat memilih seorang istri, tetapi tidak bisa memilih orang tua. Hanya Tuhan (ketika Dia datang dalam bentuk manusia) memilih orangtua-Nya. Aku berharap agar engkau mendapatkan berkat dari orang tuamu dan menjadi teladan bagi seluruh dunia. (Divine Discourse, 19 Nov 1998)
-BABA

Tuesday, November 19, 2013

Thought for the Day - 19th November 2013 (Tuesday)

Divinity is immanent in every being. But who is responsible for this Divinity within? The mother who has borne you for nine months with many difficulties, and is even ready to sacrifice her life for your welfare. You owe your existence to your mother. The welfare of the children depend on the mother. It is because of the mother’s love that children become eminent and great. So the foremost duty of every individual is to be grateful to one’s mother, respect her and serve her. The Ladies Day serves as a reminder that one should revere and love one’s mother and never hurt her feelings. It is not only the rulers who protect the nation, but women of great chastity are also responsible. All the prosperity and good we find in this land of Bharat is due to the strength of women of virtue.

Keilahian bersifat imanen (tetap ada) dalam setiap makhluk. Tetapi siapa yang bertanggung jawab bagi Divinity yang ada di dalam ini? Para ibu telah mengandung-mu selama sembilan bulan dengan banyak kesulitan, dan bahkan siap mengorbankan hidupnya untuk kesejahteraan-mu. Engkau berhutang nyawa kepada ibumu. Kesejahteraan anak-anak tergantung pada ibu mereka. Hanya karena cinta-kasih ibu, anak-anak menjadi terkemuka dan hebat. Jadi kewajiban utama dari setiap individu adalah untuk berterima kasih kepada ibunya, menghormati dan melayani-nya. Perayaan Ladies Day berfungsi sebagai pengingat bahwa seseorang harus menghormati dan menyayangi ibunya dan tidak pernah menyakiti perasaannya. Bukan hanya penguasa yang melindungi bangsa, tetapi kesucian wanita juga bertanggung jawab akan hal ini. Semua kemakmuran dan kebaikan yang kita temukan di negeri Bharat ini adalah karena kekuatan dan kebajikan para wanitanya. (Divine Discourse, Nov 19, 1998)

-BABA

Monday, November 18, 2013

Thought for the Day - 18th November 2013 (Monday)

The hopes raised by the advances of science and technology have proved dupes. While science has overcome the barriers of time, distance and nationality, it has done little to promote better understanding between man and man, and nation and nation. However there are heartening signs that earnest seekers around the world are turning inward to find answers to this crisis. The oneness of all creation affirmed by the ancient seers must be expressed in transcendental love that embraces all people regardless of creed, community or language, to overcome this mammoth challenge. Never forget that the real source of happiness and bliss is the discovery of the true self (Atma) within yourself. All of you are essentially divine. Observe basic human qualities in daily living and raise yourself above the level of animals.

Berharap untuk ditingkatkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan tindakan yang keliru. Sementara ini ilmu pengetahuan telah mampu mengatasi hambatan waktu, jarak dan kebangsaan, telah berbuat banyak untuk meningkatkan pemahaman yang lebih baik antara manusia dengan manusia, dan bangsa dan negara. Meskipun demikian ada tanda-tanda yang menggembirakan bahwa para pencari spiritual di seluruh dunia beralih ke dalam untuk menemukan jawaban atas krisis ini. Kesatuan dari semua ciptaan yang ditegaskan oleh mereka (dahulu kala) harus diekspresikan dalam cinta-kasih transendental yang mencakup semua orang tanpa memperhatikan keyakinan, komunitas atau bahasa, untuk mengatasi tantangan yang besar ini. Jangan pernah lupa bahwa sumber kebahagiaan sejati adalah penemuan diri sejati (Atma) dalam dirimu. Pada dasarnya kalian semua adalah divine. Engkau hendaknya mengamati kualitas dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari dan meningkatkan dirimu di atas tingkat hewan. (Divine Discourse, August 1981)

-BABA

Sunday, November 17, 2013

Thought for the Day - 17th November 2013 (Sunday)

There is no dearth of good books, telling you how to live happily and be free from grief, and many thousand copies of them are being purchased. Yet there is nothing to indicate that the content in the books have been read and assimilated. The habits, conduct, and character of the readers of these books have not undergone any change for good. Egoism and greed are still rampant; hatred has not abated and envy eats into the vitals of the society. Henceforth, do not treat My words lightly. Decide to implement in your life, atleast one advice for your spiritual growth. Every one of you must examine your mental make-up and see whether you have used your discrimination and scientific temper (Viveka and Vijnana) to clothe yourself with detachment (Vairagya), so that you do not suffer from the attachment to the worldly objects.

