Monday, February 28, 2011

Thought for the Day - 28th February 2011 (Monday)

Religion means ‘experience’ and nothing less. It is indeed pitiable that we very often forget this important fact. This secret must be imprinted on the heart of every one; only then can there be safety and security. One must also understand that all things cannot be attained merely by self-effort; Divine Will is the basis of everything. Religious principles have to be practiced and their validity experienced. Listening to their exposition is of no use; learning a set of arguments and conclusions and repeating them parrot-like is not enough. If they appeal to your intellect and are approved by it as correct, that will not help you at all; it must transform you.

Agama berarti 'mengalami' dan tidak kurang apa-pun. Sungguh menyedihkan bahwa kita sangat sering melupakan fakta penting ini. Rahasia ini harus ditanamkan di hati setiap orang; baru setelah itu akan didapat keselamatan dan keamanan. Kita juga harus memahami bahwa segala sesuatu tidak dapat dicapai hanya dengan usaha kita sendiri; Kehendak Tuhan adalah dasar dari segala-galanya. Prinsip-prinsip agama harus dipraktekkan dan dialami kebenarannya. Hanya mendengarkan penjelasan-penjelasannya tidak ada gunanya; mempelajari alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan serta mengulang-ulangnya diibaratkan seperti burung beo, tidaklah cukup. Jika ia menarik intelekmu dan disetujui sebagai sesuatu yang benar, sama sekali tidak akan membantumu; ia harus mengubahmu.

-BABA

Thought for the Day - 27th February 2011 (Sunday)

At the end of life, one should bring to the consciousness the great ideals one has attained in life, the lofty thoughts and feelings one has entertained. This was the directive of the sages of Bharat. They did not demand that one should bring to memory the faults and errors one committed during the life. These are inevitable and universal. But the sages declare that one should be aware always of one’s Reality and one should be engaged ever in contemplating its grandeur and glory. That, they said, is the greatest step to progress.

Pada akhir kehidupan, seseorang harus membawa ke dalam kesadaran suatu ideal yang mulia yang telah dicapai dalam hidup, pikiran dan perasaan yang luhur yang telah disimpan di dalam hati. Inilah arahan dari orang bijak dari Bharat. Mereka tidak meminta bahwa seseorang harus membawa ke dalam memori kesalahan dan kekeliruan yang dilakukan selama hidup. Ini universal dan tidak dapat dihindari (pasti terjadi). Tetapi orang bijak menyatakan bahwa seseorang harus selalu menyadari Realitasnya dan seseorang seharusnya disibukkan dalam merenungkan keagungan dan kemuliaan Tuhan. Itulah, mereka mengatakan, adalah langkah terbesar untuk kemajuan.

-BABA

Saturday, February 26, 2011

Thought for the Day - 26th February 2011

Dhyani, the person who undertakes meditation, considers the realization of Atmic bliss as important, but the promotion of the welfare of the world is also an equally important aim. For carrying out that aim, he must bring certain physical, verbal, and mental proclivities under control. These are known as the tenfold sin: the three physical, the four verbal, and the three mental. The physical tendencies are: injury to life, adulterous desire, and theft. The verbal sins are: false alarms, cruel speech, jealous talk, and lies. The mental attitudes are: greed, envy, and denial of God.

Dhyani, yaitu orang yang melakukan meditasi, menganggap bahwa menyadari kebahagiaan Atma sebagai sesuatu yang penting, tetapi peningkatan kesejahteraan dunia juga merupakan tujuan yang sama pentingnya. Untuk melaksanakan tujuan tersebut, ia harus mengendalikan kecenderungan buruk dari fisik, verbal (lisan/ ucapan), dan mental selalu di bawah kontrol. Ini dikenal dengan sepuluh dosa yaitu: tiga dosa pada fisik, empat dosa pada verbal, dan tiga dosa pada mental. Dari fisik, dosa itu adalah: menyakiti jiwa (badan), keinginan berzinah, dan mencuri. Dosa-dosa dari verbal (lisan/ ucapan) adalah: peringatan palsu, perkataan yang jahat, kata-kata yang penuh rasa cemburu, dan kebohongan. Sikap mental yang negatif adalah: serakah, iri hati, dan menyangkal Tuhan.

