Every man aspires for happiness and wants to avoid sorrow. But in this world, truth and untruth, righteousness and unrighteousness, joy and sorrow pass and change with time. Man should have faith in the ultimate principle out of which both good and evil arise. True man is the one who treats pain and pleasure equally. You should trust the Divine and experience His love in your hearts. In this world, the gain from sorrow is more than that out of happiness. The saints and sages of yore, who have become immortal in history, aspired for hardships rather than happiness. The joy that arises out of overcoming hardships is more lasting than that gained from happiness. Hence, we should not be averse to sorrow nor should we look for happiness alone.
Setiap orang menginginkan kebahagiaan dan menghindari kesedihan. Tetapi di dunia ini, kebenaran dan ketidakbenaran, kebajikan dan kejahatan, kebahagiaan dan kesedihan berlalu dan berubah seiring waktu. Manusia seharusnya mempunyai keyakinan yang paling prinsip darimana kebaikan dan kejahatan muncul. Manusia sejati adalah seseorang yang memperlakukan kesedihan dan kegembiraan dengan sama. Engkau seharusnya percaya kepada pengalaman Ketuhanan dan kasih-Nya dalam hatimu. Di dunia ini, yang memperoleh kesedihan lebih banyak daripada yang mendapatkan kebahagiaan. Orang-orang suci dan orang-orang bijaksana jaman dulu, yang telah menjadi abadi dalam sejarah, lebih banyak mengalami penderitaan dibandingkan dengan kebahagiaan. Kebahagiaan yang timbul dari mengatasi penderitaan lebih kekal daripada yang didapat dari kebahagiaan. Karenanya, kita seharusnya tidak menolak kesedihan begitu juga kebahagiaan.
-BABA
No comments:
Post a Comment