Wednesday, July 30, 2008

Thoughts for the Day - 31st July 2008 (Thursday)

When a river reaches the ocean, it becomes one with the ocean and the river ceases to exist. Before it joins the ocean, the river is bound by its banks and it has a distinct form. But when it merges in the ocean, it loses its form, name and taste. Likewise, when "man" merges in the Infinite, only the Infinite "I" remains and the limited human entity disappears.

Ketika sebuah sungai bermuara ke samudera, maka ia menjadi satu dengan lautan luas itu dan sungai tadi tidak eksis lagi. Sebelum itu, sungai tersebut masih memiliki tepian-tepiannya (delta) dan juga bentuk/wujudnya tersendiri. Namun pasca penyatuannya dengan samudera; semua wujud, nama dan rasa dari sungai tadi menjadi sirna. Demikian pula halnya dengan manusia, apabila ia bersatu dengan Sang Khalik, maka sang aku yang serba terbatas akan luluh dan yang tertinggal hanyalah Sang Atma (the Infinite "I").
-BABA

Tuesday, July 29, 2008

Thoughts for the Day - 30th July 2008 (Wednesday)


There is a tendency to interpret renunciation as merely giving up worldly attachments. Renunciation truly means attaining perfect equanimity. People may criticize you or praise you, take them both with a sense of equanimity. One may try to harm you while another may try to do you a good turn; treat both situations with equanimity. In one business venture, you may incur a loss while in another you may make a profit; treat them both alike. Equanimity is the hallmark of yoga (spiritual attainment).

Ada kecenderungan orang-orang menginterpretasikan renunciation (praktek pengendalian diri) sebagai tindakan menghindari atau melepaskan diri dari kemelekatan duniawi. Pengertian sebenarnya dari renunciation adalah mencapai kondisi batin yang seimbang (perfect equanimity). Dengan perkataan lain, walaupun orang lain mencela atau memujimu, maka engkau harus menerimanya dengan batin yang seimbang. Demikian pula, terhadap orang yang mencoba untuk mencelakaimu maupun mereka yang berbuat baik terhadapmu, janganlah engkau mudah terpancing. Dalam kegiatan bisnis, kadang kala engkau mengalami kerugian dan sebaliknya, keuntungan di kesempatan lain; hal-hal seperti ini memang sudah wajar terjadi. Equanimity (keseimbangan batin) adalah puncak pencapaian yoga.
-BABA

Monday, July 28, 2008

Thoughts for the Day - 29th July 2008 (Tuesday)


THOUGHT FOR THE DAY

There are two forms of Love. One binds you to God. The other binds you to the world. The mind is responsible for either of these states. The mind can be compared to a lock. If you turn the key to the right, the lock opens. If you turn the key to the left, it gets locked. The heart is the key to the lock of the mind. If you turn the key towards the world, you have attachment and bondage; when you turn it towards God, you achieve liberation. That is why, it has been declared that the mind is the cause of human bondage or liberation. When it is filled with wisdom, it makes a man a saint. When it is associated with ignorance, it turns into an agent of death.


Kita mengenal dua jenis/bentuk cinta-kasih. Jenis yang pertama akan mengikatmu kepada Tuhan, sedangkan yang satunya lagi akan mengikatmu kepada (hal-hal) duniawi. Untuk kedua kondisi itu, mind adalah biang-keroknya. Mind (batin) dapat diibaratkan seperti sebuah gembok. Jikalau engkau memutar anak-kuncinya ke kanan, maka gembok pintu itu akan terbuka. Tetapi jikalau engkau memutarnya ke kiri, maka ia akan mengunci (menutup). Nah, hati nurani kita diumpamakan sebagai gembok bagi sang anak kunci (mind). Jikalau engkau memutar kunci (hatimu) ke arah duniawi, maka engkau akan melekat dan terikat; sebaliknya bila engkau memutar ke arah Tuhan, maka engkau akan mencapai pembebasan. Itulah sebabnya, mind disebut sebagai faktor penentu kemelekatan atau pembebasan manusia. Apabila engkau mengisi batinmu dengan kebijaksanaan, maka kesucian bukanlah hal yang mustahil bagimu. Sebaliknya bila engkau mengasosiasikan batinmu dengan kebodohan (ignorance), maka ia akan menjelma menjadi agen kematian bagimu.

-BABA

Sunday, July 27, 2008

Thoughts for the Day - 28th July 2008 (Monday)

This world is the jungle in which you roam; fear is the lion which drives you up the tree of samsara (worldly activities). Anxiety is the bear that terrifies you and dogs your every step in this world, so you slide down into attachments and binding deeds through the twin roots of hope and despair. Day and night are the rats which nibble away at the span of life. Meanwhile, you try to snatch a little joy from the sweet drops of egoism and the 'I' feeling. Finding at last that the drops do not give true fulfillment, you shout in the agony of renunciation, calling on the Guru; the Guru appears from within or without, and saves you from fear and anxiety.


Dunia ini diperumpamakan seperti hutan rimba; dimana ketakutan yang engkau hadapi adalah seperti seekor singa yang mendorongmu untuk menaiki pohon samsara (aktivitas-aktivitas duniawi). Kegelisahan adalah bagaikan seekor beruang yang menakut-nakutimu dalam setiap langkah yang engkau jalanai di dunia ini, sebagai resikonya engkau terselip jatuh ke dalam kemelekatan dan perbuatan-perubatan yang menyebabkanmu semakin terjerat oleh akar-akar harapan dan keputus-asaan. Siang dan malam adalah bagaikan kawanan tikus yang mengerogoti rentang kehidupanmu. Sementara itu, engkau berupaya untuk memetik sedikit kebahagiaan melalui tetesan manis egosime dan perasaan ke-aku-an. Namun pada akhirnya, engkau akan menyadari bahwa tetesan-tetesan itu sama sekali tidak memberikan kepuasan yang sejati sehingga pada akhirnya engkau pasrah dan meminta bantuan Sang Guru; Beliau akan muncul dari dalam dirimu sendiri, menyelamataknmu dari ketakutan serta kegelisahan.

