Saturday, November 29, 2008

Thoughts for the Day - 30th November 2008 (Sunday)


God is no partial benefactor. He gives the fruit from every tree according to the seed. If you had planted the seed of a sour variety of mango, then why lament that the fruit that you got is not sweet? Do good and aspire to get the fruit of goodness - that is pardonable. At least, it is not as bad as doing evil deeds and blaming God for its consequences.


Tuhan tidaklah bersikap berat-sebelah. Beliau memberikan buah sesuai dengan benih/biji yang ditanamkan. Jikalau anda telah menanam benih mangga yang asam, maka mengapa pula engkau mengeluh bahwa buah yang engkau panen kemudian ternyata tidak manis? Berbuatlah kebajikan dan beraspirasilah untuk mendapatkan buah kebajikan – nah tindakan ini masih bisa diterima (dengan akal sehat). Setidaknya, hal itu masih jauh lebih baik dibandingkan mereka yang melakukan kejahatan lalu menyalahkan Tuhan atas konsekuensi-konsekuensi yang dialaminya.

-BABA

Friday, November 28, 2008

Thoughts for the Day - 29th November 2008 (Saturday)


Every aspirant who seeks the Eternal through the path of Bhakthi (devotion) should strive to acquire these characteristics: He must (1) keep away from the turmoils, the cruelties, the falsehoods of this world; (2) practise truth, righteousness, love and peace; (3) discard as worthless both praise and blame, appreciation and derision, prosperity and adversity; (4) keep steady faith in his own Innate Reality; and (5) dedicate himself to spiritual uplift.

Bagi para aspiran spiritual yang berniat untuk mencapai realisasi dengan melalui jalan Bhakti (devotion), maka ia harus berupaya untuk melatih (diri) melalui cara-cara sebagai berikut: (1) Menjauhi segala bentuk kekacauan, kekejaman, kebohongan yang ada di dunia ini; (2) mempraktekkan kebenaran, kebajikan, cinta-kasih dan kedamaian; (3) tidak terpengaruh oleh dualisme seperti pujian dan celaan, keberhasilan dan kegagalan; (4) memiliki keyakinan yang mantap terhadap aspek dirinya yang sejati (Atma); dan (5) berdedikasi terhadap kemajuan spiritual.
-BABA

Thursday, November 27, 2008

Thoughts for the Day - 28th November 2008 (Friday)


Paramatma (God) cannot be known without faith and steadfastness. Only through Prema (love) comes Shraddha (faith); through Shraddha comes Jnana (wisdom); through Jnana comes Parabhakthi (highest form of devotion); through Parabhakthi, Paramatma is attained.

Paramatma (Tuhan) hanya bisa dikenali melalui perangkat keyakinan dan kemantapan-hati. Melalui Prema (cinta-kasih) diperoleh Shraddha (keyakinan); melalui Shraddha diperoleh Jnana (kebijaksanaan); melalui Jnana diperoleh Parabhakthi (bentuk devotion yang paling mulia); dan melalui Parabhakthi, diperolehlah Paramatma.
-BABA

Wednesday, November 26, 2008

Thoughts for the Day - 27th November 2008 (Thursday)


God can be realised only through love. God will not reside in a heart devoid of love, which is like a desert. Other paths develop conceit, separating man from man and man from beast. They contract and do not reach out, shrinking your awareness of the Divine. Love is expansion, and expansion is divine life. Sow love – it will blossom as compassion and tolerance. It will yield the fruit of peace. God is reflected in the medium of Nature; in everything His image can be perceived.


Tuhan hanya bisa direalisasikan melalui jalan cinta-kasih. Beliau tidak akan menghuni hati yang bagaikan padang pasir (hampa oleh cinta-kasih). Perjalanan melalui jalur selain cinta-kasih justru akan semakin menghasilkan kecongkakan/kesombongan; mengakibatkan perpecahan antar manusia dan alam sekitarnya. Alhasil, kesadaran Ilahiahmu akan menjadi semakin menciut. Sebaliknya, cinta-kasih bersifat ekspansif dan expansion adalah ciri khas divinity. Oleh sebab itu, penting sekali bagimu untuk mengembangkan cinta-kasih, biarkanlah ia mekar menjadi welas-asih dan toleransi. Dengan demikian, tercapailah kedamaian.

-BABA

Tuesday, November 25, 2008

Thoughts for the Day - 26th November 2008 (Wednesday)


God is the embodiment of Dharma (righteousness). His grace is won by Dharma. He is ever fostering Dharma. He is Dharma Itself. The Vedas, Shastras (scriptures) and Puranas (mythology) all proclaim aloud the glory of Dharma. The stream of Dharmic activity should never run dry. When its cool waters cease to flow, disaster is certain.

