Friday, May 30, 2008

Thought for the Day - 31st May 2008


The Universe is the field where God sports. Be aware of this fact in every moment of consciousness and there is nothing more you need for a happy existence. For, you will then contact God in everything, through every thought, at every place and at very moment. His glory is evident in the smallest flower and the most distant star. The joy that you can derive from the contemplation of these proofs of providence is indescribable. Lord Krishna has said in the Bhagavad Geetha that He is ever by the side of the joyous being. Be joyful yourself and share it with others. Limited happiness arising out of self-centeredness should be given up.

Alam semesta ini adalah bagaikan lapangan (tempat permainan) bagi Tuhan. Sadarilah fakta ini dalam setiap momen kesadaranmu dan tiada hal lain yang engkau butuhkan untuk mencapai kebahagiaan. Sebab jikalau engkau memiliki kesadaran itu, maka engkau akan senantiasa berhubungan dengan Sang Ilahi dalam setiap bentuk pikiran, kapan saja dan dimana saja. Kemuliaan-Nya akan tampak nyata dalam sekuntum bunga yang paling kecil sekalipun dan juga di bintang yang nun jauh. Keceriaan yang bakal engkau peroleh dari kontemplasi seperti ini sungguh tak dapat dilukiskan. Di dalam kitab Bhagavad Geetha, Lord Krishna telah menyatakan bahwa Beliau selalu berada di sisi mereka yang sedang berceria-hati. Saling berbagilah keceriaanmu dengan orang lain. Tinggalkanlah sikap yang hanya mementingkan diri sendiri dan sikap enggan berbagi kebahagiaan yang sedang engkau rasakan.
-BABA

Thursday, May 29, 2008

Thoughts for the Day - 30th May 2008 (Friday)


Bhakti (devotion) is defined as a means of discovering the Divine reality within each being. Four steps are laid down in the scriptures to help man succeed in this effort - discrimination between the permanent and the ephemeral; withdrawal from the process of catering to the senses; positive control of the feelings, thoughts and pursuits, and incessant yearning for liberation from all bonds. Bhakti is the urge which manifests as all these four endeavours. It directs man to have God ever in mind and to cultivate love for God within him.

Bhakti (devotion) didefinisikan sebagai salah-satu cara untuk menemukan realitas Divine di dalam diri setiap orang. Di dalam kitab suci tertera empat langkah untuk membantu manusia dalam mencapai kesuksesan dalam upaya tersebut, yaitu: diskriminasi antara yang permanen dan yang sementara; mengurangi atau menghentikan proses-proses yang terlalu memanjakan panca indera; kontrol positif atas bentuk-bentuk perasaan, pikiran dan tindakan, serta rasa rindu yang mendalam agar dapat terbebaskan dari setiap bentuk ikatan. Dengan perkataan lain, Bhakti adalah dorongan (batin) yang memanifestasikan keempat hal tersebut, ia bersifat mengarahkan manusia agar senantiasa memiliki Tuhan di dalam mata batinnya serta memupuk cinta-kasih Ilahiah di dalam dirinya.
-BABA

Wednesday, May 28, 2008

Thought for the Day - 29th May 2008 (Thursday)


Know that the real 'You' is deathless; make death a sublime act of liberation. Such knowledge can come only through a life devoted to Dharmanishta (steady pursuit of the moral code) and Karmanishta (steady devotion to the duties of one's stage of life). These two must end in the evolution of Brahmanishta - the steady contemplation of the One Basis of all this seeming multiplicity, namely, Brahman. The Nishta (discipline) becomes steady by practice and your separate individual existence is merged in the great deluge of wisdom, which merges you in Him.

Ketahuilah bahwa 'dirimu' yang sejati tidak mengenal kematian; jadikanlah peristiwa kematian sebagai salah-satu proses untuk menuju pembebasan (sempurna). Pengetahuan seperti ini hanya bisa diperoleh setelah menjalani kehidupan yang diabdikan bagi Dharmanishta (mengikuti jalan kemoralan) dan Karmanishta (pelaksanaan kewajiban setiap tahapan kehidupan dengan sebaik-baiknya). Kedua jalan itu pada akhirnya akan berakhir dalam evolusi Brahmanishta (kontemplasi yang mantap terhadap unsur Brahman/aspek Ke-Tuhan-an yang menjadi landasan pemersatu dari seluruh multiplisitas yang ada). Disiplin-disiplin (Nishta) ini akan menjadi mantap melalui praktek dan kelak eksistensi individualitasmu akan bersatu dalam lautan kebijaksanaan-Nya.

-BABA

Tuesday, May 27, 2008

Thought for the Day - 28th May 2008 (Wednesday)


Two things are essential for happy life. Dhaanya and Dhyaana. Dhaanya (food grains) for the sustenance of the body and Dhyaana (meditation) for entering the temple of the Lord within you and merging in His Glory. The sages of yore retired into the silence of the forest and by means of hard mental toil won for mankind the great treasure of spiritual experience and inspiration. The reason for their taking refuge in lonely places was to keep the senses away from things that delight and distract, to escape the infection that will damage the springs of joy. Their sole purpose was to learn the secret of liberation for the benefit of humanity.