-BABA

Saturday, July 26, 2008

Thoughts for the Day - 27th July 2008 (Sunday)

Sadhana (spiritual discipline) determines the character of a person and character in turn determines one's destiny. Character is cultivated by performing good actions. Actions are based on one's thoughts and intentions. Whenever any thought arises in the mind, one should examine whether it is right or wrong, whether it will benefit society or cause harm. Actions should be based on such enquiry. It is wrong to blame anyone for our misfortunes. Our thoughts and actions alone are responsible for our plight. If one entertains pure thoughts and does all actions with firm faith in God, one will be favoured with God's Grace.


Sadhana (disiplin spiritual) menentukan karakter seseorang dan karakter akan menentukan nasibnya. Karakter terbentuk melalui perbuatan bajik. Perbuatan/tindakan didasari oleh pikiran dan niat. Ketika muncul pikiran-pikiran tertentu di dalam batin, maka engkau harus menilai apakah bentuk pikiran itu baik atau buruk, apakah ia akan memberi manfaat kepada masyarakat atau justru merugikan. Setiap bentuk perbuatanmu hendaknya didasari oleh pertimbangan seperti ini. Sungguh salah bila engkau menyalahkan orang lain atas ketidak-beruntungan yang engkau hadapi. Pikiran dan perbuatan kitalah yang bertanggung-jawab atas penderitaan yang dialami. Apabila engkau memiliki pikiran yang murni serta melakukan tindakan dengan didasari oleh keyakinan yang teguh terhadap Tuhan, maka Rahmat-Nya akan dicurahkan secara berlimpah bagimu.

-BABA

Friday, July 25, 2008

Thoughts for the Day - 26th July 2008 (Saturday)


What man needs today is not Siddhantam (ideology). Instead, he needs sense-control. Without control of the senses, a man cannot become spiritual. This was proclaimed by Saint Thyagaraja in his song wherein he said that without peace of the Spirit there can be no happiness for any one, whether he is a scholar or an novice. Only through self-control can a man experience peace.

Yang dibutuhkan oleh manusia dewasa sekarang ini bukanlah Siddhantam (ideologi), melainkan pengendalian panca-indera. Tanpa adanya kontrol terhadap senses, maka manusia tidak bisa menjadi spiritual. Pernyataan ini telah diproklamirkan oleh Saint Thyagaraja di dalam lantunan syairnya yaitu bahwa tanpa adanya kedamaian jiwa, maka tiada kebahagiaan yang bisa diperoleh, baik oleh mereka yang terpelajar maupun oleh kaum awam. Kedamaian hanya bisa diperoleh oleh mereka yang memiliki pengendalian diri.

-BABA

Thursday, July 24, 2008

Thoughts for the Day - 25th July 2008 (Friday)


When you know that you are but a spark of the Divine and that everything around you too is a spark of the same Divine principle, you look upon all with reverence and true Love; your heart is filled with supreme joy and the assertions of the ego are rendered ineffective. Man seeks joy in far off places and peace in quiet spots; but, the spring of joy is in his heart, the heaven of peace is within him. Even when he walks on the moon man has to take with him his fears, his anxieties, his prejudices and his aversions. Have faith in God and in the correctness of moral living. Then, you can have peace and joy, whatever may be the fare fortune offers you.

Ketika engkau menyadari bahwa dirimu adalah bagian dari percikan Sang Ilahi dan bahwa segala sesuatu di sekitarmu juga adalah bagian dari percikan prinsip Keilahian yang sama, maka di kala itu engkau akan memperlakukan setiap insan dengan penuh hormat dan cinta-kasih. Pada saat itu, hatimu juga akan penuh dengan keceriaan dan sang ego menjadi tak berkutik. Manusia melakukan berbagai upaya mencari kebahagiaan di tempat yang nun jauh serta kedamaian di tempat-tempat yang sepi; padahal sebenarnya sumber mata-air kebahagiaan justru ada di dalam hatinya, surga kedamaian ada di dalam dirinya sendiri. Bahkan ketika manusia berjalan di atas permukaan bulan, tetap saja ia terus dihantui oleh ketakutan, kegelisahan, penilaian pribadinya serta pengingkarannya. Milikilah keyakinan kepada Tuhan serta perilaku kehidupan yang bermoral, maka dengan demikian, dalam kondisi bagaimanapun juga, engkau akan mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan.
-BABA

Wednesday, July 23, 2008

Thoughts for the Day - 24th July 2008 (Thursday)


The word 'Dharma', which is really bound up with an infinite variety of meanings, is regarded in common usage as referring to actions like charity, performing good deeds, going on pilgrimages and discharging one's duties, etc. But these relate only to external actions. Dharma is eternal, the same for everyone, everywhere. It expresses the significance of the inner Atma. The birth place of Dharma is the heart. What emanates from the heart as a pure idea, when translated into action is Dharma. The true Dharma of every human being is to make every endeavour to realize the Divine; Dharma should lead to Self-realization.