Telah banyak beredar buku-buku bagus, yang memberitahukan kepadamu bagaimana untuk hidup bahagia dan bebas dari penderitaan, dan ribuan eksemplar buku-buku tersebut dibeli. Namun tidak ada yang menunjukkan bahwa buku tersebut telah dibaca dan dicerna dengan baik. Kebiasaan, perilaku, dan karakter dari para pembaca buku-buku ini tidak mengalami perubahan untuk kebaikan. Egoisme dan keserakahan masih merajalela; kebencian belum mereda dan iri hati mengganggu masyarakat. Mulai saat ini, janganlah memperlakukan kata-kata-Ku dengan enteng. Engkau hendaknya memastikan untuk menerapkannya dalam kehidupanmu, minimal satu saran untuk perkembangan spiritualmu. Masing-masing dari engkau harus memeriksa dan menangani mentalmu dan melihat apakah engkau telah menggunakan diskriminasi dan sifat ilmiah (Viveka dan Vijnana) agar engkau tidak terikat (Vairagya), sehingga engkau tidak terikat pada objek-objek duniawi. (Divine Discourse, Jan 22, 1960)

-BABA

Saturday, November 16, 2013

Thought for the Day - 16th November 2013 (Saturday)

You may sometimes feel you are a sinner, and are essentially wicked. But if someone were to think like you and calls you “Hello sinner!”, you will resent it! Why? Because, your real nature is purity, peace and joy. You are divine. You are a manifestation of God! Your mind, intellect, memory, egoism and the senses (Manas, Buddhi, Chitha, Ahamkara, Indhriyas) are like the bricks, iron rods, cement and wood that go up to make a house for your soul to live in. They are not you; the real you is the Divine Soul (Atma). You will truly appreciate this only by constant meditation, moving in good company, listening to the talks of the realised ones, and by following certain prescribed course of discipline. That is why I lay so much emphasis on discipline.

Engkau kadang-kadang mungkin merasa bahwa engkau adalah orang yang berdosa, dan pada dasarnya merupakan orang yang jahat. Tetapi jika ada orang yang berpikir seperti engkau dan memanggilmu dengan "Hello orang yang berdosa!", engkau akan membencinya! Mengapa? Karena, sifat sejatimu adalah murni, damai dan sukacita. Engkau adalah Divine. Engkau adalah manifestasi Tuhan! Pikiran, intelek, memori, egoisme dan indera (Manas, Buddhi, Chitha, ahamkara, Indhriyas) dapat diibaratkan seperti batu bata, besi, semen dan kayu yang digunakan untuk membuat rumah tempat tinggal bagi jiwamu. Engkau sesungguhnya adalah Divine Soul (Atma). Engkau dapat memahami ini dengan benar hanya dengan melakukan meditasi secara konstan, melakukan pergaulan yang baik, mendengarkan pembicaraan orang-orang yang menyadari akan dirinya, dan dengan mengikuti kursus tertentu dengan resep disiplin. Itu sebabnya Aku meletakkan begitu banyak penekanan pada disiplin. (Divine Discourse, Nov 25, 1964)

-BABA

Friday, November 15, 2013

Thought for the Day - 15th November 2013 (Friday)


Usually when you are asked where God is, you point to the sky or some distant place of worship and say He is there, as if He is just a person and has a definite place of Residence. Every single individual in the planet is essentially Divine. It is delusion that has induced one who is Naraayana swarupa (embodiment of God) to imagine and behave as if he is just a nara (human). To remove that delusion, there are various means suited to the needs of each sufferer. But all the treatment and all the struggle is to achieve the experience of being Naraayana, and discard the limited, bound, and relative entity, nara. That is the one harvest yielded by all the various processes. Until one understands oneself, the delusion and the resultant grief cannot be ended. Make use of this precious opportunity, invest time to understand yourself.

