People are engaged in various forms of cultivation, but the most important of these is cultivation of spiritual experiences. All cultivation is based on spiritual cultivation. It is the king of cultures. The king makes laws, but he is above and beyond them. So too, all rules and laws, all distinctions of right and wrong, of sin and virtue, of joy and sorrow affect only the Jivi (individualized soul) that attaches importance to the inexperienced Manas (mind) and Buddhi (intellect) and not to the Atma. So, cultivation of the Atmic experience, which is pure, convincing, and transcendental, is essential for all. It is also easy, for the Atma is as the mother of all, and listening to the Atma is like the child listening to its mother. Everyone is competent to have that experience; in fact, it is everyone’s right to have it!
Orang-orang disibukkan dengan berbagai pengembangan diri, tetapi yang paling penting adalah pengembangan pengalaman spiritual. Semua peradaban didasarkan pada pengembangan spiritual. Inilah raja kebudayaan. Raja membuat hukum, tetapi ia berada di atas dan di luar jangkauan mereka. Demikian juga, semua peraturan dan hukum, segala perbedaan benar dan salah, dosa dan kebajikan, sukacita dan kesedihan hanya mempengaruhi Jivi (jiwa individual) yang melekat pada Manas (pikiran) dan Buddhi (intelek) dan tidak mempengaruhi Atma. Oleh sebab itu, pengembangan dari pengalaman Atma, yang murni, meyakinkan, dan transendental (yang sukar dipahami), sangatlah penting bagi semuanya. Hal ini sangat mudah, karena Atma diibaratkan sebagai ibu dari semuanya, dan mendengarkan Atma diibaratkan seperti anak mendengarkan ibunya. Setiap orang layak untuk mendapatkan pengalaman tersebut, bahkan itu adalah hak setiap orang untuk mendapatkannya!
-BABA
No comments:
Post a Comment