Istilah 'Dharma' mempunyai arti/makna yang tak terhingga banyaknya, namun pada umumnya istilah ini digunakan dalam hal-hal yang berkaitan dengan tindakan-tindakan seperti: kedermawanan, perbuatan bajik, berziarah ke tempat-tempat suci serta melaksanakan tugas/tanggung-jawab, dll. Akan tetapi semuanya itu berkaitan dengan tindakan-tindakan eksternal. Dharma bersifat abadi, ia berlaku sama untuk setiap orang dan dimanapun juga. Dharma merupakan ekspresi Atma. Tempat kelahiran Dharma adalah di dalam hati (nurani). Ide-ide luhur yang muncul dari dalam hati dan apabila diterjemahkan ke dalam tindakan (bajik), maka itulah yang disebut sebagai Dharma. Setiap orang (umat manusia) masing-masing mempunyai Dharma sejatinya yaitu melakukan segala daya-upaya untuk merealisasikan Divine; Dharma menjadi penuntunmu dalam mencapai Self-realisation (pencerahan diri).
-BABA

Tuesday, July 22, 2008

Thoughts for the Day - 23rd July 2008 (Wednesday)


The best Sadhana (spiritual practice) is to behave as you do when you get a parcel of books by post. To get at the books you unwrap the parcel and throw off the packing material. Now, take the prayer that is the deepest and the most significant - 'I want Peace'. Unwrap it of the 'I' (the ego) and of the 'want' (desire) and get hold of Shanti (Peace). When you are burdened with egoism and desire, how can you attain Shanti? So, throw away the outer covering and hold on to the precious essence that remains.

Sadhana yang terbaik adalah mengikuti kebiasaan ketika engkau baru menerima paket buku yang dikirim melalui pos. Untuk membaca/melihat buku yang dikirimkan itu, maka terlebih dahulu engkau akan membuka bungkusan paket itu dan membuang pembungkusnya bukan? Dalam hal ini, kita mempunyai doa yang paling penting dan bermakna, yaitu 'Aku menginginkan kedamaian'. Cobalah untuk membuang 'Aku' (sang ego) dan 'menginginkan' (desire), maka dengan demikian engkau akan mendapatkan Shanti (kedamaian) saja. Ketika engkau begitu terbebani oleh egoisme dan keinginan, maka bagaimanalah mungkin bagimu untuk mendapatkan Shanti? Dengan perkataan lain, buanglah kulit-kulit luarnya dan pertahankanlah inti-sari (esensi) yang tertinggal (yaitu Shanti).
-BABA

Monday, July 21, 2008

Thoughts for the Day - 22nd July 2008 (Tuesday)


He who considers himself free is free indeed, and he who considers himself bound remains bound. Constantly think yourself as being eternal, unlimited, Consciousness-Bliss, and you will be free and happy. So long as you trap yourself in body consciousness you are like a lion moping about in a musty cave. Do not feel satisfied by saying, 'I am the body'. Roar and say, 'I am the Universal Absolute. I am all that is, was and will be.' Pettiness, ego, time and space - all will flee from your heart and you will realise your own Divinity.

Ia yang menganggap dirinya sebagai entitas yang bebas, maka bebaslah ia; sebaliknya ia yang menganggap dirinya sebagai mahluk yang terikat, maka ia tetap akan selalu terikat. Engkau harus senantiasa memperlakukan dirimu sebagai entitas yang abadi, tak terbatas, consciousness-bliss; maka dengan demikian engkau akan terbebaskan dan berbahagia. Selama engkau masih terperangkap di dalam kesadaran badaniah, maka engkau persis seperti seekor singa yang hanya hilir-mudik di dalam guanya. Janganlah engkau berpuas diri dengan hanya berkata, 'Akulah badan fisik ini.' Sebaliknya, mengaumlah dan dengan lantang mengatakan, 'Aku adalah Universal Absolut, baik sekarang, masa lalu maupun di masa yang akan datang.' Kecongkakan, ego, ruang dan waktu - semuanya akan meninggalkan hatimu dan kelak engkau akan merealisasikan Divinity-mu.
-BABA

Sunday, July 20, 2008

Thoughts for the Day - 21st July 2008 (Monday)

Attachment causes pain, and detachment results in joy. But, you cannot easily detach yourself from activity; the mind clings to something or the other. Make it cling to God, let it perform all actions for God and leave the success or failure, the loss and the profit, the elation or the dejection, to God. This is the secret of Shanti (Peace) and contentment.


Kemelekatan mengakibatkan timbulnya penderitaan, sedangkan detachment (ketidak-melekatan) akan menghasilkan kesenangan. Memang tidaklah mudah bagimu untuk detach (tidak melekat) dari berbagai bentuk kegiatan/aktivitas; mind (pikiran) pasti berkutat kepada sesuatu dan lain hal. Caranya adalah buatlah agar mind memusatkan kegiatannya kepada Tuhan, biarkanlah ia melakukan segala bentuk tindakan untuk-Nya dan biarkanlah (pasrahkanlah) kesuksesan maupun kegagalan, untung dan rugi, pujian maupun celaan kepada Tuhan. Inilah rahasia untuk memperoleh Shanti (kedamaian) dan kepuasan hati.

-BABA

Saturday, July 19, 2008

Thoughts for the Day - 20th July 2008 (Sunday)

The mind must become the servant of the intellect, not the slave of the senses. It must discriminate and detach itself from identification with the body. The kernel of the ripe tamarind fruit is not attached to the outer shell; likewise the mind must be unattached to this shell called the body. Strike an unripe tamarind fruit with a stone and you cause harm to the pulp inside; but, when you strike the ripe fruit it is the dry rind that falls off; nothing affects the pulp or the seed. The mature aspirant does not feel the blows of fate or fortune; it is the unripe one who is wounded by every blow.


Mind haruslah dijadikan sebagai pelayan bagi sang intellect (buddhi), janganlah membiarkannya menjadi budak panca-indera. Mind harus sanggup melakukan diskriminasi dan tidak melekat terhadap badan jasmani. Biji/inti dari buah tamarind (asam jawa?) yang sudah matang tidak akan melekat pada kulit luarnya; demikian pula, hendaknya mind tidak melekat pada kulit luarnya (yaitu badan fisik ini). Cobalah lempar buah tamarind yang belum matang dengan batu, maka engkau akan merusak pulp (daging buah) yang ada di dalamnya; tetapi jikalau engkau melempar buah yang sudah matang, maka hanya kulit keringnya saja yang akan jatuh; lemparanmu itu tidak akan merusak/mempengaruhi pulp maupun bijinya. Artinya, bagi para aspiran spiritual yang sudah matang, mereka tidak akan begitu terpengaruh oleh pasang-surut kehidupan; yang justru sering terombang-ambing adalah mereka yang batinnya masih belum matang.