Terdapat dua hal yang sangat penting untuk kehidupan yang berbahagia, yaitu Dhaanya dan Dhyaana. Dimana Dhaanya adalah makanan fisik yang diperlukan untuk kesehatan badan jasmani, sedangkan Dhyaana (meditasi) berfungsi untuk membekali kita dengan perangkat yang diperlukan untuk memasuki kuil Tuhan yang ada di dalam dirimu sendiri dan bersatu dalam kemuliaan-Nya. Para rishi dan sadhu di zaman lampau mengasingkan diri ke dalam hutan dan melalui serangkaian latihan yang keras telah berhasil memperoleh harta karun yang sangat berharga bagi umat manusia (yaitu dalam bentuk pengalaman dan inspirasi spiritual). Alasan utama mereka memilih tempat yang sepi adalah supaya dapat menjaga agar panca inderanya tidak terganggu oleh hal-hal yang bersifat duniawi, demi untuk mempelajari rahasia pencerahan agung untuk manfaat kemanusiaan.
-BABA

Monday, May 26, 2008

Thought for the Day - 27th May 2008 (Tuesday)


Anger and hatred are useful sometimes like the hiss of the cobra to keep the intruders away. They can be used to ward off the evil that stalks the Sadhaka (spiritual aspirant). Be angry at things that hinder your spiritual growth; hate the bad habits that torment you. Cultivate Jnana (Supreme Knowledge) and visualise the Lord in all the things and activities. That makes the human birth worthwhile. Do not seek faults in others; for 'others' are but manifestations of the Lord you are seeking to realise. It is your own fault that you see reflected in others.

Kemarahan dan kebencian kadang-kala bermanfaat seperti ibaratnya desisan ular kobra yang berfungsi untuk mengusir para pengacau. Jadi, kemarahan dan kebencian bisa juga dimanfaatkan untuk mengusir sifat-sifat jahat yang menghambat perjalanan Sadhaka (aspiran spiritual). Yang perlu engkau marahi adalah hal-hal yang menghambat kemajuan spiritualmu; bencilah kebiasaan-kebiasaan jelek yang selama ini menganggumu. Kembangkanlah Jnana serta visualisasikanlah Tuhan di dalam segala hal dan aktivitasmu. Dengan demikian, maka kelahiranmu sebagai manusia menjadi bermakna. Janganlah mencari kesalahan orang lain; sebab yang dijuluki sebagai 'orang lain' tiada lain adalah manifestasi Tuhan yang sedang engkau upayakan untuk direalisasikan. Kesalahan yang engkau lihat di dalam diri orang lain adalah cerminan dari kesalahanmu sendiri.
-BABA

Sunday, May 25, 2008

Thought for the Day - 26th May 2008 (Monday)


The flames of anger, pride, hatred, envy are more devastating than other fires; they arise in the mind stealthily and in spurts; they are ever demanding more and more to feed upon. Fire is called 'Anala' in the Bhagavad Geetha, for 'Anala' means, 'not enough'. You dread fire when it leaps at a distance; what then is to be said when it is inside your very self? How to put out these awful flames? Well, Sanathana Dharma (the ancient spiritual code) has certain extinguishers tested by experience and guaranteed by sages. They are Sathya (Truth), Dharma (Righteousness), Shanti (Peace) and Prema (Love). Saturate your heart with these and you are rendered 'fireproof'.

Kobaran api kemarahan, kesombongan, kebencian dan keiri-hatian adalah jauh lebih bersifat merusak dibandingkan kobaran api lainnya; sebab mereka timbul di dalam pikiran (batin)-mu secara diam-diam dan dalam semburan yang kencang dan tak pernah berkesudahan. Di dalam Bhagavad Geetha, api disebut 'Anala' yang artinya adalah 'tidak cukup'. Engkau menjauhi kobaran api yang ada di suatu tempat (jauh darimu); namun bagaimana dengan kobaran api yang justru ada di dalam dirimu sendiri? Bagaimana caranya memadamkan kobaran itu? Sanathana Dharma memiliki beberapa alat pemadam kebakaran yang sudah teruji dan dijamin oleh para rishi. Alat itu adalah dalam bentuk Sathya (Kebenaran), Dharma (Kebajikan), Shanti (Kedamaian) dan Prema (Cinta-kasih). Isilah hatimu dengan nilai-nilai tersebut, maka dengan demikian, engkau akan menjadi 'fireproof' (tahan api).
-BABA

Saturday, May 24, 2008

Thought for the Day - 25th May 2008 (Sunday)


Man has in him the capacity to grow into a pure Divine personality. But, due to ignorance and waywardness, he has become stunted. He has chained himself to low ideals and so, he has fallen into fear and grief. The Upanishads exhort man to awaken and become master of himself - "Utthishtta, jaagratha, praapya vaaraan nibodhatha!" (Arise, Awake and stop not until the goal is reached!). Man is overcome by the sleep of ignorance and has forgotten the true values of life. He is obsessed only with material progress. Unless he is awakened to the spiritual values of life, there cannot be any peace and prosperity in the world.

