Friday, August 31, 2012

Thought for the Day - 31st August 2012 (Friday)


Once a merchant asked a sailor how his grandfather and father had met their end. It seems they both had died on the sea. So the merchant asked the sailor whether he was not afraid of sailing on the sea. The sailor then asked the merchant where his forefathers had died. He was told that they had all died in bed. Now the sailor asked the merchant how he was not afraid of going to bed! Everyone’s life shall come to an end somewhere, somehow; but the wise alone achieve the Divine Vision before the end. If you have the cool spring of devotion within you, the fires of anxiety cannot harm you. Then, every visit of calamity will take on a new meaning, as a sign of Grace, to harden and toughen you, and make you seasoned timber, for His purpose. Be an instrument in the hands of God; let Him use you for any purpose He prefers.

Suatu waktu seorang pedagang bertanya pada seorang pelaut bagaimana kakeknya dan ayahnya menemui ajal mereka. Sepertinya mereka berdua telah meninggal di laut. Jadi pedagang tersebut menanyakan pada si pelaut apakah ia tidak takut berlayar di laut. Pelaut kemudian bertanya pada si pedagang di mana nenek moyangnya telah meninggal. Si pedagang mengatakan bahwa mereka semua meninggal di tempat tidur. Sekarang si pelaut menanyakan pada si pedagang mengapa ia tidak takut ketika akan pergi tidur! Semua orang yang hidup akan berakhir/mengalami kematian di suatu tempat, entah dengan cara bagaimana, tetapi hanya orang bijak yang bisa mencapai Divine Vision sebelum mereka menemui akhir hidupnya. Jika engkau memiliki sumber kesejukan/ketenangan pengabdian dalam dirimu, api kecemasan tidak akan dapat membahayakanmu, sehingga  setiap bencana yang datang dapat memberi makna baru, sebagai tanda keagungan Tuhan, yang dapat menguatkan dan memperkaya pengalaman. Engkau hendaknya menjadi instrumen di tangan Tuhan, biarkanlah Beliau menggunakan engkau untuk tujuan-Nya.
-BABA

Thursday, August 30, 2012

Thought for the Day - 30th August 2012 (Thursday)

Illness is caused more by malnutrition of the mind than of the body. As doctors speak of vitamin deficiency, I will present the root-cause in similar lines as ‘Deficiency of Vitamin G’. To cure this, I will recommend the repetition of any Name of God, along with contemplation of His Glory and Grace of God. That is the medicine to overcome the Vitamin G deficiency. Regulated life and habits are two-thirds of the treatment while medicine contributes to one-third. Every one of you must reveal the qualities of love, humility, detachment and contentment through all your actions. When your mind is unattached to the ups and downs of life, but is able to maintain equanimity under all circumstances, your physical health will be excellent.

Pada masa sekarang ini, penyakit lebih banyak disebabkan oleh kekurangan gizi pikiran daripada kekurangan gizi pada badan. Para dokter berbicara tentang kekurangan vitamin, Aku akan menyampaikan akar-penyebabnya yaitu 'Kekurangan Vitamin G'. Untuk menyembuhkannya, Aku akan merekomendasikan pengulangan Nama Tuhan (God), bersama-sama dengan kontemplasi Kemuliaan (Glory) dan Keagungan (Grace) Tuhan. Itulah obat untuk mengatasi kekurangan Vitamin G ini. Kehidupan dan kebiasaan yang teratur adalah dua pertiga dari pengobatan, sementara obat hanya berkontribusi sepertiga. Engkau harus menampakkan kualitas penuh cinta-kasih, kerendahan hati, tanpa kemelekatan, dan  kepuasan hati melalui semua tindakan-tindakan yang engkau lakukan. Ketika pikiranmu tidak terikat pada pasang surut kehidupan, tetapi mampu mempertahankan keseimbangan batin dalam semua keadaan, maka kesehatan fisikmu akan menjadi sangat baik.
-BABA

Wednesday, August 29, 2012

Thought for the Day - 29th August 2012 (Wednesday)

The scriptures point out the means of securing everlasting joy, but people are drawn to earn shadowy joys and fleeting pleasures that are fraught with evil and harm. They are trying to draw water with a pot full of holes. The senses leak out the joy they draw. The senses are wild untutored servants who dictate terms to their master – the mind. The mind has to be brought under your grip. Then the servants will fawn at your feet. The mind is the monarch; the senses are the soldiers; the soldiers are now ruling the king, because he lends his ears to them and not the intellect, who is the Prime Minister. Let your intellect take charge. The light of the Sun (your Soul) is obstructed by the thick clouds of desire for sense objects and objective pleasure. Let the strong wind of repentance and resolution scatter the clouds, so that the Aatma may shine forth brilliantly.