-BABA

Friday, July 18, 2008

Thoughts for the Day - 19th July 2008 (Saturday)


Believe firmly that the body is the residence of God, that the food you eat is the offering you make to your deity; that bathing is the ceremonial bathing of the Divine Spirit in you; the ground you walk upon is His domain; the joy you derive is His gift; the grief you experience is His lesson that you tread the path more carefully. Remember Him at all times; many people think of God only when grief overtakes them; of course, it is good to do so; it is better than seeking the help of those who are also equally liable to grief. But, it is infinitely better to think of God in grief and in joy, in peace and strife. The proof of rain is in the wetness of the ground; the proof of Bhakthi (devotion) is in the Shanti (equanimity) the bhaktha (devotee) has, Shanthi which protects him against the onslaughts of success and failure, fame and dishonour, gain and loss.

Yakinilah secara teguh bahwa badan fisikmu ini adalah merupakan tempa tinggal Tuhan, bahwa makanan yang engkau konsumsi adalah persembahan yang engkau berikan kepada Ishta-Dewatamu; bahwa mandi yang engkau jalani adalah permandian ceremonial bagi Divine Spirit yang ada di dalam dirimu; bahwa tanah yang engkau tapaki adalah milik-Nya; bahwa keceriaan yang engkau dapati adalah pemberian-Nya; bahwa kesedihan yang engkau rasakan adalah pelajaran dari-Nya agar engkau lebih waspada. Ingatlah Tuhan selalu; banyak orang yang hanya ingat kepada-Nya di kala sedang dirundung oleh kesedihan; memang hal itu jauh lebih baik daripada meminta tolong kepada mereka (sesama manusia) yang masih berpotensi untuk menderita juga. Akan tetapi, akan jauh lebih berharga apabila engkau ingat kepada Tuhan baik di kala sedih maupun senang, baik ketika dalam keadaan damai maupun menderita. Bukti dari turunnya hujan bisa dilihat dari lantai/tanah yang basah; sedangkan bukti dari ada/tidaknya Bhakti (devotion) adalah dilihat dari tingkat Shanti (kedamaian/keseimbangan batin) yang dimiliki oleh bhakta bersangkutan, sebab Shanti akan melindunginya agar tidak terombang-ambing oleh gelombang sukses maupun gagal, pujian maupun celaan, untung dan rugi.

-BABA

Thursday, July 17, 2008

Thoughts for the Day - 18th July 2008 (Friday/Guru Poornima)


'Gu' means darkness and 'Ru' means light. Guru (spiritual preceptor) scatters darkness through light; he imparts wisdom which roots out our ignorance. 'Gu' also connotes 'Gunaatheetha' (One who is beyond 'gunas' or attributes) and 'Ru' connotes 'Roopavarjitha' (One who has transcended Form). Do not seek human Gurus, however great their reputation. They are bound by the qualities they have developed and they are still in need of the Form so that they may conceive of Reality. They themselves being limited, how can they communicate to you the Unlimited? Pray to the Parabrahma Principle (transcendental principle) or God within you to reveal Itself. Accept that as the Guru and you will be illumined.

'Gu' artinya kegelapan dan 'Ru' diartikan sebagai cahaya/lentera. Guru (pembimbing spiritual) mengusir kegelapan melalui lentera cahaya-Nya; ia menanamkan kebijaksanaan yang akan mencabut akar-akar kegelapan batin kita. 'Gu' juga diasosiasikan dengan istilah 'Gunaatheetha' (Ia yang tak terpengaruh oleh 'guna' atau atribut-atribut) dan 'Ru' dikonotasikan dengan istilah 'Roopavarjitha' (Ia yang tidak terikat oleh wujud/rupa). Janganlah mencari human Gurus (guru-guru sesama manusia), walaupun mungkin mereka mempunyai reputasi yang sangat hebat. Sebab human gurus masih terikat dengan kualitas yang telah dimilikinya dan mereka masih membutuhkan wujud/rupa agar dapat memahami Realitas (absolut). Apabila para guru itu masih serba terbatas, maka bagaimanalah mungkin mereka bisa mengajarkanmu tentang sesuatu yang Unlimited? Berdoalah kepada prinsip Parabrahma (prinsip transcendental) atau Divinity yang ada di dalam dirimu sendiri agar Beliau menampakkan diri-Nya. Terimalah Ia sebagai Guru-mu, maka engkau akan mencapai pencerahan.
-BABA

Wednesday, July 16, 2008

Thoughts for the Day - 17th July 2008 (Thursday)


Man is a prisoner of his senses as long as the feelings of 'I' and 'mine' remain. Man strays into misery and pain, because he aspires for the temporary and the trivial. He ignores the voice of God that warns and guides from within, and pays the penalty for the transgression. Life is to be dedicated not to mere food and drink and catering to the cravings of the senses. It has to be devoted to the attainment of the bliss that God alone can confer.