Manusia sebenarnya memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi personalitas Divine yang murni. Namun oleh karena kebodohan (batin) dan sikap membangkangnya, maka alhasil, dia tidak mengalami kemajuan dalam hal itu. Manusia telah merantaikan dirinya dalam idealisme-idealisme yang rendahan dan oleh sebab itu, ia diliputi oleh ketakutan dan penderitaan. Kitab Upanishad telah menyatakan agar manusia bangun dan menjadi tuan bagi dirinya sendiri - "Utthishtta, jaagratha, praapya vaaran nibodhatha!" (Bangun, sadar dan janganlah berhenti hingga tercapainya tujuanmu!) Saat ini manusia terlalu dikuasai oleh kebodohan batin dan telah melupakan nilai-nilai sejati dari kehidupan ini. Ia terlalu terobsesi dengan kemajuan material. Kedamaian dan kesejahteraan di dunia ini tidak mungkin tercapai kecuali manusia disadarkan atas pentingnya nilai-nilai spiritual dalam kehidupan ini.
-BABA

Friday, May 23, 2008

Thought for the Day - 24th May 2008 (Saturday)


Dwell always on noble thoughts. When air fills a balloon, it takes the form of the balloon. The mind assumes the form of the objects with which it is attached. If it gets fixed on petty things, it becomes petty; if on grand things, it becomes grand. The camera takes a picture of whatever it is pointed at; so take care before you click. Discriminate before you develop attachment. When you develop attachment towards family, wealth, properties, etc., you will come to grief when these decline. But if you develop attachment towards God, you will grow in love and splendour.

Senantiasa pupuklah pemikiran-pemikiran yang luhur. Ketika udara terisi di dalam balon, maka ia akan mengambil wujud seperti balon tersebut. Ketika pikiran/batin kita terpesona dengan suatu obyek, maka ia akan menjadi melekat. Jikalau mind melekat pada hal-hal yang remeh-temeh, maka ia menjadi selevel dengan hal-hal yang rendah itu; tetapi jikalau ia berkutat dengan hal-hal yang mulia, maka ia juga akan menjadi mulia. Sebuah kamera mengambil gambar sesuai dengan obyek yang dijadikan sasaran pemotretannya; oleh sebab itu, waspadalah sebelum engkau menjepret. Lakukanlah diskriminasi sebelum engkau mengembangkan kemelekatan. Jikalau engkau melekat pada keluarga, kekayaan, harta milik dan sebagainya, maka engkau pasti akan menderita ketika semuanya itu pupus & lenyap. Akan tetapi, jikalau engkau mengembangkan kemelekatan pada Tuhan, maka engkau akan tumbuh dalam cinta-kasih dan kecemerlangan.
-BABA

Thursday, May 22, 2008

Thought for the Day - 23rd May 2008 (Friday)


The chief goal of man is to practice and propagate the principle of truth. One has to practise truth before preaching it. Come what may, one should have the courage and conviction to tread the path of truth. Even at the cost of food, raiment and shelter, even at the cost of one’s own life, one should be prepared to practise truth and righteousness.

Sasaran utama (eksistensi sebagai) manusia adalah untuk mempraktekkan dan menyebar-luaskan prinsip kebenaran. Seseorang haruslah terlebih dahulu mempraktekkan kebenaran sebelum memberikan wacana tentang kebenaran. Apapun yang terjadi, engkau harus memiliki keberanian dan keyakinan untuk menapaki jalan kebenaran. Walaupun engkau harus mengorbankan sandang, pangan dan papan, atau bahkan nyawamu sendiri, bersiaplah untuk selalu mempraktekkan kebenaran dan kebajikan.
-BABA

Wednesday, May 21, 2008

Thought for the Day - 22nd May 2008 (Thursday)


Do not seek to discover or discuss the evil in others, for the attempt will tarnish your own mind. When you are engaged in searching for the faults and failings of others, you are paving the way for developing those faults and failings in yourself. Dwell on the good in others and, in time it will prove to be an asset to you. The goodness latent in you will then be encouraged to sprout and blossom. Every thought leaves an impression on the mind. Ideas that are opposed to spiritual tendencies, that narrow the limits of love, that provoke anger or greed, or that cause disgust – these have to be shut out. This is a very essential discipline.

Janganlah mencari-cari kesalahan yang ada pada diri orang lain, sebab upaya itu justru akan menodai batin/pikiranmu sendiri. Ketika engkau mencari kesalahan yang dilakukan oleh orang lain, maka itu sebenarnya engkau sedang mencari jalan untuk melakukan kesalahan yang serupa di dalam dirimu sendiri. Sebaliknya, renungkanlah kebajikan-kebajikan yang telah dilakukan oleh pihak lain yang mana tindakan itu justru akan menjadi aset yang berharga bagimu kelak. Kebajikan yang laten sudah ada di dalam dirimu akan didorong untuk mencuat dan berkembang. Setiap bentuk-bentuk pikiran akan meninggalkan impresi di dalam batin/pikiranmu. Adapun bentuk-bentuk pemikiran yang perlu kita enyahkan antara lain meliputi pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan tendensi spiritual, yang bersifat membatasi cinta-kasih, yang mendorong timbulnya kemarahan serta keserakahan. Semua praktek-praktek tersebut merupakan disiplin yang sangat penting.
-BABA

Tuesday, May 20, 2008

Thought for the Day - 21st May 2008 (Wednesday)


One’s Sadhana (spiritual exercise) should be pleasant and moderate. Take the middle course; that will yield maximum benefits. The craving for sense objects cannot be given up fully; so transform it into an instrument for worship. Dedicate all efforts to the Lord. Accept all achievements and failures as proofs of the Lord’s grace.