Biasanya ketika engkau bertanya di mana Tuhan berada, engkau menunjuk ke langit atau tempat pemujaan yang jauh dan berkata Beliau ada di sana, seolah-olah Beliau hanya seorang dan memiliki tempat kediaman yang pasti. Setiap individu di planet ini pada dasarnya adalah Divine. Inilah delusi yang telah ditanamkan seseorang siapa yang disebut Naraayana swarupa (perwujudan Tuhan) untuk membayangkan dan bersikap seolah-olah dia hanya nara (manusia). Untuk menghapus delusi itu, ada berbagai cara yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing penderita. Tetapi semua pengobatan dan semua perjuangan adalah untuk mencapai pengalaman menjadi Naraayana, dan menyingkirkan keterbatasan, keterikatan, dan  entitas relatif, yaitu nara. Itulah salah satu panen yang dihasilkan oleh semuanya melalui berbagai proses. Sampai seseorang memahami dirinya sendiri, delusi dan kesedihan yang dihasilkan tidak dapat berakhir. Manfaatkanlah kesempatan yang berharga ini, berikanlah waktu untuk memahami diri sendiri. (Divine Discourse, Jan 22, 1960)

-BABA

Thursday, November 14, 2013

Thought for the Day - 14th November 2013 (Thursday)


Nothing is ever born without the will of God, nothing ever happens without His will. This is the message of the Vedas. Understand the scriptures well and this lesson will be instilled in you. Fleas suck and taste only the blood of the cow, but we draw from her, sweet nourishing milk. So too, you must draw and learn from the scriptures, the potency of the will of the Lord. If fixed in that faith, you will be able to brave all dangers. In Ramayana, not all the stones that Lord Rama stepped on, turned into a human being. Only one stone changed into the form of Ahalya, for repentance and penance had elevated that stone to win the Grace of the Lord. If God is invisible to you, the fault lies within you. You are unable to recognize His various manifestations. You yourself are His very own manifestation. Fix your vision!

Tidak ada yang pernah lahir tanpa kehendak Tuhan, tidak ada yang bisa terjadi tanpa kehendak-Nya. Inilah pesan dari Weda. Pahamilah kitab suci dengan baik, maka pelajaran ini akan tertanam di dalam dirimu. Kutu mengisap dan mencicipi hanya darah sapi, tetapi kita mengambil  susu bergizi yang manis dari sapi. Demikian juga, engkau harus menarik dan belajar dari kitab suci, kekuatan kehendak Tuhan. Jika engkau tetap dalam keyakinan itu, engkau akan mampu menghadapi semua bahaya. Dalam Ramayana, tidak semua batu yang diinjak oleh Sri Rama, berubah menjadi manusia. Hanya satu batu berubah menjadi wujud Ahalya, karena penyesalan dan penebusan dosa yang dilakukan, telah mampu membuat batu tersebut memenangkan berkat Tuhan. Jika Tuhan tidak terlihat oleh-mu, kesalahan terletak dalam diri-mu. Engkau tidak dapat mengenali berbagai manifestasi-Nya. Engkau sendiri adalah manifestasi-Nya. Perbaikilah pandanganmu! (Divine Discourse, Nov 25, 1964)

-BABA

Wednesday, November 13, 2013

Thought for the Day - 12th & 13th November 2013

Date: Tuesday, November 12, 2013


Do not demean your talents; when you dive deep into yourself, you can discover the source of all strength. Small ants in millions creeping over a rock, can carve a deep groove along their path. Even the minute feet of the ants have that power. You might have seen on the walls around village wells, how hollow pits are produced on granite slabs by placing on them mud water pots continuously. Even though the pots are made of mud, over the years they erase even the hardest granite and make them hollow. The Aathma Swarupam (Embodiment of Divine Self) is not Alpa swarupam (insignificant). It is a powerful dynamo, capable of generating enormous power. The Spiritual teacher (Guru) shows you the goal (Guri), but you must generate the power yourself, by your own spiritual effort (Sadhana).

Janganlah merendahkan talentamu; ketika engkau menyelam jauh ke dalam dirimu sendiri, engkau dapat menemukan sumber dari semua kekuatan. Jutaan semut kecil yang merayap di atas batu, dapat mengukir alur sepanjang jalan mereka. Bahkan kaki-kaki kecil semut memiliki kekuatan itu. Engkau mungkin telah melihat di dinding sekitar desa, bagaimana lubang berongga dihasilkan di atas lempengan granit dengan meletakkan pot yang terbuat dari lumpur secara terus menerus. Meskipun pot tersebut terbuat dari lumpur, selama bertahun-tahun ia bisa menghapus bahkan granit yang paling sulit dan membuatnya menjadi berongga. Aathma Swarupam (Perwujudan Tuhan) bukanlah Alpa swarupam (tidak signifikan). Inilah dinamo yang kuat, yang mampu menghasilkan tenaga besar. Guru Spiritual (Guru) menunjukkan tujuan (Guri), tetapi engkau harus menghasilkan kekuatan sendiri, dengan upaya spiritualmu sendiri (Sadhana). (Divine Discourse, Nov 23, 1964)
-BABA