Manusia bagaikan dipenjara oleh panca inderanya sendiri. Hal ini terjadi selama perasaaan 'I' (aku) dan 'mine (milikku) masih dominan di dalam dirinya. Sebagai akibat dirinya yang begitu terpesona dengan hal-hal yang bersifat sementara, maka manusia terseret di dalam penderitaan. Ia telah mengabaikan suara Tuhan yang senantiasa memperingati dan menuntunnya dari dalam (hati nurani), dan akibatnya, ia harus membayar penalti atas ulahnya sendiri. Kehidupan ini hendaknya didedikasikan bukan hanya demi makanan dan minuman maupun untuk pemuasan nafsu-nafsu indriawi belaka. Kehidupanmu hendaknya didedikasikan untuk pencapaian bliss yang hanya bisa diberikan oleh Tuhan.
-BABA

Thoughts for the Day - 16th July 2008 (Wednesday)


The sense of duality arises when the Aham ('I') assumes a specific form and name. Ahamkara (the ego-sense) is the result of this change in form. It is only when one dissociates himself from name and form that one can discover one's true divine self. To forget one's essential divinity and identify oneself with a changing and impermanent form is the cause of bondage and sorrow. It is the mind that is the cause of this wrongful identification, because of its involvement with the external world and the impressions received through the senses. When the workings of the mind are understood, the reality of the Atma, which is beyond the mind, will be experienced as the one omnipresent, immutable principle.

Perasaan dualitas muncul ketika Aham ('aku') mengambil wujud dan nama tertentu. Ahamkara (perasaan ego) merupakan buah hasil dari terjadinya perubahan wujud tersebut. Jati-diri Divine sejati hanya bisa direalisasikan apabila engkau sanggup mendisosiasikan (tidak melekat) pada nama dan wujud yang engkau miliki saat ini. Apabila engkau melupakan identitas dan divinity-mu serta sebaliknya malahan melekat pada wujud yang senantiasa mengalami perubahan dan impermanen, maka kemelekatan dan penderitaan tidak akan jauh darimu. Mind - sebagai akibat keterlibatannya dalam dunia eksternal dan impresi yang diterimanya melalui panca indera - merupakan sumber penyebab dari identifikasi yang salah ini. Apabila kita memahami cara kerja mind, maka realitas Atma (yang berada di luar jangkauan mind) akan dapat dialami sebagai prinsip yang omnipresent nan abadi.
-BABA

Monday, July 14, 2008

Thoughts for the Day - 15th July 2008 (Tuesday)


The proof of rain is in the wetness of the ground. Likewise, the proof of true devotion is in the peace of mind that the aspirant has been able to attain - the peace that protects him against the onslaught of failures and disappointments, the stillness of mind which is not agitated by loss and dishonour or perturbed by anger, jealousy and other lower passions. Know that you are the embodiment of that peace. Whoever has the determination, discrimination, steadfastness and the earnestness to reach the goal will reach it.

Bukti bahwa telah turunnya hujan bisa dilihat dari lantai yang basah. Demikian pula, bukti dari ada/tidaknya bhakti yang sejati dapat terlihat dari ketenangan batin yang dimiliki oleh sang aspiran, yaitu ketenangan yang akan melindunginya di saat-saat mengalami kegagalan maupun kekecewaan, ketenangan batin yang tidak terpengaruh oleh untung maupun rugi, kemarahan, kecemburuan maupun dorongan-dorongan negatif lainnya. Ketahuilah bahwa dirimu adalah perwujudan kedamaian. Siapapun juga yang memiliki kebulatan tekad, kemampuan diskriminatif, kemantapan hati serta dorongan kuat untuk mencapai tujuan, maka ia pasti akan berhasil.

-BABA

Sunday, July 13, 2008

Thoughts for the Day - 14th July 2008 (Monday)


THOUGHT FOR THE DAY

For the bird in mid-ocean, flying over the deep, blue waters, the only resting place is the mast of a ship sailing in those waters. In the same way, the Lord is the only refuge for the man who is tossed about in the stormy seas of this world. However far the bird may fly, it knows where it can find rest; that knowledge gives it confidence. The Name of the Lord is like that mast; remember it always, associate it with the Form and have that Form fixed in the mind's eye. It is a lamp shedding light in the recesses of your heart. Have the Name on the tongue and it will drive away the inner darkness as well as the outer.


Bagi kawanan burung yang terbang di atas lautan biru yang maha luas, satu-satunya tempat peristirahatannya adalah di buritan kapal yang sedang berlayar di samudera itu. Dengan analogi yang sama, Tuhan adalah satu-satunya tempat berlindung bagi manusia yang sedang terombang-ambing di tengah-tengah badai dunia ini. Seberapapun jauhnya burung itu terbang, ia tahu dimana tempat peristirahatannya; dan pengetahuan itu membuatnya penuh percaya diri. Nama Tuhan adalah ibarat buritan kapal; ingatlah selalu dan asosiasikanlah nama itu dengan wujud yang senantiasa engkau tancapkan di dalam mati batinmu. Nama & Rupa itu akan menjadi lentera yang menerangi relung hatimu. Peliharalah nama (Tuhan) di lidahmu dan ia akan mengusir kegelapan (batin) luar dan dalam.

-BABA

Saturday, July 12, 2008

Thoughts for the Day - 13th July 2008 (Sunday)



THOUGHT FOR THE DAY

Broaden your vision. Cultivate the spirit of love. Being endowed with the human form, you must strive to develop human values and not stray away from the path of righteousness. Fill your minds with sublime thoughts, and your hearts with divine feelings. Consider everyone as your brother and sister. Only then will you realize your unity with all creation. Redeem your lives by revering your parents, honouring your teachers and developing loving faith in God. Be aware of the divinity that is inherent in every being. Thereby, you will grow in self-esteem. Fill your life with joy. Be happy and make others happy. This will please God.


