Thursday, April 30, 2009

Thought for the Day - 30th April 2009 (Thursday)


A true devotee should not have desires. But, is it possible for you, endowed as you are with a body, mind and senses, to be without desires? One is bound to have some desire or the other. On the one hand, there are desires pertaining to the senses that confer momentary joy. On the other hand, there is a desire to transcend the senses. Thus, people are filled with many desires. There is nothing wrong in having desires, but all of them must be pleasing to God. You should practise the eternal principles based on Truth, and dedicate all your activities to God. Lead your life without the feelings of 'I' and 'mine' and offer everything to God.

Seorang Bhakta yang sejati seharusnya tidak mempunyai keinginan-keinginan. Tetapi, mungkinkah bagimu, yang dikaruniai dengan badan, pikiran, dan perasaan, untuk menjadi tanpa keinginan? Manusia terikat untuk memiliki beberapa keinginan atau yang lainnya. Di satu sisi, ada keinginan-keinginan berhubungan dengan indera yang memberikan kegembiraan sesaat. Di sisi lain, ada keinginan yang melampaui indera. Dengan demikian, orang-orang dipenuhi dengan banyak keinginan-keinginan. Tidak ada salahnya mempunyai keinginan-keinginan, tetapi  semuanya harus menyenangkan Tuhan. Engkau seharusnya mempraktekkan prinsip-prinsip yang kekal berdasarkan pada Kebenaran, dan mempersembahkan semua kegiatanmu pada Tuhan. Jalankan hidupmu tanpa perasaan ‘aku’ dan ‘kepunyaanku’ dan  persembahkan segala sesuatunya kepada Tuhan

 

-BABA

Wednesday, April 29, 2009

Thought for the Day - 29th April 2009 (Wednesday)


Love is Supreme. Develop love in your hearts. Let love flow through every part of your being. Make love the reigning principle of your life. Develop love through love. This was the prayer that went forth from the hearts of Gopikas: "Oh Krishna, play on your flute so that our parched hearts may be flooded with your nectarine love and we may be filled with love in all that we think and do. Plant the seeds of love in our arid hearts so that the saplings of love may sprout and grow." To experience this joy, you have to develop firm faith in God and shed all fear. Cultivate Divine Love and experience this joy. Sanctify your lives by dedicating it to the Divine.

Kasih itu agung. Kembangkanlah kasih di dalam hatimu. Biarlah kasih mengalir melalui setiap bagian dari keberadaanmu. Buatlah kasih menjadi prinsip penopang kehidupanmu.  Kembangkanlah kasih melalui kasih.  Ini merupakan doa yang keluar dari hati Gopikas:’Oh Krishna, mainkanlah seruling-Mu sehingga hati kami yang kering bisa dibanjiri dengan madu kasih-Mu dan kami senantiasa dipenuhi dengan kasih dalam segala hal yang kami pikirkan dan kami lakukan. Tanamlah benih kasih dalam hati kami yang gersang sehingga pohon kasih dapat tumbuh dan berkembang.” Untuk mengalami kegembiraan ini, engkau harus mengembangkan iman yang kuat kepada Tuhan dan meninggalkan semua ketakutan. Kembangkan kasih Tuhan dan alami kegembiraan ini. Sucikan hidupmu dengan mempersembahkannya pada Tuhan.

 

-BABA

Tuesday, April 28, 2009

Thought for the Day - 28th April 2009 (Tuesday)


Ponder over all the things for which you have cried so far. You will find that you have craved only for paltry things, for momentary distinctions, for fleeting fame. Instead, you should cry only for God, for your own cleansing and consummation. You should weep, for the six cobras that have sheltered themselves in your mind, poisoning it with their venom: Lust, anger, greed, attachment, pride and malice. Quieten them as the snake charmer does with his swaying flute. The music that can tame them is the Name of God. Thereafter, they become playthings; you can handle them as you please. When these are laid low, you will gain equanimity and you will remain unaffected by honour or dishonour, profit or loss, joy or grief.