Sadhana yang engkau lakukan haruslah bersifat moderat dan menyenangkan. Ambillah jalan tengah yang akan memberikan manfaat maksimal. Hal-hal yang berkaitan dengan obyek-obyek duniawi tidaklah bisa kita tinggalkan seluruhnya; akan lebih baik bila ia ditransformasikan menjadi instrumen untuk keperluan ibadah. Dedikasikanlah setiap usahamu kepada-Nya. Terimalah segala kesuksesan dan kegagalan sebagai bukti rahmat Tuhan.

-BABA

Monday, May 19, 2008

Thought for the Day - 20th May 2008 (Tuesday)


We should try and seek fulfilment in our everyday life by moulding our mundane activities on spiritual values. You must have your hands in society and your heads in the forest. That is to say, whatever the activities with which you are occupied, you must be steadfast in holding on to spiritual ideals. This alone is the true spiritual exercise, which will bestow lasting peace on you. Remember that you are the Atma (spirit). All your spiritual exercises should be directed towards establishing yourself in this firm conviction and unwavering faith, culminating in your life’s fulfilment. All your senses should be sanctified by offering the actions performed through them to God.

Kita harus berupaya untuk mencapai pemenuhan dalam kehidupan kita sehari-hari dengan jalan me-spiritual-kan aktivitas/rutinintas yang kita lakukan. Istilahnya adalah "hands in society and heads in the forest", artinya apapun juga jenis aktivitas yang sedang engkau kerjakan, maka engkau harus memastikan bahwa engkau tetap berpegang-teguh pada prinsip-prinsip spiritual. Inilah sadhana yang sebenarnya, yang akan membekalimu kedamaian abadi. Ingatlah selalu bahwa engkau adalah Atma (spirit). Semua latihan spiritualmu haruslah diarahkan untuk memperkokoh pendirian serta keyakinanmu yang pada akhirnya akan mengantarkanmu dalam mencapai pemenuhan puncak kehidupan ini. Sucikanlah semua panca inderamu dengan cara mempersembahkan semua hasil perbuatan/tindakanmu kepada Tuhan.
-BABA

Sunday, May 18, 2008

Thought for the Day - 19th May 2008 (Buddha Poornima)


Buddha undertook various spiritual practices in order to realize his true Self. But none of these practices could show him the path to Nirvana (liberation). Ultimately, he realized that Nirvana lies in making use of the five senses in a sacred manner. He understood that Japa (repetition of God’s name), Dhyana (meditation), Yajna (ritual of sacrifice), Yoga, etc. were mere physical activities. These spiritual practices are needed only for those who are attached to the body. One who abides in the Self need not undertake any of these practices. Buddha taught that Nirvana can be attained only by cultivating Samyak Drishti (sacred vision), Samyak Vaak (sacred speech), Samyak Shravanam (sacred listening), Samyak Bhavam (sacred feeling) and Samyak Kriya (sacred action).

Sang Buddha telah menempuh berbagai macam praktek-praktek spiritual dengan tujuan untuk merealisasikan jati-diri-Nya yang sejati. Namun tak ada satupun praktek-praktek tersebut yang bisa membawanya menuju ke jalan untuk mencapai Nirvana (pembebasan). Pada akhirnya, Beliau menyadari bahwa Nirvana akan dapat terwujud bilamana kita mendaya-gunakan kelima panca indera kita dengan cara yang suci. Sang Buddha menyadari bahwa praktek-praktek spiritual seperti: Japa (pengulangan nama-nama Tuhan), Dhyana (meditasi), Yajna (ritual pengorbanan), dan lain-lain - semuanya itu hanya aktivitas di level fisik (jasmaniah) saja. Praktek-praktek itu dibutuhkan hanya oleh mereka yang masih memiliki kemelekatan terhadap badan-jasmaninya. Bagi mereka yang sudah berdiam di dalam Self (Atma), maka praktek-praktek itu sudah tidak dibutuhkannya lagi. Sang Buddha mengajarkan bahwa Nirvana hanya bisa tercapai melalui Samyak Drishti (pandangan yang suci), Samyak Vaak (ucapan yang suci), Samyak Shravanam (pendengaran yang suci), Samyak Bhavam (perasaan yang suci) serta Samyak Kriya (tindakan yang suci).
-BABA

Saturday, May 17, 2008

Thought for the Day - 18th May 2008 (Sunday)


Forbearance is one of the most important qualities that you should posses, and it is absolutely essential on the spiritual path. It is by putting yourself under test in difficult circumstances that you can cultivate this quality of forbearance. There is nothing extraordinary about returning good for good, but doing good in return for bad, that is something great, and the practice of such a virtue requires a great deal of skill. However much other people may criticise you, however much they may comment and condemn, you should never lose your forbearance. You should remain unperturbed and continue to enjoy inner peace.