Date: Wednesday, November 13, 2013


Spiritual knowledge cleanses the mind and helps us undertake good actions. But that is not enough. The heart also should be pure. In the absence of purity of heart, there can never be purity of the mind and intellect. We should not give scope to the creepers of bad qualities to entangle the heart. A creeper that goes around covering the tree ultimately smothers the tree itself. One should ensure that the creepers of lust, anger, greed, and infatuation do not get entangled to one’s own Self. The society will ultimately value purity of heart more than all other achievements. One can escape from the house on fire, but not from the senses which are ignited by the fire of evil qualities. It is the foremost duty of every individual to keep their senses under control.

Pengetahuan spiritual memurnikan pikiran dan membantu kita melakukan tindakan yang baik. Tetapi itu saja tidak cukup. Hati juga harus murni. Dengan tidak adanya kemurnian hati, tidak akan pernah ada kemurnian pikiran dan intelek. Kita seharusnya tidak  memberikan ruang bagi tanaman kualitas buruk merambat  untuk menjerat hati kita. Tanaman yang merambat, menjalar pada pohon pada akhirnya mematikan pohon itu sendiri. Seseorang harus memastikan bahwa tanaman merambat berupa nafsu, kemarahan, dan keserakahan tidak menjeratmu. Masyarakat akhirnya akan menghargai kemurnian hati lebih dari semua pencapaian lainnya. Seseorang dapat melarikan diri dari rumah terbakar, tetapi tidak dari indera yang dinyalakan oleh api sifat-sifat buruknya. Ini adalah tugas utama dari setiap individu untuk menjaga indera mereka tetap berada di bawah kontrol.(Divine Discourse, Nov 19, 1998)

-BABA

Monday, November 11, 2013

Thought for the Day - 11th November 2013 (Monday)


Have the progress of your country, your duty (Dharma) and your innate Divinity (Atma) before your mind’s eye at all times. Let your hunger for serving these three, grow more and more. Then your education will serve its purpose and give you a sense of mission and fulfillment. You will naturally acquire respect for elders, faith in your own Self, fear of sin, and fear of going against the voice of God present within you. Never cross this line - Do not do anything which brings tears in the eyes of your parents. Honour them and obey them. Do not condemn them as old-fashioned. Remember the adage, “Old is Gold”. Your parents can guide you; they can share with you their experience of the world and its tricks, and you will benefit from them.

Engkau hendaknya selalu mengalami perkembangan negara-mu, tugas-mu (Dharma) dan Divinity-mu (Atma) dalam imajinasimu. Biarkan rasa lapar-mu untuk melayani ketiganya, semakin berkembang. Kemudian pengetahuanmu akan menjalankan tujuan tersebut dan memberikan misi dan pemenuhan. Engkau secara alami akan menghormati orang tua, memiliki keyakinan pada Atma, takut berbuat dosa, dan takut akan melawan suara Tuhan yang ada dalam dirimu. Janganlah melewati batas-batas ini - Janganlah melakukan apa pun yang dapat mengakibatkan orang tuamu menangis. Hormatilah mereka dan menaatinya. Jangan mencela mereka sebagai yang kuno. Ingatlah pepatah, "Tua itu emas". Orangtuamu dapat membimbingmu, mereka dapat berbagi denganmu pengalaman mereka tentang dunia dan trik/permainannya, dan engkau akan mendapatkan keuntungan dari mereka. (Divine Discourse, Nov 25, 1959

-BABA

Sunday, November 10, 2013

Thought for the Day - 10th November 2013 (Sunday)

Singing the glory of the Lord is highly sacred. When you sing the Names of the Lord (Namasmarana), the snakes of bad qualities will come out. Namasmarana is like the piped musical instrument (Nadhaswaram), that attracts the snakes of evil qualities and draws them out and away from you. You must repeat the Lord’s Name in order to get rid of your negativities. Sing unto Him from the depth of your hearts, without any inhibition, with total dedication. Only then you can experience divine bliss. Today the Universe is facing a lot of problems due to lack of this habit. Young or old, rich or poor, educated or otherwise, everyone must do Namasmarana. Make this habit the very breath of your life. Let each and every cell of your body be filled with the Divine Name. Nothing else can give you the bliss, courage and strength you derive from singing the Lord’s Glory.