Perluaslah cakrawala pandanganmu. Kembangkan semangat cinta-kasih. Setelah dibekali dengan wujud sebagai manusia, maka engkau harus berjuang untuk mengembangkan nilai atau sifat kemanusiaan dan janganlah membiarkan dirimu melenceng dari jalan kebajikan. Isilah batinmu dengan pemikiran-pemikiran yang luhur serta bekalilah hatimu dengan perasaan-perasaan yang divine. Perlakukanlah setiap orang sebagai saudara-saudaramu. Dengan demikian, maka engkau akan menyadari aspek unity dari seluruh ciptaan-Nya. Sucikanlah kehidupanmu melalui penghormatan kepada orang-tua & guru dan kembangkan cinta-kasih serta keyakinan kepada Tuhan. Ingatlah bahwa divinity terdapat di dalam diri setiap mahluk. Bila semuanya itu engkau lakukan, maka engkau akan tumbuh & berkembang di dalam self-esteem (mempunyai harga diri). Isilah kehidupanmu dengan keceriaan, be happy dan buatlah agar orang lain juga happy. Semuanya itu pasti akan menyenangkan hati-Nya.

-BABA

Friday, July 11, 2008

Thoughts for the Day - 12th July 2008 (Saturday)


With faith in the omnipresence of the Divine, man should engage himself in good deeds, cherish good thoughts and dedicate his life to good practices. His words should be words of truth. The ornaments he should wear are the necklace of truthful speech, the earrings of listening to sacred lore and the bracelet of charity. Money is of the nature of manure. Piled up in one place, it pollutes the air. Spread it wide, scatter it over fields, it rewards you with a bumper harvest. So too, when money is spent for promoting good works, it yields contentment and happiness in plenty.

Dengan berbekal keyakinan atas omnipresencenya Sang Ilahi, maka manusia hendaknya melibatkan dirinya dalam perbuatan bajik, memelihara pemikiran yang positif serta mendedikasikan kehidupannya dengan mengikuti praktek-praktek (kehidupan) yang saleh. Ucapanmu haruslah merupakan ucapan yang sarat dengan kebenaran. Ornamen/perhiasan yang seharusnya engkau kenakan adalah berupa ucapan yang benar (sebagai kalung), mendengarkan kisah-kisah suci (sebagai anting-anting) dan sikap kedermawanan (sebagai gelang). Uang mempunyai ciri khas seperti halnya pupuk. Apabila pupuk itu ditumpuk begitu saja di satu tempat, maka ia akan menimbulkan polusi bagi udara di sekitarnya. Tetapi jikalau pupuk itu disebarkan di ladang, maka ia akan membantumu dalam menuai hasil panen yang berlimpah. Nah, demikianlah sifat uang, jikalau ia dimanfaatkan untuk mempromosikan kebajikan, maka ia akan menghasilkan kepuasan hati dan kebahagiaan yang berlimpah ruah.

-BABA

Thursday, July 10, 2008

Thoughts for the Day - 11th July 2008 (Friday)


You wear coloured glasses and see everything through those glasses. Correct your vision; the world will get corrected. Reform yourselves and the world will get reformed. You create the world of your choice. You see many, because you seek the many, not the One. Try to subsume the many in the One - first the family, then the community, the state, the nation and finally the world. Thus, progressively march on towards more and more inclusive loyalties and reach the stage of universality in thought, word and deed. This is the Sadhana (spiritual endeavour) of Love, for, Love is expansion. The individual has to be Universalised and expanded into Vishwaroopa (the cosmic form of the Divine).

Engkau mengenakan kaca-mata yang berwarna dan melihat segalanya melalui kaca-mata itu. Apabila engkau merubah pandanganmu (mengganti kaca-mata itu); maka dunia yang engkau lihat juga akan berubah. Oleh sebab itu, rubahlah dirimu sendiri terlebih dahulu, maka dunia ini juga akan mengalami perubahan. Engkau menciptakan dunia yang sesuai dengan pilihanmu sendiri. Engkau melihat begitu banyak kemajemukan disebabkan oleh karena cara pandangmu sendiri. Cobalah untuk melihat segalanya dalam satu kesatuan - pertama-tama dimulai dari lingkungan keluarga, kemudian komunitas, bangsa dan negara dan akhirnya seisi dunia ini. Secara perlahan-lahan bergeraklah maju untuk mencakupi semuanya hingga akhirnya mencapai universalitas dalam pikiran, ucapan dan perbuatan. Inilah sadhana cinta-kasih yang bersifat ekspansif. Seorang individu harus diuniversalisasi dan ditransformasikan menjadi Vishwaroopa (wujud kosmik Sang Ilahi).
-BABA

Wednesday, July 9, 2008

Thoughts for the Day - 10th July 2008 (Thursday)


The human body has been given to you for a grand purpose - that of realizing the Lord within. If you have a fully equipped car in good running condition would you stow it away in the garage? The car is primarily for going on a journey. Only then is it worthwhile to own it. So too with the body. Proceed, march on towards the goal. Learn how to use the faculties of the body, the senses, the intellect and the mind, for achieving that goal.

Badan jasmani ini telah diberikan kepadamu untuk digunakan dalam mencapai tujuan utama (kehidupan ini), yaitu untuk mencapai realisasi Keilahian yang ada di dalam dirimu. Apabila engkau telah mempersiapkan mobilmu dalam keadaan siap pakai, apakah mobil itu hanya akan disimpan saja dalam garasi? Fungsi utama mobil adalah untuk digunakan dalam perjalanan bukan? Sebab hanya dengan demikianlah, barulah kita pantas untuk memilikinya. Nah, demikian pula halnya dengan badan fisik kita ini. Majulah terus untuk mencapai tujuan hidup. Pelajarilah bagaimana caranya memanfaatkan 'perangkat-perangkat' yang dimiliki oleh badan ini, termasuk panca inderanya, intellectnya serta mind guna mencapai tujuan itu.
-BABA

Tuesday, July 8, 2008

Thoughts for the Day - 9th July 2008 (Wednesday)


What God loves most are the flowers that blossom on the tree of man's own life, fed and fostered by his own skill and sincerity. They are the flowers of virtues grown in the garden of his heart. Of these, the virtue of non-violence is most important. It involves much more than abstaining from harming living beings. One should desist from causing pain to any living being, not only in deed, but also in word and thought. One should not entertain any idea of hurting or humiliating another.