Forbearance (kesabaran/keteguhan hati) merupakan salah-satu kualitas penting yang harus engkau miliki, dan ia betul-betul sangat esensial dalam perjalanan spiritual. Cobaan-cobaan yang engkau jalani dalam kehidupan ini tiada lain adalah untuk mengembangkan kualitas forbearance tersebut. Apabila engkau membalas kebajikan dengan kebajikan, maka tindakan tersebut sudah merupakan hal yang lazim, tetapi apabila engkau sanggup membalas kebajikan atas perlakuan tidak senonoh yang engkau alami, maka hal itu barulah dapat dikategorikan sebagai tindakan yang luar biasa dan untuk mempraktekkannya dibutuhkan ketrampilan yang benar-benar terlatih. Walaupun orang lain mengkritikmu, entah seberapa pedasnya mereka mencelamu, janganlah engkau kehilangan kontrol atas emosi dan kesabaranmu. Engkau harus tetap tenang dan senantiasa dalam kondisi damai (inner peace).

-BABA

Friday, May 16, 2008

Thought for the Day - 17th May 2008 (Saturday)


You are awake when you feel that you have full knowledge; but, when awake, you are aware only of the many, not of the One. It is only when you are in deep sleep that all the multiplicity vanishes; then you are not aware of the world and of your deluded picture of it. Examine even while awake the stages of dream and deep sleep and realise that wakefulness deludes the seeker of Truth; the senses are deceptive; they are inefficient instruments. Mind does not have any powers. The only power is Atma Shakti, the power of Atma. Mind has no form. Mind can be said to be woven of desires. The Atma shines on the heart, whether the heart be pure or impure. However, it would be best if the heart is purified and if the strongest desire is for God.

Engkau merasa dirimu awake (sadar) ketika engkau merasakan bahwa engkau memiliki pengetahuan yang utuh; akan tetapi, ketika sedang sadar, engkau justru menyadari tentang banyak hal, dan bukannya sesuatu Yang Maha Esa (Tunggal). Sementara itu, ketika engkau dalam keadaan deep sleep, maka segala multiplisitas itu justru melenyap; dan ketika itu, engkau tidak sadar tentang dunia ini serta pandanganmu yang semu terhadapnya. Lakukanlah analisa ketika engkau sedang terbangun/sadar yaitu tentang tahapan-tahapan yang ada di dalam keadaan mimpi maupun deep sleep serta sadarilah bahwa keadaan wakefulness (terbangun/sadar) justru bersifat mengaburkan pandangan para pencari kebenaran; bahwa panca indera kita kemampuannya amat terbatas; mereka bukanlah instrumen yang cukup layak. Mind (pikiran) tak memiliki kekuatan. Satu-satunya kekuatan terletak pada Atma Shakti (kekuatan Atma). Mind juga tak memiliki wujud/rupa, ia hanya merupakan anyaman berbagai macam keinginan. Sang Atma besinar di dalam hati, entah hati itu sudah suci maupun tidak. Tentu saja akan lebih baik apabila hati (nurani) kita disucikan terlebih dahulu dan disertai dengan keinginan yang kuat terhadap Tuhan.
-BABA

Thought for the Day - 16th May 2008 (Friday)


In the spiritual sphere, the responsibility for success or failure is entirely one's own. You have no right to shift it on to others. The fire will rage only as long as it is fed with fuel. Hence, do not add fuel to the fire of the senses. Detach the mind from the evanescent and attach it to the eternal. Plant the seedling of Bhakti (devotion) by the practice of Namasmarana (remembering the Lord's name). That seed will grow into a mighty tree with the branches of virtue, service, sacrifice, love, equanimity, fortitude, and courage.

Dalam dunia spiritual, kita sendiri yang bertanggung-jawab atas sukses atau tidaknya kemajuan kita masing-masing. Tiada seorangpun yang berhak untuk melimpahkan tanggung-jawab itu kepada orang lain. Bara api hanya akan terus menyala apabila kita terus memberikan bahan-bakar kepadanya. Oleh sebab itu, janganlah menambah bahan-bakar terhadap api nafsu indriawi. Jauhkanlah batin/pikiranmu dari hal-hal yang bersifat sementara dan berpeganglah kepada sesuatu yang abadi. Tanamkanlah benih-benih Bhakti (devotion) melalui praktek Namasmarana, maka benih itu kelak akan tumbuh-besar menjadi pohon yang kuat dengan ranting-rantingnya dalam bentuk sifat luhur, pelayanan, pengorbanan, cinta-kasih, keseimbangan batin, ketabahan dan keberanian.
-BABA

Wednesday, May 14, 2008

Thoughts for the Day - 15th May 2008 (Thursday)


Education does not consist in the accumulation of information and facts from a multitude of books. Reading of books can only enrich you in the information that you may gather but can never give or promote good qualities. Good education is a process by which character is improved and by which one will be able to use one's intelligence and sharpen one's mind so as to distinguish right from wrong. It is only when the contents of education are closely linked with ideals of sacrifice, forbearance, truth, and love that the youth will get the benefit of education. Students will never get any benefit out of education if it is devoid of these noble principles.