Menyanyikan kemuliaan Tuhan sangatlah suci. Bila engkau menyanyikan Nama Tuhan (Namasmarana), ular kualitas buruk akan keluar. Namasmarana seperti alat musik (Nadhaswaram), yang menarik ular kualitas buruk dan menarik mereka keluar dan menjauh darimu. Engkau harus menchantingkan Nama Tuhan untuk menyingkirkan sifat-sifat negatif yang ada dalam dirimu. Nyanyikanlah untuk-Nya dari lubuk hatimu, tanpa hambatan apapun, dengan dedikasi/pengabdian total. Hanya setelah itu maka engkau dapat mengalami kebahagiaan ilahi. Saat ini, Alam semesta sedang menghadapi banyak masalah karena kurangnya kebiasaan ini. Tua atau muda, kaya atau miskin, berpendidikan atau tidak, setiap orang harus melakukan Namasmarana. Buatlah kebiasaan ini sebagai nafas kehidupanmu. Biarkan setiap sel badan jasmani-mu dipenuhi dengan Nama Tuhan. Tidak ada lagi yang bisa memberikan engkau kebahagiaan, keberanian dan kekuatan selain yang berasal dari menyanyikan kemuliaan Tuhan. (Divine Discourse, April 14, 2002)

-BABA

Saturday, November 9, 2013

Thought for the Day - 9th November 2013 (Saturday)


Once a miser lived in a leaky house. Rain water poured through the roof, into his house and he sat through it all night. Neighbours, seeing his plight, suggested he get the roof repaired. The miser remarked, “Let the rains subside, how can I repair it now?” And when the rains stopped, he replied, “Why should I worry about the leaks, now that the rains have stopped?” Do not take this approach. Instead of choosing to suffer when the rains come, as they are sure to do, wouldn’t it be wise to repair the roof right now? This example conveys the importance you must give to acquainting yourself with spiritual primers and textbooks without postponing this by even a moment. Begin right now, the first lessons of silence, prayer and repeating the Name of the Lord. It is never too soon to start the spiritual journey.

Suatu ketika ada seorang yang kikir tinggal di sebuah rumah yang bocor. Ketika hujan, air jatuh melalui atap ke rumahnya dan ia mengalami kejadian itu sepanjang malam. Tetangganya, melihat situasi yang buruk tersebut, menyarankan kepadanya agar atap rumahnya diperbaiki. Si kikir berkata, "Biarkan hujan reda, bagaimana saya bisa memperbaikinya sekarang?" Dan ketika hujan berhenti, dia menjawab, "Mengapa saya harus khawatir tentang kebocoran, sekarang hujannya telah berhenti?" Janganlah mengambil pendekatan seperti ini. Daripada memilih untuk menderita ketika musim hujan tiba, karena itu pasti akan terjadi, mengapa tidak berpikir bijaksana untuk memperbaiki atap itu sekarang? Contoh ini menyampaikan pentingnya engkau mengenalkan pada dirimu sendiri dengan spiritual dan buku-buku (kitab suci) tanpa menundanya,  bahkan untuk sesaat. Mulailah sekarang, pelajaran pertama adalah hening, doa, dan menchantingkan Nama Tuhan. Tidak pernah ada anggapan terlalu dini untuk memulai perjalanan spiritual. (Divine Discourse, Nov 25, 1959)

-BABA

Friday, November 8, 2013

Thought for the Day - 8th November 2013 (Friday)


Be eager and earnest to learn more and more about the art of joyful living, the art of being happy always. People are happy when they dress well, wear rich clothes and strut about the streets. At times, this may cause envy among the little children who cannot afford these, and one may even feel elated with that response! But you can afford to be legitimately proud, only when you are able to control the vagaries of your mind and direct your emotions along honourable and healthy channels, braving even the ridicule of your so-called friends. That is true freedom; that is true success. If you reach that stage, then you become a seasoned driver and you can be trusted with the wheel on any road, and with any cargo, however precious. Now you are trained to not cause harm, either to yourself or to others. This stage is when you truly deserve to become a leader.