Renungkan segala sesuatu yang telah engkau tangisi selama ini. Engkau akan menemukan bahwa engkau memohon hanya untuk sesuatu yang tidak berharga, untuk penghargaan-penghargaan yang sesaat, untuk kemasyuran yang sifatnya sementara. Sebagai gantinya, engkau seharusnya menangis hanya untuk Tuhan, memurnikan dan menyempurnakan  dirimu. Engkau seharusnya meneteskan air mata, untuk enam kobra yang  bersembunyi di dalam pikiranmu, meracuni dengan bisa-nya; Nafsu, kemarahan, ketamakan, keterikatan, kebanggaan dan kebencian. Menenangkan mereka sebagai penjinak ular tidak dengan mengayunkan seruling.  Musik yang dapat menjinakkan mereka adalah Nama Tuhan. Sesudah itu, mereka menjadi mainan; engkau dapat menangani mereka sesuai kehendakmu. Ketika hal ini dikalahkan, engkau akan mendapatkan ketenangan dan engkau akan tetap tidak terpengaruh oleh penghormatan atau celaan, keuntungan atau kerugian, kesenangan atau kesedihan.

-BABA

Thought for the Day - 27th April 2009 (Monday)


Realize that human happiness is not to be found in sensory objects or experiences. Whatever pleasure is derived from these is transient and momentary. Real and enduring bliss is to be derived from within oneself. The senses should be regarded as instruments for rendering service to others. The foolish idea that happiness lies only in indulging in sensual pleasures should be given up. Only animals are content to derive satisfaction from the senses alone. Hence, every man should firmly declare, "I am a man and not an animal." Only when he has this firm conviction will man shed his animal nature and assert his humanness. Therefore, it is only when the senses are brought under control that the nature of Divinity can be comprehended.

Sadarilah bahwa kebahagiaan manusia tidak akan ditemukan dalam benda-benda atau pengalaman-pengalaman duniawi. Apapun kesenangan yang berasal dari hal tersebut adalah sementara dan sesaat. Kebahagiaan sejati dan kekal hanya berasal dari dalam diri. Indera seharusnya dipergunakan sebagai alat untuk memberikan pelayanan kepada orang lain. Gagasan yang bodoh bahwa kebahagiaan hanya terletak dalam memanjakan  kesenangan-kesenangan sensual harus dihentikan. Hanya binatang yang memuaskan dirinya dengan memperoleh kepuasan dari inderanya sendiri. Karenanya, setiap orang harus tegas menyatakan.”Aku adalah manusia dan bukan binatang.” Hanya ketika manusia mempunyai keyakinan yang kuat manusia akan menanggalkan sifat kebinatangannya dan menegaskan sifat kemanusiaannya. Oleh karena itu, hanya ketika indera dikendalikan, sifat ketuhanan dapat dipahami.

-BABA

Sunday, April 26, 2009

Thought for the Day - 26th April 2009 (Sunday)


Pleasure and sorrow are not inherent in the nature of man. They are products of the mind. Bliss is the true nature of man. But it can be realised only when the love of God is experienced. The sense of 'my-ness' has to be totally eradicated. The man who is filled with love has great peace of mind, purity of heart and is unruffled by any adverse circumstances, failures or losses. This fortitude is derived from love of the Lord, which endows him with self-confidence. Self-confidence generates an immense internal power. Everyone has to develop this power. Everyone has to develop this self-confidence so that the Atma-Ananda (bliss of the Self) may be experienced.

Kesenangan dan kesedihan pada dasarnya bukan  sifat alami manusia. Hal tersebut merupakan hasil dari pikiran. Kebahagiaan adalah sifat alami manusia yang sejati. Tetapi hal tersebut dapat disadari hanya ketika kasih Tuhan dirasakan. Rasa ‘my-ness’ (keakuan) harus secara total dimusnahkan. Orang yang penuh dengan kasih mempunyai ketenangan pikiran yang hebat, kemurnian hati dan tenang dalam setiap keadaan yang kurang baik, kegagalan atau kehilangan. Kekuatan ini berasal dari kasih Tuhan, yang menganugerahkannya dengan kepercayaan-diri. Kepercayaan diri mendatangkan kekuatan batin yang sangat besar. Setiap orang harus mengembangkan kekuatan ini. Setiap orang harus mengembangkan kepercayaan diri ini sehingga Atma-Ananda (kebahagiaan Atma) bisa dialami.

 

-BABA

Saturday, April 25, 2009

Thought for the Day - 25th April 2009 (Saturday)


See God in every one you meet; see God in everything you perceive. His Mystery is immanent in all that is material and non-material. The Universe is permeated by the Divine, it is an expression of His Mystery! Dip into the springs of joy within you and progress; do not stand still or recede. Every minute must mark a step forward. Rejoice that it is given to you to recognise God in all and welcome all chances to sing His Glory, to hear His miraculous stories, to share His presence with others.