Tuhan adalah perwujudan Dharma (kebajikan). Rahmat Ilahi hanya bisa diperoleh melalui Dharma. Beliau senantiasa melindungi Dharma, sebab diri-Nya sendiri adalah Dharma. Kitab-kitab Veda, Sastra dan Purana - semuanya menyatakan secara jelas tentang kemuliaan Dharma. Aliran aktivitas-aktivitas Dharma tidak boleh pernah berhenti, sebab jikalau tidak, maka umat manusia akan menuai bencana.
-BABA

Monday, November 24, 2008

Thoughts for the Day - 25th November 2008 (Tuesday)


We become what we contemplate on. When we fix our thoughts all the time on the evil that others do, our mind gets polluted by evil. When, on the contrary, we fix our mind on the virtues and well-being of others, our mind is cleansed of wrong and entertains only good thoughts. No evil thought can penetrate the mind of a person wholly given to love and compassion. Thus, our thoughts shape our nature.

Sesuai dengan apa yang dipikirkan atau yang dikontemplasikan, maka demikianlah apa jadinya diri kita. Apabila engkau selalu mencari-cari atau memperhatikan kesalahan yang dilakukan orang lain, maka batinmu juga akan ikut terpolusi oleh kejahatan. Sebaliknya apabila engkau lebih mementingkan keluhuran dan kesejahteraan orang lain, maka batinmu akan dimurnikan dari segala bentuk negativitas. Tiada kejahatan yang bisa mencemari batin manusia yang telah menjiwai cinta-kasih dan welas-asih. Pendek kata, pikiran merupakan penentu kondisi kita masing-masing.
-BABA

Sunday, November 23, 2008

Thoughts for the Day - 24th November 2008 (Monday)


When the individual name and form imposed by the Bhaktha (devotee) on God are transformed in to the Attributeless and the Formless, it is referred to as Brahman. When the same Brahman appears with attributes and forms, It is referred to as Rama, Krishna, Vishnu or Shiva. When a devotee attains the ecstasy of Mystic Union with the Lord, all distinctions between him and the Lord disappear.


Ketika nama dan wujud individual yang diberikan oleh para bhakta terhadap Tuhan mengalami transformasi menjadi 'sesuatu' yang tanpa atribut dan rupa, maka pada saat itu Tuhan direferensikan sebagai Brahman. Ketika Brahman yang sama tampil dalam atribut dan wujud tertentu, maka Ia disebut sebagai Rama, Krishna, Vishnu atau Shiva. Ketika seorang bhakta mencapai tahapan kegembiraan yang meluap-luap (esctasy) sebagai akibat Mystic Union (persekutuan yang mistis) dengan Tuhan, maka pada saat itu, segala bentuk perbedaan antara dirinya dengan Sang Khalik secara otomatis juga menjadi sirna.

-BABA

Saturday, November 22, 2008

Thoughts for the Day - 23rd November 2008 (Sunday - 83rd Birthday)


You can call Me Premaswarupa (the embodiment of Love). Prema is the wealth I have and which I spread among all. I have no other riches. The Grace of the Lord is always flowing like the electric current through the wire. Fix a bulb and the current will illumine your house. The bulb is the Sadhana (spiritual practice) you perform, the home is your heart. Come to Me gladly; dive into the sea and discover its depth. There is no use playing in the shallow waters and lamenting that the sea has no pearls. Dive deep and you will secure your heart's desire.


Engkau boleh menyebut-Ku sebagai Premaswarupa (perwujudan cinta-kasih). Prema adalah kekayaan yang Ku-miliki dan yang Ku-bagi-bagikan kepada semuanya. Aku tak memiliki kekayaan lain. Rahmat Tuhan senantiasa mengalir bagaikan aliran listrik. Pasanglah sebuah bola- lampu, maka aliran listrik itu akan menyalakan lampu tadi dan memberikan penerangan di dalam rumahmu. Bola lampu tersebut diartikan sebagai Sadhana (praktek spiritual) yang engkau lakukan, sedangkan rumahmu adalah hatimu. Datanglah kepada-Ku dengan senang hati; selami-lah samudera ini dan lihatlah sendiri kedalaman-Nya. Tak ada gunanya engkau hanya sekedar bermain di tepi-tepian yang dangkal lalu kemudian mengeluhkan bahwa di sana tidak ditemukan mutiara. Bila engkau menyelam lebih dalam, maka engkau akan menemukan sesuatu yang selama ini diinginkan oleh hati nuranimu.

-BABA



Friday, November 21, 2008

Thoughts for the Day - 22nd November 2008 (Saturday)


Education is the means of unfolding the moral and spiritual potentialities of man. Education reveals to man what is right and what is wrong. Education today is concerned with imparting worldly knowledge, with no place for ethics or spirituality. All along education has remained an exercise in acquiring bookish knowledge. What is needed today is practical knowledge. Every student should acquire a good character, moral values, and develop a spiritual bent of mind. These three constitute true learning.