Engkau hendaknya bersemangat dan sungguh-sungguh untuk belajar lebih banyak tentang seni hidup yang menyenangkan, seni menjadi selalu bahagia. Orang-orang senang ketika mereka berpakaian dengan baik, memakai pakaian yang mahal dan berjalan dengan penuh kebanggaan. Kadang-kadang, hal ini dapat menyebabkan kecemburuan di antara anak-anak kecil yang tidak mampu melakukan hal ini, dan seseorang bahkan mungkin merasa gembira dengan respon tersebut! Tetapi engkau boleh merasa bangga, hanya bila engkau mampu mengontrol tingkah laku pikiran dan mengarahkan emosimu pada saluran yang sehat dan terhormat, berani menertawakan dirimu apa yang disebut teman. Itulah kebebasan sejati, yaitu kesuksesan yang sesungguhnya. Jika engkau mencapai tahapan itu, maka engkau menjadi sopir yang berpengalaman dan engkau dapat dipercaya berkemudi di jalan apapun, dan dengan muatan apapun, walaupun berharga. Sekarang engkau dilatih untuk tidak menyebabkan bahaya/kecelakaan, baik untuk dirimu sendiri atau orang lain. Tahapan ini adalah ketika engkau benar-benar layak untuk menjadi pemimpin. (Divine Discourse, Nov 25, 1959)

-BABA

Thursday, November 7, 2013

Thought for the Day - 7th November 2013 (Thursday)


The body is the instrument for doing your duties (Karma) and your intellect (Buddhi) is shaped by your Karma. Prayer and meditation will purify your intellect and make it an effective instrument to win the Lord’s Grace and for self-realization. The warmth of Divine Grace will melt all ignorance away. You can win it by engaging yourself in good deeds. Do your duties that you are best fitted for; that which you are ordained for, your Swadharma. God incarnates for teaching people to perform their dharma (duty). He corrects the Buddhi through counsel and command; at times condemning but also by being a close friend and well-wisher, so that people would willingly give up evil propensities and recognize the straight path. Tread the noble path and attain self-realization.

Badan jasmani ini adalah instrumen untuk melakukan tugas (Karma) dan itelek (Buddhi) dibentuk oleh Karma tersebut. Doa dan meditasi akan memurnikan intelekmu dan menjadikannya sebuah instrumen yang efektif untuk memenangkan Rahmat Tuhan dan untuk realisasi diri. Kehangatan Berkat Tuhan akan menghilangkan semua kebodohan/ketidaktahuan. Engkau bisa mendapatkannya dengan melibatkan diri dalam perbuatan baik. Lakukan tugasmu, yang terbaik yang bisa engkau lakukan; yang telah ditugaskan kepadamu, Swadharmamu. Tuhan ber-reinkarnasi untuk mengajarkan orang-orang untuk melakukan dharma (tugas) mereka. Beliau memperbaiki Buddhi melalui nasihat dan perintah; terkadang menghukum tetapi juga dengan menjadi teman dekat dan pemberi selamat, sehingga orang-orang rela meninggalkan kecenderungan yang buruk dan menerima jalan yang lurus. Melangkahlah di jalan mulia dan capailah realisasi diri. (Divine Discourse, Nov 23, 1964)

-BABA

Wednesday, November 6, 2013

Thought for the Day - 6th November 2013 (Wednesday)


Everyone is now seeking comfort and pleasure; it is considered the be-all and end-all. If you tell someone that he or she can eat whatever they like and as much as they like, they will be delighted. If you add that they may develop, as a natural consequence, illnesses and describe the suffering associated with it, you will immediately become their enemy! No regimen or control is ever popular. However, know that strength is derived only from control, only from restraint and regulation. One becomes tough and capable of endurance only if hardships are welcomed. Struggle, and you get the strength to succeed. Seek the basis for the seen in the unseen. The tall skyscraper has a deep base buried deep into the earth.

Semua orang kini mencari kenyamanan dan kesenangan, itu dianggap sebagai tujuan utama. Jika engkau memberitahu seseorang bahwa dia bisa makan apa pun yang mereka suka dan sebanyak yang mereka suka, mereka akan senang. Jika engkau kemudian menambahkan bahwa hal itu dapat mengembangkan penyakit, sebagai konsekuensi alami dan menggambarkan penderitaan yang terkait dengan itu, maka engkau akan segera menjadi musuh mereka! Tidak ada aturan hidup atau kontrol yang disukai. Namun, ketahuilah bahwa kekuatan hanya berasal dari kontrol, hanya dari menahan diri dan pengaturan. Seseorang menjadi tangguh dan mampu bertahan hanya jika mampu menghadapi kesulitan. Berjuanglah, maka engkau akan mendapatkan kekuatan untuk berhasil. Carilah basis yang terlihat pada yang tak terlihat. Gedung pencakar langit memiliki dasar jauh tertanam di dalam bumi. (Divine Discourse, Nov 23, 1964)

-BABA

Tuesday, November 5, 2013

Thought for the Day - 5th November 2013 (Tuesday)

Always respect another's opinion and another's point of view. Do not start a quarrel at the slightest difference of opinion. The other person may be right and you may be wrong. Ponder over the argument; the other might have had the advantage of knowing more about the subject or you may be prejudiced either for or against it; or the other possibly may not know as much as you do. Remember that all differences of opinion are not due to personal hatred. Hatred is ugly, unnatural and inhuman. Know that it is against the very core of love that is in every one.