Yang paling disukai oleh Tuhan adalah bunga rampai yang bermekaran di dalam pohon kehidupan manusia, yang dipelihara serta dirawat melalui ketrampilan dan ketulusannya sendiri. Dari sekian banyak bunga-bunga keluhuran yang tumbuh di dalam kebun hatinya, maka yang paling penting adalah nilai luhur dalam bentuk non-violence (tanpa kekerasan). Yang dimaksud dengan non-violence bukan hanya sekedar tidak mencelakai/melukai mahluk lain (melalui tindakan fisik); melainkan ia juga termasuk menghindari perbuatan yang merugikan pihak lain melalui ucapan dan pikiran. Janganlah memiliki keinginan untuk melukai maupun mempermalukan siapapun juga.

-BABA

Monday, July 7, 2008

Thoughts for the Day - 8th July 2008 (Tuesday)


The nature of Divine love is different from that of human attachment. It is timeless and constant. Make it your sole ideal. It is inherent in you; all that needs to be done is to manifest it in the proper way. If there is sugar at the bottom of a tumbler of water, you can make the water sweet by stirring the sugar to dissolve it. Likewise, your heart is a tumbler at the bottom of which there is Divinity. Take the spoon of Buddhi (intellect), stir the heart by the process of Sadhana (spiritual effort). Then, the Divinity in the heart will permeate the entire body.

Sifat alami Divine love berbeda dengan love yang terkandung di dalam kemelekatan manusia. Divine love bersifat abadi dan konstan. Jadikanlah ia sebagai idealisme bagimu. Sebenarnya Divine love sudah ada di dalam dirimu; yang perlu engkau lakukan hanyalah melakukan daya-upaya untuk memanifestasikannya. Apabila di dasar sebuah gelas (air) telah terdapat gula, maka engkau bisa membuat air itu menjadi manis dengan jalan mengaduk-aduk gula tersebut agar tercampur rata bersama dengan airnya. Demikianlah, hatimu adalah bagaikan gelas tadi dimana di bagian dasar hatimu telah terdapat Divinity. Pergunakanlah sendok Buddhi (intellect) dan aduklah hatimu melalui proses yang dinamakan Sadhana (upaya spiritual). Dengan demikian, maka Divinity akan mengisi sekujur dirimu (lahir dan batin).

-BABA

Sunday, July 6, 2008

Thoughts for the Day - 7th July 2008 (Monday)


Man is enamoured of wealth, spouse and children. These obstruct him at each step and act as handicaps to spiritual advancement. Of course, money is essential for the process of living and labouring for it cannot be avoided. But, beyond a limit, riches foul the mind and breed arrogance. They must be used for good purposes, fostering Dharma (righteousness) and well-being, and fulfilling one's duties along the Divine path. If riches are spent for realizing fleeting desires, they can never be enough and the ego discovers newer and more heinous ways of earning and spending.

Manusia dibekali dengan kekayaan, istri dan anak. Sebenarnya semuanya itu merupakan penghalang dalam perjalanannya untuk mencapai kemajuan spiritual. Memang tidak dipungkiri bahwa uang diperlukan dalam proses kehidupan dan upaya untuk mencarinya tidaklah dapat dihindari. Namun yang perlu dicamkan adalah bahwa pemupukan uang yang melampaui batasan yang wajar (kekayaan yang berlebihan) akan meracuni mind dan membangkitkan kesombongan. Uang haruslah diberdaya-gunakan untuk maksud & tujuan yang baik, yaitu untuk memelihara Dharma dan kesejahteraan umat manusia, serta untuk memenuhi tanggung-jawab masing-masing dalam perjalanan spiritualnya. Apabila kekayaan dihambur-hamburkan demi untuk memuaskan keinginan duniawi, maka engkau tidak akan pernah merasa cukup dan sang ego akan selalu menemukan cara-cara baru untuk mencari serta menghabiskan kekayaan (bahkan dengan jalan yang terkeji sekalipun).
-BABA

Saturday, July 5, 2008

Thoughts for the Day - 6th July 2008


Grief is the feet and joy the head; both are part of the same entity. You cannot welcome joy and reject grief at the same time. You cannot have the obverse without the reverse. The diamond is at first just a dull piece of stone, a hard pebble. Only when it is cut by a skilled artisan does it shine brilliantly like a flame. Allow yourselves to be treated by the Master so that all your dullness will disappear and you will emerge effulgent as a resplendent diamond.

Penderitaan bagaikan kaki dan kesenangan adalah kepalanya; kedua-duanya adalah bagian dari satu entitas. Engkau tidak bisa menyambut kesenangan tetapi menolak penderitaan pada saat yang sama. Engkau tidak bisa memilih untuk mendapatkan bagian depan tanpa bagian belakangnya. Pada awalnya, permata hanyalah sebuah bongkahan batu yang keras. Namun setelah ditangani oleh ahlinya, maka batu itu berubah menjadi perhiasan yang bersinar terang. Biarkanlah dirimu ditangani oleh Sang Master agar kebodohanmu dapat disingkrikan dan engkau akan bersinar terang bagaikan permata indah.
-BABA

Friday, July 4, 2008

Thoughts for the Day - 5th July 2008 (Saturday)


Do not get attached to this evanescent body; utilize it as an instrument. Consider yourself as being separate from the body created out of the conjunction of the five elements. Know yourself to be the indestructible Atma. The body is the root cause of all grief and misery. Make the body obey your will. Contemplate on the truth that the body and the Atma are separate. This practice is indispensable for realizing the truth of one's Divinity.