Pendidikan bukanlah diartikan sebagai tindakan mengakumulasikan informasi maupun fakta-fakta dari segudang buku-buku. Membaca buku hanya bisa memperkaya wawasanmu dalam hal informasi saja, namun ia tak akan bisa memberikan maupun menghasilkan kualitas (diri) yang baik. Pendidikan yang baik adalah suatu proses dimana karaktermu diperbaiki dan melaluinya, engkau akan bisa memanfaatkan kepintaranmu serta mempertajam batinmu dalam hal membedakan antara yang benar dan salah. Para youth hanya bisa memetik manfaat positif dari pendidikan apabila proses belajar-mengajarnya dikaitkan secara erat dengan idealisme-idealisme seperti: pengorbanan, kesabaran, kebenaran dan cinta-kasih. Tanpa prinsip-prinsip luhur itu, maka pendidikan tak akan membuahkan manfaat sama sekali.
-BABA

Tuesday, May 13, 2008

Thought for the Day - 14th May 2008 (Wednesday)


You should not let any weakness in you dissuade you from the right path. If in a big tank there is a small hole, all the water will flow out. In the same manner, even if you have a small sensory desire in you, then all that you have learnt will be of no avail. Attraction for the world distracts you from the reality. You should guard yourselves by desisting error and resisting evil. Good work and selfless love will help you to tread the path of wisdom.

Janganlah engkau membiarkan kelemahan yang sekecil apapun untuk menyeretmu keluar dari jalan yang benar. Apabila di dalam sebuah tangki yang besar terdapat lubang yang kecil, maka semua air yang ada di dalam tangki itu akan bocor. Demikian pula, walaupun engkau hanya mempunyai keinginan sensual yang kecil sekalipun, maka segala sesuatu yang telah engkau pelajari menjadi tak berguna. Ketertarikan terhadap hal-hal duniawi akan menganggu konsentrasimu terhadap pencapaian realitas. Untuk itu, engkau harus menjaga dirimu terhadap kesalahan-kesalahan seperti ini dan menjauhi kejahatan. Kebajikan dan cinta-kasih tanpa pamrih akan menolongmu dalam menjalani jalan kebijaksanaan.
-BABA

Monday, May 12, 2008

Thought for the Day - 13th May 2008 (Tuesday)


God is the Antharyaami (Indweller), and so, when He is sought in the outer world He cannot be caught. Love Him with no other thought; feel that without Him nothing is worth anything; feel that He is all. Then you become His and He becomes yours. There is no nearer kinship than that. You have come from God; you are a spark of His Glory; you are a wave of that Ocean of bliss; you will get peace only when you again merge in Him. Like a child who has lost his way, you can have joy only when you rejoin your mother.

Tuhan dijuluki sebagai Antharyaami (penghuni hati nurani), dan oleh sebab itu, bila ada yang mencari-Nya di dunia eksternal, maka sudah pasti Beliau tidak akan berhasil ditemukan di sana. Cintailah Tuhan tanpa syarat; rasakanlah bahwa apabila tanpa diri-Nya, maka segala sesuatunya serasa hambar; bahwa Beliau adalah segala-galanya. Dengan demikian, maka engkau akan menjadi milikNya dan Ia akan menjadi milikmu. Tiada tali kekerabatan yang lebih kental daripada ini. Engkau datang dari Tuhan; engkau adalah bagian dari percikan keilahian-Nya; engkau adalah gelombang samudera bliss; engkau hanya akan memperoleh kedamaian jikalau engkau kembali bersatu dengan-Nya. Seperti seorang anak yang tersesat dalam perjalanannya, engkau hanya akan menemukan kebahagiaan apabila engkau bersatu kembali di pangkuan ibumu.
-BABA

Sunday, May 11, 2008

Thought for the Day - 12th May 2008 (Monday)


The first stage is karma-jijnaasa---the execution of karma (action) on proper lines, with proper mental attitude; then comes dharma-jijnaasa--the observance of moral codes for the upkeep of society and the discharge of one's duties and obligations; last comes Brahma-jijnaasa - resulting in the appreciation of Naamasmarana (repetition of the Lord's Name) as the primary sadhana.

Tahap pertama adalah karma-jijnaasa - pelaksanaan karma (tindakan) di jalan yang benar serta dengan sikap mental yang sesuai; berikutnya adalah dharma-jijnaasa - kepatuhan terhadap kode-etik moral masyarakat serta pelaksanaan tugas/tanggung-jawab; dan terakhir adalah Brahma-jijnaasa - apresiasi terhadap praktek Naamasmarana (pengkidungan nama-nama Tuhan) sebagai sadhana utama.
-BABA

Friday, May 9, 2008

Thoughts for the Day - 10th May 2008 (Saturday)


The Vedas are for all mankind; they have prayers for peace, subjugating the anger of the elements and of human communities; they invoke the forces of nature to be calm and beneficent; so, the paaraayanam (recitation) of the Vedas promotes world peace and human welfare.

