Repetition of God’s Name is the process by which
the dedicatory attitude can be cultivated and grown. When confronted by a
calamity, you must attach yourself to this spiritual practice, even more
firmly, instead of losing faith in it and getting slack. Do not give up the
medicine, when you need it the most! The pity is that when most people face the
first disappointment, they lose courage and confidence, and give up their Lord!
There are also others, who call out the Names of the Lord, when they are
displeased with some happenings, or when they are depressed, in a tone
indicative of disgust, uttering it with a sigh or a groan. This is very incorrect.
The Name of the Lord must always be pronounced with joy, gratitude, exultation
and remembering Him in all splendour. Call Him with Love, call Him with a heart
full of sincere yearning.
Pengulangan Nama
Tuhan adalah proses dimana sikap pengabdian pada Tuhan dapat dikembangkan dan
ditanamkan. Ketika dihadapkan pada suatu bencana, engkau harus mendekatkan
dirimu pada praktik spiritual, bahkan dengan lebih sungguh-sungguh, bukannya
kehilangan kepercayaan dan melemah. Jangan meninggalkan obat, ketika engkau
membutuhkannya! Sangat disayangkan sekali, ketika kebanyakan orang menghadapi
kekecewaan pertama kalinya, mereka kehilangan keberanian dan kepercayaan diri,
dan meninggalkan Tuhan! Ada juga yang lainya, yang memanggil Nama Tuhan, ketika
mereka tidak senang dengan beberapa kejadian, atau ketika mereka mengalami
depresi, dengan nada yang menunjukkan kebencian, mengucapkan dengan mengeluh.
Ini sangatlah tidak benar. Nama Tuhan harus selalu diucapkan dengan sukacita,
rasa syukur, kegembiraan dan mengingat-Nya dalam semua kemuliaan-Nya.
Panggillah Beliau dengan penuh Cinta-kasih, dengan hati yang penuh dengan
kerinduan yang tulus.
BABA
No comments:
Post a Comment