Kitab-kitab suci menyampaikan bagaimana cara memperoleh kebahagiaan abadi, tetapi orang-orang tertarik untuk mendapatkan kebahagiaan dan kesenangan yang bersifat sementara yang diperoleh dengan kejahatan dan merugikan yang lainnya. Dapat diibaratkan seperti menimba air dengan menggunakan ember yang penuh lubang, bagaimanapun kuatnya usaha yang dilakukan maka engkau tidak akan pernah mendapatkan air. Indera adalah pelayan tak terdidik yang mendikte master (tuan) mereka – yaitu pikiran. Pikiran harus selalu berada dalam kendalimu, maka para pelayan akan bersimpuh di kakimu. Pikiran dapat diibaratkan sebagai raja; indera adalah para tentara; tentara sekarang yang memerintah raja, karena ia meminjamkan telinganya kepada mereka dan tidak kepada orang yang intelek yaitu Perdana Menteri. Biarlah kecerdasan-mu segera mengambil alih. Cahaya Matahari (Jiwa-mu) telah terhalang oleh awan tebal keinginan panca indera dan kesenangan objektif, oleh karena itu, biarkanlah angin penyesalan dan ketetapan hati yang kuat menghalau awan, sehingga Aatma dapat bersinar cemerlang.
-BABA

Tuesday, August 28, 2012

Thought for the Day - 28th August 2012 (Tuesday)

By an inordinate attachment to the Seen, one becomes an alien to the realm of the Unseen. Know that the Unseen is the basis of the Seen. The Unseen gives stability and value to the Seen; the Unseen is the One that is true and valid. In spite of the warnings administered by countless saints through the centuries, people have forsaken the Unseen for the sake of Seen. The Unseen alone can confer contentment and courage to face fortune as well as misfortune. Ignoring the Unseen causes discontent and distress. To overcome this, develop devotion and you are free, for the Lord takes on the burden you carry.

Apabila seseorang melekat secara membabi-buta terhadap nama dan rupa, maka ia akan menjadi asing bilamana berhadapan dengan dunia rohaniah. Ketahuilah bahwa kerohanian merupakan dasar bagi keduniawian. Kerohanian dapat memberikan stabilitas dan nilai pada keduniawian; kerohanian  adalah Satu yang benar dan valid. Meskipun telah mendapatkan peringatan dari para orang suci yang tak terhitung jumlahnya selama berabad-abad, orang-orang telah meninggalkan dunia rohaniah demi mengejar dunia nyata/keduniawian. Hanya kerohanian  yang dapat memberikan kepuasan hati dan keberanian untuk menghadapi keberuntungan serta kemalangan. Mengabaikannya dapat menyebabkan kesulitan dan ketidakpuasan. Untuk mengatasi hal ini, kembangkanlah pengabdian (bhakti) maka engkau akan bebas, karena Tuhan telah mengambil beban yang engkau bawa.
-BABA

Monday, August 27, 2012

Thought for the Day - 27th August 2012 (Monday)


With a little reasoning you can know for yourself the path you need to take, thereafter, it can be trodden step by step until the goal is reached. Whatever be the path, retain this knowledge that attachment causes pain and detachment results in joy. But you cannot easily detach yourself from activity; the mind clings to something or other. Make it cling to God, let it do all things for God and leave the success or failure, the loss and the profit, the elation or the dejection, to God. Then you have the secret of peace and contentment. To get this attitude of surrender and dedication, you must have Faith in God. God, whose play this world is. This world is not an empty dream; it has a purpose and use. It is the means by which one can discover God. See Him in the beauty, the grandeur, the order and the majesty of Nature.

Dengan pemikiran yang sederhana engkau dapat mengetahui sendiri jalan yang harus engkau ambil, setelah itu, engkau dapat menapaki langkah demi langkah sampai tujuan tercapai. Apapun jalan yang engkau tempuh, engkau hendaknya memahami bahwa kemelekatan mengakibatkan timbulnya penderitaan, sedangkan ketidak-melekatan akan menghasilkan kebahagiaan. Memang tidaklah mudah bagimu untuk tidak melekat dari berbagai bentuk kegiatan/aktivitas; pikiran pasti berkutat pada sesuatu dan lain hal. Caranya adalah buatlah agar pikiran memusatkan kegiatannya kepada Tuhan, biarkanlah ia melakukan segala bentuk tindakan untuk-Nya dan biarkanlah (pasrahkanlah) kesuksesan maupun kegagalan, untung dan rugi, pujian maupun celaan kepada Tuhan. Setelah itu, engkau akan menemukan rahasia untuk memperoleh Shanti (kedamaian) dan kepuasan hati. Untuk mendapatkan sikap pasrah total dan dedikasi/pengabdian, engkau harus memiliki keyakinan kepada Tuhan. Tuhan-lah, yang bermain di dunia ini. Dunia ini bukanlah impian kosong, melainkan memiliki suatu tujuan. Inilah salah satu cara menemukan Tuhan. Melihat-Nya dalam keindahan, kemegahan, ketentraman, dan keagungan Alam.
-BABA