Kitab suci Veda adalah untuk semua umat manusia; di dalamnya terkandung doa-doa untuk kedamaian, meredakan kemarahan yang ditimbulkan oleh elemen-elemen/unsur-unsur serta oleh komunitas kemanusiaan; di dalamnya juga terdapat ayat-ayat untuk membangkitkan tenaga alam agar menjadi tenang dan damai; oleh sebab itu, paaraayanam (pengkidungan) kitab suci Veda akan mendukung kedamaian dunia serta kesejahteraan umat manusia.
-BABA

Thursday, May 8, 2008

Thought for the Day - 9th May 2008 (Friday)


The lotus in the heart of man pines for the Sun, the splendour of the Lord. But to attain it is hard. Withdrawal of all affection towards the world alone can win it. God is the nearest and dearest entity, but ignorance hides Him from the eye. The love that God bears man is unequalled; yet, He appears to man as a distant, formidable, unapproachable phenomenon. The stars appear as dots of light, for they are at a great distance from us. So too God appears insignificant or ineffective to many, because they are keeping themselves too far from Him. If some people say there is no God, it only means they are at too great a distance to be aware of Him.

Lotus di dalam hati manusia sangatlah mendambakan cahaya mentari, kecemerlangan Sang Ilahi. Namun untuk mencapainya cukup sulit. Satu-satunya jalan untuk memperoleh-Nya adalah dengan cara meninggalkan kemelekatan terhadap hal-hal yang bersifat duniawi. Tuhan merupakan entitas yang paling dekat dan akrab dengan kita, namun dikarenakan oleh kebodohan (batin), maka kita menjadi buta terhadap eksistensi-Nya. Cinta-kasih Tuhan tiada duanya; namun untuk sebagian orang, Beliau terlihat sebagai fenomena yang jauh dan tak dapat didekati. Gugusan bintang-bintang mungkin hanya terlihat sebagai titik-titik cahaya di angkasa, sebab mereka memang terletak cukup jauh dari kita. Demikianlah, bagi sebagian orang, Tuhan terlihat tidak signifikan dan tidak efektif, oleh sebab orang-orang tersebut memang menjaga jarak dari-Nya. Apabila terdapat sebagian orang yang mengatakan Tuhan itu tidak eksis, maka itu artinya mereka memang berada pada posisi yang terlalu jauh untuk menyadari kehadiran-Nya.
-BABA

Wednesday, May 7, 2008

Thoughts for the Day - 8th May 2008 (Thursday)


The Deha (body) is a vehicle that even gods aspire to possess. You know that gods seek to come into human form so that they could utilise the intelligence, discrimination, detachment, etc., that the human body alone is capable of exercising, to realise the Ultimate Reality, which when known makes everything else known. If only he intensifies his thirst for God, he can live in perpetual content, instead of grovelling in perpetual discontent, pining for trivial satisfactions. The Deha has to be nourished so that man can reach the Dehi, the real indweller.

Deha (badan fisik) ini merupakan wahana yang bahkan sangat didambakan oleh para kaum dewata sekalipun. Engkau mengetahui bahwa para dewa-dewa berupaya untuk mencapai kelahiran kembali dalam wujud sebagai manusia agar mereka dapat memanfaatkan intelligence (kepintaran), discrimination (buddhi), detachment (ketidak-melekatan)nya dan lain-lain, yang mana semuanya itu hanya dimungkinkan bila hidup dalam wujud sebagai manusia saja. Tujuannya adalah untuk merealisasikan Realitas Absolut, yang mana bila tercapai maka secara otomatis pengetahuan tentang hal-hal lainnya juga akan menyusul dengan sendirinya. Jikalau saja manusia mengintensifkan upayanya di jalan yang benar (kepada Tuhan), maka ia akan dapat hidup dengan damai dan tenteram serta tidak akan terombang-ambing lagi oleh pasang-surut kehidupan ini. Deha (badan jasmani) haruslah dipelihara secara baik agar dapat dimanfaatkan olehmu untuk mencapai Dehi, the real indweller (Atma).
-BABA

Tuesday, May 6, 2008

Thoughts for the Day - 7th May 2008 (Wednesday)


You feel the presence of God when silence reigns. In the excitement and confusion of the marketplace, you cannot hear His Footfall. He is Shabdabrahma, resounding when all is filled with silence. That is why I insist on silence, the practice of low speech and minimum sound. Talk low, talk little, talk in whispers, sweet and true.

Engkau merasakan kehadiran Tuhan di tengah-tengah keheningan. Di dalam hiruk-pikuk dan kebisingan di tengah-tengah pasar, engkau tentu tidak akan bisa mendengar derap-langkah-Nya. Beliau dijuluki sebagai Shabdabrahma, yaitu Ia yang bersuara ketika di sekeliling-Nya diselimuti oleh keheningan. Itulah sebabnya mengapa Aku sangat mementingkan tentang perlunya silence, yaitu praktek berbicara dengan suara yang rendah dan seminimum mungkin. Berbicaralah sesedikit mungkin, berbicaralah secara berbisik, santun dan benar.
-BABA

Monday, May 5, 2008

Thoughts for the Day - 6th May 2008 (Tuesday/Easwaramma Day)


Be one a great scholar or an officer having high authority, one is but a child to one's mother. Those who forget their duty toward their mother are sure to lose themselves in wilderness. You are but a reflection of your mother. Therefore, first of all you should carry out your duty toward your mother and make her happy.