-BABA

Friday, February 25, 2011

Thought for the Day - 25th February 2011 (Friday)

Teach your children this life-preserving, glorious and expansive truth from the early days of their lives. The sanctifying vision that we must imbibe is that the Atma is full and free. It is a wonderful discovery, a thrilling thought! The Atma by its very nature is full; fullness need not be attained or accomplished and added to it. If fullness is added to it, it can also be subtracted by the passage of time; what is built up must necessarily disintegrate. If man is impure by nature, even though he may succeed in achieving purity for a short while, he has to wallow later in impurity, for the purity that comes in the middle will be easily swept away by circumstances. So all Bharathiya spiritual thinkers declared that purity is our very nature and that fullness is our genuine reality, and that we are never really ‘wanting’.

Sedini mungkin, ajarkanlah anak-anakmu untuk memelihara, memuliakan, dan mengembangkan kebenaran. Pandangan yang suci yang harus kita pahami bahwa Atma memiliki sifat sempurna dan tidak terikat. Ini adalah penemuan yang gemilang, sebuah pemikiran yang menggetarkan hati! Atma memiliki sifat sempurna; kesempurnaan yang tidak perlu dicapai atau tidak perlu ditambahkan lagi. Jika kesempurnaan ditambahkan kepadanya, tentu saja ia juga bisa dikurangi seiring perjalanan waktu, apa yang telah dibuat tentu saja bisa dipisahkan. Jika manusia tercemar oleh sifat dasarnya, meskipun mungkin ia berhasil mencapai kemurnian untuk sementara waktu, selanjutnya ia harus berkubang dalam ketidakmurnian, karena kemurnian yang datang di tengah-tengah akan mudah tersapu oleh keadaan. Oleh karena itu semua pemikir spiritual Bharathiya menyatakan bahwa kemurnian adalah sifat sejati kita dan kesempurnaan adalah realitas sejati kita, dan bahwa kita tidak pernah bener-benar ‘menginginkannya’.

-BABA

Thursday, February 24, 2011

Thought for the Day - 24th February 2011 (Thursday)

Every thought, word, deed has to proceed from the full consciousness of knowledge. Direct your intelligence not to wander about but to dwell constantly in the inner world. This is the inward quest, and meditation (Dhyana) is the most important instrument needed for this. The spiritual aspirant must enter the inner quest through the gate of introspection. That gate will accord welcome into the highest and holiest status possible in life to every aspirant who is endowed with humility and devotion.

Setiap pikiran, perkataan, perbuatan harus berjalan karena kesadaran penuh pengetahuan. Arahkanlah kecerdasanmu tidak untuk berkelana kesana-kemari tetapi untuk tinggal terus-menerus di dalam batin. Inilah pencarian ke dalam, dan meditasi (Dhyana) merupakan instrumen yang paling penting yang dibutuhkan untuk ini. Para pencari spiritual harus memulai pencarian ke dalam melalui pintu gerbang introspeksi. Gerbang itu akan sesuai menyambut ke dalam kesadaran tertinggi dan tersuci yang tepat dalam kehidupan setiap pencari spiritual yang diberkati dengan kerendahan hati dan pengabdian (bhakti).

-BABA

Wednesday, February 23, 2011

Thought for the Day - 23rd February 2011 (Wednesday)

Unless a belief is held unshaken throughout night and day, it cannot be used to achieve victory. When a person asserts that he is low and mean and that he knows but little, he becomes low and mean and his knowledge shrinks. We become what we believe we are. We are the children of Almighty God, endowed with supreme power, glory and wisdom. We are children of Immortality. We must understand this fundamental truth and hold fast to it always. When we dwell on this thought, how can we ever be low and ignorant? Bharathiya culture enjoins on everyone to believe that the real nature of man is supreme and that everyone should ever be conscious of this truth.