Lihatlah Tuhan dalam setiap orang yang engkau temui, Sadarilah Tuhan dalam segala hal yang engkau rasakan. Misteri-Nya tetap ada dalam segala hal baik material (kebendaan) maupun non material. Alam semesta menyebar ke seluruh bagian karena Illahi (Ketuhanan), ini adalah ungkapan Misteri-Nya! Selami sumber kebahagiaan dalam dirimu dan kembangkan; jangan diam atau mundur. Setiap menit harus menandakan langkah ke depan. Menggembirakan bahwa hal tersebut telah diberikan kepadamu untuk menyadari Tuhan dalam segala hal dan menyambutnya untuk menyanyikan Kemuliaan-Nya, untuk mendengarkan kisah-kisah ajaib-Nya, untuk berbagi kehadiran-Nya dengan yang lainnya.

-BABA

Friday, April 24, 2009

Thought for the Day - 24th April 2009 (Friday)


In rendering seva (selfless service), one should not think that their services should be confined to the poor and the destitute. There is no need to make any artificial distinction between the rich and the poor in the sphere of service. What matters is the service done to a person who needs it. Your concern should only be with what kind of service is required, when and where, and not the status or position of the person concerned. The primary requisite is a genuine spirit of love and camaraderie. If there is no feeling of kindness and compassion, whatever service that is done becomes an artificial exercise, done for getting publicity or recognition. Ostentation in rendering service is harmful as it will only inflate the ego.

 

Dalam memberikan pelayanan (pelayanan tanpa pamrih), seseorang seharusnya tidak berpikir bahwa pelayanan mereka terbatas pada yang miskin dan kurang mampu. Tidak perlu membuat perbedaan antara yang kaya dan miskin dalam bidang pelayanan.  Yang terpenting dilakukan adalah pelayanan kepada orang yang memerlukannya. Perhatianmu seharusnya hanya pada jenis pelayanan yang diperlukan, kapan dan dimana, dan bukan pada status atau posisi dari orang yang bersangkutan. Hal utama yang diperlukan adalah semangat cinta dan ketulusan yang sungguh-sungguh. Jika tidak ada rasa kasihan dan kebaikan hati, apapun juga pelayanan yang dilakukan menjadi tidak bermanfaat, yang dilakukan untuk mendapatkan pengakuan atau publisitas.  Memamerkan kekayaan untuk mendapatkan pujian dalam memberikan pelayanan adalah tidak baik karena hanya akan memuaskan ego.

-BABA

Thursday, April 23, 2009

Thought for the Day -23rd April 2009 (Thursday)


The Lord creates hostile forces to demonstrate the power of faith in the Divine and to confer peace and plenty on the believers. Just as a mother provides toys and sweets to a child for its pleasure, though they are of no use to her, God creates certain situations for the sake of the devotee, to bring out the depth of his devotion. Even in small matters, we find that their true nature is discovered only by experiencing the elements opposed to them. For instance, if one wants to develop physical strength, he has to subject the body to strenuous exercises. Even a diamond requires to be cut and polished to enhance its brilliance and value. 

Tuhan menciptakan kekuatan-kekuatan yang berlawanan untuk membuktikan kekuatan keyakinan terhadap Tuhan dan untuk menganugerahkan kedamaian dan kelimpahan pada orang-orang yang percaya. Seperti seorang ibu yang memberikan mainan dan manisan kepada seorang anak untuk kesenangan, walaupun hal itu tidak bermanfaat bagi sang ibu, Tuhan menciptakan situasi-situasi tertentu untuk kepentingan Bhaktanya, untuk membangkitkan Bhaktinya yang terdalam. Bahkan dalam hal-hal kecil, kita temukan bahwa sifat sejati mereka hanya terungkap dengan mengalami hal-hal yang bertentangan dengan mereka. Misalnya, jika seseorang ingin mengembangkan kekuatan fisik, dia harus memaksa badannya untuk giat berolahraga. Bahkan berlian harus di potong dan di gosok untuk menambah kemilau dan nilainya.
-BABA

Wednesday, April 22, 2009

Thought for the Day - 22nd April 2009 (Wednesday)


Man's mind is too full of the world and desires demand too much of his time and energy. Engrossed in the analysis of the material world, he has lost all sense of sweetness and sublimity and truth has become just another word in the dictionary. Humility, patience and reverence have become irrelevant .The only ray of hope in this enveloping gloom of fear, hatred and persecution, is the Peace that one can win through self-control and Sadhana (spiritual endeavour). That Peace will pervade and purify the inner consciousness as well as the outer atmosphere.

