Wednesday, August 31, 2011

Thought for the Day - 31st August 2011 (Wednesday)

Islam means surrender to God. Everyone who in a spirit of surrender and dedication, live in peace and harmony in society, do really speaking, belong to Islam. Islam insists on full co-ordination between thought, word and deed. In the month of Ramzan, the fast and the prayers are designed to awaken and manifest this realisation. Ramzan brings together in bonds of love kith and kin, near and far, friend and foe. Whichever may be the religion, its emphasis is on unity, harmony and equal-mindedness. Therefore, cultivate love, tolerance and compassion, and demonstrate the Truth in every daily activity. This is the Message I give you with My Blessings.

Islam berarti pasrah total pada Allah. Islam juga mengajarkan agar setiap orang memiliki semangat pasrah total dan pengabdian, hidup dalam kedamaian dan harmoni dalam masyarakat, serta berbicara benar. Islam menekankan pada kesatuan antara pikiran, ucapan dan perbuatan. Pada bulan Ramadhan, puasa dan doa dirancang untuk membangkitkan dan mewujudkan kesadaran ini. Ramadhan membawa bersama ikatan cinta-kasih sanak kerabat, yang dekat dan jauh, teman dan musuh. Apapun agama yang dianut, penekanannya adalah pada kesatuan, harmoni dan pikiran yang sama. Oleh karena itu, kembangkanlah cinta-kasih, toleransi dan kasih sayang, dan tunjukkanlah kebenaran dalam setiap aktivitas sehari-hari. Ini adalah pesan yang Aku berikan padamu dengan Berkat-Ku.

-BABA

Tuesday, August 30, 2011

Thought for the Day - 30th August 2011 (Tuesday)

The Quran lays down that all beings should cultivate the sense of unity, interdependence, selfless love and the immanence of Divinity. Prayer in a group produces beneficial vibrations. Prayer in Islam is also a congregational activity. Islam promises a greater flow of ecstasy when God is adored by a huge concourse of yearning hearts. All of them bow low at the sight of the Masjid (mosque). They sit in rows on their bended knees and lean forward until their palms and foreheads touch the ground in humble submission to God’s Will. God is One and the teachings in all faiths exalt Him as Love, Compassion, Tolerance and Sympathy. Islam teaches that God's Grace can be won through justice and righteous living; wealth, scholarship and power cannot earn It. Sacred love alone can please the Lord. This is the message of every religion.

Al-Qur'an mengajarkan bahwa semua makhluk harus mengembangkan rasa persatuan, saling membantu, cinta-kasih tanpa pamrih dan imanent pada Tuhan. Berdoa secara berkelompok dapat menghasilkan vibrasi (getaran) yang bermanfaat. Doa dalam Islam juga merupakan kegiatan jemaat dan Islam meyakini akan ada aliran kebahagiaan yang luar biasa besar ketika Allah yang dipuja berasal dari kerinduan hati. Semua dari mereka membungkuk rendah di hadapan Masjid. Mereka duduk dalam barisan dengan lutut ditekuk dan condong ke depan sampai telapak tangan mereka dan dahi menyentuh tanah sebagai tanda penyerahan diri pada Kehendak Allah. Allah adalah Satu dan ajaran-ajaran di semua agama memuliakan Beliau sebagai Cinta-kasih, Kesabaran, dan Simpati. Islam mengajarkan bahwa Berkat Allah dapat dimenangkan melalui keadilan dan hidup yang benar, bukan melalui kekayaan, pendidikan, dan kekuasaan. Hanya Cinta-kasih suci yang dapat menyenangkan Tuhan. Ini adalah pesan dari setiap agama.

-BABA

Monday, August 29, 2011

Thought for the Day - 29th August 2011 (Monday)

Develop faith in God. All names are His - Rama, Krishna, Christ or any other name. Every man is the embodiment of the Divine. True human relations can grow only when this truth is recognised. The first stage is where you recognise "I am in the Light." Next, when you realise, "The Light is in me," and finally when you realise, "I am the Light." "I" represents love and light represents Jnana (Supreme Wisdom). When love and light become one, there is Realisation. Love should come from within, not be enforced from outside.