Seseorang tidak akan mencapai kemenangan, kecuali jika ia selalu memiliki keyakinan yang mantap sepanjang hari. Ketika seseorang menyatakan bahwa ia memiliki pengetahuan yang rendah dan bahwa ia tahu tetapi sedikit, maka ia menjadi berpengetahuan rendah dan pengetahuannya akan menyusut. Kita menjadi apa yang kita percayai. Kita adalah anak-anak Tuhan Yang Maha Kuasa, diberkahi dengan kemampuan tertinggi, kemuliaan, dan kebijaksanaan. Kita adalah anak-anak Keabadian. Kita harus memahami kebenaran yang fundamental ini dan selalu berpegang teguh padanya. Ketika kita memikirkan hal ini, bagaimana kita bisa menjadi rendah dan bodoh? Budaya Bharathiya mengajarkan semua orang untuk mempercayai bahwa sifat sesungguhnya manusia adalah mulia dan bahwa setiap orang seharusnya menyadari kebenaran ini.

-BABA

Tuesday, February 22, 2011

Thought for the Day - 22nd February 2011 (Tuesday)

As a spiritual aspirant (Sadhaka), you must first learn the secret of the ‘inward vision’, and take your attention away from the exterior. You have heard so far little about the inner world, but divine life is nothing but this method of ‘inward living’. Just as the baby, after learning to watch and understand, tries to toddle hither and thither at home, so also the spiritual aspirant learns to toddle in the inner world and understand it. A healthy baby in the cradle waves its arms and legs in glee, watching the lamp on the wall and lisps in joy; the Sadhaka also healthy in body, mind and soul, lying in the cradle of life, watches the Inner world and claps his hands ceaselessly in great glee at that inner joy.

Sebagai peminat spiritual (Sadhaka), engkau terlebih dahulu harus mempelajari rahasia dari 'visi ke dalam (batin)', dan menjauhkan perhatianmu dari luar (lahiriah). Sejauh ini, engkau telah mendengar sedikit tentang dunia batin, tetapi kehidupan Ilahi tidak lain hanyalah metode ini yaitu 'hidup ke dalam'. Sama seperti bayi, setelah belajar memperhatikan dan memahami cara berjalan, bayi mencoba untuk berjalan kesana-kemari di rumah, begitu juga dengan para peminat spiritual belajar berjalan di dunia batin dan kemudian memahaminya. Seorang bayi yang sehat dalam ayunan dengan riang-gembira memperhatikan lampu di dinding dalam sukacita; demikian pula para Sadhaka yang sehat badannya, pikiran, dan jiwanya, berada dalam ayunan kehidupan, memperhatikan dunia batin dan bertepuk tangan tak henti-hentinya dengan sangat gembira di dalam kegembiraan batin tersebut.

-BABA

Thought for the Day - 20th February 2011 (Sunday)

Control the senses, which run helter-skelter; then, the origins of the disease will be destroyed. Let the mind keep a watch over its gymnastics; dam up the mad flood of thoughts and plans and schemes; then there will be no room for worries and anxieties in the mind. To diminish the wanderings of your thoughts, repeat the name of the Lord; that will keep out your sorrows and troubles. Without the effacement of the mind, spiritual wisdom (Jnana) cannot dawn. A person attains fullness only when he or she succeeds in this.

Kendalikanlah indra yang bergerak dalam keadaan kacau-balau, maka asal-usul penyakit akan dihancurkan. Biarkan pikiran tetap mengawasi gerakan tersebut; membendung banjir pikiran dari keinginan-keinginan dan rencana-rencana yang buruk; sehingga tidak akan ada ruang untuk kekhawatiran dan kecemasan dalam pikiran. Untuk mengurangi pengembaraan pikiranmu, ucapkanlah nama Tuhan berulang-ulang; ini akan membuatmu keluar dari penderitaan dan kesulitan. Kebijaksanaan spiritual (Jnana) tidak mungkin dapat dicapai, tanpa menghilangkan hal-hal yang buruk dari pikiran. Seseorang mencapai kesempurnaan hanya ketika dia berhasil dalam hal ini.

-BABA

Thought for the Day - 21st February 2011 (Monday)

You should all strive for unity. There is no unity in the youth today. First and foremost, the youth should come forward to help each other. You must consider all as your brothers and sisters. All are children of God. Therefore, you must live in unity without giving room to any differences. The end of education is character. If your character is good, then you can achieve anything in life. You may think you have won gold medals, acquired high degrees and achieved name and fame. But if you lack character, these degrees are merely pieces of paper. It is most essential to safeguard your character. Only a person of good character is a truly learned one.