Pendidikan adalah sarana untuk menguak potensi moral dan spiritual manusia. Pendidikan mengajarkan manusia kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan salah. Namun yang disayangkan adalah bahwa pendidikan di zaman modern ini hanya mengajarkan tentang pengetahuan sekuler (duniawi), tanpa adanya perhatian terhadap faktor etika maupun spiritualitas. Alhasil, pendidikan sekarang hanya sekedar latihan untuk memperoleh bookish knowledge. Yang jauh lebih penting sebenarnya adalah practical knowledge. Setiap siswa hendaknya digembleng untuk memiliki karakter yang baik, nilai moral serta spiritual mind. Ketiga unsur ini merupakan landasan pokok proses pembelajaran yang sejati.
-BABA

Thursday, November 20, 2008

Thoughts for the Day - 21st November 2008 (Friday)


Sanathana Dharma which teaches the Truth of all religions and tolerance of all religions is the Dharma of all mankind. Born in various regions, flowing through various paths, the rivers at last reach the ocean; so, too, born in different lands, practising different faiths, people reach the ocean of the Lord through different modes of worship.

Sanathana Dharma - yang mengajarkan tentang kebenaran dari setiap agama serta sikap toleransi dari semua ajaran - merupakan Dharma bagi seluruh umat manusia. Walaupun terbentuk di daerah yang berbeda, mengalir melalui aliran yang beragam; namun pada akhirnya sungai harus bermuara ke samudera. Demikianlah, walaupun engkau terlahir di benua yang saling berbeda, mempraktekkan ajaran kepercayaan yang tidak sama; namun pada akhirnya engkau harus kembali kepada-Nya melalui berbagai macam cara ibadah yang bervariasi.
-BABA

Wednesday, November 19, 2008

Thoughts for the Day - 20th November 2008 (Thursday)


The desires that cling to the mind are the blemishes that tarnish man's inner consciousness. Control the senses, do not yield to their insistent demands for satisfaction. When a corpse is placed on a pyre, and when the pyre is lit, both the corpse and the pyre are reduced to ashes. So too, when the senses are negated, the mind too disappears. When the mind disappears, delusion dies and liberation is achieved.

Keinginan-keinginan (duniawi) adalah bagaikan noda-noda yang mencemari inner consciousness manusia. Kendalikanlah panca inderamu, dan janganlah engkau membiarkan dirimu diseret oleh keinginan-keinginannya. Ketika jenazah diletakkan di atas tempat perabuan dan kemudian api dinyalakan, maka baik kayu bakar maupun jenazah itu akan menjelma menjadi abu. Demikian pula, apabila kita sanggup mengingkari keinginan panca indera, maka mind akan kehilangan taringnya. Dan apabila mind sudah lenyap, maka delusi juga akan sirna dan tercapailah pencerahan (pembebasan/moksha).
-BABA

Tuesday, November 18, 2008

Thoughts for the Day - 19th November 2008 (Ladies Day)


Women are the makers of the home, the nation and the world. They are the mothers who shape the generation to come. So, they must enshrine in their hearts the spiritual urge towards light and love, wisdom and bliss. The Feminine Principle is the foundation on which a peaceful and happy world is to be raised. When women are true, brave, kind, and compassionate, the world can have an era of peace and joy.

Wanita adalah pendiri rumah-tangga, bangsa dan negara. Mereka adalah kaum ibu yang akan mengembleng para generasi penerus. Oleh sebab itu, para wanita harus menanamkan di dalam hatinya: dorongan spiritual yang menjurus kepada cahaya (Ilahi), cinta-kasih, kebijaksanaan dan bliss (ananda). Prinsip feminin adalah sebagai landasan berdirinya dunia yang damai dan bahagia. Ketika para wanita telah menjiwai nilai-nilai kebenaran, keberanian, kebajikan dan welas-asih, maka dengan sendirinya dunia ini akan memasuki era kedamaian dan kebahagiaan pula.
-BABA

Monday, November 17, 2008

Thoughts for the Day - 18th November 2008 (Tuesday)


Man is born out of desires and lives to fulfil his desires. His life is based on desires and thoughts which control his actions. Hence, man's destiny is determined by his thoughts. To act according to the dictates of the senses is the code of animals. What we should have is Divine Consciousness. The Divine Incarnation comes to warn, to guide, to awaken, to lay down the path and shed the light of love on it. But man has to listen, learn and obey with hope and faith.