Kembangkanlah keyakinan pada Tuhan. Semua nama adalah milik-Nya - Rama, Krishna, Kristus atau nama lainnya. Setiap orang adalah perwujudan Tuhan. Hubungan manusia sejati bisa berkembang hanya jika kebenaran ini disadari. Tahap pertama adalah saat engkau menyadari "Aku di dalam Cahaya." Selanjutnya, ketika engkau menyadari, "Cahaya dalam diriku," dan akhirnya ketika engkau menyadari, "Aku adalah Cahaya." "Aku" mewakili cinta-kasih dan cahaya merupakan Jnana (Maha Bijaksana). Ketika cinta-kasih dan cahaya menjadi satu, ada Realisasi. Cinta-kasih seharusnya datang dari dalam, tidak dipaksakan dari luar.

-BABA

Sunday, August 28, 2011

Thought for the Day - 28th August 2011 (Sunday)

Bhakti (Devotion) occupies the pride of place in Bharathiya culture. Devotion cannot be confined to observances like worship, pilgrimages or going to temples. These are merely actions indicative of devotion. There is a power that provides a basic impulse for these actions. That is the love of God. Bhakti means Paripurna Prema (total love). This love is motiveless. Love based on a motive cannot be real love. As a river seeks to join the ocean by a natural impulse, as a creeper winds itself naturally around a tree to climb upwards, so too is the devotee's love a spontaneous expression of the yearning to realise God, free from worldly desires of any kind. To experience the presence of the Divine, the devotee's love should flow as a pure selfless stream. It should regard the Divine as One that pervades everything. The devotee should practise seeing God in every object in the cosmos and firmly believe that all names and forms are derived from God.

Bhakti (Pengabdian) menempati tempat terhormat dalam budaya Bharathiya. Pengabdian tidak dapat dibatasi pada suatu pemujaan, ziarah atau pergi ke kuil. Ini hanyalah menunjukkan tindakan pengabdian. Ada kekuatan yang memberikan dorongan dasar untuk tindakan ini, yaitu kasih Tuhan. Bhakti berarti Prema Paripurna (cinta-kasih total). Cinta-kasih yang tidak memiliki motif, karena cinta-kasih yang berdasarkan motif bukanlah cinta-kasih sejati. Seperti sungai, dengan dorongan alami berusaha bergabung dengan laut, seperti angin merambat sendiri secara alami di sekitar pohon untuk memanjat ke atas, demikian pula bhakta dengan penuh kerinduan menyadari Tuhan, bebas dari keinginan duniawi apapun. Untuk mengalami kehadiran Tuhan, cinta bhakta harus mengalir sebagai aliran cinta-kasih tanpa pamrih yang murni. Ia harus menganggap Tuhan sebagai Yang Esa yang meliputi segalanya. Para bhakta harus berlatih melihat Tuhan dalam setiap objek di alam semesta ini dan memiliki keyakinan yang kuat bahwa semua nama dan wujud berasal dari Tuhan.

-BABA

Saturday, August 27, 2011

Thought for the Day - 27th August 2011 (Saturday)

There is a tendency among the youth to lead comfortable lives resting in air-conditioned chambers, avoiding manual labour, its stress and strain, sweat and dirt, without even one fold of their ironed clothes getting crumpled. This attitude is a far cry from the ideals of obedience and humility instilled by education. They should impart to the people around them in society the sacred ideas they have imbibed. They must spring like tiger cubs into the arena of the villages and cleanse them of all sorts of pollution. They must teach and train the illiterate residents of the villages to live decently and with dignity. They must strive along with the villagers and lead them forward. The youth of today should pose lofty ideals of life to the world through their exemplary lives.

Ada kecenderungan di kalangan pemuda saat ini untuk menjalani kehidupan yang nyaman beristirahat di ruang ber-AC, menghindari pekerjaan kasar (buruh), menghindari stres dan ketegangan, menghindari keringat dan kotoran, dan bahkan tidak menyukai pakaian yang kusut. Sikap ini sangat jauh dari sifat kerendahan hati yang telah ditanamkan pendidikan. Para pemuda seharusnya memberikan ide-ide suci yang telah mereka serap dari pendidikan kepada masyarakat di sekitar mereka. Mereka harus menyebar seperti anak harimau ke dalam arena desa-desa dan membersihkan mereka dari segala macam polusi. Mereka harus mengajar dan melatih penduduk yang buta huruf di desa-desa supaya mereka bisa hidup layak dan bermartabat. Mereka harus berjuang bersama dengan penduduk desa dan mengarahkan mereka untuk maju. Para pemuda saat ini harus menimbulkan cita-cita luhur kehidupan dunia melalui teladan hidup mereka.

-BABA