Buddha undertook various spiritual practices in order to realize his true Self. But none of these practices could show him the path to Nirvana (liberation). Ultimately, he realized that Nirvana lies in making use of the five senses in a sacred manner. He understood that Japa (repetition of God’s name), Dhyana (meditation), Yajna (ritual of sacrifice), Yoga, etc. were mere physical activities. These spiritual practices are needed only for those who are attached to the body. One who abides in the Self need not undertake any of these practices. Buddha taught that Nirvana can be attained only by cultivating Samyak Drishti (sacred vision), Samyak Vaak (sacred speech), Samyak Shravanam (sacred listening), Samyak Bhavam (sacred feeling) and Samyak Kriya (sacred action).
Sang Buddha telah menempuh berbagai macam praktek-praktek spiritual dengan tujuan untuk merealisasikan jati-diri-Nya yang sejati. Namun tak ada satupun praktek-praktek tersebut yang bisa membawanya menuju ke jalan untuk mencapai Nirvana (pembebasan). Pada akhirnya, Beliau menyadari bahwa Nirvana akan dapat terwujud bilamana kita mendaya-gunakan kelima panca indera kita dengan cara yang suci. Sang Buddha menyadari bahwa praktek-praktek spiritual seperti: Japa (pengulangan nama-nama Tuhan), Dhyana (meditasi), Yajna (ritual pengorbanan), dan lain-lain - semuanya itu hanya aktivitas di level fisik (jasmaniah) saja. Praktek-praktek itu dibutuhkan hanya oleh mereka yang masih memiliki kemelekatan terhadap badan-jasmaninya. Bagi mereka yang sudah berdiam di dalam Self (Atma), maka praktek-praktek itu sudah tidak dibutuhkannya lagi. Sang Buddha mengajarkan bahwa Nirvana hanya bisa tercapai melalui Samyak Drishti (pandangan yang suci), Samyak Vaak (ucapan yang suci), Samyak Shravanam (pendengaran yang suci), Samyak Bhavam (perasaan yang suci) serta Samyak Kriya (tindakan yang suci).
Sang Buddha telah menempuh berbagai macam praktek-praktek spiritual dengan tujuan untuk merealisasikan jati-diri-Nya yang sejati. Namun tak ada satupun praktek-praktek tersebut yang bisa membawanya menuju ke jalan untuk mencapai Nirvana (pembebasan). Pada akhirnya, Beliau menyadari bahwa Nirvana akan dapat terwujud bilamana kita mendaya-gunakan kelima panca indera kita dengan cara yang suci. Sang Buddha menyadari bahwa praktek-praktek spiritual seperti: Japa (pengulangan nama-nama Tuhan), Dhyana (meditasi), Yajna (ritual pengorbanan), dan lain-lain - semuanya itu hanya aktivitas di level fisik (jasmaniah) saja. Praktek-praktek itu dibutuhkan hanya oleh mereka yang masih memiliki kemelekatan terhadap badan-jasmaninya. Bagi mereka yang sudah berdiam di dalam Self (Atma), maka praktek-praktek itu sudah tidak dibutuhkannya lagi. Sang Buddha mengajarkan bahwa Nirvana hanya bisa tercapai melalui Samyak Drishti (pandangan yang suci), Samyak Vaak (ucapan yang suci), Samyak Shravanam (pendengaran yang suci), Samyak Bhavam (perasaan yang suci) serta Samyak Kriya (tindakan yang suci).
-BABA
No comments:
Post a Comment