Engkau semuanya harus berjuang untuk kesatuan. Saat ini, tidak ada kesatuan dalam pemuda. Yang pertama dan terpenting, pemuda harus tampil ke depan untuk saling membantu. Engkau harus menganggap semuanya sebagai saudaramu. Semuanya adalah anak-anak Tuhan. Oleh karenanya, engkau harus hidup dalam kesatuan tanpa memberikan ruang bagi perbedaan. Akhir dari pendidikan adalah karakter. Jika karaktermu baik, maka engkau dapat meraih apapun dalam hidup. Engkau mungkin berpikir engkau telah memenangkan medali emas, memperoleh gelar yang tinggi dan mendapatkan nama baik dan ketenaran. Tetapi jika engkau tidak mempunyai karakter, gelar tersebut hanyalah selembar kertas. Hal ini paling penting untuk menjaga karaktermu. Hanya orang-orang yang berkarakter baik, benar-benar seorang terpelajar.

-BABA

Saturday, February 19, 2011

Thought for the Day - 19th February 2011 (Saturday)

The wave-like movement of proceeding and receding, of merging and emerging has been happening since time immemorial; it will happen till Time ends; it is eternal in its feature—this is the belief of Bharathiyas. A human being is not just this gross body; in it, there is a subtle component called mind; inside it, as its prompter and spring, there is an even more subtle principle called the Jivatma (individualized soul). This Jivatma has neither beginning nor end; it has no birth, it knows no death. This is the basis of the Bharathiya faith.

Ombak bagaikan gerakan maju-mundur, lebur dan muncul sejak zaman dahulu dan akan tetap ada hingga berakhirnya Waktu; ia abadi – inilah kepercayaan Bharathiya (India). Manusia bukan sekedar badan kasar (fisik) ini; di dalamnya ada komponen yang lebih halus yang disebut pikiran; di dalamnya sebagai sumbernya ada yang lebih halus yang disebut Jivatma (jiwa individu). Jivatma ini tidak ada awal dan akhir; tidak mengalami kelahiran dan kematian. Inilah dasar dari kepercayaan Bharathiya.

-BABA

Friday, February 18, 2011

Thought for the Day - 18th February 2011 (Friday)

You must give up the craving for material comfort and the attachment to sense objects. You must discard the false fears, the absurd desires, the sorrow, the worries, and the artificial pleasures that now fill your mind. That is to say, you must discriminate and train yourself to realize that everything is illusory. Everyone needs this self-education. The pathetic condition today of many people is due to its absence. Meditation is the remedy for this state of mind. Meditation gives concentration and success in all tasks. Through meditation alone, great personages and sages (Rishis) have controlled their mental activities, directed them towards the pure (Sathwic) path, established themselves at all times in contemplation of the Lord, and finally succeeded in achieving union with God.

Engkau harus melepaskan keinginan pada kenyamanan material dan keterikatan pada objek-objek indera. Engkau harus membuang ketakutan palsu, keinginan yang tidak masuk akal, kesedihan, kekhawatiran, dan kenikmatan buatan yang sekarang mengisi pikiranmu. Artinya, engkau harus membedakan dan melatih dirimu untuk menyadari bahwa semuanya itu adalah ilusi. Setiap orang membutuhkan pendidikan-diri ini. Kondisi menyedihkan saat ini adalah karena banyak orang yang tidak memiliki hal ini. Meditasi adalah obat untuk keadaan pikiran seperti ini. Meditasi memberikan konsentrasi dan keberhasilan dalam semua tugas. Hanya melalui meditasi, orang yang terkemuka dan orang yang bijak (Resi) telah menguasai aktifitas mental mereka, mengarahkan mereka menuju jalan murni (Sathwic), yang setiap waktu dilakukan dengan perenungan Tuhan, dan akhirnya berhasil menyatu dengan Tuhan.