Janganlah engkau melekat pada badan jasmani yang serba rentan ini; sebaliknya gunakanlah ia sebagai instrumen. Engkau perlu menganggap dirimu terpisah dari badan fisik yang terbentuk dari kelima unsur/elemen ini. Ketahuilah bahwa dirimu adalah Atma yang abadi. Badan jasmani merupakan akar penyebab penderitaan, pastikanlah bahwa engkau tidak diperbudak olehnya. Sadarilah kebenaran bahwa badan jasmani dan Atma adalah berbeda dan terpisah. Praktek perenungan seperti ini sangat diperlukan bagi seseorang dalam menyadari Divinity-nya.
-BABA

Thursday, July 3, 2008

Thoughts for the Day - 4th July 2008 (Friday)


Man has the choice of two paths - the Pravritti Marga (the outward path of involvement) or the Nivritti Marga (the inward path and non-involvement). When involved in the world, man is confronted with the six internal foes - lust, anger, greed, attachment, pride and hatred. When detached from the world, man is helped by six internal friends - sense and mind control, fortitude, contentment, faith and equanimity. The human body is deified as the temple of God; but the foes have to be evicted and the friends admitted before the Divine can establish itself there.

Manusia mempunyai dua macam jalan pilihan, yaitu: Pravritti Marga (jalan eksternal) atau Nivritti Marga (jalan internal yang tidak terlibat dengan hal-hal eksternal). Jikalau jalan yang dipilih adalah Pravritti Marga, maka manusia akan dikonfrontasi oleh enam musuh internalnya, yaitu: nafsu, kemarahan, keserakahan, kemelekatan, kesombongan dan kebencian. Namun apabila manusia tidak melekat kepada hal-hal yang bersifat duniawi, maka ia akan dibantu oleh enam sahabat internalnya, yaitu: kontrol panca indera dan mind, kesabaran, kepuasan hati, keyakinan dan keseimbangan batin. Badan jasmani manusia merupakan kuil bagi Tuhan; namun sebelumnya segala bentuk musuh-musuh internal haruslah dievakuasi dan diusir terlebih dahulu agar teman-teman yang baik diizinkan untuk masuk sehingga Divine mendapatkan tempat-Nya di sana.
-BABA

Wednesday, July 2, 2008

Thought s for the Day - 3rd July 2008 (Thursday)


Broaden your heart and make it as magnanimous as that of God Himself. If you look at a balloon, at first, it is flat. If you go on blowing air into it, it becomes bigger and bigger, and at one stage it will burst. Though beginning with the ideas of 'I' and 'mine', if you ultimately move on to the stage where you realize that "all are mine", "all are one"; gradually you will become broader in your vision and will merge in God who is omnipresent. You should recognise the truth that man's life consists of making the journey from the stage of 'I' to the stage of 'We'.

Lapangkanlah hatimu dan biarkanlah ia membesar sebagaimana Tuhan sendiri. Bila engkau melihat sebuah balon, maka pertama kali ia akan terlihat flat (datar). Tetapi ketika engkau terus-menerus menghembuskan angin ke dalamnya, maka ia menjadi semakin besar dan pada suatu saat ia akan meledak. Walaupun pada awalnya engkau memulainya dari 'I' dan 'mine', namun pada akhirnya engkau akan berlanjut ke tahapan berikutnya dimana engkau akan menyadari bahwa "semuanya adalah milikku", bahwa "semuanya adalah satu adanya"; dan secara perlahan engkau akan semakin lapang wawasan/cara pandangmu sehingga akhirnya bersatu dalam Tuhan omnipresent. Engkau harus menyadari kebenaran bahwa kehidupan sebagai manusia adalah untuk perjalanan dari tahapan 'I' ke tahapan 'We'.
-BABA

Tuesday, July 1, 2008

Thoughts for the Day - 2nd July 2008 (Wednesday)


Man should be the master of his behaviour; he should not be led away by the impulse of the moment; he must always be conscious of what is good for him. He should carry on his daily tasks such that he does not make others suffer or suffer himself. Be calm, unruffled and collected. The more you develop charity for all beings, contrition at your own faults, fear of sin and love of God, the more firmly established you will be in Shanti (peace).

Manusia haruslah menjadi master (tuan) bagi perilakunya sendiri; janganlah engkau terpancing oleh impuls/dorongan yang muncul sesaat; senantiasalah mawas diri dalam menentukan mana yang baik bagi dirimu. Lakukanlah tugasmu sehari-hari sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan kesusahan bagi orang lain maupun bagi dirimu sendiri. Tetaplah bersikap tenang. Apabila engkau mengembangkan charity (sikap kedermawanan), penyesalan atas kesalahanmu, takut berbuat dosa dan mencintai Tuhan, maka engkau akan semakin mantap di dalam Shanti (kedamaian).
-BABA

Thoughts for the Day - 1st July 2008 (Tuesday)


The spark of Love in you has to be cherished and nourished; then, every being will be God, every act will be Divine and every reaction you get from the outside world will be charged with love and sweetened with that nectar. When you love the God in all beings, He responds with love. Love God, though tribulation may be your lot, love Him though you are refused and rebuked; for, it is only in the crucible of travail that the metal is purified and cleared of blemish.

Percikan cinta-kasih yang ada di dalam dirimu haruslah dipelihara terus; sebab dengan demikian, maka engkau akan memperlakukan setiap mahluk hidup sebagai Tuhan, setiap tindakanmu akan bersifat Divine dan engkau juga akan mendapatkan cinta-kasih sebagai reaksi dari pihak luar. Apabila engkau mencintai Tuhan di dalam diri setiap mahluk, maka Beliau juga akan memberikan respons-Nya dengan cinta-kasih. Cintailah Dia, walaupun engkau mungkin harus menghadapi sekian banyak tantangan, ditolak dan sebagainya; karena pada prinsipnya semua hambatan itu tiada lain adalah bagian dari proses untuk memurnikan dirimu.

-BABA