Walaupun engkau adalah seorang sarjana terpelajar atau barangkali seorang pejabat teras atas, namun yang pasti adalah bahwa engkau adalah anak ibumu. Bagi mereka yang melupakan kewajibannya terhadap sang ibu, maka bisa dipastikan bahwa dirinya akan tersesat di dalam perjalanannya. Engkau adalah refleksi dari ibumu. Oleh sebab itu, engkau harus menunaikan kewajibanmu terhadap ibu dan membuatnya senang/bahagia.

-BABA

Sunday, May 4, 2008

Thoughts for the Day - 5th May 2008 (Monday)


Human existence is enveloped in infatuation (Moha). When one frees oneself from this infatuation, one will be able to experience true happiness. This infatuation breeds egoism and possessiveness, which bring about the loss of one’s name and fame. One who is filled with ego will be unable to experience love from others. It is therefore essential to overcome this infatuation. By conquering infatuation, one becomes endearing to others.

Eksistensi sebagai manusia saat ini sedang diliputi oleh infatuation (kegelapan batin). Apabila engkau berhasil melepaskan dirimu dari jeratan ini, maka engkau akan sanggup untuk merasakan kebahagiaan sejati. Kegelapan batin menimbulkan egoisme dan sikap kepemilikan, yang mana kedua hal ini akan mengakibatkan pudarnya nama baik dan ketenaran seseorang. Ia yang diliputi oleh ego tak akan bisa memperoleh cinta-kasih dari yang lainnya. Itulah sebabnya sangatlah penting bagi kita untuk dapat mengatasi kegelapan batin seperti itu. Setelah (kegelapan batin) berhasil ditaklukkan, maka engkau akan disayangi oleh setiap orang.
-BABA

Saturday, May 3, 2008

Thoughts for the Day - 4th May 2008 (Sunday)


Compassion towards all creatures is the greatest virtue; wilful injury to any creature is the worst vice. Know this to be true; spread love and joy through compassion, and be full of joy and peace yourself. You do not have joy and peace now, mainly because your vision is warped and blurry. It is directed towards the faults and failings of others, instead of towards one’s own. Really speaking, inquiry and investigation should begin with oneself. For what we see in others is the reflection of our own selves, our own prejudices and preferences.

Sikap welas-asih terhadap semua mahluk adalah merupakan sifat yang paling luhur; tindakan melukai mahluk apapun juga merupakan kejahatan yang paling keji. Ketahuilah kebenaran ini; sebarkanlah cinta-kasih dan kebahagiaan melalui sikap welas-asih dan senantiasalah hidup dalam penuh keceriaan dan kedamaian. Penyebab minimnya kebahagiaan dan kedamaianmu sekarang ini adalah dikarenakan cara pandangmu yang tidak tepat. Alih-alih melihat kelemahan/kesalahanmu sendiri, engkau masih suka mencari-cari kesalahan orang lain. Sebenarnya introspeksi haruslah dimulai dari dirimu sendiri, sebab segala sesuatu yang kita lihat di dalam diri orang lain adalah merupakan cerminan dari dirimu sendiri, yaitu penilaian serta preferensi yang ada di dalam dirimu sendiri!
-BABA

Friday, May 2, 2008

Thoughts for the Day - 3rd May 2008 (Saturday)


Life becomes sweeter with a little dose of denial; if you satisfy all your desires, life begins to turn insipid. Deny yourselves many of the things your mind runs after and you will find that you become tough enough to bear both good fortune and bad.

Kehidupan ini menjadi lebih manis apabila kita menambahkannya dengan sedikit dosis pengingkaran (praktek ketidak-melekatan); sebab apabila engkau memuaskan semua keinginan-keinginamu, maka kehidupan ini akan mulai menjadi tak berasa. Cobalah engkau mengingkari dirimu atas berbagai hal yang disenangi oleh pikiranmu, maka kelak engkau akan melihat bahwa dirimu menjadi lebih tangguh ketika menghadapi baik keberuntungan maupun ketidak-beruntungan.
-BABA

Thursday, May 1, 2008

Thoughts for the Day - 2nd May 2008


The cause of man’s suffering is that he has constricted his love to himself and his family. He should develop a broad feeling that all are his brothers and sisters. Expansion of love is life; contraction of love is death.

Penyebab utama penderitaan manusia adalah oleh karena ia membatasi cinta-kasihnya hanya untuk dirinya sendiri serta anggota keluarganya saja. Seharusnyalah ia mengembangkan cinta-kasihnya secara lebih lapang & luas kepada semua saudara-saudaranya. Ekspansi cinta-kasih adalah inti-sari kehidupan; sebaliknya kontraksi cinta-kasih menjurus kepada kematian.
-BABA