Pikiran manusia terlalu dipenuhi dengan kehidupan duniawi dan keinginan-keinginan yang terlalu banyak menghabiskan waktu dan energinya. Begitu asyik pada analisa yang bersifat duniawi, manusia kehilangan semua kemanisan dan keindahan serta kebenaran yang hanya menjadi kata-kata di dalam kamus. Kerendahan hati, kesabaran dan rasa hormat menjadi tidak penting. Satu-satunya sinar harapan yang menyelimuti kegelapan karena ketakutan, kebencian dan siksaan, adalah Kedamaian yang dapat dicapai melalui pengendalian diri dan Sadhana (usaha-usaha spiritual). Kedamaian itu akan menyebar dan memurnikan kesadaran batin maupun lingkungan di sekitarnya.

-BABA

Tuesday, April 21, 2009

Thought for the Day - 21st April 2009 (Tuesday)


In the heart of man, God resides along with the individual self, just as light and shade co-exist. Shade is caused by Light; it declares the presence of Light. They are fundamentally inseparable. So too, are the Jivi (individual self) and the Brahman (Universal Self) related to each other as One Inseparable Entity. The Jivi as the shadow exists in and through Brahman and partakes of the same Divine splendour. Every individual has to become aware of this identity. When the One is reflected in the many, in the multitude of Jivis, it appears as the Self in each, which watches unaffected as the Witness.

Dalam hati manusia, Tuhan berada bersama-sama dengan individu, sama seperti cahaya dan bayangan saling mengisi. Bayangan yang disebabkan oleh cahaya, menegaskan keberadaan cahaya. Mereka pada dasarnya tidak dapat dipisahkan. Demikian juga, Jivi (individu) dan Brahman terkait satu sama lain sebagai Satu Wujud yang tidak terpisahkan. Jivi bagaikan bayangan yang eksis di dalam serta melalui Brahman; merupakan bagian dari kecemerlangan Ilahi. Setiap individu seharusnya menyadari identitas ini. Ketika Yang Maha Esa dicerminkan secara majemuk, yakni di dalam diri setiap insan (Jivi); maka Ia akan berwujud sebagai Self (Atma) di dalam diri masing-masing; yang betindak sebagai saksi (yang tak terpengaruh oleh gejolak duniawi).

-BABA

Monday, April 20, 2009

Thought for the Day - 20th April 2009 (Monday)


All the myriad differences that one sees in the world are only varying manifestations of the one basic entity - Brahman (Godhead). A man who seeks to enjoy the fruit of a tree cannot be content with nourishing only the flowers. He has also to nourish the roots, the trunk, the branches, the leaves and the flowers. Likewise, the man who seeks the highest Jnana (wisdom) has to nourish the body, the senses and the feelings appropriately. God is the eternal Reality, without birth, growth or death, without a beginning or an end, and who is immutable. It is only bodies that are subject to change. The immutable Divine has to be experienced by making use of the body that is mutable.

Segala ribuan perbedaan yang manusua lihat di dunia hanyalah beragam manifestasi dari satu dasar kesatuan – Brahman (Ketuhanan).  Seseorang yang  mencari nikmatnya buah di pohon tidak bisa puas dengan hanya memelihara bunganya. Dia juga harus memelihara akarnya, batangnya, cabangnya, daunnya dan bunganya. Demikian juga seseorang yang mencari Jnana (kebijaksanaan) tertinggi harus memelihara badan, indera dan perasaan dengan benar. Tuhan adalah kenyataan abadi, tanpa kelahiran, pertumbuhan atau kematian, tanpa awal ataupun akhir dan yang tidak berubah. Hanya badanlah  yang berubah. Ketuhanan yang tidak berubah harus disadari dengan menggunakan badan yang dapat berubah.