Selalulah menghormati pendapat dan pandangan orang lain. Jangan memulai pertengkaran jika ada sedikit perbedaan pendapat. Orang lain mungkin benar dan engkau mungkin salah. Pertimbangkanlah dengan hati-hati perbedaan pendapat tersebut; orang lain mungkin memperoleh keuntungan dari mengetahui lebih lanjut pokok persoalan tersebut atau engkau mungkin memiliki prasangka/dugaan; atau orang lain mungkin tidak mengetahui apa yang engkau lakukan. Ingatlah bahwa semua perbedaan pendapat bukan karena kebencian pribadi. Kebencian itu buruk, tidak wajar dan tidak manusiawi. Ketahuilah bahwa hal itu bertentangan dengan inti dari cinta-kasih yang ada pada setiap orang. (Divine Discourse, Nov 25, 1959)

-BABA

Monday, November 4, 2013

Thought for the Day - 4th November 2013 (Monday)


A person or an institution is to be judged according to their integrity, whether their acts are according to the principles professed. The mind, the body, and the word - all three must work in unison. When work (Karma) is thus disciplined and regulated, automatically your senses will become sublimated and you will attain everlasting Prasanthi (inner peace). From this will arise Prakanti (the great light), and from that will emerge Param Jyoti (Supreme Illumination). That Illumination will reveal the Paramatma (Divinity) present within you! You must achieve that success by following the path laid out for you – conquer anger and desire, achieve love through the practice of incessant meditation (Japa-Dhyana), which will lead to the blossoming of the lotus of the heart and the emergence of Divinity from within you!

Seseorang atau lembaga akan dinilai sesuai dengan integritas mereka, apakah tindakan mereka sesuai dengan prinsip-prinsip yang dianut. Pikiran, badan jasmani, dan perkataan - ketiganya harus bekerja secara serempak. Ketika pekerjaan (Karma) dilaksanakan dengan disiplin dan diatur, otomatis indera-mu akan dimurnikan dan engkau akan mencapai Prasanthi (kedamaian). Dari hal ini akan timbul Prakanti (the great light), dan dari sini akan muncul Param Jyoti (Supreme Illumination). Iluminasi ini akan mengungkapkan Paramatma (Divinity) ada dalam dirimu! Engkau harus mencapai keberhasilan dengan mengikuti jalan yang telah disiapkan untukmu - taklukkanlah kemarahan dan keinginan, raihlah cinta-kasih melalui praktek meditasi (Japa-Dhyana) secara terus-menerus, yang akan mengarah pada berkembangnya teratai hati dan munculnya Divinity dari dalam dirimu! (Divine Discourse, Nov 23, 1964)
-BABA

Sunday, November 3, 2013

Thought for the Day - 3rd November 2013 (Sunday)

The unmistakable sign of rain is the wetness of the ground. So too, the sign of an educated person, who has had several years of schooling is good manners. Such a person will be humble knowing that the field of knowledge is so vast that even after years of learning one has hardly touched its fringe. They must also be aware of their kinship with all beings and must show a keenness to serve others gladly, at all times, without any desire for publicity. The educated children must move with everyone in a friendly manner, without inhibitions, knowing that God is the moving force in everyone. God is behind all good impulses and useful attitudes. All of you are separate beads, strung together on one common thread, which is God.

Tanda yang jelas terlihat dari hujan adalah tanah yang basah. Demikian juga, tanda dari orang yang berpendidikan, yang telah beberapa tahun bersekolah adalah sikap yang baik. Orang seperti itu akan menjadi rendah hati mengetahui bahwa bidang pengetahuan adalah begitu luas sehingga bahkan setelah bertahun-tahun belajar seseorang hanya menyentuh pinggirannya saja. Mereka juga harus menyadari kekerabatan mereka dengan semua makhluk dan harus menunjukkan kemauan untuk melayani orang lain dengan senang hati, setiap saat, tanpa ada keinginan untuk publisitas. Anak-anak terdidik harus bergerak dengan semua orang dengan ramah, tanpa hambatan, mengetahui bahwa Tuhan adalah kekuatan bergerak dalam diri setiap orang. Tuhan ada di balik semua impuls dan sikap yang baik. Kalian semua manik-manik terpisah, dirangkai pada satu benang merah, yaitu Tuhan. (Divine Discourse, Nov 25, 1959)