Manusia terlahir oleh karena adanya unsur keinginan dan kehidupannya adalah dalam rangka pemenuhan terhadap keinginan-keinginannya tersebut. Kehidupan manusia dilandasi oleh keinginan dan buah pikiran yang mengendalikan setiap pola tindak-tanduknya. Apabila dalam bertindak manusia hanya mengikuti arahan panca inderanya semata-mata, maka itu sama saja artinya bahwa yang bersangkutan telah mengadopsi code of animals (sifat kebinatangan). Yang kita perlukan adalah Divine Consciousness (Kesadaran Ilahiah). Inkarnasi Tuhan (Avatar) telah datang untuk memberi peringatan, menuntun, mencerahkan serta menerangi jalan. Yang perlu dilakukan oleh manusia adalah mendengar, mempelajari serta mematuhi arahan-arahanNya dengan penuh keyakinan dan harapan.
-BABA

Sunday, November 16, 2008

Thoughts for the Day - 17th November 2008 (Monday)


The Avatar (Divine Incarnation) has come solely for saving mankind in response to the yearnings of noble people. He is aware of the past, present and future of all. He has come to lead and liberate. He comes when a large number of good men are afflicted with fear of the survival of goodness. The Lord incarnates to feed their drooping spirits and revive faith and courage in their hearts.


Kedatangan seorang Avatar adalah sebagai jawaban terhadap doa-doa mereka yang saleh dan demi untuk menyelamatkan umat manusia. Beliau mengetahui masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang dari setiap insan! Beliau datang untuk menuntun serta membebaskan. Kehadiran-Nya bertepatan dengan saat dimana terdapat sejumlah orang bajik yang mulai dirundung ketakutan atas eksistensi kebajikan di dunia ini. Avatar berinkarnasi demi untuk mengembalikan semangat mereka yang sudah mulai kendor serta membangkitkan kembali keyakinan dan keberanian di dalam hatinya.

-BABA


Saturday, November 15, 2008

Thoughts for the Day - 16th November 2008 (Sunday)


The real nature of Avatars (Divine Incarnations) is one of unalloyed bliss. His heart overflows with limitless and boundless love when He beholds His devotees. There can be no change in His attitude and affection. But, the ignorant attribute the changes they imagine or the differences they see to God out of their petty-mindedness. When we are happy, we praise God, and in suffering we condemn Him. God, as a guardian has come to warn and wean people away from harmful habits. If necessary, He will not hesitate to resort to infliction of pain as a curative and corrective treatment.


Bliss adalah salah-satu ciri khas seorang Avatar. Dari diri Beliau tercurah cinta-kasih berlimpah bagi para bhakta-bhakta-Nya. Cinta-kasih-Nya tak pernah mengalami perubahan. Namun walaupun begitu, tetap saja ada sebagian orang – sebagai akibat kebodohan batinnya – yang mencoba untuk memberi atribut atas perubahan dalam diri avatar, hal ini terutama pada saat mereka merasakan adanya perubahan itu (yang tiada lain adalah hasil imajinasinya belaka). Ketika hati kita senang, kita memuji Tuhan; sebaliknya ketika sedang menderita, kita mencelaNya. Tuhan – sebagai pengayom – telah datang untuk menasehati manusia agar menjauhi kebiasaan yang berbahaya. Jikalau memang dianggap perlu, Beliau tidak akan segan-segan untuk menempuh jalan yang lebih keras sebagai tindakan pencegahan maupun untuk mengoreksi kita.

-BABA


Friday, November 14, 2008

Thoughts for the Day - 15th November 2008 (Saturday)



You ignore the divinity you have as the core of your being; at the same time, you seek it in others. This is the tragedy. You insult yourself by feeling helpless, weak and inferior. Cowardice and self-condemnation are not your qualities, you, who are a spark of the Divine flame. Once the ego is suppressed, that very moment two consequences follow: Freedom from grief and Freedom from joy. To achieve this great consummation, you must take one step after another. Good deeds like Pooja (worship), Dhyana (meditation) and the observance of vows etc. are steps on the way; good thoughts like prayer for greater discrimination, more chance to help others - also help. Slowly, steadily, cleanse the mind; sharpen the intellect; purify the senses and win His Grace.