-BABA

Sunday, April 19, 2009

Thought for the Day - 19th April 2009 (Sunday)


The sages of India sought to know that knowledge which when gained, everything else becomes known. The expression of that discovery in practical life is Love; for, it is Love that creates, sustains and envelops all. Without Love, no one can claim to have succeeded in comprehending God and His handiwork, the Universe. God is Love, live in Love - that is the teaching of the sages. The heart has to be prepared by means of Namasmarana (constant repeating of the Name). This constitutes a Yoga in itself, 'Chittha shuddhi yoga', the path of Consciousness-cleansing." Charge every second of your time with the powerful Divine current that radiates from the Name.

Para orang bijaksana India telah mencari tahu pengetahuan itu yang mana ketika diperoleh, segala sesuatu yang lainnya menjadi diketahui. Ungkapan penemuan itu dalam kehidupan nyata  adalah Cinta Kasih, karena, Cinta Kasihlah yang menciptakan, mendukung dan meliputi segalanya. Tanpa Cinta Kasih, tidak seorang pun dapat menyatakan telah berhasil dalam memahami Tuhan dan pekerjaan tangan-Nya, alam semesta. Tuhan adalah Cinta Kasih, hiduplah dalam Cinta Kasih – ini adalah ajaran dari orang-orang bijaksana. Hati harus dipersiapkan sebagai alat Namasmarana (pengulangan nama Tuhan).  Hal ini merupakan Yoga dalam diri, ‘Chittha shuddhi yoga’, jalan pemurnian kesadaran. Isilah setiap detik waktumu dengan aliran kekuatan ketuhanan yang terpancar dari Nama-Nya.

 -BABA

Saturday, April 18, 2009

Thought for the Day - 18th April 2009 (Saturday)


The awareness of Swaswaroopa (one's real nature) is true knowledge and devotion is the means to achieve this knowledge. The light of the sun is reflected by the moon. While the light from the sun is warm and bright, when the same light is radiated by the moon, it is cool and soothing. The same light is present in the sun and the moon; the principle that illumines both the sun and the moon is the Spirit (Atma-tatwa). The sun's light has been compared to Jnana (wisdom) and the moon's light to Bhakti (devotion). Jnana is effulgent, while Bhakti is blissful. Thus Bhakti and Jnana are the means to the same end.

Kesadaran dari Swaswaroopa (sifat manusia sejati) adalah pengetahuan sejati dan bhakti adalah cara untuk mencapai pengetahuan ini. Cahaya matahari dipantulkan oleh bulan. Walaupun cahaya dari matahari hangat dan terang, ketika cahaya yang sama dipancarkan oleh bulan, cahaya itu menjadi dingin dan menyejukkan. Cahaya yang berada pada matahari dan bulan sama; sumber yang menerangi kedua-duanya adalah Spirit (Atma-tatwa). Cahaya matahari diibaratkan dengan Jnana (kebijaksanaan) dan  cahaya bulan dengan Bhakti. Jnana bersinar cemerlang, saat Bhakti berbahagia. Dengan demikian, Bhakti dan Jnana merupakan alat untuk tujuan yang sama.

 

-BABA

Friday, April 17, 2009

Thought for the Day - 17th April 2009 (Friday)


While the Divine is thus all-pervasive, the ability to recognise this truth is not present in all. The fact is well known that fire is latent in wood. But on that basis, if one attempts to cook rice in a vessel, placing it on a lorry load of unlit wood, can the rice be cooked? Fire has two states - the inner and the outer. The fire that is invisible and latent is inner fire. This fire, though it is present, cannot burn anything. The external fire manifests its true form and can burn anything and reduce it to ashes. Likewise, the power to experience the omnipresent Divine and envision it internally is possessed by each one, while only some have the capacity to demonstrate it externally.

Walaupun Ketuhanan itu meliputi segalanya, kemampuan untuk menyadari kebenaran ini tidak ada dalam setiap orang. Faktanya diketahui bahwa api tersembunyi di dalam kayu. Tetapi, jika seseorang berusaha memasak beras dalam suatu wadah, menempatkannya pada sebuah truk yang memuat kayu, dapatkah beras itu dimasak? Api mempunyai dua bentuk – bagian dalam (tersembunyi) dan bagian luar (terlihat). Api yang tidak dapat dilihat dan tersembunyi disebut api bagian dalam. Api ini, walaupun ada, tidak dapat membakar apapun. Api yang eksternal (bagian luar) memiliki bentuk nyata dan dapat membakar apapun dan mengubahnya menjadi abu. Demikian pula, kemampuan untuk mengalami sifat Tuhan yang ada dimana-mana dan menggambarkannya secara internal  dimiliki oleh masing-masing orang, walaupun hanya beberapa orang yang mempunyai kemampuan untuk menunjukkannya secara eksternal.