-BABA

Saturday, November 2, 2013

Thought for the Day - 2nd November 2013 (Saturday)

We often hear about the concept of equality (Samaanathwa), of each being equal to the rest. It is often a misunderstood notion. For example, all are entitled to the medicines in the hospital; but what is given to one should not be given to another. There can be no equality in dispensing of medicine! Each deserves the medicine that will cure one’s illness. This struggle in the name of equality is only one of the ways in which man is trying to get happiness. In almost all parts of the world, people today are pursuing many such short-cuts and wrong paths to achieve happiness. Of course all are equally entitled to love and sympathy, and to the grace of God. But let Me tell you, without reforming one’s conduct and little acts of daily life, happiness will be beyond reach. Pravartana or behaviour is most important.

Kita sering mendengar tentang konsep kesamaan (Samaanathwa), masing-masing dianggap sama dengan yang lain. Hal ini sering disalahpahami. Sebagai contoh, semuanya berhak untuk mendapatkan obat-obatan di rumah sakit, tetapi apa yang diberikan kepada seseorang tidak harus diberikan kepada orang lain. Tidak akan ada kesamaan dalam pemberian obat! Setiap obat yang sesuai akan menyembuhkan suatu penyakit seseorang. Perjuangan atas nama kesamaan ini hanyalah salah satu cara di mana manusia berusaha untuk mendapatkan kebahagiaan. Di hampir semua bagian dunia, saat ini orang-orang mengejar jalan pintas dan jalan yang salah untuk mencapai kebahagiaan. Tentu saja semuanya sama-sama berhak atas cinta-kasih dan simpati, serta berkat Tuhan. Tetapi Aku akan memberitahukan padamu, tanpa perubahan perilaku seseorang dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari, kebahagiaan akan berada jauh di luar jangkauan. Yang paling penting adalah Pravartana atau perilaku. (Divine Discourse, Nov 23, 1964)

-BABA

Friday, November 1, 2013

Thought for the Day - 1st November 2013 (Friday)


Hatred does not exist in God’s nature; He is all mercy and full of love! Lord Krishna proceeded to the Kaurava court, as a messenger of peace, with compromise proposals to show how one should be patient and self-controlled, when provoked and during difficult times. The Lord has no favourites or rivals. Like fire, He spreads warmth to everyone near Him. If you do not feel the warmth, do not blame Him; instead blame yourself that you are far from Him! Hiranyakashipu said, 'He is nowhere' and so, He was nowhere for him; Prahlada asserted 'He is everywhere,' and He appeared from the pillar to prove him true. God did not have to run into the pillar in order to come out of it, to reply to the challenge of the father. He was there all along, just as He is in everything else. He had only to make Himself visible! Take Him as your charioteer. He will steer you through the heaviest odds.

Tuhan tidak memiliki kebencian, Beliau penuh Rahmat dan cinta-kasih! Sri Krishna mendatangi istana Korawa, sebagai utusan perdamaian, dengan usul kompromi untuk menunjukkan bagaimana seseorang harus bersabar dan mengendalikan diri, ketika diprovokasi dan selama masa-masa sulit. Tuhan tidak memiliki favorit atau rival/saingan. Seperti api, Beliau menyebarkan kehangatan kepada semua orang di dekat-Nya. Jika engkau tidak merasakan kehangatan, jangan salahkan Beliau, melainkan menyalahkan diri sendiri karena engkau jauh dari-Nya! Hiranyakasipu berkata, "Dia tidak ada dimanapun” dan melanjutkan, Dia tidak ada dimanapun untuk-nya; Prahlada menegaskan, “Dia ada dimana-mana,” dan Dia muncul dari pilar untuk membuktikan bahwa dia (Prahlada) benar. Tuhan tidak lari menuju ke pilar untuk keluar dari itu, untuk membalas tantangan ayahnya. Beliau selama ini ada di sana, sama seperti Beliau juga ada dalam segala hal yang lainnya. Beliau hanya membuat diri-Nya terlihat! Jadikanlah Beliau sebagai kusirmu, maka Beliau akan mengarahkan engkau melalui rintangan terberat. (Divine Discourse, Nov 23, 1964)

-BABA