Tragedi yang menimpa manusia dewasa sekarang ini adalah bahwa mereka cenderung mengabaikan divinitas yang ada di dalam dirinya sendiri; dan sebaliknya, mereka malahan mencoba untuk mencarinya di dalam diri orang lain. Dengan demikian, itu sama saja artinya dengan penghinaan terhadap dirimu sendiri, oleh karena engkau merasa tak berdaya, lemah dan inferior. Sikap pengecut dan self-condemnation (menyalahkan diri sendiri) bukanlah kualitas dirimu yang sebenarnya, oleh sebab engkau pada hakekatnya adalah percikan api Ilahi. Ketika engkau sanggup mengatasi ego-mu, maka pada saat itu timbullah dua bentuk konsekuensi, yaitu: pembebasan dari penderitaan dan juga dari kesenangan (freedom from grief and joy). Untuk mencapai keadaan itu, maka engkau harus mengambil langkah satu demi satu. Perbuatan baik seperti Pooja (ibadah), Dhyana (meditasi) dan sila (mengikuti nilai-nilai kemoralan) adalah langkah-langkah tersebut; sementara itu, pikiran-pikiran positif berikut juga membantu, seperti doa-doa untuk meminta anugerah kebijaksanaan dan kesempatan yang lebih banyak untuk menolong orang lain. Secara perlahan dan mantap, bersihkanlah batinmu; pertajam intellect (buddhi); suci & murnikah panca indera; dengan demikian, Rahmat-Nya akan menjadi milikmu.
-BABA

Thursday, November 13, 2008

Thoughts for the Day - 14th November 2008 (Friday)


The Vedas deal with rituals and worship, which imply a dualism between the worshipper and the object worshipped. Vedanta spells out the principle of Adwaitha (non-duality). It is interpreted in different ways, but the real basis of the Adwaithik principle is Ekaatma Bhaava, the feeling that there is only one Atma pervading everywhere and none else. "Adhwaita Darshanam Jnanam" (Wisdom lies in the perception of oneness). The Upanishads preach this oneness, based on the concept of unity in diversity.

Kitab suci Veda berhubungan dengan aspek ritual dan puja, dimana di situ ada implikasi tentang paham dualisme (antara pemuja dengan obyek yang dipuja). Sementara itu, kaum Vedanta mengajarkan tentang prinsip Adwaitha (non-dualisme). Walaupun diinterpretasikan dengan cara yang berbeda, namun sebenarnya landasan dari prinsip Adwaithik adalah Ekaatma Bhaava, yaitu bahwa hanya ada satu Atma yang mencakupi segalanya dan tiada yang lainnya. "Adhwaita Darshanam Jnanam" - Kebijaksanaan akan ditemukan dalam persepsi tentang oneness (persatuan/kemanunggalan), inilah yang diajarkan oleh kitab Upanishad yang didasarkan pada konsep unity in diversity (bhinneka tunggal ika).

-BABA

Wednesday, November 12, 2008

Thoughts for the Day - 13th November 2008 (Thursday)


Men who are devoted to Me are full of love. They always stand by Dharma or righteousness. They speak the truth. Their hearts melt with mercy. They are devoid of wrong conduct. They avoid sin. They will renounce everything gladly. They act in moderation. They are always engaged in doing good to others. They are not selfish. They are worried by no doubts. They do not lend their ears to flattery.

Mereka yang berbhakti kepada-Ku mempunyai jiwa yang penuh dengan cinta-kasih. Mereka akan selalu berpegang-teguh kepada Dharma atau nilai-nilai kebajikan. Ucapannya sarat dengan kebenaran. Welas-asih adalah nuansa hatinya. Mereka akan menjauhi perilaku/tindakan yang salah. Latihan ketidak-melekatan tidak akan terlalu sulit baginya. Mereka akan bersifat moderat. Mereka akan senantiasa berusaha untuk melayani sesama. Sifat mementingkan diri sendiri/congkak tidak ada di dalam kamusnya. Mereka tidak akan ragu-ragu dan tidak akan mudah terhasut oleh puji-pujian.
-BABA

Tuesday, November 11, 2008

Thoughts for the Day - 12th November 2008 (Wednesday)


If you earn the Grace of the Lord, even the decrees of destiny can be overcome. There are certain drugs that come with expiry dates, beyond which the drug loses its efficacy. The drug may still be sealed in the bottle but it will no longer be effective after that date. Similarly, the Lord's Grace can make decrees of destiny inoperable. Just as you do not feel the severe pain in your body when the doctor administers an injection of morphine, the Grace of God allows you to endure difficulties without having to undergo the suffering.

Jikalau engkau mendapatkan rahmat Ilahi, maka yang dinamakan takdir/nasib tidak akan mempengaruhimu lagi. Sebagai contoh, pada setiap label obat-obatan kita melihat bahwa di sana tertera tanggal kadaluarsa, dimana apabila tanggal kadalurasanya sudah terlewati, maka keampuhan/kemanjuran obat itu sudah menjadi berkurang. Walaupun obat-obatan itu masih tersimpan rapat di dalam botol, namun ia sudah menjadi tidak efektif lagi (setelah tanggal kadaluarsanya habis). Nah, demikian pula halnya dengan Rahmat Tuhan, karunia-Nya akan meniadakan suratan takdir/nasib. Seperti halnya engkau tidak merasakan sakit di badanmu ketika dokter memberikan suntikan obat penawar sakit; maka demikian pula halnya dengan Rahmat Tuhan, engkau akan sanggup untuk mengatasi serangkaian cobaan/kesulitan tanpa harus merasakan penderitaan.
-BABA

Monday, November 10, 2008

Thoughts for the Day - 11th November 2008 (Tuesday)


How sad it is that human life, precious as a priceless diamond, has been treated as a worn out, worthless coin! There is no use repenting after having wasted one's time without meditating on God, or practising any other Sadhana (spiritual exercise) to realise Him. What is the use of digging a well for water when the house is already on fire? To begin contemplation on God during the end of one's life is like beginning to dig the well when the fire is already raging on.