 

-BABA

Thursday, April 16, 2009

Thought for the Day - 16th April 2009


It is the nature of a magnet to attract iron. But, if the iron is covered with rust, it will be unable to get attracted by that magnetic power. In man, greed for sensual pleasure is one of the causes for this harmful 'rust' to accumulate. Hence, care has to be taken to ensure that the rust never forms. Then, the iron piece called man, by contact with the magnet called God takes on the divine magnetic quality and attains the object of its quest. The rust of sensual greed can be kept at bay by keeping good company, and putting into practice the axioms of good conduct that one can imbibe from such sacred company.

Merupakan sifat dari magnet untuk menarik besi. Tetapi, jika besi tersebut ditutupi oleh karat, ia tidak akan mampu menarik daya magnetis itu. Pada manusia, ketamakan untuk kesenangan sensual adalah salah satu penyebab berbahaya ‘karat’ bertambah jumlahnya sedikit demi sedikit. Karenanya, perhatian harus diambil untuk memastikan bahwa karat itu tidak pernah terbentuk. Jadi, besi dianggap manusia, magnetnya adalah Tuhan yang membawa sifat magnetis Ketuhanan dan mencapai objek dari pencarian. Karat dari ketamakan sensual dapat dikendalikan dengan mencari pergaulan yang baik, dan mempraktekkan prinsip-prinsip kebajikan, yang dapat diserap dari pergaulan dengan orang suci.

 

-BABA

Wednesday, April 15, 2009

Thought for the Day - 15th April 2009 (Wednesday)


You should not spend your time in idleness, saying to yourself that the Lord will come to your help when the need arises. You must rise and work. God helps those who help themselves, and He will help no other. Do the work that has fallen to your lot, and do it sincerely and efficiently.

Engkau seharusnya tidak menghabiskan waktumu dalam kemalasan, mengatakan pada dirimu bahwa Tuhan akan datang untuk membantumu jika diperlukan. Engkau harus bangkit dan bekerja.Tuhan membantu orang-orang yang membantu diri mereka sendiri, dan Beliau akan membantu bukan yang lainnya. Lakukan pekerjaan sesuai dengan tugasmu, dan lakukan itu dengan efisien dan tulus.

 

-BABA

Tuesday, April 14, 2009

Thought for the Day - 14th April 2009 (Tuesday)


Every man aspires for happiness and wants to avoid sorrow. But in this world, truth and untruth, righteousness and unrighteousness, joy and sorrow pass and change with time. Man should have faith in the ultimate principle out of which both good and evil arise. True man is the one who treats pain and pleasure equally. You should trust the Divine and experience His love in your hearts. In this world, the gain from sorrow is more than that out of happiness. The saints and sages of yore, who have become immortal in history, aspired for hardships rather than happiness. The joy that arises out of overcoming hardships is more lasting than that gained from happiness. Hence, we should not be averse to sorrow nor should we look for happiness alone.

 

Setiap orang menginginkan kebahagiaan dan menghindari kesedihan. Tetapi di dunia ini, kebenaran dan ketidakbenaran, kebajikan dan kejahatan, kebahagiaan dan kesedihan berlalu dan berubah seiring waktu. Manusia seharusnya mempunyai keyakinan yang paling prinsip darimana kebaikan dan kejahatan muncul. Manusia sejati adalah seseorang yang memperlakukan kesedihan dan kegembiraan dengan sama. Engkau seharusnya percaya kepada pengalaman Ketuhanan dan kasih-Nya dalam hatimu. Di dunia ini, yang memperoleh kesedihan lebih banyak daripada yang mendapatkan kebahagiaan. Orang-orang suci dan orang-orang bijaksana jaman dulu, yang telah menjadi abadi dalam sejarah, lebih banyak mengalami penderitaan dibandingkan dengan kebahagiaan. Kebahagiaan yang timbul dari mengatasi penderitaan lebih kekal daripada yang didapat dari kebahagiaan. Karenanya, kita seharusnya tidak menolak kesedihan begitu juga kebahagiaan.

-BABA