-BABA

Thursday, February 17, 2011

Thought for the Day - 17th February 2011 (Thursday)

Do not develop opposition or differences amongst yourselves. Controversies give rise to many troubles. Even if somebody makes you angry, do not fight with him or her. Understand that, by fighting with others, you actually harm yourself. Control your thoughts. Along with education, acquire Educare. It will give you everything you need - health, happiness, peace and prosperity. Everything will become good, if you make your heart pure. From today onwards, yearn and take to the right path. You must strive for unity in all matters.

Jangan mengembangkan oposisi atau perbedaan antara dirimu. Kontroversi menimbulkan banyak masalah. Bahkan jika seseorang membuatmu marah, janganlah bertengkar dengan mereka. Pahamilah bahwa ketika engkau bertengkar dengan orang lain, engkau sesungguhnya menyakiti dirimu sendiri. Kendalikanlah pikiranmu. Seiring dengan pendidikan (education), dapatkanlah Educare. Ini akan memberikan semua yang engkau butuhkan - kesehatan, kebahagiaan, kedamaian, dan kemakmuran. Semuanya akan menjadi baik, jika engkau membuat hatimu murni. Dari hari ini dan seterusnya, ambillah jalan yang benar ini. Engkau harus berjuang untuk kesatuan dalam segala hal.
-BABA

Wednesday, February 16, 2011

Thought for the Day - 16th February 2011 (Wednesday)

Many people go on pilgrimage in search of God. They foolishly think that they can find God at such places. God is not present somewhere else. In fact, you are yourself God. God is present in all. God is only one and He is present wherever you look for Him. He is in you, with you, above you, below you. God is beyond birth and death and dwells in every being in the form of the Divine Self. He is present in all human beings, be it a child or an old man. The same God is present in insects, birds and beasts. He is also present in whomsoever you meet. Remember that.

Banyak orang pergi berziarah mencari Tuhan. Mereka dengan bodoh berpikir bahwa mereka dapat menemukan Tuhan di tempat seperti itu. Tuhan tidak hadir di suatu tempat. Sesungguhnya, engkau sendiri adalah Tuhan. Tuhan ada dalam semuanya. Tuhan hanya satu dan Beliau ada dimanapun engkau mencari-Nya. Beliau di dalam dirimu, denganmu, di atasmu, di bawahmu. Tuhan melampaui kelahiran dan kematian dan mendiami setiap makhluk dalam wujud Tuhan sendiri. Beliau ada dalam semua manusia, baik itu anak kecil atau orang tua. Tuhan yang sama ada pada serangga, burung, dan binatang. Beliau juga ada pada siapapun yang engkau temui. Ingatlah hal ini.

-BABA

Thought for the Day - 15th February 2011 (Tuesday)

There are two types of people: one set on accusing themselves as sinners and the other flattering themselves as great. Both types are being worried by their own mental aberrations! What they both need is mental satisfaction, and this can be obtained by meditation. Through meditation, understanding will increase and wisdom will grow. To reach this stage, you should develop interest in and a taste for meditation — that is to say, you must have a yearning that admits of no other step and that will not tolerate any obstacle. Yearning must have the strength to inspire endeavour. In fact, yearning is but dormant endeavour; endeavour is yearning in action. When yearning is weak, endeavour declines; when one is strong, the other is also active.

Ada dua tipe orang: yang pertama, menempatkan diri mereka sebagai orang yang berdosa dan tipe yang kedua memuji diri mereka sebagai orang yang mulia. Kedua tipe ini merasa cemas oleh penyimpangan mental mereka sendiri! Apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh kedua tipe ini adalah kepuasan mental, dan ini dapat diperoleh dengan meditasi. Melalui meditasi, pemahaman akan meningkat dan kebijaksanaan akan tumbuh. Untuk mencapai tahapan ini, engkau harus mengembangkan minat dan merasakan meditasi – seperti dikatakan, engkau harus memiliki keinginan bahwa tidak ada langkah yang lain dan tidak akan mentoleransi hambatan apapun. Keinginan harus memiliki kekuatan untuk menginspirasi suatu usaha. Sesungguhna, keinginan hanyalah usaha yang tidak aktif; usaha adalah keinginan dalam tindakan. Ketika keinginan lemah, usaha menurun, ketika salah satunya kuat, yang lain juga aktif.

-BABA