Betapa sedihnya kehidupan manusia yang walaupun sangat berharga bagaikan intan mulia, namun ternyata diperlakukan secara tidak layak - bagaikan barang rongsokan ataupun koin yang tak berharga! Tidak ada gunanya bagimu untuk menyesal apabila sebagian besar kehidupanmu ternyata telah dihabiskan tanpa bermeditasi dan tanpa praktek Sadhana (latihan spiritual). Apalah gunanya menggali sumur untuk mencari air ketika rumahmu sudah dalam keadaan terbakar? Bila engkau baru memulai kontemplasi terhadap Tuhan menjelang akhir hayatmu, maka tindakan itu ibaratnya persis seperti orang yang baru mulai menggali sumur ketika bara api sudah membakar!
-BABA

Sunday, November 9, 2008

Thoughts for the Day - 10th November 2008 (Monday)


The Lord has endowed man with the body and so, every limb and organ is worthy of reverent attention. The body must be sanctified by the contemplation of His Glory. The ear must exult when it gets the opportunity to hear the wonderful story of His Life. The tongue must exult when it can praise Him. Or else, the tongue of man is as ineffective as that of frogs which croak day and night, sitting on the marshy bank. The human body has been given to you for a grand purpose - realising the Lord within. Learn how to use the faculties of the body, the senses, the intellect and the mind for achieving the goal and march on.


Tuhan telah membekali manusia dengan badan jasmani agar dengan demikian, setiap organ dan anggota badan ini bisa mendapatkan perhatian yang sepantasnya. Badan fisik hendaknya disucikan dengan melalui perenungan terhadap aspek kemuliaan-Nya. Telinga kita hendaknya bersuka-ria ketika ia mendapatkan kesempatan untuk mendengarkan kisah-kisah menakjubkan dari kehidupanNya. Sementara itu, lidah kita juga hendaknya bersuka-cita ketika mendapatkan kesempatan untuk memanjatkan puji-pujian terhadap-Nya. Sebab jikalau tidak, maka lidah manusia sama tak ada faedahnya bagaikan katak yang berkuak-kuak siang dan malam sembari tetap duduk di tepian empang/rawa. Badan jasmani ini diberikan kepadamu untuk tujuan utama, yaitu merealisasikan Divinity yang ada di dalam dirimu. Pelajarilah cara-cara untuk memanfaatkan orang tubuhmu, panca indera, intellect serta mind (batin) demi untuk mencapai tujuan dan semakin majulah!

-BABA


Saturday, November 8, 2008

Thoughts for the Day - 9th November 2008 (Sunday)


There is no difference between a Jivanmuktha (self-realised person) and a Bhakta (devotee), for they are both beyond Ahamkara (ego). The hearts of such persons will be full of compassion and the urge to do good to the world. Such a Bhakta will have no desires, for desires are the products of feelings of 'I' and 'mine'. Only after they are uprooted does a person become a Bhakta.


Tiada perbedaan antara seorang Jivanmuktha (yang sudah tercerahkan) dengan seorang bhakta, sebab kedua-duanya sudah tidak lagi berada di bawah pengaruh Ahamkara (ego). Hati manusia luhur seperti ini penuh dengan kewelas-asihan dan senantiasa siap untuk berbuat kebajikan bagi dunia. Bhakta-bhakta ini tiada lagi memiliki keinginan, sebab keinginan tiada lain merupakan hasil produk dari perasaan 'Aku' dan 'milikku'. Seseorang baru layak untuk disebut bhakta setelah semua bentuk keinginan (duniawi) dicabut sampai ke akar-akarnya.

-BABA


Friday, November 7, 2008

Thoughts for the Day - 8th November 2008 (Saturday)


What is required is the transformation of the heart. All bad thoughts and feelings should be expelled from the heart. We should whole-heartedly participate in Bhajans. It should not be a mechanical ritual. Once your heart is filled with sacred thoughts and feelings, they will be reflected in your Bhajan-singing. Through your singing, you should give joy to all the participants.

Yang dibutuhkan saat ini adalah transformasi hati nurani. Segala bentuk pikiran dan perasaan jelek haruslah diusir dari dalam hatimu. Kita harus sepenuh hati berpartisipasi dalam bhajan. Janganlah melakukan bhajan yang bersifat mekanis ritual belaka. Apabila hatimu sudah dipenuhi oleh pikiran dan perasaan yang suci & murni, maka semuanya itu akan tercermin dalam nyanyian bhajanmu. Melalui nyanyianmu, hendaknya engkau berbagi kebahagiaan dengan semuanya.
-BABA

Thursday, November 6, 2008

Thoughts for the Day - 7th November 2008 (Friday)


Nature is a preacher; life is a teacher. Knowledge is not to be derived from books alone. Nature is to be accepted as a better instructor. By its forbearance, unselfish bounty, patience and serenity, Nature is continually proclaiming its inherent and true role of the preacher of spiritual truths. Consider, for instance, a tree. It offers shade and distributes fruits to whoever approaches it. It bears no feelings of hatred or vengeance even towards those who cause injury to it. It seeks no reward from those who benefit from it. Everyone should learn this lesson in selfless service from the tree.

Alam sekitar dan kehidupan ini berperan sebagai guru bagi kita semuanya. Pengetahuan tidak hanya diperoleh dari buku semata-mata. Nature (alam) merupakan instruktur yang jauh lebih bagus. Melalui kesabarannya, sikapnya yang tidak congkak serta penuh dengan ketenangan - alam sekitar secara terus-menerus menjalankan tugas atau perannya sebagai pembabar kebenaran spiritual. Cobalah lihat sebatang pohon sebagai contohnya. Ia menyediakan tempat berteduh dan juga membagi-bagikan buah-buahannya bagi siapapun juga. Ia tak memiliki perasaan benci maupun dendam terhadap orang-orang yang berusaha melukainya. Sebaliknya, ia juga tidak mengharapkan imbalan dari mereka yang memetik manfaat darinya. Hendaknya setiap orang belajar prinsip selfless service (pelayanan tanpa pamrih) sebagaimana yang diperlihatkan oleh pohon tadi.
-BABA

Wednesday, November 5, 2008

Thoughts for the Day - 6th November 2008 (Thursday)


The taste of the vast ocean can be found, complete and undiminished, in every drop of its waters. Though we consider the drop and the ocean as separate entities, the nature and taste of both is identical. Similarly, the Sarvaantaryaami Paramaatama (Omnipresent Divinity) and the gross form and the name which He assumes and through whom He is worshipped and realised are not separate entities; they are identical.

Rasa dari lautan yang maha luas akan selalu sama di setiap tetesan airnya. Walaupun kita menganggapnya sebagai entitas yang berbeda, namun sifat dan rasanya adalah sama adanya. Demikian pula, Sarvaantaryaami Paramaatma (Divinity yang Omnipresent) tidaklah berbeda dengan wujud dan nama yang selama ini dimanfaatkan oleh para bhakta sebagai media pemujaan dan penghormatan terhadap-Nya; keduanya bukanlah entitas yang berbeda, melainkan saling identik.
-BABA

Tuesday, November 4, 2008

Thoughts for the Day - 5th November 2008 (Wednesday)


Youngsters take great pains to acquire degrees for securing good jobs. But they hardly take any trouble to develop their character and personality. Good conduct and character are the most essential requisites for a man. They are the basis for spiritual life. If the spiritual aspect is neglected, man becomes an artificial, mechanical being with no genuine human quality in him. Many people today do not understand what is meant by spirituality. It is the knowledge of Divinity, which is man's true nature. Spirituality reveals the basic principle that is immanent in everything and sustains the entire Cosmos.

Para kaum muda dewasa ini rela bersusah-payah untuk meraih gelar (kesarjanaan) demi untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Akan tetapi, mereka tidak begitu peduli untuk berusaha dalam mengembangkan karakter serta kepribadiannya. Padahal, good conduct (perilaku yang baik) serta karakter merupakan persyaratan utama yang sangat penting bagi manusia. Kedua-duanya merupakan dasar kehidupan spiritual. Apabila aspek spiritual diabaikan, maka manusia akan menjelma menjadi robot (yang serba artifisial), yang notabene tidak memiliki kualitas kemanusiaan di dalam dirinya. Banyak orang yang belum memahami arti/maksud dari spiritualitas. Pengertian sebenarnya dari spirituality adalah pengetahuan tentang Divinity, yang tiada lain adalah sifat asli manusia. Melalui spiritualitas, engkau akan mengetahui prinsip dasar dari segala-galanya, yang juga merupakan prinsip penopang keseluruhan alam semesta ini.
-BABA

Monday, November 3, 2008

Thoughts for the Day - 4th November 2008 (Tuesday)


How is Prema (love) to be cultivated? It can be done through two methods: (1) Consider the faults of others, however big, to be insignificant and negligible. Consider your own faults, however insignificant, to be big, and feel repentant. (2) Whatever you do with yourself or with others, do it remembering that God is Omnipresent. He sees, hears and knows everything.

Bagaimanakah caranya mengembangkan Prema (cinta-kasih)? Ada dua metode untuk melakukannya, yaitu: (1) Menganggap kesalahan yang dilakukan oleh orang lain - entah seberapa besarnya kesalahan itu - sebagai kesalahan yang sangat kecil dan bahkan bisa diabaikan. Sebaliknya, anggaplah kesalahan yang telah engkau perbuat, entah seberapa kecilnya, sebagai kesalahan yang sangat besar dan berjanjilah untuk tidak mengulanginya lagi. (2) Apapun juga yang sedang engkau kerjakan - baik secara sendirian maupun bersama-sama - lakukanlah tugas/pekerjaanmu itu dengan senantiasa ingat terhadap Omnipresent-Nya Tuhan. Ingatlah bahwa Beliau melihat, mendengar dan mengetahui segala-galanya.
-BABA

Sunday, November 2, 2008

Thoughts for the Day - 3rd November 2008 (Monday)


When an individual seeks fulfillment outside himself, he fails; if he seeks it within himself, he is successful in obtaining it. The divine principle within us is always accessible and always responsive. Pain is felt only as long as attachment or aversion to outer forms remains. Ultimate relief from pain can come only by the effacement of the ego, by the elimination of that which reacts to one thing as pain and to another as pleasure, and whose memory and conditioning sustains the recognition of the dualities of joy and grief.


Ketika seseorang mencari kepuasan/kesenangan di luar dari dirinya, maka sudah pasti ia akan gagal; sebaliknya apabila ia mencari sumber kebahagiaan di dalam dirinya sendiri, maka niscaya ia akan berhasil memperolehnya. Prinsip Ilahi yang terdapat di dalam diri kita masing-masing senantiasa terbuka dan siap untuk memberikan tanggapan. Rasa sakit hanya terasa selama kita masih melekat terhadap obyek-obyek di luar. Anihilasi rasa sakit hanya bisa terwujud dengan cara penyingkiran ego atau dengan perkataan lain, yaitu dengan jalan mengeliminasi sesuatu yang bereaksi terhadap senang dan tidak senang serta suka dan tidak suka (aspek dualisme dari kehidupan ini).

-BABA

Saturday, November 1, 2008

Thoughts for the Day - 2nd November 2008 (Sunday)


Paramatma (God) alone is Real. Paramatma is Truth and Love. Meditate on Him as Truth and as Love. Be always in Satsang, the company of His devotees. Through this Satsang, Viveka (discrimination) and Vairagya (detachment) will be implanted and increased. These in turn will strengthen the spirit and endow you with inner peace. Your mind will then merge in Paramatma.


Satu-satunya yang real (sejati) adalah Paramatma (Tuhan). Beliau adalah Kebenaran dan Cinta-Kasih. Bermeditasilah terhadap-Nya dalam wujud Kebenaran dan Cinta-Kasih. Senantiasalah berada di tengah-tengah Satsang, pergaulan para bhakta-bhakta-Nya. Melalui Satsang ini, maka Viveka (kemampuan diskriminatif) dan Vairagya (ketidak-melekatan) akan tertanam dan berkembang. Pada gilirannya, ia akan memperkuat semangatmu serta membekalimu ketenangan batin. Batinmu kelak akan bersatu di dalam Paramatma.

-BABA


Thoughts for the Day - 1st November 2008 (Saturday)


Human beings with different names and forms are just like waves on the ocean of Sath-Chith-Ananda; they are also the same Sath-Chith-Ananda. The essence is the same in all names and forms. The realization of this truth is spirituality. This is the message of the Upanishads. It does not matter if you cannot understand every word of the Upanishads. It is enough if you realize the truth that you are embodiments of the Divine.


Manusia dengan beragam nama dan rupa adalah bagaikan riak-riak gelombang di samudera Sath-Chith-Ananda; setiap orang adalah Sath-Chith-Ananda yang sama. Esensi yang sama terdapat di dalam semua nama dan rupa. Pencapaian kesadaran atas kebenaran inilah yang dinamakan sebagai spiritualitas. Inilah pesan yang terkandung di dalam kitab Upanishad. Tidaklah menjadi persoalan apabila engkau tidak memahami setiap kata-kata yang terdapat di dalam kitab itu. Yang jauh lebih penting adalah engkau menyadari kebenaran bahwa dirimu adalah perwujudan Divine (Ilahi).

-BABA